Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. LatarBelakang

Perekonomian merupakan tulang punggung kehidupan masyarakat. Dan islam


sangatmelarang segala sesuatu yang dapat merusak kehidupan perekonomian bangsa,
seperti riba, gharar dan maysir. Islam juga melarang umatnya menumpuk uang atau
menumpuk kekayaan, karena islam tidak membenarkan penganutnya memperkaya dan
mementingkan diri sendiri demi keuntungan pribadi, memperbudak, dan memeras simiskin
karena perbuatan tersebut akan membuat orang kikir. Islam mendorong pemerataan
pendapatan dan kemakmuran ekonomi dalam masyarakat. Dan diantara solusi islam dalam
upaya pemerataan pendapatan dan kemakmuran ekonomi masyarakat adalah dengan
pemberdayaan ekonomi syariah.

Semakin pesatnya perkembangan bisnis syariah di Indonesia, maka peluang yang


dihadapi oleh para pelaku bisnis syariah dalam mengembangkan sumber daya masyarakat.
Perkembangan tersebut ditandai dengan tumbuh suburnya bisnis syariah di Indonesia. Secara
umum dapatdikatakan bahwa syariah menghendaki kegiatan ekonomi yang halal, baik produk
yang menjadi objek, cara perolehannya, maupun cara penggunaannya. Oleh karena itu kami
membahas kajian ayat dan hadits tentang Investasi agar kita mengetahui cara-cara
berinvestasi menurut Al-Qur’an dan hadits yang benar.

B. RumusanMasalah
1. Apa pengertian investasi ?
2. Apa saja dasar hukum tentang investasi ?
3. Apa saja investasi yang dilarang ?

1
.BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Investasi

Investasi yaitu menunda pemanfaatan harta yang kita miliki pada saat ini, atau berarti
menyimpan, mengelola dan mengembangkannya untuk masa yang akan datang ,merupakan
hal yang dianjurkan dalam Al-Qur’an.

Menurut Sunariyah “Investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva
yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan
di masa-masa yang akan datang.”1

Secara harfiah mengelola harta itu bisa dilakukan dalam beberapa bentuk, seperti
menyimpan di rumah, menabung atau mendepositokan di bank, mengembangkannya melalui
bisnis, membelikan property ataupun cara-cara lain yang halal dan berpotensi besar dapat
menghasilkan keuntungan.

Sebagi muslim yang baik, melaksanakan dan menindak lanjuti perintah Allah swt
sebaiknya tidak sekedar dilakukan untuk menggugurkan kewajiban, tetapi benar-benar kita
lakukan dengan sebaik mungkin, termasuk dalam mengelola kekayaan yang telah
diamanahkan oleh Allah swt kepada kita semua.

B. Dasar Hukum Tentang Investasi

Investasi yang berarti menunda pemanfaatan harta yang kita miliki pada saat ini, atau
berarti menyimpan, mengelola dan mengembangkannya merupakan hal yang dianjurkan
dalam Al-Qur’an seperti yang dijelaskan dalam Al-Qur’an Surat Yusuf 12: ayat 46-49.

1. Sunariyah, Pengantar Pengetahuan Pasar Modal, (Yogyakarta: UUP AMP YKPN, 2003), h.32

2
Allah swt berfirman :

ٍ ‫ض= ٍر َوأُخَ= َر يَابِ َس=ا‬


‫ت لَ َعلِّي أَرْ ِج= ُع إِلَى‬ ْ ‫ت ُخ‬ ٌ =‫ت ِس َما ٍن يَأْ ُكلُه َُّن َس= ْب ٌع ِع َج‬
ٍ ‫اف َو َس=ب ِْع ُس= ْنبُاَل‬ ٍ ‫ق أَ ْفتِنَا فِي َسب ِْع بَقَ َرا‬ ِّ ‫يُو ُسفُ أَيُّهَا ال‬
ُ ‫صدِّي‬
‫) ثُ َّم يَ==أْتِي ِم ْن‬47( َ‫ص ْدتُ ْم فَ َذرُوهُ فِي ُس= ْنبُلِ ِه إِاَّل قَلِياًل ِم َّما تَ==أْ ُكلُون‬
َ ‫) قَا َل ت َْز َر ُعونَ َس ْب َع ِسنِينَ دَأَبًا فَ َما َح‬46( َ‫اس لَ َعلَّهُ ْم يَ ْعلَ ُمون‬
ِ َّ‫الن‬
ِ ‫َاث النَّاسُ َوفِي ِه يَع‬
َ‫ْصرُون‬ َ ِ‫) ثُ َّم يَأْتِي ِم ْن بَ ْع ِد َذل‬48 ( َ‫صنُون‬
ُ ‫ك عَا ٌم فِي ِه يُغ‬ ِ ْ‫ك َس ْب ٌع ِشدَا ٌد يَأْ ُك ْلنَ َما قَ َّد ْمتُ ْم لَه َُّن إِاَّل قَلِياًل ِم َّما تُح‬
َ ِ‫بَ ْع ِد َذل‬
49 – 46 :‫) } [يوسف‬49(

