Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH EKONOMI PUBLIK

“TEORI BARANG SWASTA”


Dosen Pengampu : Titov Chuk’s Mayvani, SE.,ME.,

Disusun Oleh : Kelompok 2


1. Andyni Ayu Syafitri (140231100008)
2. Halimatus sakdiyah (140231100009)
3. Moh. Samsu Rizal (140231100010)
4. Eles Sahanaya (140231100012)
5. Yuliati Ningsih (140231100014)
6. Ulfatun Nisa’ (140231100016)

PRODI EKONOMI PEMBANGUNAN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS TRUNOYO MADURA
2016

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena atas rahmat-Nya kami
masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah yang berjudul “Teori Barang
Swasta”.
Adapun penulisan makalah ini bertujuan sebagai tugas mata kuliah Ekonomi Publik.
Terima kasih kami ucapkan kepada Bapak Titov Chuk’s Mayvani,SE.,ME., selaku dosen
pembimbing mata kuliah Ekonomi Publik.
Kami menyadari bahwa setiap manusia memiliki keterbatasan, begitupun dengan
kami. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Dalam
pembuatan makalah ini masih banyak sekali kekurangan yang ditemukan, baik
menyangkut tampilan maupun substansinya. Oleh karena itu, kami mengucapkan mohon
ma’af sebesar-besarnya. Kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun
selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah
SWT senantiasa meridhai segala usaha kami. Aamiin

Bangkalan, 8 Maret 2016

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii


DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I .......................................................................................................................1
PENDAHULUAN ...................................................................................................1
1.2. Latar Belakang ..............................................................................................1
1.2. Rumuan Masalah...........................................................................................1
1.3. Tujuan ...........................................................................................................2
BAB II ......................................................................................................................3
PEMBAHASAN ......................................................................................................3
2.1. Efisiensi Konsumen ......................................................................................3
2.2. Kondisi Pareto Optimum bagi Konsumen ....................................................5
2.3. Efisiensi Produsen .........................................................................................6
2.4. Kriteria Kompensasi .....................................................................................8
BAB III ..................................................................................................................10
PENUTUP ..............................................................................................................10
3.1.Kesimpulan ..................................................................................................10
3.2.Saran.............................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................11

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.2. Latar Belakang

Barang-barang swasta adalah barang yang disediakan melalui sistem pasar yang
menyebabkan alokasi sumber-sumber ekonomi secara efisien. Mengenai alokasi sumber
tersebut dalam perekonomian menggunakan sistem pasar tanpa adanya campur tangan
pemerintah. Adapun ciri-ciri barang swasta antara lain, yaitu : “Excludablity dan
Rivalry”. Excludablity adalah prinsip hak milik atau property right, apabila konsumen
yang tidak membayar dapat di exclude atau dikeluarkan dari memiliknya dan tidak
berhak menjualnya. Sedangkan Rivalry adalah prinsip dimana manfaat dipribadikan bagi
konsumen yang mampu membayar suatu barang swasta serta apabila orang lain ikut
dalam mengkosumsi barang tersebut akan mengurangi hak atau manfaat konsumen yang
membayar. Semua barang swasta yang bersifat exludablity dan rivalry dapat disediakan
di pasar, barang-barang tersebut dapat mewujudkan harga yang berasal dari tarik menarik
antara kepentingan produsen dan konsumen. Jika barang ini disediakan oleh banyak
produsen, maka produsen akan ditekan oleh kompetisi dan menawarkan harga yang
serendah mungkin, hal tersebut merupakan ide dari bekerjannya sistem pasar. Harga
sudah tepat apabila besarnya sama dengan biaya marginal 1(tambahan biaya per satuan
yang diperlukan untuk memproduksi barang pada kapasitas perusahaan yang terakhir)
untuk menghasilkannya. Pada harga itu jumlah yang ingin diproduksi oleh seluruh
produsen sama dengan jumlah yang ingin dibeli oleh seluruh konsumen yang memiliki
daya beli. Akan tetapi untuk barang bersifat nonrival, jika suatu barang bersifat nonrival,
maka jika orang lain yang ikut menggunakan barang tersebut, tidak mengurangi manfaat
orang pertama (Konsumen).
Dari penjelasan singkat pada latar belakang di atas, adapun rumusan masalah
yang hendak dikaji dalam makalah ini adalah :

