Anda di halaman 1dari 16

AKUNTANSI MURABAHAH

Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Akuntansi Syariah


Dosen Pengampu: Bapak Mufti Arief Arfiansyah, M.Ak.

Disusun oleh : Kelompok 1 PBS 4C

M Jerry Kurniawan (05) (215231086)


Muhammad Khoirul Anam (08) (215231088)
Rachma Wulansari (15) (215231096)
Fidya Barliana Novaningrum (18) (215231099)
Ayu Rusmala Dewi (22) (215231103)

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN MAS SAID
SURAKARTA
2023/2024
PEMBAHASAN

A. Pengertian Akutansi Murabahah

Murabahah adalah salah satu prinsip dalam jual beli, selain Salam dan Istishna.
Prinsip murabahah sebenarnya sudah dilaksanakan jauh sebelum Lembaga Keuangan
Syariah tumbuh di Indonesia. Murabahah telah dilaksanakan pada pasar, toko dan
sejenisnya yang dikenal sebagai jual beli barang. PSAK No.102 tentang Akuntansi
Murabahah paragraf 5: menjelaskan murabahah adalah akad jual beli barang dengan
harga jual sebesar biaya perolehan ditambah keuntungan yang disepakati dan penjual
harus mengungkapkan biaya perolehan barang tersebut kepada pembeli. (DSAK,2009).

Murabahah adalah akad jual beli atas barang tertentu, di mana penjual
menyebutkan harga pembelian barang kepada pembeli kemudian menjual kepada pihak
pembeli dengan mensyaratkan keuntungan yang diharapkan sesuai jumlah tertentu.Dalam
akad murabahah, penjual menjual barangnya dengan meminta kelebihan atas harga beli
dengan harga jual. Perbedaan antara harga beli dan harga jual barang disebut dengan
margin keuntungan, seperti yang dikemukakan oleh Ismail (2013 :138).

Sedangkan Karim (2004:157) menyatakan bahwa murabahahberarti suatu


penjelasan barang seharga barang tersebut ditambah keuntungan yang disepakati, yang
merupakan salah satu bentuk natural certainty contracts, sebab dalam murabahah
ditentukan jumlah keuntungan yang ingin diperoleh. Menurut Sri Nurhayati (2011 :168)
murabahah adalah transaksi penjualan barang dengan menyatakan harga perolehan dan
keuntungan yang disepakati oleh penjual dan pembeli. Pembayaran atas akad dapat
dilakukan secara tunai atau tangguh. Dapat disimpulkan bahwa murabahah merupakan
transaksi antara penjual dan pembeli yang biaya perolehan dan keuntungannya
dinyatakan dalam transaksi tersebut.

B. Karakteristik Akad Murabahah

Transaksi Murabahah dalam Lembaga Keuangan Syariah, khususnya perbankan


menempati porsi yang paling besar, bahkan pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
hampir seluruh transaksi penyaluran dananya mempergunakan prinsip jual beli
Mumbahah Salah satu penyebabnya adalah paradigma para pelaksana Bank Syariah yang
menyamakan atau membandingkan dengan Bank Konvensional. Murabahah dianalogkan
dengan Kredit Kendaraan Bermotor (KK) adanya Kredit Pemilikan Rumah (KPR) yang
dilaksanakan oleh Bank Konvensional, dimana secara konsep keduanya memiliki
perbedaan yang mendasar.

Dalam Bank Konvensional dalam melaksanakan kedua transaksi tersebut tidak


pernah memberikan barang, Bank Konvensional hanya menyediakan dang" Rebutuhan
nasabah untuk membeli barang, sehingga Bank Konvensional memperhit in keuntungan
dalam bentuk bunga atas dasar uang yang diberikan (uang sebagai komoditi) termasuk
apabila terjadi penurunan uang yang diberikan, sedangkan dalam murabahah yang
diberikan "barang (dalam syariah uang hanya sebagai alat ukur) dan keuntungan
didasarkan pada kesepakatan yang tidak merugikan kedua pihak, sehingga tidak dapat
dikaitkan uang yang dikeluarkan dengan keuntungan yang diperoleh. Dalam murabahah
barang yang diperjualbelikan harus ada pada saat akad, sedangkan pembayarannya dapat
dilakukkan secara tunai atau secara tangguh atau cicilan.

