Anda di halaman 1dari 9

KAFALAH

Disusun Oleh:
Najmi Suraiya
Nim : 170008

Mata kuliah : fiqih muammalah 2


Dosen pembimbing : zakiatul putri,Lc.,MA
Pengertian kafalah

Kafalah dalam arti bahasa berasal dari kata : kafala, yang
sinonimnya dhamina, artinya : “menanggung”.
Kafalah dalam istilah dikemukakan juga oleh ulama madzab
sebagai berikut:
 Menurut Hanafiyah:
mengemukakan dua definisi untuk kafalah, definisi pertama
adalah kafalah atau dhaman mengumpulkan suatu tanggungan
yang lain dalam penuntutan terhadap jiwa, harta, atau benda.
Definisi kedua kafalah atau dhaman adalah mengumpulkan
tanggungan kepada tanggungan yang lain didalam pokok utang.
Dari kedua definisi tersebut, definisi pertama lebih shahih karena
lebih umum, yakni mencakup tiga jenis kafalah, yaitu kafalah
terhadap jiwa, utang, atau benda. Sedangkan definisi kedua hanya
mencakup kafalah terhadap utang saja.
 Menurut Malikiyah
Kafalah, dhaman dan hamalah mempunyai arti yang sama, yaitu
penggabungan oleh pemilik hak terhadap tanggungan penanggung
dengan tanggungan orang yang ditanggung, baik penggabungan
tanggungan tersebut bergantung kepada adanya sesuatu atau tidak.

 Menurut Syafi’iyah 
Dhamman dalam pengertian syar’ adalah suatu akad yang
menghendaki tetapnya suatu hak yang ada dalam tanggungan orang
lain, atau menghadirkan benda yang dihadirkan atau menghadirkan
badan yang harus dihadirkan.

 Menurut Hanabilah
Dhaman adalah menetapkan sesuatu yang wajib kepada orang lain
sedangkan sesuatu itu tetap dalam genggaman.

Jadi dengan demikian yang dimaksud dengan kafalah adalah


jaminan yang diberikan oleh penanggung (kafil) kepada pihak ketiga
(makful lahu) untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang
ditanggung (makful ‘anhu)
Landasan hukum
kafalah

 Kafalah hukumnya dibolehkan berdasarkan alquran, sunnah,
dan ijma’.

 Alquran
Surah Yusuf ayat: 72
Artinya : “Penyeru-penyeru itu berkata: "Kami kehilangan
piala Raja, dan siapa yang dapat mengembalikannya akan memperoleh
bahan makanan (seberat) beban unta, dan aku menjamin terhadapnya".
 Hadis
Hadis Nabi riwayat Bukhari: “Telah dihadapkan kepada
Rasulullah SAW jenazah seorang laki-laki untuk disalatkan.
Rasulullah saw bertanya, ‘Apakah ia mempunyai hutang?’

Sahabat menjawab, ‘Tidak’. Maka, beliau mensalatkannya.
Kemudian dihadapkan lagi jenazah lain, Rasulullah pun
bertanya, ‘Apakah ia mempunyai hutang?’ Sahabat menjawab.
‘Ya’. Rasulullah berkata, ‘Salatkanlah temanmu itu’ (beliau
sendiri tidak mau mensalatkannya). Lalu Abu Qatadah berkata,
‘Saya menjamin hutangnya, ya Rasulullah’. Maka Rasulullah
pun menshalatkan jenazah tersebut.” (HR. Bukhari dari Salamah
bin Akwa’).
 C. Ijma’
Sedangkan dalam Al-Ijma, Para ulama sepakat dengan
bolehnya kafalah karena sangat dibutuhkan dalam mu’amalah
masyarakat. Dan agar pihak yang berpiutang tidak dirugikan
dengan ketidakmampuan orang yang berutang. Perlu diketahui,
kafalah yang dilakukan dengan niat yang ikhlas mempunyai
nilai ibadah yang berbuah pahala.
Rukun dan Syarat
kafalah

 Syarat kafalah
-baliqh,berakal,merdeka dalam mengelola harta
-harus ada penjaminnya
-org yang berutang
- Harus ada barangnya
- Serta penyataanya

 Rukun kafalah
- Ijab qabul
- Dhamin atau kafil (penjamin)
- Pemilik hak, atau yang mempunyai piutang (makful lahu)
- Pihak yang dijamin (makful ‘anhu)
- Obyek kafalah (makful bih).
Macam-macam kafalah

kafalah terbagi dua yaitu kafalah jiwa dan kafalah harta
:
 Kafalah bi an-nafs.
“kafalah bi an-nafs adalah kewajiban seorang
penjamin untuk mendatangkan orang yang ditanggung
(makful) kepada makful lahu (tertanggung).
 Kafalah bi al-mal.
“kafalah bi al-mal adalah suatu bentuk kafalah dimana
penjamin terikat untuk membayar kewajiban yang bersifat
harta.”
 Berakhirnya kafalah
Berakhirnya Kafalah. Kafalah berakhir apabila
kewajiban dari penanggung sudah dilaksanakan dengan
baik atau si makful lahu membatalkan akad kafalah karena
merelakannya. 
 Hikmah kafalah
a. Adanya unsur tolong menolong antar sesama manusia.
b. Orang yang dijamin (ashiil) terhindar dari perasaan
malu dan tercela.
c. Makful lahu akan terhindar dari unsur penipuan.
d. Kafil akan mendapatkan pahala dari Allah Swt., karena
telah menolong orang lain.

Anda mungkin juga menyukai