1.2. Rumuan Masalah

1. Apa maksud Efisiensi Konsumen ?

2. Apa maksud Kondisi Pareto Optimum Konsumen ?

3. Apa maksud Efisiensi Produsen ?

4. Apa maksud Kriteria Kompensasi ?

1
1.3. Tujuan

1. Untuk mengetahui maksud Efisisensi Konsumen

2. Untuk mengetahui Kondisi Pareto Optimum Konsumen

3. Untuk mengetahui Efisiensi Produsen

4. Untuk mengetahui Kriteria Kompensasi

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Efisiensi Konsumen

Dalam Perekonomian yang menggunakan sistem pasar, harga barang dan jasa,
upah dan sebagainya ditentukan oleh permintaan dan penawaran. Permintaan seluruh
konsumen dapat mempengaruhi tingkat harga. Dalam sistem perekonomian pasar yang
sempurna , harga-harga merupakan data yang berarti tidak ada satu pihak pun, baik
produsen maupun konsumen secara sendiri dapat mempengaruhi harga. Hal ini
disebabkan oleh karena dalam sistem pasar persaingan sempurna, seorang pengusaha
maupun pembeli hanya merupakan sebagian yang sangat kecil sehingga perananya
menjadi tidak berarti. Bagi seorang konsumen, permintaannya akan suatu barang hanya
merupakan sebagian kecil dibandingkan dengan permintaan seluruh konsumen, sehingga
ia tidak dapat mempengaruhi tingkat harga suatu barang dengan merubah permintaannya
akan barang tersebut, akan tetapi konsumen secara berkelompok dapat mempengaruhi
tingkat harga. Dalam analisa efisiensi konsumen, ada beberapa asumsi yang digunakan
untuk mempermudah analisis, yaitu :
Dalam masyarakat hanya ada 2 orang konsumen, dimisalkan antara A dengan B.
Hanya ada 2 barang swasta yang tersedia, Makanan dan Pakaian
Distribusi pendapatan sudah tertentu
Setiap konsumen dalam menentukan berapa jumlah barang yang diminta sangat
dipengaruhi oleh harga barang-barang dan tingkat pendapatannya.

Diagram 2.1

3
Dalam Diagram tersebut yang sebelah kiri menunjukkan kurva indiferens bagi A
sedangkan diagram sebelah kanan menunjukkan hal yang sama bagi B. Apabila A
menggunakan seluruh pendapatannya untuk membeli makanan, ia akan memperoleh
sejumlah OMO unit makanan. Apabila ia membeli pakaian dengan seluruh pendapatannya
, ia akan memperoleh OPO unit pakaian. Setaiap titik pada garis lurus POMO menunjukkan
kombinasi pakaian dan makanan yang dapat di peroleh dengan pendapatannya.
Kurva KA1, KA2, KA3 adalah kurva indiferens (indifference curve) bagi A. Setiap
titik pada kurva indiferens menunjukkan kesamaan dalam kesukaan A terhadap
kombinasi makanan dan pakaian yang berbeda-beda. Titik L dan titik M terletak pada
satu kurva indiferens, yang berarti bagi A, ia merasa kepuasannya sama walaupun pada
titik L ia mempunyai lebih banyak pakaian dan lebih sedikit makanan dari pada titik M.
Semakin tinggi (semakin jauh letaknya dari titik pusat O) berarti semakin besar kepuasan
A. Jadi setiap titik pada kurva KA2 menunjukkan kepuasan yang lebih besar daripada
setiap titik pada kurva KA1. Begitu juga setiap titik pada kurva KA3 menunjukkan
kepuasan yang lebih besar daripada setiap titik pada kurva KA1 maupun kurva KA2. A akan
memilih kombinasi pakaian dan makanan yang memberikan kepuasan yang terbesar bagi
dirinya. Kombinasi pakaian dan makanan pada titik L dan titik M yang terletak pada
kurva indiferens KA1 tidak memberi kepuasan yang terbesar oleh karena dengan merubah
kombinasi makanan dan pakaian, maka A akan dapat memperoleh kepuasan yang lebih
besar, yang ditunjukkan dengan semakin tingginya kurva indiferens yang dapat dicapai.
Setiap titik pada kurva indiferens KA3 memberikan kepuasan yang lebih besar
dibandigkan KA2, akan tetapi hal itu tidak tidak dapat ia capai , oleh karena dengan
pendapatanntya yang sudah tertentu, ia hanya dapat memilih kombinasi dan pakaian
sepanjang garis MOPO. Kepuasan tertinggi yang dapat dicapai A dengan kurva indiferens
KA2, yaitu kurva indiferens yang menyinggung garis MOPO. Jadi titik E, dengan kombinasi
makanan sejumlah OMA unit dari pakaian sejumlah OPA akan memberikan kepuasan
yang terbesar bagi A. Analisis yang sama juga berlaku bagi B, dimana ia akan
memperoleh kepuasan yang terbesar pada persinggungan antara garis P1M1 (Garis yang
menunjukkan kombinasi makanan dan pakaian yang dapat diperoleh dengan harga dan
pendapatan tertentu) dengan kurva indiferens KB2. Kombinasi makanan sebanyak OMB
dan pakaian OPB adalah kombinasi kedua barang yang memberikan kepuasan tertinggi
bagi B.
Jumlah seluruh pakaian yang ada dalam perekonomian sebanyak OPA + OPB
sedangkan seluruh makanan yang ada dalam perekonomian sebanyak OMA + OMB