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (selanjutnya disebut PSAK) nomor 102


tentang Akuntansi Murabahah (paragraf 6 sd 17) menjelaskan karakteristik Murabahah
sebagai berikut:

6. Murabahah dapat dilakukan berdasarkan pesanan atau tanpa pesanan. Dalam


murababab berdasarkan pesanan, penjual melakukan pembelian barang setelah ada
pemesanan dari pembeli.

7. Murabahah berdasarkan pesanan dapat bersifat mengikat atau tidak mengikat pembeli
untuk membeli barang yang dipesannya. Dalam murabahah pesanan mengikat pembeli
tidak dapat membatalkan pesanannya. Jika aset murabahah yang telah dibeli oleh
penjual, mengalami penurunan nilai sebelum diserahkan kepada pembeli maka
penurunan nilai tersebut menjadi beban penjual dan akan mengurangi nilai akad.

8. Pembayaran murabahah dapat dilakukan secara tunai atau tangguh. Pembayaran


tangguh adalah pembayaran yang dilakukan tidak pada saat barang diserahkan kepada
pembeli tetapi pembayaran dilakukan dalam bentuk angsuran atau sekaligus pada waktu
tertentu.

9. Akad murabahah memperkenankan penawaran harga yang berbeda untuk cara


pembayaran yang berbeda sebelum akad murabahah dilakukan. Namun jika akad
tersebut telah disepakati maka hanya ada satu harga (harga dalam akad) yang digunakan.
10. Harga yang disepakati dalam murabahah adalah harga jual, sedangkan biaya
perolehan harus diberitahukan. Jika penjual mendapatkan diskon belum akad murubahah
maka potongan itu merupakan hak pembeli. Sedangkan diskon yang diterima setelah
akad murabahah disepakati maka sesuai dengan yang diatur dalam akad, dan jika tidak
diatur dalam akad maka potongan tersebut adalah hak penjual.

11. Diskon yang terkait dengan pembelian barang, antara lain, meliputi:

(a) Diskon dalam bentuk apapun dari pemasok atas pembelian barang,

(b) Diskon biaya asuransi dari perusahaan asuransi dalam rangka pembelian barang, dan

(c) Komisi dalam bentuk apapun yang diterima terkait dengan pembelian barang.

12. Diskon atas pembelian barang yang diterima setelah akad murabahah disepakati
diperlakukan sesuai dengan kesepakatan dalam akad tersebut. Jika akad tidak mengatur
maka diskon tersebut menjadi hak penjual.

13. Penjual dapat meminta pembeli menyediakan agunan atas piutang murabahah, antara
lain, dalam bentuk barang yang telah dibeli dari penjual.

14. Penjual dapat meminta uang muka kepada pembeli sebagai bukti komitmen
pembehan sebelum akad disepakati Uang muka menjadi bagian pelunasan piutang
murabahah jika akad murabahah disepakati. Jika akad murabahah batal, uang muka
dikembalikan kepada pembeli setelah dikurangi dengan kerugian sesuai dengan
kesepakatan. Jika uang muka itu lebih kecil dan kerugian maka penjual dapat meminta
tambahan dari pembeli.

15. Jika pembeli tidak dapat menyelesaikan piutang Murabahah sesuai dengan yang
diperjanjikan, penjual berhak mengenakan denda kecuah jika dapat dibuktikan bahwa
pembeli tidak atau belum mampu melunasi disebabkan oleh force majeur. Denda
tersebut didasarkan pada pendekatan ta'zir yaitu untuk membuat pembeli lebih disiplin
terhadap kewajibannya. Besarnya denda sesuai dengan yang diperjanjikan dalam akad
dan dana yang berasal dari denda diperuntukkan sebaga dana kebajikan.

