Murabahah adalah salah satu prinsip dalam jual beli, selain Salam dan Istishna.
Prinsip murabahah sebenarnya sudah dilaksanakan jauh sebelum Lembaga Keuangan
Syariah tumbuh di Indonesia. Murabahah telah dilaksanakan pada pasar, toko dan
sejenisnya yang dikenal sebagai jual beli barang. PSAK No.102 tentang Akuntansi
Murabahah paragraf 5: menjelaskan murabahah adalah akad jual beli barang dengan
harga jual sebesar biaya perolehan ditambah keuntungan yang disepakati dan penjual
harus mengungkapkan biaya perolehan barang tersebut kepada pembeli. (DSAK,2009).
Murabahah adalah akad jual beli atas barang tertentu, di mana penjual
menyebutkan harga pembelian barang kepada pembeli kemudian menjual kepada pihak
pembeli dengan mensyaratkan keuntungan yang diharapkan sesuai jumlah tertentu.Dalam
akad murabahah, penjual menjual barangnya dengan meminta kelebihan atas harga beli
dengan harga jual. Perbedaan antara harga beli dan harga jual barang disebut dengan
margin keuntungan, seperti yang dikemukakan oleh Ismail (2013 :138).
7. Murabahah berdasarkan pesanan dapat bersifat mengikat atau tidak mengikat pembeli
untuk membeli barang yang dipesannya. Dalam murabahah pesanan mengikat pembeli
tidak dapat membatalkan pesanannya. Jika aset murabahah yang telah dibeli oleh
penjual, mengalami penurunan nilai sebelum diserahkan kepada pembeli maka
penurunan nilai tersebut menjadi beban penjual dan akan mengurangi nilai akad.
11. Diskon yang terkait dengan pembelian barang, antara lain, meliputi:
(a) Diskon dalam bentuk apapun dari pemasok atas pembelian barang,
(b) Diskon biaya asuransi dari perusahaan asuransi dalam rangka pembelian barang, dan
(c) Komisi dalam bentuk apapun yang diterima terkait dengan pembelian barang.
12. Diskon atas pembelian barang yang diterima setelah akad murabahah disepakati
diperlakukan sesuai dengan kesepakatan dalam akad tersebut. Jika akad tidak mengatur
maka diskon tersebut menjadi hak penjual.
13. Penjual dapat meminta pembeli menyediakan agunan atas piutang murabahah, antara
lain, dalam bentuk barang yang telah dibeli dari penjual.
14. Penjual dapat meminta uang muka kepada pembeli sebagai bukti komitmen
pembehan sebelum akad disepakati Uang muka menjadi bagian pelunasan piutang
murabahah jika akad murabahah disepakati. Jika akad murabahah batal, uang muka
dikembalikan kepada pembeli setelah dikurangi dengan kerugian sesuai dengan
kesepakatan. Jika uang muka itu lebih kecil dan kerugian maka penjual dapat meminta
tambahan dari pembeli.
15. Jika pembeli tidak dapat menyelesaikan piutang Murabahah sesuai dengan yang
diperjanjikan, penjual berhak mengenakan denda kecuah jika dapat dibuktikan bahwa
pembeli tidak atau belum mampu melunasi disebabkan oleh force majeur. Denda
tersebut didasarkan pada pendekatan ta'zir yaitu untuk membuat pembeli lebih disiplin
terhadap kewajibannya. Besarnya denda sesuai dengan yang diperjanjikan dalam akad
dan dana yang berasal dari denda diperuntukkan sebaga dana kebajikan.
16. Penjual boleh memberikan potongan pada saat pelunasan piutang murababab jika
pembeli:
17. Penjual boleh memberikan potongan dari total piurang babab yang belum dilunasi
jika pembeli
1. Bank dan nasabah harus melakukan akad murabahah yang bebas riba.
3. Bank membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang yang telah
disepakati kualifikasinya.
4. Bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama bank sendiri, dan
pembelian ini harus sah dan bebas riba.
