Anda di halaman 1dari 16

Makalah

ZAKAT PERUSAHAAN

Di susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Fiqh Zakat

Dosen pengampu : Dr. Zawawi M.A

Disusun oleh :

1. Figah Saheta (4117134)


2. Ammy Oktavia (4117144)
3. Safa Tahiro (4117145)

JURUSAN EKONOMI SYARIAH


INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PEKALONGAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
2018

'1
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap rasa syukur kehadirat Allah Yang Maha Esa karena atas rahmatnya
dan nikmat serta hidayah-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini untuk memenuhi
tugas mata kuliah Fiqih Zakat yang diampu oleh Bapak Dr. Zawawi M.A.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini kami banyak kekurangan,
penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan tugas yang akan datang. Kami
menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang terlibat dalam
penyusunan makalah ini. Semoga hal yang kami sampaikan dapat memberikan manfaat bagi
pembaca.

Pekalongan, 27 Oktober 2018

Penulis

'2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ...........................................................................................................

Daftar Isi ....................................................................................................................

Bab I: Pendahuluan

a. Latar Belakang ...............................................................................................


b. Rumusan Masalah ..........................................................................................
c. Tujuan Rumusan ............................................................................................

Bab II: Pembahasan

a. Pengertian ......................................................................................................
b. Landasan Hukum ...........................................................................................

c. Ketentuan Zakat .............................................................................................

d. Penghitungan Zakat Perusahaan ....................................................................

e. Ketentuan Hitungan ......................................................................................

f. Contoh Penerapan ..........................................................................................

Bab III: Penutup

a. Kesimpulan ....................................................................................................
b. Saran ..............................................................................................................

Daftar Pustaka ............................................................................................................

'3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Zakat merupakan komponen pokok bagi tegaknya pondasi perekonomin umat.
Selain itu zakat termasuk rukun Islam yang ketiga dari kelima rukunnya dan wajib
dikeluarkan bagi setiap muslim yang mampu. Zakat adalah suatu tanda yang jelas dan
tegas dari kehendak Tuhan untuk menjamin bahwa tidak ada seorangpun menderita
kekurangan sarana untuk memenuhi kebutuhan pokoknya akan barang dan jasa. Oleh
sebab itu pemanfaatan zakat ini menjadi perhatian di bberapa kalangan, banyak studi
dan riset yang menunjukkan bahwa instrumen zakat ternyata mampu menjadi solusi
bagi kemiskinan.
Berbicara tentang zakat perusahaan, maka hal yang menjadi titik perhatian
dari seluruh akun perusahaan adalah akun aktiva-kewajiban, dalam hal ini
berpresentasi dalam neraca. dalam metode perhitungan zakat perusahaan, akuntansi
berperan sangat penting dalam proses perhitungan hasil laba dan jumlah aset yang
akan dijadikan sebagai dasar pengenaan zakat. Sehingga zakat akan menjadi
komponen dalam laporan keuangan perusahaan yang menjalankan aktivitas
berdasarkan prinsip Islam dan menjadi suatu unsur penilaian bagi kinerja perusahaan
dan tujuan ini dapat direalisasikan dengan diterapkannya zakat perusahaan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian perusahaan?
2. Apa landasan hukum mengenai zakat perusahaan?
3. Apa saja ketentuan zakat perusahaan?
4. Bagaimana mengenai penghitungan zakat perusahaan?
5. Bagaimana ketentuan hitungan zakat perusahaan?
6. Bagaimana mengenai contoh penerapan zakat perusahaan?

'4
C. Tujuan Rumusan

1. Untuk mengetahui pengertian perusahaan.

2. Untuk mengetahui landasan hukum zakat perusahaan.

3. Untuk mengetahui ketentuan-ketentuan zakat perusahaan.

4. Untuk memahami perhitungan zakat perusahaan.

5. Untuk memahami ketentuan perhitungan zakat perusahaan.

6. Untuk memahami contoh penerapan zakat perusahaan.

'5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian

Sebagaimana dimaklumi, pada saat ini hampir sebagian besar perusahaan dikelola
tidak secara individual, melainkan secara bersama-sama dalam sebuah kelembagaan dan
organisasi dengan manajemen yang modern, misalnya dalam bentuk PT, CV, atau
koperasi.

Para ahli ekonomi menyatakan bahwa saat ini komoditas-komoditas tertentu yang
sifatnya konvensional, banyak yang dilakukan dalam skala, wilayah dan level yang
sempit. Bisnis yang dikelola perusahaan telah merambah berbagai bidang kehidupan,
dalam wilayah dan skala yang sangat luas, bahkan negara dalam bentuk ekspor-impor.