16. Penjual boleh memberikan potongan pada saat pelunasan piutang murababab jika
pembeli:

(a) Melakukan pelunasan pembayaran tepat waktu; atau


(b) Melakukan pelunasan pembayaran lebih cepat dari waktu yang telah disepakati.

17. Penjual boleh memberikan potongan dari total piurang babab yang belum dilunasi
jika pembeli

(a) Melakukan pembayaran cicilan tepat waktu; dan atau

(b) Mengalami penurunan kemampuan pembayaran

Sedangkan dalam Fatwa Dewan Syarian Nasional nomor 4/DSN-MUI/IX/2000


menjelaskan ketentuan Murabahah (Fatwa. 2006) sebagai berikut

Pertama: Ketentuan Umum Murabahah dalam Bank Syari'ah:

1. Bank dan nasabah harus melakukan akad murabahah yang bebas riba.

2. Barang yang diperjualbelikan tidak diharamkan oleh syari'ah Islam.

3. Bank membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang yang telah
disepakati kualifikasinya.

4. Bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama bank sendiri, dan
pembelian ini harus sah dan bebas riba.

5. Bank harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, misalnya
jika pembelian dilakukan secara hutang.

6. Bank kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah (pemesan) dengan harga
jual senilai harga beli plus keuntungannya. Dalam kaitan ini Bank harus
memberitahu secara jujur harga pokok barang kepada nasabah berikut biaya yang
diperlukan.

Sedangkan dalam Fatwa Dewan Syarian Naonal nomor 4/DSN-MUI/IX/2000


menjelaskan ketentuan Murabahah (Fatwa. 2006) sebagai berikut

Pertama: Ketentuan Umum Murabahah dalam Bank Syari'ah:

1. Bank dan nasabah harus melakukan akad murabahah yang bebas riba.

2. Barang yang diperjualbelikan tidak diharamkan oleh syari'ah Islam.

3. Bank membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang yang telah
disepakati kualifikasinya.
4. Bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama bank sendiri, dan
pembelian ini harus sah dan bebas riba.

5. Bank harus menyampaikan semua al yang berkaitan dengan pembelian, misalnya


jika pembelian dilakukan secara hutang.

6. Bank kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah (pemesan) dengan harga
jual senilai harga beli plus keuntungannya. Dalam kaitan ini Bank harus
memberitahu secara jujur harga pokok barang kepada nasabah berikut biaya yang
diperlukan.

7. Nasabah membayar harga barang yang telah disepakati tersebut pada jangka
waktu tertentu yang telah disepakati.

8. Untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan atau kerusakan akad tersebut, pihak


bank dapat mengadakan perjanjian khusus dengan nasabah

9. Jika bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang dari pihak
ketiga, akad jual beli murabahah harus dilakukan setelah barang, secara prinsip,
menjadi milik bank.

Kedua: Ketentuan Murababah kepada Nasabah:

1. Nasabah mengajukan permohonan dan janji pembelian suatu barang atau aset
kepada bank.

2. Jika bank menerima permohonan tersebut, ia harus membeli terlebih dahulu aset
yang dipesannya secara sah dengan pedagang.

3. Bank kemudian menawarkan aset tersebut kepada nasabah dan nasabah harus
menerima (membeli)-nya sesuai dengan janji yang telah disepakatinya, karena
secara hukum janji tersebut mengikat, kemudian kedua belah pihak harus
membuat kontrak jual beli.

4. Dalam jual beli ini bank dibolehkan meminta nasabah untuk membayar uang
muka saat menandatangani kesepakatan awal pemesanan.

5. Jika nasabah kemudian menolak membeli barang tersebut, biaya riil bank harus
dibayar dari uang muka tersebut.
6. Jika nilai uang muka kurang dan kerugian ya harus ditanggung oleh bank, bank
dapat meminta kembali sisa kerugiannya kepada nasabah.