Artinya:
12:46. (Setelah pelayan itu berjumpa dengan Yusuf, dia berseru): “Yusuf, hai orang yang
amat dipercaya, terangkanlah kepada kami tentang tujuh ekor sapi betina yang gemuk-gemuk
yang dimakan oleh tujuh ekor sapi betina yang kurus-kurus dan tujuh bulir (gandum) yang
hijau dan (tujuh) lainnya yang kering agar aku kembali kepada orang-orang itu, agar mereka
mengetahuinya.”

12:47. Yusuf berkata: “Supaya kamu bertanam tujuh tahun (lamanya) sebagaimana biasa;
maka apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan dibulirnya kecuali sedikit untuk kamu
makan.

12:48. Kemudian sesudah itu akan datang tujuh tahun yang amat sulit, yang menghabiskan
apa yang kamu simpan untuk menghadapinya (tahun sulit), kecuali sedikit dari (bibit
gandum) yang kamu simpan.

12:49. Kemudian setelah itu akan datang tahun yang padanya manusia diberi hujan (dengan
cukup) dan di masa itu mereka memeras anggur.” (QS Yusuf 12:46-49.)

 Ayat ini mengajarkan kepada kita untuk tidak mengkonsumsi semua kekayaan yang
kita miliki pada saat kita telah mendapatkannya, tetapi hendaknya sebagian kekayaaan yang
kita dapatkan itu juga kita tangguhkan pemanfaatannya untuk keperluan yang lebih penting.
Dengan bahasa lain, ayat ini mengajarkan kepada kita untuk mengelola dan mengembangkan
kekayaan demi untuk mempersiapkan masa depan. Masa depan itu bisa berarti 1, 2, 5, 10 atau
15 tahun ke depan bahkan lebih, termasuk juga masa pensiun atau hari tua.

3
Selain itu, dalil lain tentang investasi juga ada dalam hadist sebagai berikut :

‫ت‬ َ ‫ص==لَّى هللا َعلَي== ِه َو َس==لَّ َم َوه‬


ٍ ‫ُ==وبِ َخ ْيبَ َربِقِاَل َد‬ َ ‫ أُتِ َي َر ُس==وْ اُل هلل‬: ‫ض== َي هللا َع ْن==هُ يَقُ==وْ ُل‬ ِ ‫ي َر‬ ّ ْ ‫ار‬
ِ ==‫ص‬ َ ‫ض==الَةَ ْبنَ ُعبَ ْي ٍدااْل َ ْن‬
َ َ‫ع َْن ف‬
‫ ثُ َّم‬،ُ‫=ز َع َوحْ= َده‬ ِ =ُ‫ب الَّ ِذي فِي ْالقِاَل َد ِةفَن‬ َ ‫ فَأ َ َم ُر َرسُوْ ُل هللا‬،ُ‫ َو ِه َي ِمنَ ْال َمغَانِ ِم تُبَاع‬, ٌ‫فِ ْيهَاخَ َر ٌز َو َذهَب‬
ِ َ‫ص=لَّى هللا َعلَي= ِه َو َس=لَّ َم بِال= َّذه‬
(‫رواه مسلم‬ )"‫ َو ْزنَا بِ َو ْز ِن‬،‫ب‬ َّ ِ‫الذهَبُ ب‬
ِ َ‫الذه‬ َّ ": ‫صلَّى هللا َعلَي ِه َو َسلَّم‬
َ ‫ال لَهُ ْم َرسُو ُل هللا‬
َ َ‫ق‬

fadhalah bin ‘ubaid al-Anshari r.a. mengatakan bahwa “rosulullah disodori sebuah
kalung yang berisi merjan (permata) dan emas untuk dijual ketika beliau ada di Khabair.
Kalung tersebut berasal dari Ghanimah. Maka Rosulullah memerintahkan untuk mengambil
emas yang ada dikalung itu lalu dipisahkan, kemudian beliau bersabda, “emas hendaknya
dijual (ditukar) dengan emas denga nberat yang sama”.2

