Anda di halaman 1dari 9

Makalah Akuntansi Murabahah

Automotif

Berita

Manfaat

Makalah

Sejarah

Teknologi

Tutorial
Home › Unlabelled › Makalah Akuntansi Murabahah
Makalah Akuntansi Murabahah
Posted by Bloggsumum - 7:47:00 PM -
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu faktor yang mendorong pertumbuhan ekonomi suatu negara adalah adanya
sistem keuangan yang berjalan dengan baik, oleh karena itu peranan lembaga keuangan
seperti perbankan menjadi sangat penting dalam sebuah perekonomian. Berdasarkan
pengaruh dari krisis keuangan global yang terjadi, bank syariah adalah lembaga
keuangan yang mampu bertahan dibandingkan dengan bank konvensional yang mengalami
dampak buruk dari krisis global tersebut, sehingga banyak lembaga keuangan yang
melirik untuk menggunakan sistem ekonomi syariah yang diterapkan pada bank syariah.
Salah satu pembiayaan yang ada di bank syariah adalah pembiayaan murabahah, yaitu
prinsip jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang telah
disepakati bersama.
Untuk memudahkan pihak yang melakukan perekonomian maka dibutuhkan sistem keuangan
yang dapat memudahkan pihak pihak yang akan memakainya, maka keberadaan ilmu
akutansi sangat membantu, akuntansi secara umum mempunyai fungsi untuk memberikan
informasi khususnya yang bersifat keuangan sebagai bahan dasar dalam pengambilan
keputusan oleh pihak-pihak tertentu yang membutuhkannya. Oleh karena itu laporan
keuangan yang akan dijadikan sebagai alat informasi tersebut harus sesuai dengan
standar laporan keuangan yang tidak terlepas dari cara pandang masyarakat.

B.     RUMUSAN MASALAH


1.      Pengertian akutansi murabahah ?
2.      Kententuan dalam akutansi murabahah ?
3.      Standar akutansi murabahah dalam PSAK No. 102 ?
4.      Perlakuan akutansi murabahah ?

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Murabahah


Murabahah adalah akad jual beli barang dengan harga jual sebesar biaya perolehan
ditambah keuntungan yang disepakati dan penjual harus mengungkapkan biaya perolehan
barang tersebut kepada pembeli.
Dengan kata lain murabahah merupakan akad jual beli atas suatu barang, dengan harga
yang disepakati antara penjual dan pembeli, setelah sebelumnya penjual menyebutkan
dengan sebenarnya harga perolehan atas barang tersebut dan besarnya keuntungan yang
diperolehnya. Aset Murabahah adalah aset yang diperoleh dengan tujuan untuk dijual
kembali dengan menggunakan akad murabahah.
            Dasar syariah akutansi murabahah :
1.      Al – Quran
“Hai orang orang yang beriman! Janganlah kamu saling memakan (mengambil) harta
sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar), kecuali dengan jalan perniagaan
yang berlaku dengan sukarela diantaramu...” (QS 4:29)

2.      Al Hadis
Rasulullah SAW bersabda, “ada tiga hal yang mengandung keberkahan: jual beli secara
tangguh, muqaradhah (Mudharabah) dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan
rumah tangga bukan untuk dijual”.(HR. Ibnu Majah dari Shuhaib).

            Ada dua jenis murabahah, yaitu:


a.       Murabahah dengan pesanan (murabahah to the purchase order)
Dalam murabahah jenis ini, penjual melakukan pembelian barang setelah ada pemesanan
dari pembeli. Murabahah dengan pesanan dapat bersifat mengikat atau tidak mengikat
pembeli untuk membeli barang yang dipesannya. Kalau bersifat mengikat, berarti
pembeli harus membeli barang yang dipesannya.
Jika aset murabahah yang telah dibeli oleh penjual, dalam murabahah pesanan
mengikat, mengalami penurunan nilai sebelum diserahkan kepada pembeli maka
penurunan nilai tersebut menjadi beban penjual dan akan mengurangi nilai.
Skema Murabahah Pesanan :
1)      Melakukan akad murabahah
2)      Penjual memesan dan membeli pada supplier/produsen
3)      Barang diserahkan dari produsen
4)      Barang diserahkan kepada pembeli
5)      Pembayaran dilakukan oleh pembeli
b.      Murabahah tanpa pesanan (Murabahah jenis ini bersifat tidak mengikat)
Dalam murabahah tanpa pesanan, penjual melakukan pembelian walaupun tidak ada
pemesanan dari pihak pembeli.
Skema Murabahah Tanpa Pesanan :
1)      Melakukan akad murabahah
2)      Barang diserahkan kepada pembeli
3)      Pembayaran dilakukan oleh pembeli
Transaksi murabahah tidak harus dalam bentuk pembayaran tangguh (Kredit), melainkan
dapat juga dalam bentuk tunai setelah menerima barang, ditangguhkan dengan mencicil
setelah menerima barang, ataupun ditangguhkan dengan membayar sekaligus dikemudian
hari (PSAK 102 Paragraf 8).
            Pembayaran Murabahah dapat dilakukan secara tunai atau tangguh :
a.       Tunai, Pembeli melakukan pembayaran secara tunai saat aset murabahah
diserahkan.
b.      Tangguh, Pembayaran tidak dilakukan saat aset murabahah diserahkan, tetapi
pembayaran dilakukan secara angsuran atau sekaligus pada waktu tertentu, disini
akan muncul piutang murabahah.
Harga yang disepakati dalam murabahah adalah harga jual, biaya perolehan aset
murabahah harus diberitahukan kepada pembeli. Diskon yang diperoleh penjual atas
aset murabahah sebelum akad murabahah menjadi hak pembeli. Diskon yang diperoleh
penjual atas aset murabahah setelah akad murabahah diberlakukan sesuai akad
murabahah yang disepakati dan jika tidak diatur dalam akad, maka akan menjadi hak
penjual. 

Penjual dapat meminta uang muka kepada pembeli sebagai komitmen pembelian aset
murabahah sebelum akad disepakati. Uang muka akan menjadi bagian pelunasan piutang
murabahah, jika akad disepakati. Jika akad batal, maka uang muka dikembalikan
kepada pembeli setelah dikurangi riil yang ditanggung oleh penjual. Jika uang muka
lebih kecil dari kerugian, maka penjual dapat meminta tambahan dari pembeli.
Jika pembeli tidak dapat menyelesaikan piutang murabahah, maka penjual dapat
mengenakan denda kecuali jika dapat dibuktikan pembeli tidak atau belum mampu
melunasi disebabkan oleh force mejeur.
Penjual boleh memberikan potongan pada saat pelunasan piutang murabahah jika
pembeli :
1.      Melakukan pelunasan pembelian tepat waktu, atau
2.      Melakukan pelunasan pembelian lebih cepat dari waktu yang telah disepakati

Penjual boleh memberikan potongan dari total piutang murabahah yang belum dilunasi
jika pembeli :
1.      Melakukan pembayaran cicilan tepat waktu
2.      Mengalami penurunan kemampuan pembayaran, atau
3.      Meminta potongan dengan alasan yang dapat diterima penjual

Murabahah (al-bai’ bi tsaman ajil) lebih dikenal sebagai murabahah saja. Murabahah
yang berasal dari kata ribhu (keuntungan), adalah transaksi jual beli dimana bank
menyebut jumlah keuntungannya. Bank bertindak sebagai penjual, sementara nasabah
sebagai pembeli. Harga jual adalah harga beli bank dari pemasok ditambah keuntungan
(margin). Dalam produk ini terjadi jual beli antara pembeli (nasabah) dan penjual
(bank). Bank dalam hal ini membelikan barang yang dibutuhkan nasabah (nasabah yang
menentukan spesifikasinya) dan menjualnya kepada nasabah dengan harga plus
keuntungan. Jadi dari produk ini bank menerima laba atas jual beli. Harga pokoknya
sama sama diketahui oleh dua belah pihak.