7. Jika uang muka memakai kontrak urbun sebagai alternatif dari uang muka, maka:

a) jika nasabah memutuskan untuk membeli barang tersebut, in tinggal membayar


sisa harga.

b) jika nasabah batal membeli, uang muka menjadi milik bank maksimal sebesar
kerugian yang ditanggung oleh bank akibat pembatalan tersebut; dan jika uang
muka tidak mencukupi, nasabah wabb melunasi kekurangannya.

Ketiga: Jaminan dalam Murabahah:

1. Jaminan dalam murabahah dibolehkan, agar nasabah serius dengan pesanannya.

2. Bank dapat meminta nasabah untuk menyediakan jaminan yang dapat dipegang

Keempat: Hutang dalam Murabahah:

1. Secara prinsip, penyelesaian hutang nasabah dalam transaksi muralsahah tidak ada
kaitannya dengan transaksi lain yang dilakukan nasabah dengan pihak ketiga atas
barang tersebut. Jika nasabah menjual kembali barang tersebut dengan keuntungan
atau kerugian, ia tetap berkewajiban untuk menyelesaikan hutangnya kepada bank

2. Jika nasabah menjual barang tersebut sebelum masa angsuran berakhir, ia tidak
wajib segera melunasi seluruh angsurannya.

3. Jika penjualan barang tersebut menyebabkan kerugian, nasabah tetap harus


menyelesaikan hutangnya sesuai kesepakatan awal. Ia tidak boleh memperlambat
pembayaran angsuran atau meminta kerugian itu diperhitungkan.

Kelima: Penundaan Pembayaran dalam Murahabab

1. Nasabah yang memiliki kemampuan tidak dibenarkan menunda penyelesaian


hutangnya.

2. Jika nasabah menunda-nunda pembayaran dengan sengaja, atau jika salah satu
pihak tidak menunaikan kewajibannya, maka penyelesaiannya dilakukan melalui
Badan Arbitrasi Syari'ah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.
Ketujuh : Bangkrut dalam Murahahah:

Jika nasabah telah dinyatakan pailit dan gagal menyelesaikan hutangnya, Bank
harus menunda tagihan hutang sampai ia menjadi sanggup kembali, atau berdasarkan
kesepakatan.

C. Sumber Hukum Akad Murabahah

1. Al - Qur’an

“Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu saling memakan (mengambil) harta s
esamamud dengan jalan yang batil (tidak benar), kecuali dengan jalan perniagaan yan
g berlaku secara sukarela di antaramu……” (QS 4 : 29)

“Hai orang-orang beriman penuhilah akad-akad itu……” (QS 5 : 1)

“Allah telah menghalalkan jual-beli dan mengharamkan riba’’. (QS 2 : 275)

“.…..dan jika (orang yang berutang itu) dalam kesukaran, maka berilah tangguh samp
ai ia berkelapangan”. (QS 2 : 280)

“.…..dan tolong menolonglah dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa……” (QS 5 :


2)

“Hai orang yang beriman jika kamu melakukan transaksi utang piutang untuk jangka
waktu yang ditentukan, tuliskanlah…..” (QS 2 : 282)

2. Al - Hadist

Dari Abu Sa’id Al-Khudri bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya jual beli
itu harus dilakukan suka sama suka”. (HR Al-Baihaqi, Ibnu Majah, dan shahih menur
ut Ibnu Hibban)

Rasulullah SAW bersabda: “Ada tiga hal yang mengandung keberkahan yaitu jual bel
i secara tangguh, muqaradhah (mudharabah) dan mencapur gandum dengan jewawut
untuk keperluan rumah tangga bukan untuk dijual”. (HR Ibnu Majah dari Shuhaib)

“Allah mengasihi orang yang memberikan kemudahan bila ia menjual dan membeli se
rta di dalam menagih haknya”. (Abu Hurairah)
“Orang yang melepaskan seorang muslim dari kesulitannya di dunia, Allah akan mele
paskan kesulitannya di hari kiamat; dan Allah senantiasa menolong HambaNya selam
a ia (suka) menolong saudaranya”. (HR Muslim)

“Menunda-nunda (pembayaran) yang dilakukan oleh orang mampu menghalkan harga


diri dan pemberian sanksi kepadanya”. (HR Abu Dawud, Ibnu Majah dan Ahmad)

“Penundaan (pembayaran) yang dilakukan oleh orang mampu adalah suatu kezalima
n”. (HR Bukhari dan Muslim)

“Aumpah itu melariskan barang daganga, akan tetapi menghapus keberkahannya”. (H


R Al Bukhari).