4
2.2. Kondisi Pareto Optimum bagi Konsumen

Untuk mengetahui kondisi pareto optimum maka kita harus mengetahui konsep
tingkat pertukaran marginal (TPM, marginal rate of substitution). TPM adalah angka
yang menunjukkan kesediaan seorang konsumen untuk menukarkan satu unit terakhir
dari suatu barang untuk mendapatkan beberapa unit barang lainnya. Setiap konsumen
akan selalu meyamakan TPM-nya dengan harga relative kedua barang, yaitu pakaian dan
makanan. Dengan kata lain konsumen selalu berusaha mencapai tingkat kepuasan dimana
kurva indiferens menyinggung kurva anggaran POMO atau P1M1, titik E pada diagram 2.1
Pareto optimum akan tercapai apabila setiap orang mencapai titik keseimbangan , yaitu
dimana bagi setiap orang TPM mereka sama dengan harga relative, yaitu dimana TPM A
untuk makanan dan pakaian = TPM B untuk makanan dan pakaian, atau dalam persamaan
matematis disebutkan :
Kepuasan marginal bagi makanan Harga makanan
Kepuasan marginal bagi pakaian
= Harga pakaian

Kedudukan Pareto dapat diterjemahkan menjadi kurva Kemungkinan Kepuasan


(Utility Possibility function) seperti ditunjukkan dalam diagram di bawah ini :

Pada diagram diatas, bentuk Kurva Kemungkinan Kepuasan adalah seperti UBUA,
yaitu mempunyai sudut arah arah negative (dari kiri atas ke kanan bawah). Pada titik F
kepuasan B adalah sebesar UB1 (ditunjukan pada kurva indiferens KB3) dan kepuasan A
adalah sebesar UA1 (kurva indiferens KA2). Apabila A berusaha untuk meningkatkan
kepuasannya sehingga mencapai titik D, yaitu dari kepuasan sebesar UA2 maka kepuasan
B harus berkurang UB1 ke UB2. Karena kita tidak dapat member nilai kuantitatif pada
kepuasan maka kita tidak dapat menentukan dengan pasti bentuk KK (kurva kepuasan)
secara tepat, tetapi yang jelas KKK (Kurva kemungkinan kepuasan) besar selalu
mempunyai sudut besar selalu mempunyai sudut arah slope negative.

5
2.3. Efisiensi Produsen
Untuk menganalisis efisiensi produksi analisa pareto dapat pula dipergunakan.
Dalam perekonomian terdapat asumsi analisis efisiensi produsen :
1. Dalam masyarakat hanya ada dua produsen.
2. Produsen menghasilkan dua jenis barang (X, pakaian dan Y, makanan).
3. Hanya dua jenis factor produksi yang digunakan (Tanah, T dan Tenaga kerja/
Buruh, B).
Pada diagram 2.5.b menunjukkan kurva Hasil Fisik Total (HFT, total physical
product) dari penggunaan satu jenis factor. Pada diagram 2.5.b tenaga kerja yang
merupakan factor produksi variabel. HFT menunjukkan hasil produksi apabila produsen
menggunakan tambahan satu factor produksi dengan asumsi penggunaan factor produksi
lainnya tidak berubah. Adanya factor produksi yang sifatnya tetap ini menunjukkan HFT
merupakan suatu analisis jangka pendek. sama.