5. Bank harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, misalnya
jika pembelian dilakukan secara hutang.
6. Bank kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah (pemesan) dengan harga
jual senilai harga beli plus keuntungannya. Dalam kaitan ini Bank harus
memberitahu secara jujur harga pokok barang kepada nasabah berikut biaya yang
diperlukan.
1. Bank dan nasabah harus melakukan akad murabahah yang bebas riba.
3. Bank membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang yang telah
disepakati kualifikasinya.
4. Bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama bank sendiri, dan
pembelian ini harus sah dan bebas riba.
6. Bank kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah (pemesan) dengan harga
jual senilai harga beli plus keuntungannya. Dalam kaitan ini Bank harus
memberitahu secara jujur harga pokok barang kepada nasabah berikut biaya yang
diperlukan.
7. Nasabah membayar harga barang yang telah disepakati tersebut pada jangka
waktu tertentu yang telah disepakati.
9. Jika bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang dari pihak
ketiga, akad jual beli murabahah harus dilakukan setelah barang, secara prinsip,
menjadi milik bank.
1. Nasabah mengajukan permohonan dan janji pembelian suatu barang atau aset
kepada bank.
2. Jika bank menerima permohonan tersebut, ia harus membeli terlebih dahulu aset
yang dipesannya secara sah dengan pedagang.
3. Bank kemudian menawarkan aset tersebut kepada nasabah dan nasabah harus
menerima (membeli)-nya sesuai dengan janji yang telah disepakatinya, karena
secara hukum janji tersebut mengikat, kemudian kedua belah pihak harus
membuat kontrak jual beli.
4. Dalam jual beli ini bank dibolehkan meminta nasabah untuk membayar uang
muka saat menandatangani kesepakatan awal pemesanan.
5. Jika nasabah kemudian menolak membeli barang tersebut, biaya riil bank harus
dibayar dari uang muka tersebut.
6. Jika nilai uang muka kurang dan kerugian ya harus ditanggung oleh bank, bank
dapat meminta kembali sisa kerugiannya kepada nasabah.
7. Jika uang muka memakai kontrak urbun sebagai alternatif dari uang muka, maka:
b) jika nasabah batal membeli, uang muka menjadi milik bank maksimal sebesar
kerugian yang ditanggung oleh bank akibat pembatalan tersebut; dan jika uang
muka tidak mencukupi, nasabah wabb melunasi kekurangannya.
2. Bank dapat meminta nasabah untuk menyediakan jaminan yang dapat dipegang
1. Secara prinsip, penyelesaian hutang nasabah dalam transaksi muralsahah tidak ada
kaitannya dengan transaksi lain yang dilakukan nasabah dengan pihak ketiga atas
barang tersebut. Jika nasabah menjual kembali barang tersebut dengan keuntungan
atau kerugian, ia tetap berkewajiban untuk menyelesaikan hutangnya kepada bank
2. Jika nasabah menjual barang tersebut sebelum masa angsuran berakhir, ia tidak
wajib segera melunasi seluruh angsurannya.
2. Jika nasabah menunda-nunda pembayaran dengan sengaja, atau jika salah satu
pihak tidak menunaikan kewajibannya, maka penyelesaiannya dilakukan melalui
Badan Arbitrasi Syari'ah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.
Ketujuh : Bangkrut dalam Murahahah:
Jika nasabah telah dinyatakan pailit dan gagal menyelesaikan hutangnya, Bank
harus menunda tagihan hutang sampai ia menjadi sanggup kembali, atau berdasarkan
kesepakatan.