D. Rukun Akad Murabahah

Berkaitan dengan rukun dan syarat-syarat akad murabahah dalam kaidah muamalat
Islam adalah sebagai berikut :
Rukun akad murabahah :
1. Ada penjual (bai‟)
2. Ada pembeli (musytari)
3. Ada barang (mabi‟)
4. Sigat dalam bentuk ijab qabul.
Penjual dalam hal ini adalah pihak bank, yaitu bank yang berprinsip syariah yang akan
memberikan pembiayaan. Pembeli (musytari) adalah nasabah yang akan menerima
pembiayaan. Barang (mabi) adalah barang yang dibutuhkan oleh nasabah dan disebut
obyek akad. Sedangkan sighat dalam bentuk ijab qabul. Ijab adalah perkataan penjual,
sedangkan qabul merupakan perkataan pembeli.
Adapun syarat-syarat dalam akad murabahah adalah :
a. Pembeli (musytari) hendaklah betul-betul mengetahui modal sebenarnya dari suatu
barang yang hendak dibeli
b. Penjual dan pembeli hendaklah setuju dengan kadar hitungan atau tambahan harga
yang ditetapkan tanpa ada sedikitpun paksaan.
c. Barang yang dijual belikan bukanlah barang ribawi (semua barang yang dapat
mendatangkan riba).
d. Sekiranya barang tersebut telah dibeli dari pihak lain, jual beli yang pertama itu harus
sah menurut perundang-undangan Islam (Gemala Dewi,2008: 89).
E. Pengakuan dan Pengukuran Transaksi
Pengakuan dan pengukuran transaksi murabahah untuk penjual:
Persediaan yang dimiliki oleh penjual dinilai sebesar biaya atau harga perolehannya.
Harga perolehan adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan untuk
memperoleh aset hingga aset tersebut siap untuk dijual atau digunakan. PSAK 102 secara
jelas menyebutkan bahwa penjual harus memiliki akun persediaan dalam mencatat
perolehan aset murabahah.
Setelah persediaan tersebut berada di tangan penjual, penjual harus mengukur nilai
persediaan berdasarkan jenis transaksi murabahah. Pengukuran persediaan murabahah
pesanan mengikat berdasarkan (1) dinilai sebesar biaya perolehan, dan (2) jika terjadi
penurunan nilai aset karena usang, rusak, atau kondisi lainnya, penurunan nilai tersebut
dicatat sebagai beban dan mengurangi nilai aset. Jurnalnya adalah:
Beban Penurunan Nilai Persediaan xxx
Persediaan Murabahah xxx
Sedangkan untuk pengukuran persediaan murabahah dengan pesanan tidak mengikat
atau tanpa pesanan berdasarkan (1) nilai yang lebih rendah antara harga perolehan dengan
nilai bersih yang dapat direalisasi dan (2) jika nilai bersih yang dapat direalisasi lebih
rendah daripada harga perolehan maka selisihnya diakui sebagai kerugian. Jurnalnya
adalah:
Kerugian Penurunan Nilai Persediaan xxx
Persediaan Murabahah xxx
Terkait dengan diskon pembelian aset murabahah, pengakuannya adalah:
(1) mengurangi harga perolehan aset murabahah, bila terjadi sebelum akad
murabahah;
(2) menjadi kewajiban kepada pembeli, jika terjadi setelah akad murabahah dan sesuai
akad disepakati menjadi hak pembeli;
(3) menambah keuntungan murabahah, bila terjadi setelah akad murabahah dan sesuai
akad menjadi hak penjual;
(4) menambah pendapatan operasional lain, jika terjadi setelah akad murabahah dan
tidak diperjanjikan dalam akad.
kewajiban kepada pembeli di atas akan dihapus saat dilakukan pembayaran kepada
pembeli sebesar diskon pembelian dikurangi biaya pengembalian. Penjual
memindahkannya sebagai dana sosial jika pembeli sudah tidak dapat dijangkau oleh
penjual
Ketika terjadi penjualan persediaan kepada pembeli, penjual mengakui adanya
penerimaan kas untuk penjualan tunai atau pengakuan piutang murabahah untuk penjualan
tangguh. Nilai kas atau piutang ini sebesar harga perolehan persediaan ditambah
keuntungan yang disepakati. Penjual mengakui nilai bersih piutang yang dapat direalisasi
pada akhir periode laporan keuangan. Jurnalnya adalah:
Kas/Piutang Murabahah xxx
Persediaan Murabahah xxx
Pendapatan Margin Murabahah xxx
Penjual mengakui keuntungan murabahah (1) saat terjadinya penyerahan barang jika
dilakukan secara tunai atau secara tangguh yang tidak melebihi satu tahun dan (2) selama
periode akad sesuai dengan tingkat risiko dan upaya untuk merealisasikan keuntungan
tersebut untuk pembayaran tangguh. Metode pengakuan keuntungan untuk kejadian kedua
adalah,
1) saat penyerahan barang murabahah jika risiko penagihan kas dan beban pengelolaan
piutang serta penagihannya relatif kecil. Jurnal penyerahan aset adalah:
Piutang Murabahah xxx
Persediaan Murabahah xxx
Pendapatan Murabahah xxx
2) diakui proporsional sesuai besaran kas yang berhasil ditagih dari piutang murabahah
jika risiko piutang tidak tertagih relatif besar dan atau beban pengelolaan piutang serta
penagihannya relatif besar juga. Pengukuran proporsional diperoleh dari persentase
margin dan persentase harga perolehan dikalikan kas yang berhasil ditagih. Jurnal
penyerahan aset dan pembayaran angsuran piutang adalah:
Piutang Murabahah xxx
Persediaan Murabahah xxx
Pendapatan Murabahah Tangguhan xxx
Kas xxx
Pendapatan Murabahah Tangguhan xxx
Piutang Murabahah xxx
Pendapatan Murabahah xxx