Perusahaan pada umumnya mencakup tiga hal yang besar, yaitu:1

1. Perusahaan yang menghasilkan produk-produk tertentu. Jika dikaitkan dengan


kewajiban zakat, maka produk yang dihasilkannya harus halal, seperti perusahaan
yang memproduksi sandang, pangan, kosmetik, obat-obatan, kendaraan bermotor dan
suku cadangnya, peralatan dan perlengkapan rumah tangga, dan lain sebagainya.

2. Perusahaan yang bergerak di bidang jasa, seperti perusahaan di bidang akutansi, dan
lain sebagainya.

3. Perusahaan yang bergerak di bidang keuangan, seperti lembaga keuangan, baik bank
maupun non bank.

Yusuf Al-Qardhawi menyebutkan dengan istilah al-Mutaghalat, yaitu harta


benda yang tidak diperdagangkan, akan tetapi dperkembangkannya dengan
dipersewakan atau dijual hasil produksinya, benda hartanya tetap, akan tetapi
manfaatnya yang berkembang.2

1
Didin Hafidhuddin,Zakat Dalam Perekonomian Modern, (Depok: Gema Insani, 2006), hlm. 99.
2
Fahrudin, Fiqh dan Manajemen Zakat di Indonesia, (Malang, UIN Malang Press: 2008), hlm. 144.
'6
B. Landasan Hukum

Adapun yang menjadi landasan hukum kewajiban zakat pada perusahaan adalah
nas-nas yang bersifat umum, seperti termaktub dalam Surah at-Taubah ayat 103, dan
Surah al-Baqarah ayat 267:

ِ ‫ض َو ََلتَ َي َّم ُمواا ْل َخ ِبيث َ ِم ْن ُهت ُُْن ِفقُون ََولَ ْست ُ ُْم ِب‬
ُ‫آخذِي ِهإ ِ ََّلأَ ْنت ُ ْغ ِمضُوا ِفي ِه َوا ْع َل ُم‬ ُ ِ ‫ط ِي َبا ِت َما َك َس ْبت ُ ْم َو ِم َّماأ َ ْخ َرجْ نَالَ ُُك ْم ِمنَ ْاْل َ ْر‬ ِ ُ‫{ َياأَيُّ َهاالَّذِينَآ َمنُواأ َ ْن ِفق‬
َ ‫وام ْن‬
ُ ُ}ٌ ‫واأَنَّاللَّ َهغَنِيٌّ َح ِميد‬

“Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari
hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang kami keluarkan dari bumi
untuk kamu.Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan
daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan
memicingkan mata terhadapnya dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha
Terpuji”.

Juga merujuk kepada sebuah hadis riwayat Imam Bukhari (hadis ke-1448 dan
dikemukakan kembali dalam hadis ke-1450 dan 1451)3 dari Muhammad bin Abdilah al-
Anshari dari bapaknya, ia berkata bahwa Abu Bakar Ra. telah menulis sebuah surat yang
berisikan kewajiban yang diperintahkan oleh Rasulullah SAW:

“… Dan janganlah disatukan (dikumpulkan) harta yang mula-mula


terpisah.Sebaliknya jangan pula dipisahkan harta yang padamulanya bersatu, karena
takut mengeluarkan zakat.”

“… Dan harta yang disatukan dari dua orang yang berkongsi, maka
dikembalikan kepada keduanya secara sama.”

Hadis tersebut pada awalnya, berdasarkan asbab al-wurud-nya, adalah hanya


berkaitan dengan perkongsian dalam hewan ternak, sebagaimana dikemukakan dalam
berbagai kitab fikih.4 Akan tetapi dengan dasar qiyas (analogi) dipergunakan pula untuk
berbagai syirkah dan perkongsian serta kerja sama usaha dalam berbagai bidang. Apalagi
syirkah dan perkongsian itu, merupakan kegiatan usaha yang sangat dianjurkan oleh

3
Shahih Bukhari, (Riyadh: Dar el-Salam, 2000), hlm. 114.
4
Abu Ubaid al-Qasim, Al-Amwal, (Beirut: Dar el-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1986), hlm. 389.
'7
ajaran Islam, sebagaimana dikemukakan dalam sebuah hadis riwayat Imam Abu Dawud,5
dari Abu Hurairah Ra.bahwa Rasulullah SAW. bersabda:

ُ‫ش ِري َكي ِْن ُ َماُلَ ْم ُيَُ ُخ ْن ُأَ َحدُ ُه َما‬ ُ ‫"أَنَاُثَا ِل‬:َّ‫ُو َجل‬
َّ ‫ث ُال‬ َ ‫ع َّز‬ َُّ ‫ُُقَا َل‬:‫سلَّ َم‬
َُ ُ ُ‫َُّللا‬ َ ‫علَ ْي ِه‬
َ ‫ُو‬ َّ َّ‫صل‬
َ ُ ُ‫ىَُّللا‬ َّ ‫سو ُل‬
َ ُ ِ‫َُّللا‬ َ ‫ُقَا َل‬:َ‫ُقَال‬,َ ‫َع ْن ُأَبِيُه َُري َْرة‬
ُ ‫ُر‬
ِ ُ‫ُفَإِذَاُخَانَاُخ ََرجْ ت‬,ُُ‫احبَه‬
ُ "‫ُم ْنُبَ ْينِ ِه َما‬ ِ ‫ص‬َُ

“Sesungguhnya Allah SWT. berfirman: ‘Aku adalah pihak ketiga dari dua orang
yang berkongsi (berserikat) selama salah satunya tidak berkhianat kepada yang lainnya.
Jika terjadi pengkhianatan, maka Aku akan keluar dari mereka’.”

Berdasarkan hadis-hadis tersebut, keberadaan perusahaan sebagai wadah usaha


menjadi badan hukum (rech person). Karena itu, Muktamar Internasional pertama tentang
zakat di Kuwait menyatakan bahwa kewajiban zakat sangat terkait dengan perusahaan,
dengan catatan antara lain adanya kesepakatan sebelumnya antara pemegang saham, agar
terjadi keridaan dan keikhlasan ketika mengeluarkannya. Kesepakatan tersebut
seyogyanya dituangkan dalam peraturan perusahaan, sehingga sifatnya menjadi mengikat.

Perusahaan, menurut hasil muktamar tersebut termasuk dalam syakshiyyah


i’tibariyah (badan hukum yang dianggap orang) atau syakshiyyah hukumiyyah menurut
Mustafa Ahmad Zarqa.6 Oleh karenanya,setelah dinilai sebagai individu tersebut,
perusahaan dapat menjalankan transaksi akad (perjanjian) dengan pihak lain seperti jual
beli, sewa menyewadan dapat menjalin kerja sama di berbagai bidang. Segala bentukhak
dan kewajiban serta hasil keuntunganditanggung dan dinikmati secara bersama, termasuk
di dalamya kewajiban kepada Allah SWT. dalam bentuk zakat.

C. Ketentuan Zakat

Secara umum pola pembayaran dan perhitungan zakat perusahaan adalah sama
dengan zakat perdagangan, sehingga ketentuannya sebagai berikut;

5
Sunan Abu Daud, (Riyadh: Dar el-Salam, 2000), hlm. 1476, hadis No. 3383
6
Mustafa .
'8
 Kewajiban zakat dibebankan kepada pemilik saham yang beragama Islam. Sebuah
perusahaan yang pemilik sahamnya berbeda-beda agama, zakat hanya dibebankan
kepada pemilik saham yang beragama Islam.

 Nisab : senilai 85 gram emas murni.

 Kadar zakat : 2,5%


 Waktu pembayaran : setiap akhir tahun (haul).
 Objek zakat : kekayaan (modal dan keuntungan).

Sebuah perusahaan memiliki kekayaan yang terdiri atas7:

1. Modal perusahaan berupa uang tunai.

2. Inventaris perusahaan berupa barang dan hak.

3. Produk usaha perusahaan berupa keuntungan (nilai lebih) berupa uang dan barang
serta piutang (tagihan) perusahaan.

Dalam pembahasan kewajiban zakat, yang dimaksud dengan harta perusahaan yang
harus dizakati adalah pertama dan ketiga sedangkan kekayaan dalam bentuk
inventaris perusahaan seperti sarana dan prasarana (baik benda bergerak maupun
benda tidak bergerak) tidak termasuk objek zakat.
Tentang bagaimana dan kapan dikeluarkan zakat perusahaan ini, ada beberapa teori
yaitu :
a. Menurut Ibnu Aqil al Hanbali dan Mazhab Hadawiyah, perusahaan disamakan
dengan harta perdagangan. Karena itu, tiap-tiap akhir tahun semua permodalan
diperhitungkan, termasuk modal tetap dan modal tidak tetap, termasuk masukan
yang ada, dan apabila jumlah keseluruhannya mencapai 1 nishab, yaitu seharga 85
gram atau 94 gram emas murni, kemudian dipungut 2,5% untuk zakat.
b. Menurut Imam Ahmad bahwa zakat perusahaan hanya dipungut dari
penghasilannya (masukan) pada waktu menerima masukan atau hasil. Beliau