Kedua belah pihak harus menyepakati harga jual dan jangka waktu pembayaran. Harga
jual dicantumkan dalam akad jual beli dan jika telah disepakati tidak dapat berubah
selama berlakunya akad. Dalam perbankan murabahah selalu dilakukan dengan cara
pembayaran cicilan (bi tsaman ajil atau muajjal). Dalam transaksi ini barang
diserahkan segera setelah akad, sedangkan pembayaran dilakukan secara tangguh atau
cicilan.
Jual beli murabahah walaupun memiliki fleksibelitas dalam hal waktu pembayaran,
dalam praktik perbankan di Indonesia adalah tidak umum menggunakan skema pembayaran
langsung setelah barang diterima oleh pembeli (nasabah). Praktik yang paling banyak
digunakan adalah skema pembayaran dengan mencicil setelah menerima barang. Adapun
praktik dengan pembayaran sekaligus setelah ditangguhkan beberapa lama, diterapkan
secara selektif pada nasabah pembiayaan dengan karakteristik penerimaan pendapatan
musiman, seperti nasabah yang memiliki usaha pemasok barang dengan pembeli yang
membayar secara periodik.
Dalam pelaksanaannya hal yang membedakan murabahah dengan penjualan yang biasa kita
kenal adalah penjual secara jelas memberi tahu kepada pembeli berapa harga pokok
barang tersebut dan berapa besar keuntungan yang diinginkannya. Pembeli dan penjual
dapat melakukan tawar menawar atas besaran marjin keuntungan sehingga akhirnya
diperoleh kesepakatan. Murabahah berdasarkan pesanan dapat bersifat mengikat
nasabah untuk membeli barang yang dipesannya. Dalam murabahah pesanan mengikat
pembeli tidak dapat membatalkan pesananya.
Apabila aktiva murabahah yang telah dibeli bank (sebagai penjual) dalam murabahah
pesanan mengikat mengalami penurunan nilai sebelum diserahkan kepada pembeli maka
penurunan nilai tersebut menjadi beban penjual (bank) dan penjual (bank) akan
mengurangi nilai akad.
Pada proses pembayarannya dapat dilakukan secara tunai atau cicilan. Selain itu,
dalam murabahah juga diperkenankan adanya perbedaan dalam harga untuk cara
pembayaran yang berbeda bank dapat memberikan potongan apabila nasabah :

a.       Mempercepat pembayaran cicilan, atau


b.      Melunasi piutang murabahah sebelum jatuh tempo

Harga yang disepakati dalam murabahah adalah harga jual beli sedangkan harga beli
harus diberitahukan. Jika bank mendapat potongan dari pemasok maka potongan itu
merupakan hak nasabah. Apabila potongan tersebut terjadi setelah akad maka
pembagian potogan tersebut dilakukan berdasarkan perjanjian yang dimuat dalam akad.

a.       Bank dapat meminta nasabah menyediakan agunan atas piutang murabahah,
antara lain dalam bentuk barang yang telah dibeli dari bank.
b.      Bank dapat meminta kepada nasabah urbun sebagai uang muka pembelian pada
saat akad apabila kedua belah pihak bersepakat.

Urbun menjadi bagian pelunasan piutang murabahah apabila murabahah jadi


dilaksanakan. Tetapi apabila murabahah batal, urbun dikembalikan kepada nasabah
setelah dikurangi dengan kerugian sesuai dengan kesepakatan. Jika uang muka itu
lebih kecil dari kerugian bank maka bank dapat meminta tambahan dari nasabah.
Apabila nadabah tidak dapat memenuhi piutang murabahah sesuai dengan yang
diperjanjikan, bank berhak mengenakan denda kecuali jika dapat membuktikan bahwa
nasaah tidak mampu melunasi. Denda diterapkan bagi nasabah mampu yang menunda
pembayaran. Denda tersebut didasarkan pada pemdekatan ta’zir yaitu untuk membuat
nasabah lebih disiplin terhadap kewajibannya. Besarnya denda sesuai dengan yang
diperjanjikan dalam akad dan dana yang berasal dari denda diperuntukkan sebagai
dana sosial (qardhul hasan).

Akutansi Untuk Penjual


Pengukuran saat perolehan diakui sebagai persediaan
1.      Jika aset murabahah bersifat mengikat
a.       Dinilai sebesar biaya perolehan, dan
b.      Jika terjadi penurunan nilai sebelum diserahkan ke nasabah, maka diakui
sebagai beban dan mengurangi nilai aset murabahah
2.      Jika aset murabahah bersifat tanpa pesanan atau tidak mengikat
a.       Dinilai sebesar biaya perolehan atau nilai realisasi neto, mana yang lebih
rendah, dan
b.  Jika nilai realisasi neto lebih rendah dari biaya perolehan, maka selisihnya
diakui sebagai kerugian.
Contoh :
Pada 1 Februari 2016, PT RET Bank Syariah membeli sebuah mobil senilai Rp 300 juta,
karena adanya perjanjian akad murabahah berdasarkan pesanan salah satu nasabahnya.
Pembayaran ke Bank akan dilakukan dengan cicilan sesuai akad.
Jurnal 1.a
Persediaan                                                                          
     Rp. 300.000.000
                       
Bank                                                                                
        Rp. 300.000.000

Pada 7 Februari 2016, terjadi penurunan nilai atas mobil tersebut karena adanya
penurunan harga atas mobil yang sejenis sebesar Rp 20 juta, sebelum diserahkan
kepada pembeli pada 14 Februari 2016.
Jurnal 1.b
Beban penurunan nilai persediaan                                          Rp.
20.000.000
                       
Persediaan                                                                          
     Rp. 20.000.000
                      
            Diskon pembelian aset murabahah diakui sebagai :
1.  Pengurang biaya perolehan aset murabahah, jika terjadi sebelum akad
2.  Liabilitas kepada pembeli, jika terjadi setelah akad dan sesuai akad yang
disepakati menjadi hak pembeli
3.  Tambahan keuntungan murabahah, jika terjadi setelah akad dan sesuai akad yang
disepakati menjadi hak penjual, atau
4. Pendapatan operasional lain, jika terjadi setelah akad dan tidak diperjanjikan
dalam akad.
Liabilitas kepada pembeli akan tereleminasi jika :
1.  Dilakukakn pembayaran kepada pembeli sejumlah potongan dikurangi biaya
pengembalian, atau
2.  Dipindahkan sebagai dana kebajikan jika pembeli sudah tidak dapat dijangkau
oleh penjual
Pada saat akad murabahah, piutang murabahah diakui sebesar biaya perolehan ditambah
keuntungan yang disepakati. Pada akhir periode laporan keuangan, piutang murabahah
dinilai sebesar nilai neto yang dapat direalisasi, yaitu saldo piutang dikurangi
penyisihan kerugian piutang.

Advertiser
Keuntungan murabahah diakui :
1.    Pada saat terjadinya penyerahan barang jika dilakukan secara tunai atau
secara tangguh yang tidak melebihi satu tahun, atau
2.    Selama periode akad dengan tingkat resiko dan upaya untuk merealisasikan
keuntungan tersebut untuk transaksi tangguh lebih dari satu tahun. Berikut beberapa
metodenya :
a.  Keuntungan diakui saat penyerahan aset murabahah. Metode ini terapan untuk
murabahah tangguh dimana resiko penagihan kas dari piutang murabahah dan bebean
pengelolaan piutang serta penagihannya relatif kecil.
b.      Keuntungan diakui proporsional dengan besaran kas yang berhasil ditagih
dari piutang murabahah. Metode ini terapan untuk transaksi murabahah tangguh dimana
resiko piutang tidak tertagih relatif lebih besar dan beban untuk mengelola dan
menagih piutang tersebut relatif besar juga.
c.    Keuntungan diakui saat seluruh piutang murabahah berhasil ditagih. Metode ini
terapan untuk transaksi murabahah tangguh dimana resiko piutang tidak tertagih dan
beban pengelolaan piutang serta penagihannya cukup besar. Didalam prakteknya jarang
dipakai.