3) Diakui saat seluruh piutang murabahah berhasil ditagih jika risiko piutang tidak
tertagih dan atau beban pengelolaan piutang besar. Jurnal saat penyerahan aset dan
pelunasan akhir piutang adalah:
Piutang Murabahah xxx
Persediaan Murabahah xxx
Pendapatan Murabahah Tangguhan xxx
Kas xxx
Pendapatan Murabahah Tangguhan xxx
Piutang Murabahah xxx
Pendapatan Murabahah xxx
Penjual mengakui potongan piutang murabahah karena dua hal, yaitu disebabkan
pembeli melunasi piutang tepat waktu atau lebih cepat dari waktu yang telah disepakati
dan disebabkan pembeli mengalami penurunan kemampuan pembayaran. Kasus pertama,
penjual mengakuinya sebagai pengurang keuntungan murabahah, sedangkan pada kasus
kedua diakui sebagai beban penjualan murabahah. Pemberian potongan piutang saat
pelunasan akan mengurangi piutang murabahah dan keuntungan murabahah. Jurnalnya
adalah:
Kas xxx
Pendapatan Murabahah xxx
Piutang Murabahah xxx
sedangkan jurnal untuk mengakui potongan piutang setelah pelunasan adalah:
Kas xxx
Pendapatan Murabahah xxx
Piutang Murabahah xxx