1. Al - Qur’an
“Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu saling memakan (mengambil) harta s
esamamud dengan jalan yang batil (tidak benar), kecuali dengan jalan perniagaan yan
g berlaku secara sukarela di antaramu……” (QS 4 : 29)
“.…..dan jika (orang yang berutang itu) dalam kesukaran, maka berilah tangguh samp
ai ia berkelapangan”. (QS 2 : 280)
“Hai orang yang beriman jika kamu melakukan transaksi utang piutang untuk jangka
waktu yang ditentukan, tuliskanlah…..” (QS 2 : 282)
2. Al - Hadist
Dari Abu Sa’id Al-Khudri bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya jual beli
itu harus dilakukan suka sama suka”. (HR Al-Baihaqi, Ibnu Majah, dan shahih menur
ut Ibnu Hibban)
Rasulullah SAW bersabda: “Ada tiga hal yang mengandung keberkahan yaitu jual bel
i secara tangguh, muqaradhah (mudharabah) dan mencapur gandum dengan jewawut
untuk keperluan rumah tangga bukan untuk dijual”. (HR Ibnu Majah dari Shuhaib)
“Allah mengasihi orang yang memberikan kemudahan bila ia menjual dan membeli se
rta di dalam menagih haknya”. (Abu Hurairah)
“Orang yang melepaskan seorang muslim dari kesulitannya di dunia, Allah akan mele
paskan kesulitannya di hari kiamat; dan Allah senantiasa menolong HambaNya selam
a ia (suka) menolong saudaranya”. (HR Muslim)
“Penundaan (pembayaran) yang dilakukan oleh orang mampu adalah suatu kezalima
n”. (HR Bukhari dan Muslim)
Berkaitan dengan rukun dan syarat-syarat akad murabahah dalam kaidah muamalat
Islam adalah sebagai berikut :
Rukun akad murabahah :
1. Ada penjual (bai‟)
2. Ada pembeli (musytari)
3. Ada barang (mabi‟)
4. Sigat dalam bentuk ijab qabul.
Penjual dalam hal ini adalah pihak bank, yaitu bank yang berprinsip syariah yang akan
memberikan pembiayaan. Pembeli (musytari) adalah nasabah yang akan menerima
pembiayaan. Barang (mabi) adalah barang yang dibutuhkan oleh nasabah dan disebut
obyek akad. Sedangkan sighat dalam bentuk ijab qabul. Ijab adalah perkataan penjual,
sedangkan qabul merupakan perkataan pembeli.
Adapun syarat-syarat dalam akad murabahah adalah :
a. Pembeli (musytari) hendaklah betul-betul mengetahui modal sebenarnya dari suatu
barang yang hendak dibeli
b. Penjual dan pembeli hendaklah setuju dengan kadar hitungan atau tambahan harga
yang ditetapkan tanpa ada sedikitpun paksaan.
c. Barang yang dijual belikan bukanlah barang ribawi (semua barang yang dapat
mendatangkan riba).
d. Sekiranya barang tersebut telah dibeli dari pihak lain, jual beli yang pertama itu harus
sah menurut perundang-undangan Islam (Gemala Dewi,2008: 89).
E. Pengakuan dan Pengukuran Transaksi
Pengakuan dan pengukuran transaksi murabahah untuk penjual:
Persediaan yang dimiliki oleh penjual dinilai sebesar biaya atau harga perolehannya.
Harga perolehan adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan untuk
memperoleh aset hingga aset tersebut siap untuk dijual atau digunakan. PSAK 102 secara
jelas menyebutkan bahwa penjual harus memiliki akun persediaan dalam mencatat
perolehan aset murabahah.