Hadits tersebut menjelaskan tentang berinvestasi dengan ketentuan yang benar yang
tidak menimbulkan kerugian dari pihak yang terlibatdidalamnya.

(‫رواه مسلم‬ )ُ‫ح يَ ْدعُو لَه‬ َ ‫اريَ ٍة َو ِع ْل ٍم يُ ْنتَفَ ُع بِ ِه َو َولَ ٍد‬


ٍ ِ‫صال‬ َ ‫إِ َذا َماتَ اإْل ِ ْن َسانُ ا ْنقَطَ َع َع َملُهُ إِاَّل ِم ْن ثَاَل ثَ ٍة ِم ْن‬
ِ ‫ص َدقَ ٍة َج‬

“Apabila manusia mati, maka  terputuslah amalnya, kecuali tiga perkara yaitu,
Sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat atau anak yang saleh yang mendoakannya.”  (HR.
Muslim)

Hadits tersebut menjelaskann tentang investasi akhirat, yakni investasi yang


mendatangkan keberuntungan bagi sipenanamnya, yang akan dituai diakhirat nanti.
Bersandar kepada hadist riwayat Muslim tersebut, kiranya investasi akhirat ini perlu dilirik
karena menguntungkan bagi orang-orang yang mengerjakannya dengan ikhlas.3

Islam melarang konsumsi yang berlebihan dan penimbunan kekayaan, karenanya dana
perlu diorganisasi dengan cara yang baik agar terus berkembang dan berkelanjutan. Aset
tidak boleh habis dikonsumsi tetapi harus ditabung atau diinvestasikan. Jika aset terjual tanpa
diinvestasikan maka tidak akan mendapat keberkahan, sebaliknya jika diinvestasikan yang

2 Nashiruddin Al-Banawi, Ringkasan Shahih Muslim, (Jakarta: Gema Insani, 2005), hlm.450-451

3.http://abuazzammujahid.blogspot.com/2013/04/investasi-syariah-dalam-tafsir-hadits_3956.html Diakses pada


Kamis, 5 Desember 2019 pukul 08:56.

4
lebih baik maka akan diberikan keberkahan dalam usahanya, sebagaimana hadis Ibnu Majah
berikut :
‫ًاولَ ْم يَجْ ـ َعلْ ثَ َمنَهَافِ ْي ِم ْثلِهَا لَ ْم يُبَا َر ْك لَهُ فِ ْيهَا‬
َ ‫صلَّي اهللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ِم ْن بَا َع دَار‬ َ َ‫ُح َذ ْيفَةَ ْب ِن ْاليَ َما ِن ق‬
َ َ‫ال ق‬
َ ِ‫ال َرسُوْ ُل هللا‬

Rasulullah bersabda: “ Barang siapa menjual rumah dan tidak menjadikan harganya
yang serupa maka tidak akan mendapat berkah.”

Dalam ilmu ekonomi konvensional, salah satu faktor yang memengaruhi investasi
adalah suku bunga. Keputusan untuk investasi tergantung dari perbandingan antara
keuntungan yang diharapkan dengan bunga. Dalam ekonomi islam, investasi tidak
dipengaruhi oleh tingkat bunga, tetapi meningkatnya keuntungan yang diharapkan dan
tingkat zakat atas dana yang tidak produktif.

Menurut pandangan sejumlah tokoh agama, seorang muslim yang menginvestasikan


tabungannya tidak akan terkena zakat, mereka hanya berkewajiban membayar zakat atas hasil
yang diperoleh dari investasinya. Sebaliknya jika memegang harta kekayaan dalam bentuk
cash atau memegang tabungan dalam bentuk aset tidak produktif semisal deposito, pinjaman
yang melebihi nisab maka akan dikenakan zakat. Oleh karenanya penabung muslim akan
terdorong mengerahkan tabungannya untuk investasi.