Beban Lain-Lain – Potongan Murabahah xxx


Kas/Utang Lain-Lain – Potongan Murabahah xxx
Pada satu kasus, pembeli akan memberikan uang muka sebagai jaminan pelunasan
piutang murabahah. Uang muka mempunyai dua pengertian yaitu sebagai hamish
gedyyah, dimana uang muka sebagai tanda serius memesan, bila batal maka kerugian
diambil dari pembayaran ini, kedua adalah urboun, dimana uang muka dianggap sebagai
pemotong harga jual murabahah namun jika batal menjadi hak penjual (Wiroso, 2011).
Uang muka sesuai Fatwa DSN MUI adalah hamish gedyyah, meskipun di lapangan lebih
dikenal sebagai urboun.
Saat pembeli menyerahkan uang muka, jurnalnya adalah:
Kas xxx
Utang Lain-Lain – Uang Muka Murabahah xxx
Saat pembeli membeli barang, jurnalnya adalah:
Utang Lain-Lain – Uang Muka Murabahah xxx
Piutang Murabahah xxx

Piutang Murabahah xxx


Pendapatan Murabahah Tangguhan xxx
Persediaan Murabahah xxx
Saat pembeli membatalkan pembeli, jurnalnya adalah:
Beban Lain-Lain – Murabahah xxx
Utang Lain-Lain – Uang Muka Murabahah xxx
Kas xxx
Apabila pembeli melanggar akad yakni lalai dalam melaksanakan kewajibannya,
penjual dapat mengenakan denda sesuai kesepakatan di awal. Denda tersebut harus diakui
sebagai penambah dana sosial atau kebajikan. Jurnalnya adalah:
Kas – Dana Kebajikan xxx
Pendapatan Denda – Dana Kebajikan xxx

Pengakuan dan pengukuran transaksi murabahah untuk pembeli: Pembeli mengakui


pembelian aset murabahah secara tunai dan tangguhan. Perbedaan antara akuntansi sisi
penjual dan pembeli adalah pembeli mengakuisisi penerimaan aset murabahah, mengakui
beban murabahah, dan utang murabahah. Saat pembayaran angsuran utang murabahah,
pembeli mengurangi nilai akun utang murabahah dan beban murabahah sesuai metode
pengakuan pembayaran utang murabahah. Begitu pula dengan perlakuan akuntansi seperti
denda pembayaran yang mengakui adanya kerugian pada pengeluaran kas.
DSAS IAI dalam PSAK 102 (2007) menjelaskan hal-hal yang perlu disajikan dalam
transaksi murabahah sebagai berikut:
(1) Piutang murabahah disajikan sebesar nilai bersih yang dapat direalisasikan, yaitu saldo
piutang murabahah dikurangi penyisihan kerugian piutang.
(2) Margin murabahah tangguhan disajikan sebagai pengurang piutang murabahah.
(3) Beban murabahah tangguhan disajikan sebagai pengurang utang murabahah.
Dalam PSAK 102 tersebut juga menyebutkan pengungkapan atas transaksi murabahah
sebagai berikut
(1) Penjual mengungkapkan hal-hal yang terkait dengan transaksi murabahah pada harga
perolehan aset murabahah, janji pemesanan dalam murabahah berdasarkan pesanan
sebagai kewajiban atau hukum, dan pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK 101.
(2) Pembeli mengungkapkan hal-hal yang terkait dengan transaksi murabahah pada nilai
tunai aset yang diperoleh dari transaksi murabahah, jangka waktu murabahah tangguh,
dan pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK 101.

F. Penerapan Murabahah Pada Lembaga Keuangan Syariah


Penerapan murabahah pada Lembaga Keuangan Syariah (LKS) terjadi ketika ada
perpindahan kepemilikan langsung dari supplier kepada nasabah, sedangkan pembayarannya
dilakukan secara langsung oleh bank kepada penjual/supplier. Nasabah yang dalam hal ini
merupakan pembeli akhir menerima barang setelah sebelumnya melakukan perjanjian
murabahah dengan bank, dan pada saat yang sama bank mewakilkan (akad wakalah) kepada
nasabah untuk membeli sendiri barang yang akan dibelinya.