(a) (b)
Hasil (kg) Hasil (kg)

O T1 Tanah (T) O B1 Tenaga Kerja (B)


Diagram 2.5
Kurva-kurva Kemungkinan Konsumsi Besar
(KKKB:Grand Utility Possibility Curve)
Pada Diagram 2.7, Diagram di bawah ini menunjukkan kurva produksi sama
(KPS = Isoquant), yaitu tempat kedudukan dari kombinasi penggunaan tanah dan tenaga
kerja yang memberikan hasil yang sama.

6
Diagram 2.6 Diagram 2.7

Tingkat Produksi H1 pada diagram 2.6 dapat dicapai dengan menggunakan tanah

Tingkat Produksi H1 pada diagram 2.6 dapat dicapai dengan menggunakan tanah
sebanyak T1 unit dan tenaga kerja sebanyak B1, yang ditunjukkan oleh titik K pada
diagram 2.7. Akan tetapi pada diagram 2.7 dapat pula diketahui bahwa tingkat produksi
H1 tidak hanya dapat dicapai dengan kombinasi tenaga dan tanah sebanyak T 1B1, tetapi
juga dengan kombinasi T2 dan B2, T3 da B3. Jumlah tenaga yang digunakan dan tingkat
produksi yang dicapai ditentukan oleh besarnya dana yang tersedia, harga dari tanah, dan
upah tenaga. Dengan upah dan sewa tanah tertentu, maka sejumlah dana tertentu oleh
produsen dapat digunakan seluruhnya untuk membayar tenaga kerja sebanyak B1 orang
atau ia dapat menggunakan seluruh dana tersebut untuk menyewa tanah seluas T1Ha.
Kurva anggaran T1B1.
Diagram 2.8

7
Pada Diagram 2.8 adalah kombinasi dari tanah dan tenaga kerja yang dapat
diperoleh dengan sejumlah anggaran tertentu dan apabila dananya semakin besar, kurva
anggaran T1B1 akan bergeser sejajar ke kanan T2B2 sedangkan dana yang lebih kecil akan
menggeser T1B1 ke kiri (T3B3) dengan asumsi sewa tanah dan upah tenaga kerja tidak
mengalami perubahan. Apabila harga salah satu input mengalami perubahan (naik atau
turun) maka kurva anggaran akan berputar ke bawah atau ke atas, tergantung harga input
mana yang berubah.
2.4. Kriteria Kompensasi
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa adanya pasar persaingan sempurna
akan menyebabkan terjadinya pareto optimum bagi konsumen dan produsen. Dalam hal
ini, setiap perubahan dari kondisi pareto optimum tersebut akan menyebabkan in efisiensi
alokasi sumber-sumber ekonomi. Jelas bahwa definisi pareto yang demikian itu sangatlah
sempit, sebab setiap perubahan pasti ada pihak yang untung ada pihak yang rugi. Kaldor
dan Hicks menyatakan bahwa setiap perubahan tetap akan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat apabila pihak yang dirugikan dapat memperoleh kompensasi atas kerugiannya
tersebut sehingga ia berada pada tingkat kepuasan yang sama sedangkan pihak yang
untung mengalami kenaikan kesejahteraan. Ini yang disebut dengan criteria Kaldor-Hicks
adalah suatu alokasi sumber ekonomi baik bagi seluruh masyarakat apabila pihak yang
untung dapat memberikan kompensasi kepada pihak yang dirugikan dan tetap lebih baik
keadaannya pada situasi sebelum alokasi sumber ekonomi tersebut. Scitovsky kemudian
menyatakan bahwa sebaliknya dapat juga terjadi, yaitu pihak yang dirugikan oleh suatu
alokasi sumber ekonomi (perubahan) dapat membayar kepada pihak yang diuntungkan
dengan perubahan tersebut agar tidak melakukan perubahan. Gorman menyatakan bahwa
criteria Scitovsky tersebut dapat menimbulkan inkonsintesi. Misalnya terdapat empat
kemungkinan alokasi sumber ekonomi A, B, C, dan D yang kita bandingkan secara
berpasangan. Maka criteria scitovsky dapat menimbulkan kesimpulan bahwa A lebih baik
dari B, B lebih baik dari C, C lebih baik dari D, dan D lebih baik dari A. Kesimpulan
tersebut menjadi tidak konsisten sebab seharusnya A lebih baik dari D, dan bukannya D
lebih baik dari A. oleh karena itu, criteria kompensasi dalam prakteknya tidak banyak
gunanya.