C. Investasi Yang Dilarang

Bisnis Investasi syariah sudah banyak dilakukan oleh setiap orang untuk
menginvestasikan kekayaan yang dimiliki mereka untuk mencapai suatu tujuan yang
menguntungkan dengan cara bisnis Investasi syariah. Investasi ayariah ini merupakan konsep
yang sesuai dengan kaidah atau aturan islam, dalam Investasi islam tidak memperbolehkan
para investor menggunakan unsur haram. Ada beberapa jenis dari Investasi islam,
diantaranya : Tabungan dan deposito mudhorobah, asuransi Syariah, tabungan pendidikan,
reksadana syariah, sukuk obligasi, musyarokah.4

Sedangkan investasi yang tidak disyariatkan oleh Islam yaitu:

1. Maysir (perjudian)

4. http://www.usahainvestasi.com/bisnis-investasi-syariah-2.html, 05 Desember 2019

5
Maysir adalah memperoleh sesuatu dengan mudah tanpa kerja keras atau mendapat
keuntungan tanpa bekerja, oleh itu disebut berjudi.5

‫َص َّد ْق بِ َش ْي ٍء‬ َ ْ‫ال أُقَا ِمر‬


َ ‫ك فَ ْليَت‬ َ ‫احبِ ِه تَ َع‬
ِ ‫ص‬َ ِ‫َم ْن قَا َل ل‬
“Siapa yang berkata kapada temannya : “Kemarilah saya berqimar denganmu”, maka
hendaknya ia bershodaqoh.”
Qimar menurut sebagian ulama sama dengan maisir, dan menurut sebagian ulama lain
qimar hanya pada mu’amalat yang berbentuk perlombaan atau pertaruhan. Dan hadits di atas
menunjukan haramnya maisir/qimar dan ajakan melakukannya dikenakan kaffarah (denda)
dengan bershodaqoh. Dan tidak ada perselisihan pendapat di kalangan para ‘ulama tentang
haramnya maisir.

2. Gharar
Dalam bahasa arab gharar berarti akibat, bencana, bahaya, resiko. Dalam kontak
bisnis berarti melakukan sesuatu secara membabi buta atau mengambil resiko sendiri tanpa
memikirkannkonsekuensinya.6

‫صا ِة َوع َْن بَي ِْع ْالغ ََر ِر‬


َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ع َْن بَي ِْع ْال َح‬
َ ِ ‫نَهَى َرسُو ُل هَّللا‬

“Rasulullah shallallahu ‘alaihiwasallam melarang jual-beli al-hashah dan jual-beli al-


gharar.” (Hr. Muslim).

3. Riba
Riba adalah penetapan bunga atau melebihkan jumlah pinjaman saat pengembalian
berdasarkan presentase tertentu dari jumlah pinjaman pokok yang dibebankan kepada
peminjam.

‫ض شَرْ ٍط ِألَ َح ٍد ال َعاقِ َدي ِْن‬ ِ ْ‫افى ال َّشر‬


ِ ‫ع هُ َو فَضْ ُل الخَا ٍل ع َْن ِع َو‬ ِ َ‫اَل ِّرب‬
“Kelebihan/tambahan pembayaran tanpa ada ganti/imbalan yang disyaratkan bagi salah
seorang dari dua orang yang membuat akad (transaksi).”

5. Afzalur Rahman, Doktrin Ekonomi Islam, (Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Wakaf, 2003) hlm .141.

6.Afzalur Rahman, Doktrin Ekonomi Islam, (Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Wakaf, 2003), hlm. 161.

6
Diantara akad jual beli yang dilarang dengan pelarangan yang keras antara lain adalah
riba. Riba secara bahasa berarti penambahan, pertumbuhan, kenaikan, dan ketinggian.
Sedangkan menurut terminology syara’, riba berarti : “akad untuk satu ganti khusus tanpa
diketahui perbandingannya dalam penilaian syariat ketika berakad atau bersama dengan
mengakhirkan kedua ganti atau salah satunya.”7

4. Penipuan (Al-Ghabn)
Dari Abdullah bin Umar r.a. bahwa ada seseorang laki-laki mengatakan kepada
Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam bahwa dia telah menipu dalam jual-beli, maka beliau
bersabda:
ْ ‫ض=يْتَ فَأ َ ْم ِس= ْك َوإِ ْن َس= ِخ‬
َ‫طت‬ ِ =َ‫ ثُ َّم أَ ْنتَ فِى ُك= ِّل ِس= ْل َع ٍة ا ْبتَ ْعتَهَ=ا بِ ْال ِخي‬.َ‫إِ َذا أَ ْنتَ بَايَعْتَ فَقُلْ الَ ِخالَبَة‬
ِ ‫=ار ثَالَث لَيَ==ا ٍل فَ=إ ِ ْن َر‬
َ ‫فَارْ ُد ْدهَا َعلَى‬
‫صا ِحبِه‬
“Jika engkau berjual-beli maka katakanlah, “Tidak ada penipuan.” Kemudian dalam setiap
barang yang engkau beli, engkau memiliki khiyar tiga malam. Jika engkau ridha,
pertahankan; jika engkau tidak suka maka kembalikanlah kepada pemiliknya (HR Ibn
Majah, al-Baihaqi dan ad-Daraquthni).”

Sesuai hadis di atas, opsi yang diberikan kepada pihak yang tertipu itu adalah satu di
antara dua hal: Opsi pertama, jika ia ridha ia boleh melanjutkan transaksi itu, artinya ia
pertahankan barang atau harga yang dia dapat. Opsi kedua, jika ia tidak ridha dengan
transaksi itu, ia boleh membatalkannya. Jika ia penjual, maka ia meminta kembali barangnya
dan ia kembalikan harganya, sementara jika ia pembeli ia kembalikan barangnya dan ia
meminta kembali harga yang sudah dia bayarkan. Pihak yang ditipu (al-maghbûn) tidak
memiliki opsi ketiga selain dua opsi itu. Jadi ia tidak boleh meminta selisih harga transaksi
itu dengan harga normal atau meminta kompensasi. Sebab, Rasul saw. Hanya memberikan
dua opsi itudan tidak memberikan opsi lainnya.8

7. Abdul Aziz Muhammad Azzam, 2010, Fiqh Muamalat SystemTransaksi dalam Islam, Jakarta: AMZAH,
hlm.215.
8.https://nafsiyah.com/2017/03/11/al-ghabn-al-fahisy/ di akses pada 05 Desember 2019 pukul 09:29.

7
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan

Investasi yaitu menunda pemanfaatan harta yang kita miliki pada saat ini, atau berarti
menyimpan, mengelola dan mengembangkannya untuk masa yang akan datang, merupakan
hal yang dianjurkan dalam Al-Qur’an.

Dalam ilmu ekonomi konvensional, salah satu faktor yang memengaruhi investasi
adalah suku bunga. Keputusan untuk investasi tergantung dari perbandingan antara
keuntungan yang diharapkan dengan bunga. Dalam ekonomi islam, investasi tidak
dipengarungi oleh tingkat bunga, tetapi meningkatnya keuntungan yang diharapkan dan
tingkat zakat atas dana yang tidak produktif.

Ada beberapa jenis dari Investasi islam, diantaranya : Tabungan dan deposito
mudhorobah, asuransi Syariah, tabungan pendidikan, reksadana syariah, sukuk obligasi,
musyarokah. Sedangkan investasi yang tidak disyariatkan oleh Islam yaitu : Maysir
(perjudian), Gharar, Riba, Penipuan (al-ghabn).

8
DAFTAR PUSTAKA

Al-Banawi, Nashiruddin. Ringkasan Shahih Muslim. Jakarta: Gema Insani, 2005.

Aziz, Abdul, Muhammad Azzam. Fiqh Muamalat System Transaksi dalam Islam. Jakarta:
AMZAH, 2010.

Rahman, Afzalur. Doktrin Ekonomi Islam. Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Wakaf, 2003.

Sunariyah. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal. Yogyakarta: UUP AMP YKPN, 2003)h.32

http://abuazzammujahid.blogspot.com/2013/04/investasi-syariah-dalam-tafsir
hadits_3956.html

http://www.usahainvestasi.com/bisnis-investasi-syariah-2.html

https://nafsiyah.com/2017/03/11/al-ghabn-al-fahisy/

Anda mungkin juga menyukai