Setelah persediaan tersebut berada di tangan penjual, penjual harus mengukur nilai
persediaan berdasarkan jenis transaksi murabahah. Pengukuran persediaan murabahah
pesanan mengikat berdasarkan (1) dinilai sebesar biaya perolehan, dan (2) jika terjadi
penurunan nilai aset karena usang, rusak, atau kondisi lainnya, penurunan nilai tersebut
dicatat sebagai beban dan mengurangi nilai aset. Jurnalnya adalah:
Beban Penurunan Nilai Persediaan xxx
Persediaan Murabahah xxx
Sedangkan untuk pengukuran persediaan murabahah dengan pesanan tidak mengikat
atau tanpa pesanan berdasarkan (1) nilai yang lebih rendah antara harga perolehan dengan
nilai bersih yang dapat direalisasi dan (2) jika nilai bersih yang dapat direalisasi lebih
rendah daripada harga perolehan maka selisihnya diakui sebagai kerugian. Jurnalnya
adalah:
Kerugian Penurunan Nilai Persediaan xxx
Persediaan Murabahah xxx
Terkait dengan diskon pembelian aset murabahah, pengakuannya adalah:
(1) mengurangi harga perolehan aset murabahah, bila terjadi sebelum akad
murabahah;
(2) menjadi kewajiban kepada pembeli, jika terjadi setelah akad murabahah dan sesuai
akad disepakati menjadi hak pembeli;
(3) menambah keuntungan murabahah, bila terjadi setelah akad murabahah dan sesuai
akad menjadi hak penjual;
(4) menambah pendapatan operasional lain, jika terjadi setelah akad murabahah dan
tidak diperjanjikan dalam akad.
kewajiban kepada pembeli di atas akan dihapus saat dilakukan pembayaran kepada
pembeli sebesar diskon pembelian dikurangi biaya pengembalian. Penjual
memindahkannya sebagai dana sosial jika pembeli sudah tidak dapat dijangkau oleh
penjual
Ketika terjadi penjualan persediaan kepada pembeli, penjual mengakui adanya
penerimaan kas untuk penjualan tunai atau pengakuan piutang murabahah untuk penjualan
tangguh. Nilai kas atau piutang ini sebesar harga perolehan persediaan ditambah
keuntungan yang disepakati. Penjual mengakui nilai bersih piutang yang dapat direalisasi
pada akhir periode laporan keuangan. Jurnalnya adalah:
Kas/Piutang Murabahah xxx
Persediaan Murabahah xxx
Pendapatan Margin Murabahah xxx
Penjual mengakui keuntungan murabahah (1) saat terjadinya penyerahan barang jika
dilakukan secara tunai atau secara tangguh yang tidak melebihi satu tahun dan (2) selama
periode akad sesuai dengan tingkat risiko dan upaya untuk merealisasikan keuntungan
tersebut untuk pembayaran tangguh. Metode pengakuan keuntungan untuk kejadian kedua
adalah,
1) saat penyerahan barang murabahah jika risiko penagihan kas dan beban pengelolaan
piutang serta penagihannya relatif kecil. Jurnal penyerahan aset adalah:
Piutang Murabahah xxx
Persediaan Murabahah xxx
Pendapatan Murabahah xxx
2) diakui proporsional sesuai besaran kas yang berhasil ditagih dari piutang murabahah
jika risiko piutang tidak tertagih relatif besar dan atau beban pengelolaan piutang serta
penagihannya relatif besar juga. Pengukuran proporsional diperoleh dari persentase
margin dan persentase harga perolehan dikalikan kas yang berhasil ditagih. Jurnal
penyerahan aset dan pembayaran angsuran piutang adalah:
Piutang Murabahah xxx
Persediaan Murabahah xxx
Pendapatan Murabahah Tangguhan xxx
Kas xxx
Pendapatan Murabahah Tangguhan xxx
Piutang Murabahah xxx
Pendapatan Murabahah xxx
3) Diakui saat seluruh piutang murabahah berhasil ditagih jika risiko piutang tidak
tertagih dan atau beban pengelolaan piutang besar. Jurnal saat penyerahan aset dan
pelunasan akhir piutang adalah:
Piutang Murabahah xxx
Persediaan Murabahah xxx
Pendapatan Murabahah Tangguhan xxx
Kas xxx
Pendapatan Murabahah Tangguhan xxx
Piutang Murabahah xxx
Pendapatan Murabahah xxx
Penjual mengakui potongan piutang murabahah karena dua hal, yaitu disebabkan
pembeli melunasi piutang tepat waktu atau lebih cepat dari waktu yang telah disepakati
dan disebabkan pembeli mengalami penurunan kemampuan pembayaran. Kasus pertama,
penjual mengakuinya sebagai pengurang keuntungan murabahah, sedangkan pada kasus
kedua diakui sebagai beban penjualan murabahah. Pemberian potongan piutang saat
pelunasan akan mengurangi piutang murabahah dan keuntungan murabahah. Jurnalnya
adalah:
Kas xxx
Pendapatan Murabahah xxx
Piutang Murabahah xxx
sedangkan jurnal untuk mengakui potongan piutang setelah pelunasan adalah:
Kas xxx
Pendapatan Murabahah xxx
Piutang Murabahah xxx
G.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penjelasan diatas disimpulkan bahwa :
1. Murabahah adalah salah satu prinsip dalam jual beli, selain Salam dan Istishna.
Murabahah adalah akad jual beli atas barang tertentu, di mana penjual
menyebutkan harga pembelian barang kepada pembeli kemudian menjual kepada
pihak pembeli dengan mensyaratkan keuntungan yang diharapkan sesuai jumlah
tertentu.Dalam akad murabahah, penjual menjual barangnya dengan meminta
kelebihan atas harga beli dengan harga jual.
2. Transaksi Murabahah dalam Lembaga Keuangan Syariah, khususnya perbankan
menempati porsi yang paling besar, bahkan pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
hampir seluruh transaksi penyaluran dananya mempergunakan prinsip jual beli
Mumbahah Salah satu penyebabnya adalah paradigma para pelaksana Bank
Syariah yang menyamakan atau membandingkan dengan Bank Konvensional
3. Dasar hukum murabahah terdapat pada Al-Qur’an : (QS 4 : 29); (QS 5 : 1); (QS 2 :
275); (QS 2 : 280); (QS 5 : 2); (QS 2 : 282) dan terdapat pada hadist.
4. Rukun akad murabahah itu ada 4, yaitu : ada penjual (bai‟), ada pembeli
(musytari), ada barang (mabi‟), sigat dalam bentuk ijab qabul.
5. Pengakuan dan pengukuran transaksi murabahah untuk penjual: Persediaan yang
dimiliki oleh penjual dinilai sebesar biaya atau harga perolehannya. Harga perolehan
adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan untuk memperoleh aset hingga
aset tersebut siap untuk dijual atau digunakan. Setelah persediaan berada di tangan
penjual, penjual harus mengukur nilai persediaan berdasarkan jenis transaksi
murabahah. Pengukuran persediaan murabahah pesanan mengikat berdasarkan (1)
dinilai sebesar biaya perolehan, dan (2) jika terjadi penurunan nilai aset karena
usang, rusak, atau kondisi lainnya, penurunan nilai tersebut dicatat sebagai beban
dan mengurangi nilai aset.
6. Penerapan murabahah pada Lembaga Keuangan Syariah (LKS) terjadi ketika ada
perpindahan kepemilikan langsung dari supplier kepada nasabah, sedangkan
pembayarannya dilakukan secara langsung oleh bank kepada penjual/supplier.
DAFTAR PUSTAKA
Ardha, N.B Dwi., A.F Rahman. 2013. Analisis Perlakuan Akuntansi Murabahah pada PT
Bank Rakyat Indonesia Syariah Cabang Kota Malang. Jurnal Ilmiah Mahasiswa FEB 2
(2).diakses pada 28 Februari 2023.
https://jimfeb.ub.ac.id/index.php/jimfeb/article/download/1058/970
Usanti, Trisadini Prasastinah. 2013. Akad Baku pada Pembiayaan Murabahah di Bank Syari
ah. Jurnal Perspektif: Kajian Masalah Hukum dan Pembangunan 18 (1). diakses pada 1
Maret 2023. https://media.neliti.com/media/publications/161833-ID-akad-baku-pada-pe
mbiayaan-murabahah-di-b.pdf