8
Jadi dari analisa diatas dapat disimpulkan bahwa sistem pasar persaingan
sempurna, mekanisme harga dapat menjamin tercapainnya efisiensi dalam alokasi barang
konsumen dan alokasi factor produksi. Akan tetapi dapat pula disimpulkan bahwa
mekanisme pasar tidak dapat memecahkan keadilan dalam distribusi konsumsi barang,
oleh karena efisiensi yang dicapai mungkin menyebabkan seorang konsumen
mendapatkan semua barang sedangkan konsumen lainnya tidak mendapatkan satu barang
apapun, yaitu apabila titik T berada pada OA atau OB. Sehingga beberapa ahli ekonomi
berpendapat bahwa masalah distribusi bukanlah wewenang ahli ekonomi, akan tetapi
menjadi wewenang para filosof.

Masalah Distribusi
Analisis diatas hanya menitikberatkan pada masalah alokasi sumber ekonomi
yang efisien, akan tetapi tidak menghiraukan masalah distribusi pendapatan. Alokasi
barang konsumsi yang terjadi dalam masyarakat sangat tergantung pada distribusi
penghasilan dapat menjadi sangat tidak adil, pada Ekstrimnya salah satu individu lainnya
sama sekali tidak mendapat satu barang apapun, akan tetapi masyarakat konsumen tetap
berada pada kondisi pareto optimal.

9
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Barang swasta adalah barang yang tidak dapat diperoleh tanpa adanya
pengorbanan, barang swasta berasal dari tarik-menarik antara konsumen dan produsen.
Oleh karena itu barang swasta dapat dipelajari dari pendekatan: 1. Efisiensi konsumen, 2.
Kondisi pareto optimum bagi konsumen, 3. Efisiensi produsen, 4.Kriteria kompensasi.
Dalam efisiensi konsumen permintaan akan suatu barang hanya merupakan sebagian
kecil dibandingkan dengan permintaan seluruh konsumen, sehingga ia tidak dapat
mempengaruhi tingkat harga suatu barang dengan merubah permintaannya akan barang
tersebut, akan tetapi konsumen secara berkelompok dapat mempengaruhi tingkat harga.
Sedangkan untuk mengetahui kondisi pareto optimum maka kita harus mengetahui
konsep tingkat pertukaran marginal (TPM, marginal rate of substitution), dimana TPM
adalah angka yang menunjukkan kesediaan seorang konsumen untuk menukarkan satu
unit terakhir dari suatu barang untuk mendapatkan beberapa unit barang lainnya.
Begitu pula dalam efisiensi produksi analisis pareto dapat digunakan, dengan
menggunakan asumsi hanya ada dua produsen, menghasilkan dua produksi atau dua jenis
barang dengan dua factor produksi.

3.2. Saran
Dalam makalah ini membahas tentang teori barang swasta, diharapkan pembaca
akan mengerti teori barang swasta dalam pasar persaingan sempurna. Namun apabila
terdapat kekurangan pada makalah ini penulis akan memperbaiki untuk penulisan
selanjutnya.

10
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Mangkoesoebroto, Guritno. 2010. Ekonomi Publik. Yogyakarta: BPFE.
Internet :
https://newsq.wordpress.com/ekonomika/pasar-barang-swasta-dan-barang-sosial/
Prasetya,Ferry.2012.Modul ekonomi Publik. Malang
(http://ferryfebub.lecture.ub.ac.id/files/2013/01/Bagian-II-Teori-Sektor-
Publik1.pdf)

11

Anda mungkin juga menyukai