B.     Ketentuan ketentuan dalam akutansi murabahah


1.      Ketentuan Syariah Transaksi Murabahah
Pembolehan penggunaan murabahah didasarkan pada Al-Quran surat Al Baqarah ayat 275
yang menyatakan bahwa Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.
Ketentuan syar’i terkait transakasi murabahah, digariskan oleh fatwa dewan syariah
Nomor 04/DSN-MUI/IV/2000.
2.      Rukun Transaksi Murabahah
Rukun trasnsaksi murabahah meliputi transaktor, yaitu  adanya pembeli (nasabah) dan
penjual (bank syariah), objek akad murabahah yang didalamnya tekandung barang dan
harga, serta ijab dan qabul berupa pernyataan kehendak masing masing pihak , baik
dalam bentuk ucapan maupun perbuatan.
a.       Transaktor (pihak yang bertransaksi) terdiri dari pembeli (nasabah) dan
penjual (bank syariah), transaktor di syaratkan memiliki kompetensi berupa akil
baligh dan kemampuan memilih yang optimal, seperti tidak gila, tidak terpaksa, dan
lainnya. Adapun transaksi dengan anak kecil dapat dilakukan dengan izin dan
pantauan dari walinya.
b.      Objek murabahah, meliputi barang dan harga barang yang diperjual belikan,
barang tersebut tidak boleh barang yang diharamkan oleh syariah islam.
Objek jual beli harus memenuhi :
1)      Barang yang diperjual belikan adalah barang halal
2)      Barang yang diperjual belikan harus dapat diambil manfaatnya
3)      Barang tersebut dimiliki oleh penjual
4)    Barang tersebut dapat diserahkan tanpa tergantung dengan kejadian tertentu
dimasa depan.
5)  Barang tersebut harus diketahui secara spesifik dan dapat diidentifikasikan
oleh pembeli sehingga tidak ada gharar (ketidakpastian)
6)      Barang tersebut dapat diketahui kuantitas dan kualitasnya degan jelas
7)      Harga barang tersebut jelas
8)      Barang yang diakadkan ada di tangan penjual
c.       Ijab dan kabul, merupakan kehendak pihak yang bertransaksi baik itu secara
lisan maupun tertulis, atau secara diam diam. Pernyataan dan ekspresi saling
rida/rela diantara pihak-pihak pelaku akad yang dilakukan secara verbal, tertulis,
melalui korespondensi atau menggunakan cara-cara komunikasi modern. Apabila jual
beli telah dilakukan sesuai dengan ketentuan syariah maka kepemilikannya,
pembayarannya dan pemanfaatan atas barang yang diperjualbelikan menjadi halal.
Demikian sebaliknya. Kalau kita perhatikan, semua ketentuan syariah diatas tidak
ada yang memberatkan. Semuanya masuk akal, memiliki nilai moral yang tinggi,
menghargai hak kepemilikan harta, meniadakan persengketaan yang dapat berakibat
pada permusuhan.

Akad ini bersifat mengikat dan mencantumkan berbagai hal yaitu :


1.      Nama notaris serta informasi tentang waktu dan tempat tanda tangan
2.      Identitas pihak pertama, bank syariah (biasanya kepala cabang)
3.    Identitas pihak kedua, dalam hal ini nasabah yang akan membeli barang dengan
didampingi suami/istri yang bersangkutan sebagai ahli waris
4.      Bentuk akad beserta penjelasan akad

d.      Pengawasan syariah transaksi murabahah


1.      Memastikan barang transaksi tidak diharamkan syariah
2.      Memastikan harga jual senilai harga beli plus margin
3.      Meneliti akad wakalah dan pembiayaan berdasarkan prinsip murabahah