G.
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari penjelasan diatas disimpulkan bahwa :
1. Murabahah adalah salah satu prinsip dalam jual beli, selain Salam dan Istishna.
Murabahah adalah akad jual beli atas barang tertentu, di mana penjual
menyebutkan harga pembelian barang kepada pembeli kemudian menjual kepada
pihak pembeli dengan mensyaratkan keuntungan yang diharapkan sesuai jumlah
tertentu.Dalam akad murabahah, penjual menjual barangnya dengan meminta
kelebihan atas harga beli dengan harga jual.
2. Transaksi Murabahah dalam Lembaga Keuangan Syariah, khususnya perbankan
menempati porsi yang paling besar, bahkan pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
hampir seluruh transaksi penyaluran dananya mempergunakan prinsip jual beli
Mumbahah Salah satu penyebabnya adalah paradigma para pelaksana Bank
Syariah yang menyamakan atau membandingkan dengan Bank Konvensional
3. Dasar hukum murabahah terdapat pada Al-Qur’an : (QS 4 : 29); (QS 5 : 1); (QS 2 :
275); (QS 2 : 280); (QS 5 : 2); (QS 2 : 282) dan terdapat pada hadist.

4. Rukun akad murabahah itu ada 4, yaitu : ada penjual (bai‟), ada pembeli
(musytari), ada barang (mabi‟), sigat dalam bentuk ijab qabul.
5. Pengakuan dan pengukuran transaksi murabahah untuk penjual: Persediaan yang
dimiliki oleh penjual dinilai sebesar biaya atau harga perolehannya. Harga perolehan
adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan untuk memperoleh aset hingga
aset tersebut siap untuk dijual atau digunakan. Setelah persediaan berada di tangan
penjual, penjual harus mengukur nilai persediaan berdasarkan jenis transaksi
murabahah. Pengukuran persediaan murabahah pesanan mengikat berdasarkan (1)
dinilai sebesar biaya perolehan, dan (2) jika terjadi penurunan nilai aset karena
usang, rusak, atau kondisi lainnya, penurunan nilai tersebut dicatat sebagai beban
dan mengurangi nilai aset.
6. Penerapan murabahah pada Lembaga Keuangan Syariah (LKS) terjadi ketika ada
perpindahan kepemilikan langsung dari supplier kepada nasabah, sedangkan
pembayarannya dilakukan secara langsung oleh bank kepada penjual/supplier.
DAFTAR PUSTAKA

Ardha, N.B Dwi., A.F Rahman. 2013. Analisis Perlakuan Akuntansi Murabahah pada PT
Bank Rakyat Indonesia Syariah Cabang Kota Malang. Jurnal Ilmiah Mahasiswa FEB 2
(2).diakses pada 28 Februari 2023.
https://jimfeb.ub.ac.id/index.php/jimfeb/article/download/1058/970

Baidhowi. 2017. Rekonstruksi Akad Murabahah (Studi Akad Murabahah DI BMT SM NU


Pekalongan). Jurnal Pemikiran Hukum dan Hukum Islam 8 (2). diakses pada 28 Februari
2023. https://journal.iainkudus.ac.id/index.php/Yudisia/article/download/3237/2356

Damayanti, E. (2018). APLIKASI MURABAHAH PADA LEMBAGA KEUANGAN


SYARIAH. El-Jizya : Jurnal Ekonomi Islam, 5(2), 211–240. diakses pada 2 Maret 2023.
https://ejournal.uinsaizu.ac.id/index.php/eljizya/article/view/1880/1289

Hery. 2018. Akuntansi Syariah. Jakarta: Penerbit PT Grasindo.

Usanti, Trisadini Prasastinah. 2013. Akad Baku pada Pembiayaan Murabahah di Bank Syari
ah. Jurnal Perspektif: Kajian Masalah Hukum dan Pembangunan 18 (1). diakses pada 1
Maret 2023. https://media.neliti.com/media/publications/161833-ID-akad-baku-pada-pe
mbiayaan-murabahah-di-b.pdf

Wiroso. 2011. Akuntansi Transaksi Syariah. Jakarta: Ikatan Akutan Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai