Anda di halaman 1dari 4

1. Jelaskan definisi dari akad murabahah?

Murabahah adalah perjanjian jual-beli antara bank dengan nasabah. Bank syariah
membeli barang yang diperlukan nasabah kemudian menjualnya kepada nasabah yang
bersangkutan sebesar harga perolehan ditambah dengan margin keuntungan yang
disepakati antara bank syariah dan nasabah.

2. Apakah dalam murabahah berlaku prinsip profit and loss sharing?


Dalam murabahah tidak berlaku prinsip profit and loss sharing, karena
termasuk dalam certainty contract yaitu suatu jenis kontrak transaksi dalam bisnis yang
memiliki kepastian keuntungan dan pendapatannya, baik dari segi jumlah dan waktu
penyerahannya.

3. Bagaimanakah penentuan margin keuntungan? Apakah pembeli harus mengetahui


margin keuntungan yang diambil oleh penjual?
Keuntungan yang diinginkan bisa dinyatakan dalam jumlah tertentu (lump sum)
atauberdasarkan presentase tertentu, misalnya 20% atau 30% dari harga pokok dan
pembeliharus tahu margin keuntungan yang diambil penjual.

4. Jelaskan jenis-jenis dalam akad murabahah?


Ada 2 jenis murabahah, yaitu sebagai berikut.
1) Murabahah dengan pesanan
Dalam murabahah jenis ini, penjual melakukan pembelian barang setelah ada
pemesanan dari pembeli. Murabahah dengan pesanan dapat bersifat mengikat atau
tidak mengikat pembeli untuk membeli barang yang dipesannya. Kalau bersifat
mengikat, berarti pembeli harus membeli barang yang dipesannya dan tidak dapat
membatalkan pesanannya. Jika asset murabahah yang telah dibeli oleh penjual, dalam
murabahah pesananan meningkat, mengalami penurunan nilai sebelum diserahkan
kepada pembeli maka penurunan nilai tersebut menjadi beban penjual dan akan
mengurangi nilai akad.
2) Murabahah tanpa pesanan, murabahah jenis ini bersifat tidak mengikat
5. Jelaskan dasar hukum akad murabahah?
1) Al-Qur’an
“Hai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling memakan (mengambil) harta
sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar), kecuali dengan jalan perniagaan
yang berlaku dengan sukarela di antaramu…”(QS 4:29)
“Hai orang-orang yang beriman penuhilah akad-akad itu…”(QS 5:1)
“Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.” (QS 2;275)
2) Al-Hadis
Dari Abu Sa’id Al-Khudri bahwa Rasullah SAW bersabda: sesungguhnya jual beli itu
harus dilakukan suka sama suka. (HR Al-Baihaqi, Ibnu Majah, dan shahih menurut
Ibnu Hibban)
Rasullah SAW bersabda: ada tiga hal yang mengandung keberkahan: jual beli secara
tangguh, muqaradhah (mudharabah) dan mencampur gandum dengan jewawut untuk
keperluan rumah tangga bukan untuk dijual. (HR Ibnu Majah dari Shuhaib)

6. Jelaskan rukun dan syarat akad murabahah?


Rukun akad murabahah:
1) Pelaku
Pelaku cakap hukum dan baligh (berakal dan dapat membedakan), sehingga jual beli
dengan orang gila menjadi tidak sah sedangkan jual beli dengan anak kecil dianggap
sah, apabila seizing walinya.
2) Objek jual beli, harus memenuhi persyaratan berikut
a. Barang yang diperjualbelikan adalah barang halal
maka semua barang yang diharamkan oleh Allah, tidak dapat dijadikan sebagai objek
jual beli, karena barang tersebut dapat menyebabkan manusia bermaksiat/melanggar
larangan Allah.
b. Barang yang diperjualbelikan harus dapat diambil manfaatnya atau memiliki nilai,
dan bukan merupakan barang-barang yang dilarang diperjualbelikan, misalnya:
jual beli barang yang kedaluwarsa.
c. Barang tersebut dimiliki oleh penjual
Jual beli atas barang yang tidak dimiliki oleh penjual adalah tidak sah karena
bagaimana mungkin ia dapat menyerahkan kepemilikan barang kepada orang lain
atas barang yang bukan miliknya. Jual beli oleh bukan pemilik barang seperti itu,
baru akan sah apabila mendapat izin dari pemilik barang.
d. Barang tersebut dapat diserahkan tanpa tergantung dengan kejadian tertentu di
masa depan barang yang tidak jelas waktu penyerahannya adalah tidak sah,
karena dapat menimbulkan ketidakpastian (gharar), yang ada gilirannya dapat
merugikan salah satu pihak yang bertransaksi dan dapat menimbulkan
persengketaan.
e. Barang tersebut harus diketahui secara spesifik dan dapat diidentifikasikan oleh
pembeli sehingga tidak ada gharar 9ketidakpastian)
f. Barang tersebut dapat diketahui kuantitas dan kualitasnya dengan jelas,sehingga
tidak ada gharar
g. Harga barang tersebut jelas
harga atas barang yang diperjualbelikan diketahui oleh pembeli dan penjual beikut
cara pembayarannya tunai atau tangguh sehingga jelas dan tidak ada gharar.
h. Barang yang diakadkan ada di tangan penjual
Barang dagangan yang tidak berada di tangan penjual akan menimbulkan
ketidakpastian
3) Ijab Kabul
Pernyataan dan ekspresi saling rida/rela di antara pihak-pihak pelaku akad yang
dilakukan secara verbal, tertulis, melalui korespondensi atau menggunakan cara-cara
komunikasi modern.

7. Jika pembeli mengalami kesulitan keuangan untuk membayar murabahah


tanggung, apa yang dapat dilakukan oleh penjual?
Maka penjual hendaknya member keringanan. Keringanan dapat berupa menghapus sisa
tagihan, membantu menjualkan objek murabahah atau restrukturisasi utang dengan cara:

1) member potongan sisa tagihan,

2) melakukan penjadwalan ulang,


3) mengonversi kad murabahah dengan cara menjual objek murabahah kepada penjual
sesuai dengan nilai pasar.

8. Jika pembeli lalai membayar murabahah tangguh, dapatkah dibebankan denda?


Apakah denda tersebut akan di anggap sebagai pendapatan lain-lain oleh penjual?
Apabila lalai pengenaan denda diperbolehkan namun tidak boleh diperhitungkan sebagai
keuantungan penjualan tetapi digunakan untuk dana kebajikan / sosial ( dana qard).

9. Bolehkah akad murabahah mengenakan uang muka? Bagaimana perlakuan atas


uang muka tersebut?
Meminta uang muka dalam akad jual beli adalah boleh (jawaz). Oleh karena itu, LKS
dibolehkan untuk meminta uang muka dalam akad pembiayaan murabahah kepada
nasabah apabila mereka sepakat. Jumlah uang muka juga ditentukan sesuai dengan
kesepakatan. Selanjutnya, uang muka nantinya akan menjadi bagian dari harga yang akan
dibayarkan nasabah kepada LKS apabila akad murabahah terlaksana. Namun, apabila
pembiayaan akad murabahah tidak jadi dilaksanakan karena dibatalkan oleh nasabah,
uang muka nasabah tersebut akan digunakan oleh LKS untuk mengganti kerugian yang
dialami atas biaya-biaya yang telah dikeluarkan dalam pengurusan pembiayaan akad
murabahah. Apabila uang muka jumlahnya lebih besar dari kerugian, maka LKS dapat
meminta tambahan kepada nasabah. Namun, apabila uang muka lebih besar dari jumlah
kerugian, maka LKS harus mengembalikan kelebihannya kepada nasabah.

Anda mungkin juga menyukai