C.    Standar akutansi murabahah dalam PSAK No. 102


PSAK 102 paragraf 5 – 17 mengatakan karakteristik transaksi Murabahah,           
diantaranya :
1. Murabahah dapat dilakukan berdasarkan pesanan atau tanpa
pesanan. Murabahah berdasarkan pesanan dimana penjual melakukan pembelian barang
setelah ada pemesanan dari pembeli
2.   Murabahah berdasarkan pesanan dapat bersifat mengikat atau tidak mengikat
pembeli untuk membeli barang yang dipesannya. Dalam murabahah pesanan mengikat,
pembeli tidak dapat membatalkan pesanannya. Apabila asset murabahah yang telah
dibeli penjual dalam pesanan  mengikat mengalami penurunan nilai sebelum diserahkan
kepada pembeli, maka penurunan nilai tersebut menjadi beban penjual dan akan
mengurangi nilai akad.
3.      Pembayaran murabahah dapat dilakukan secara tunai atau tangguh. Pembayaran
tangguh adalah pembayaran yang dilakukan tidak pada saat barang diserahkan kepada
pembeli, tetapi pembayarannya dilakukan dalam bentuk angsuran atau sekaligus pada
waktu tertentu.
4.  Akad murabahah memperkenakan penawaran harga yang berbeda untuk cara
pembayarannya yang berbeda sebelum akad murabahah dilakukan. Namun jika akad
tersebut telah disepakati maka hanya ada satu harga yang digunakan
5.  Harga yang disepakatai dalam murabahah adalah harga jual, sedangkan biaya
perolehan harus diberitahukan. Jika penjual mendapatkan diskon sebelum
akad murabahah maka potongan itu merupakan hak pembeli. Sedangkan diskon yang
diterima setelah akad murabahah disepakati maka sesuai dengan yang diatur dalam
akad, dan jika tidak diatur dalam akad maka potongan tersebut adalah hak penjual.
6.      Diskon yang terkait dengan pembelian barang, antara lain meliputi:
a)    Diskon dalam bentuk apapun dari pemasok atas pembelian barang
b)   Diskon biaya asuransi dari perusahaan asuransi dalam rangka pembelian barang
c)   Komisi dalam bentuk apapun yang diterima terkait dengan pembelian barang
1.   Diskon atas pembelian barang yang diterima setelah akad murabahah disepakati
dan diperlakukan sesuai dengan kesepakatan dalam akad tersebut. Jika akad tidak
mengatur maka diskon tersebut menjadi hak penjual.
2.    Penjual dapat meminta pembeli menyediakan agunan atas
piutang murabahah antara lain dalam bentuk barang yang telah dibeli dari penjual.
3. Penjual dapat meminta uang muka kepada pembeli sebagai bukti komitmen pembelian
sebelum akad disepakati. Uang muka menjadi bagian pelunasan piutang murabahah jika
akad murabahah disepakati. Jika akad murabahah batal, uang muka dikembalikan kepada
pembeli setelah dikurangi dengan kerugian sesuai dengan kesepakatan. Jika uang muka
itu lebih kecil dari kerugian, penjual dapat meminta tambahan dari pembeli.
4. Jika membeli tidak dapat menyelesaikan piutang murabahah,  penjual berhak
mengenakan denda kecuali jika dapat dibuktikan bahwa pembeli tidak atau belum mampu
melunasi disebabkan oleh force majeur. Denda didasarkan pada
pendekatan ta’zir yaitu untuk membuat pembeli lebih disiplin terhadap kewajibannya.
5.   Penjual boleh memberikan potongan pada saat pelunasan piutang murabahah jika
pembeli : melakukan pelunasan pembayaran tepat waktu atau lebih cepat dari waktu
yang telah disepakati.
6.  Penjual boleh memberikan potongan dari total piutang murabahah yang belum
dilunasi jika pembeli : melakukan pembayaran cicilan tepat waktu dan atau mengalami
penurunan kemampuan pembayaran. 
D.    Perlakuan akutansi murabahah
Sedangkan perlakuan akuntansi murabahah adalah sebagai berikut :
1.      Pengakuan dan pengukuran urbun ( uang muka ) :
a)  Urbun diakui sebagai uang muka pembelian sebesar jumlah yang diterima bank pada
saat diterima
b)  Jika transaksi murabahah dilaksanakan, maka urbun diakui sebagai pembayaran
piutang ( bagian angsuran pembelian )
c)  Jika transaksi tidak dilaksanakan, maka urbun dikembalikan kepada nasabah
setelah dikurangi dengan biaya yang telah dikeluarkan bank
d)  Pengakuan piutang
Pada saat akad murabahah, piutang murabahah diakui sebesar nilai perolehan ditambah
keuntungan yang disepakati

2.   Pengakuan keuntungan murabahah diakui :


a)      Pada periode terjadinya, apabila akad berakhir pada periode laporan
keuangan yang sama
b)  Selain periode akad secara proporsional, apabila akad melampaui satu periode
laporan keuangan.
c)      Pengakuan potongan pelunasan dini diakui dengan menggunakan salah satu
metode :
·         Pada saat penyelesaian, bank mengurangi piutang murabahah dan
keuntungan murabahah
·         Setelah penyelesaian, bank terlebih dahulu meminta
pelunasan murabahah dari nasabah, kemudian bank membayar pengakuan potongan kepada
nasabah dengan mengurangi keuntungan murabahah
d)      Pengakuan denda diakui sebagai dana kebajikan pada saat diterima
e)      Pada akhir periode, piutang murabahah disajikan sebesar nilai bersih yang
dapat direalisasikan.
f)       Pada akhir periode, margin murabahah tangguhan disajikan sebagai pos lawan
piutang murabahah.

BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Murabahah adalah transaksi penjualan barang dengan menyatakan harga perolehan dan
keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli. Pembayaran atas akad
jual beli dapat dilakukan secara tunai atau tangguh (ba’i muajjal). Hal yang
membedakan murabahah dengan penjualan yang biasa kita kenal adalah penjual secara
jelas memberi tahu kepada pembeli berapa harga pokok barang tersebut dan berapa
besar keuntungan yang diinginkannya. Pertukaran barang dengan barang, terlebih
dahulu harus memperhatikan apakah barang tersebut merupakan barang ribawi atau
bukan.
Harga tidak boleh berubah sepanjang akad, kalau terjadi kesulitan barang dapat
dilakukan restrukturisasi dan kalau tidak membayar karena suatu hal yang telah
ditentukan maka tidak akan dikenakan denda. Sedangkan denda yang diperoleh tersebut
akan dianggap sebagai dana kebajikan. Pembayaran uang muaka juga diperbolehkan.
Ada beberapa jenis akad murabahah seluruhnya halal asalkan memenuhi rukun dan
ketentuan syariah. Untuk biaya yang terkait dengan aset murabahah boleh
diperhitungkan sebagai beban asalkan itu adalah biaya langsung, atau biaya tidak
langsung yang memberi nilai tambah pada aset murabahah. Pelaksanaan akuntansi untuk
murabahah diatur dalam PSAK 102.  

DAFTAR PUSTAKA

Yaya, Rizal. 2014. Akutansi Perbankan Syariah. Jakarta : Salemba


Nurhayati, Sri. 2000. Akutansi Syariah Indonesia. Jakarta : Salemba
Harahap, Ofyan Syafri. 2004. Akutansi Islam. Jakarta : PT.Bumi Aksara
Rivai, Veithzal. 2008. Islamic Financial Management. Jakarta : PT. RajaGrafindo
Persada
Karim, Adiwarman. 2004. Bank Islam (Analisis Fiqih dan Keuangan). Jakarta : PT.
RajaGrafindo Persada

SHARE THIS
Share on FacebookTweet on TwitterPlus on Google+
SUBSCRIBE to OUR NEWSLETTER

Delivered by FeedBurner

submit
2 Comments

Balas
faridaApril 26, 2018 at 5:38 AM
Thanks ya, artikel nya sangat bermanfaat dan membantu. Untuk mencari dan
mendounlowd kumpulan tugas, baik makalah, power point ataupun mapping maka kunjungi
juga ya KUMPULAN TUGAS SEKOLAH DAN KULIAH IPS, KWN, EKONOMI DAN AKUNTANSI

Balas
masnarcomputer.comNovember 24, 2018 at 7:24 AM
SANGAT MEMBANTU

Emoticon

‹ Newer PostOlder Post ›

Artikel Pilihan
Entri Populer

Makalah Akuntansi Murabahah


Makalah Qawaid Fiqhiyah dan Qawaid Ushuliyah Serta Penerapannya Dalam Muamalah
Makalah Idealisme Plato (Forma, Becoming, Kebaikan Universal) Dan Realisme
Aristoteles (Forma Materia, Teori Empat Causa, Etika Kebahagiaan)
Makalah Tentang Hadis Ahad (Hadis Aziz, Gharib, Dan Masyhur)

Makalah Humanisme Dan Renainsanse (Gerakan Ilmu Dan Awal Filsafat Modern)

Makalah Konsep Transaksi Syariah


Contoh Bisnis Budidaya Ikan Gabus Dengan Menggunakan Fungsi Manajemen

Makalah Akuntansi Syariah

Review Jurnal dengan topik Sistem Informasi Manajemen

Peristiwa Fathul Makkah


Most Recent Post
 
About

Contact

Parse Code

Privacy Policy

Static Page
Copyright © 2016 Test nge-Blog - All Right Reserved

Anda mungkin juga menyukai