7
Sadi Is,.
'9
memfatwakan untuk menzakati rumah sewaan pada waktu menerima uang sewa,
tidak disyaratkan sampai satu tahun (haul), dengan perhitungan penghasilannya
dalam setahun mencapai satu nishab dan kadar pungutannya adalah 2,5%.
c. Menurut Abu Zahra, Abdul Wahab Khalaf dan Abdurrahman Al Hasan, zakat
perusahaan disamakan dengan zakat tanaman dan buah-buahan, yaitu dipungut
dari penghasilannya pada waktu menerimanya dengan angka pungutan 10% atau
5%.
d. Yusuf Al Qardhawi dan Abdul Khaliq Al Nawawi membedakannya dalam dua
kategori. Ada yang masuk harta benda tidak bergerak dan ada yang termasuk harta
benda bergerak. Yang termasuk pertama dipungut zakat dari penghasilaanya saja
dengan angka pungutan 10% atau 5%. Jadi sama dengan pendapat ketiga diatas
yang mengkiaskan dengan hasil bumi. Sedangkan yag termasuk kategori kedua,
yaitu harta benda bergerak, maka zakatnya dipungut dari keseluruhan modal dan
penghasilan yang masih ada dengan angka pungutan 2,5%.8

D. Penghitungan Zakat Perusahaan

Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial Institution (AAOIFI)9


memberikan dua standar metode perhitungan zakat perusahaan, yaitu:

1) Metode aktiva bersih,

Berdasarkan pada standar AAOIFI dengan metode aktiva bersih, harta yang menjadi aset
wajib zakat adalah

- Kas dan setara kas


- Nilai piutang bersih
- Persediaan barang dagangan
- Pembiayaan

8
Fahrudin, Fiqh dan Manajemen Zakat di Indonesia, (Malang, UIN Malang Press: 2008), hlm. 148-149.
9
AAOIFI,

'10
Kemudian aset wajib zakat tersebut dikurangi;

- Akumulasi kerugian
- Hutang lancar
- Penyertaan minoritas
- Penyertaan pemerintah
- Penyertaan lembaga social dan lembaga non profit
- Pajak

Rumus metode aktiva bersih ini adalah:

Aktiva subjek zakat (utang lancar + modal investasi tak terbatas + penyertaan
minoritas + penyertaan pemerintah + penyertaan lembaga sosial dan lembaga non
profit) = zakat yang wajib ditunaikan.10

2) Metode Net Invested Funds (dana yang diinvestasikan bersih).

Metode dana yang diinvestasikan bersih dengan menjumlahkan :

- Modal disetor (tambahan modal)

- Cadangan

- Laba ditahan

- Laba bersih

- Piutang jangka panjang.

Mengurangi aset wajib zakat dengan ;

- Akumulasi kerugian

- Hutang lancar

- Penyertaan minoritas

10
Fahrudin, Fiqh dan Manajemen Zakat di Indonesia, (Malang, UIN Malang Press: 2008), hlm. 150
'11
- Penyertaan pemerintah, Penyertaan lembaga social dan lembaga non profit
- Pajak

Rumus perhitungan zakat dengan metode dana investasi bersih adalah: Tambahan
modal + cadangan + cadangan yang bukan dikurangkan dari aktiva + laba ditahan +
laba bersih + utang jangka panjang (aktiva tetap +investasi yang tidak diperdagangkan
+ kerugian) = zakat yang wajib ditunaikan.

Dengan catatan tarif zakat menjadi 2,575% dari 2,5% adalah karena perhitungan
mengunakan kalender masehi yang lebih banyak dibandingkan dengan kalender
hijriyah padahal yang dipakai dalam perhitungan zakat adalah kalender Hijriyah.11

E. Ketentuan Hitungan

Zakat Perusahaan dewasa ini perputaran uang didominasi oleh para pelaku bisnis
dan perdagangan melalui jenis dan model usaha yang beragam. Sebagai bagian dari
sistem ekonomi Islam, jelas zakat memiliki kontrbusi yang sangat besar dalam
mendekatkan jurang ekonomi. Hal ini lantaran zakat diwajibkan kepada pemilik harta
dan didistribusikan kepada pihak yang kesusahan dan kekurangan. Atas prinsip inilah,
sebagaimana zakat diwajibkan ke atas individu yang memiliki harta, maka zakat juga
diwajibkan kepada perusahaan sebagai pusat berputarnya harta khususnya pada zaman
modern saat ini. Beberapa perlakuan fikih yang perlu diperhatikan pada saat proses
menghitung zakat perusahaan, diantaranya adalah:

Pertama: Harta Shareholder

Sebagaimana lazimnya bahwa harta perusahaan merupakan harta milik dua


orang mitra atau lebih yang dikelola oleh satu manajemen. Kondisi demikian
dinisbahkan bagai satu harta, karena adanya kesamaan dalam sifat dan kondisi,
yakni kesamaan tujuan. Pada prakteknya harta masing-masing mitra (shareholder)
harus dilihat secara detail, kapan dan berapa dari segi haulnya, takaran

11
Ibid, hlm. 151
'12
zakatnya, nishabnya, presentasenya, dan jumlahnya. Tatkala sudah diketahui berapa
jumlah yang wajib dikeluarkan oleh masing-masing mitra mitra sesuai
kepemilikan sahamnya (modal perusahaan). Setelahnya, manajemen perusahaanlah
sebagai walimempunyai kewajiban untuk mengurusnya.

Kedua: Perusahaan Adalah Syakhsiyah I’tibariyah

Dalam pandangan fikih, sebuah korporasi yang diibaratkan sebagai


pribadi (Syakhsiyah I’tibariyah) atau satu orang. Maka zakat perusahaan
layaknya dihitung sebagai satu kesatuan harta. Setelah itu dibagikan kepada
semua mitra sesuai dengan saham mereka masing-masing pada modal perusahaan.

Ketiga: Kewajiban Zakat Pada Mitra

Kewajiban zakat hanya kepada para pemegang saham yang beragama Islam
berdasarkan apa yang ia miliki di perusahaan adapun mitra atau pemegang saham
non muslim, mereka tidak wajib zakat. Namun mereka bisa saja dibebankan
bayaran lainsesuai dengan regulasi perusahaan yang berlaku.12

F. Contoh Penerapan

Laporan Penghitungan Zakat Perusahaan Dagang – dalam USD


Pada: 31/Desember / 2017 M
Keterangan Jumlah Parsial Jumlah Total Penjelasan

Harta Zakat

(a) Barang-barang 500,000 Berdasarkan nilai pasar

(b) Piutang 200,000 Berdasarkan nilai hutang yang baik

(c) Wesel tagih 100,000 Berdasarkan yang baik

(d) Kredit dokumenter 80,000 Berdasarkan yang benar-benar dibayar

(e) Investasi harta 40,000 Berdasarkan nilai pasar

(f) Pekerjaan yang 20,000 Berdasarkan nilai yang terdaftar

berlangsung Berdasarkan buku akun bank

12
BAZNAS, Fiqih Zakat Perusahaan, (Jakarta Pusat, Pusat Kajian Strategis BAZNAS: 2018), hlm. 21-23
'13
(g) Bank 10,000 Berdasarkan nilai inventaris

(h) Total harta zakat __ 950,000

 Dikurangi Liabilitas:

(i) Hutang 300,000 Berdasarkan nilai yang terdaftar

(j) Wesel bayar 250,000 Berdasarkan nilai yang terdaftar

(k) Pajak 75,000 Berdasarkan nilai yang terdaftar

(l) Denda 20,000 Berdasarkan nilai yang terdaftar

(m) Pengeluaran yang 5,000 Berdasarkan nilai yang terdaftar

harus dikeluarkan

Total Liabilitas yang 650,000

harus dibayarkan

Takaran zakat 300,000


Nishab dihitung dengan asumsi harga emas
Jumlah nishab
Penanggalan masehi
85 Gram emas

Zakat dibebankan kepada masingmasing rekan sesuai


Jumlah zakat:
dengan bagian saham mereka di modal perusahaan
300,000 x 2,575% = 7725

Pembebanan

Bagian A= 7725 x 2/3

bagian modal A = 5150

Pembebanan

Bagian B= 7725 x 1/3

bagian modal B = 2575

'14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dan penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun untuk
pembuatan makalah kedepannya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca
pada umumnya dan pemakalah pada khususnya.

'15
DAFTAR PUSTAKA

Hafidhuddin, Didin. 2006. Zakat Dalam Perekonomian Modern. Depok: Gema Insani

Fahrudin. 2008. Fiqh dan Manajemen Zakat di Indonesia. Malang: UIN Malang Press

Bukhari, Shahih. 2000. Riyadh: Dar el-Salam

Ubaid al-Qasim, Abu. 1986. Al-Amwal. Beirut: Dar el-Kutub al-‘Ilmiyyah

Daud, Sunan Abu. 2000. hadis No. 3383. Riyadh: Dar el-Salam

Mustafa .

Sadi Is,.

AAOIFI,

BAZNAS. 2018. Fiqih Zakat Perusahaan. Jakarta Pusat: Pusat Kajian Strategis BAZNAS

'16

Anda mungkin juga menyukai