Anda di halaman 1dari 5

Tugas Kelompok

Jual Beli Salam

Disusun sebagai Tugas Mata Kuliah Ekonomi Syariah


Dosen Pengampu: Khilmi Zuhroni, S.Fil.I

Disusun oleh:

Emelia Agustina
NIM. 1687203032

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP) MUHAMMADIYAH SAMPIT
2018
JUAL BELI SALAM (JUAL BELI PEMBAYARAN DI MUKA)
A. Pengertian Jual beli Salam
Kata as-salam disebut juga dengan as-salaf. Maknanya, adalah menjual sesuatu dengan
sifat-sifat tertentu, masih dalam tanggung jawab pihak penjual tetapi pembayaran segera
atau tunai. Para ulama fikih menamakannya dengan istilah al-Mahawi’ij. Artinya, adalah
sesuatu yang mendesak, karena jual beli tersebut barangnya tidak ada di tempat, sementara
dua belah pihak yang melakukan jual beli dalam keadaan terdesak. Pihak pemilik uang
membutuhkan barang, dan pemilik barang memerlukan uang, sebelum barang berada di
tempat. Uang dimaksud untuk memenuhi kebutuhannya. Ada pendapat yang mengartikan
jual beli salam adalah pembiayaan terkait dengan jual beli yang pembayarannya dilakukan
bersamaan dengan pemesanan barang. Jual beli salam ini, biasanya berlaku untuk jual beli
yang objeknya adalah agrobisnis. Misalnya, gandum, padi, tebu dan sebagainya.
Dalam jual beli salam, spesifikasi dan harga barang pesanan disepakati oleh pembeli
dan penjual di awal akad. Ketentuan harga barang pesanan tidak dapat berubah selama
jangka waktu akad. Dalam hal Bank bertindak sebagai pembeli, Bank Syariah dapat
meminta jaminan kepada nasabah untuk menghindari risiko yang merugikan Bank. Barang
pesanan harus diketahui karakteristiknya secara umum yang meliputi: jenis, spesikasi
teknis, kualitas dan kuantitasnya. Barang pesanan harus sesuai dengan karakteristik yang
telah disepakati antara pembeli dan penjual. Jika barang pesanan yang dikirimkan salah
atau cacat, maka penjual harus bertanggung jawab atas kelalaiannya.
B. Dasar Hukum Jual beli Salam
Sebagai dasar hukum jual beli salam adalah:
1. Firman Allah dalam surat al-Baqarah ayat 282:
Artinya “ Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu`amalah tidak secara
tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah
seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penulis
enggan menuliskannya sebagaimana Allah telah mengajarkannya, maka hendaklah ia
menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan ditulis
itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi
sedikitpun daripada hutangnya. Jika yang berhutang itu orang yang lemah akalnya atau
lemah (keadaannya) atau dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, maka hendaklah
walinya mengimlakkan dengan jujur. Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari
orang-orang lelaki diantaramu). Jika tak ada dua orang lelaki, maka (boleh) seorang
lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya jika seorang

1
lupa maka seorang lagi mengingatkannya. Janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi
keterangan) apabila mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis hutang itu,
baik kecil maupun besar sampai batas waktu membayarnya. Yang demikian itu, lebih
adil di sisi Allah dan lebih dapat menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada tidak
(menimbulkan) keraguanmu, (Tulislah mu`amalahmu itu), kecuali jika mu`amalah itu
perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu, maka tak ada dosa bagi kamu,
(jika) kamu tidak menulisnya. Dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli; dan
janganlah penulis dan saksi saling sulit-menyulitkan. Jika kamu lakukan (yang
demikian), maka sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. Dan
bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha Mengetahui segala
sesuatu “.
2. Hadis riwayat Ibn Majah:
Artinya: Dari Shuhaib ra, bahwasanya Nabi SAW berkata; ada tiga hal yang
padanya berkah yaitu jual beli tangguh, jual beli muqaradhah (mudharabah) dan
mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan dirumah sendiri bukan untuk
dijual. Hadis riwayat Ibn Majah.Dengan dasar dua dalil ini, maka transaksi atau jual
beli dengan salam dibolehkan. Tujuannya adalah memperoleh kemudahan dalam
menjalankan bisnis, karena barangnya boleh dikirim belakangan. Jika terjadi penipuan
atau barang tidak sesuai dengan pesanan, maka nasabah atau pengusaha mempunyai
hak khiyar yaitu berhak membatalkannya atau meneruskannya dengan konpensasi
seperti mengurangi harganya.
C. Rukun-Rukun Jual beli Salam
Adapun rukun salam adalah; a. Pembeli (muslam); b. Penjual (muslam ilahi); c. Modal
uang (annuqud); d. Barang (muslam fihi); e. Serah terima barang ( Ijab qabul). Syarat-
syarat Jual Beli Salam adalah sebagai berikut :Pihak yang berakad : a. Ada kerelaan di
antara dua belah pihak dan tidak ingkar janji, b. Cakap dalam bertindak Dewan Syariah
Nasional menetapkan aturan tentang Jual beli Salam sebagai berikut:
Pertama : Ketentuan tentang pembayaran :
1. Alat bayar harus diketahui jumlah dan bentuknya, baik berupa uang, barang atau
manfaat.
2. Pembayaran harus dilakukan pada saat kontrak disepakati
3. Pembayaran tidak boleh dalam bentuk pembebasan hutang.

2
Kedua : Ketentuan tentang barang:
1. Harus jelas cirri-cirinya dan dapat diakui sebagai hutang
2. Harus dapat dijelaskan spesifikasinya
3. Penyerahan dilakukan kemudian
4. Waktu dan tempat penyerahan barang harus ditetapkan berdasarkan kesepakatan.
5. Pembeli tidak boleh menjual barang sebelum menerimanya
6. Tidak boleh menukar barang, kecuali dengan barang sejenis sesuai kesepakatan.
Ketiga : Ketentuan tentang salam paralel. Dibolehkan melakukan salam paralel dengan
syarat:
1. Akad kedua terpisah dari akad pertama.
2. Akad kedua dilakukan setelah akad pertama sarih atau jelas
Keempat : Penyerahan barang sebelum atau pada waktunya :
1. Penjual harus menyerahkan barang tepat pada waktunya dengan kualitas dan jumlah
yang telah disepakati.
2. Jika penjual menyerahkan barang dengan kualitas yang lebih tinggi penjual tidak boleh
meminta tambahan harga.
3. Jika penjual menyerahkan barang dengan kualitas yang lebih rendah dan pembeli rela
menerimanya, maka ia tidak boleh menuntut pengurangan harga (diskon)
4. Penjual dapat menyerahkan barang lebih cepat dari waktu yang disepakati dengan
syarat: kualitas dan jumlah barang sesuai dengan kesepakatan, dan ia tidak boleh
menuntut tambahan harga
5. Jika semua atau sebagian barang tidak tersedia pada waktu penyerahan, atau
kualitasnya lebih rendah dan pembeli tidak menerimanya, maka ia memiliki dua
pilihan. Pertama, Membatalkan kontrak dan meninta kembali uangnya. Kedua,
Menunggu sampai barang tersedia.
Kelima : Pembatalan kontrak Pada dasarnya pembatalan salam boleh dilakukan, selama
tidak merugikan kedua belah pihak. Dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
(PSAK) tentang Akuntansi Salam memberikan karakteristik salam sebagai berikut:
1. Entitas dapat bertindak sebagai pembeli atau penjual dalam suatu transaksi salam. Jika
entitas bertindak sebagai penjual kemudian memesan kepada pihak lain untuk
menyediakan barang pesanan dengan cara salam maka hal ini disebut salam paralel.
2. Salam paralel dapat dilakukan dengan dua syarat. Pertama, akad antara entitas (sebagai
pembeli) dan Produsen (penjual) terpisah dari akad antara entitas (sebagai penjual) dan
pembeli akhir. Kedua, kedua akad tidak saling bergantung (ta'alluq).

3
3. Spesifikasi dan harga barang pesanan disepakati oleh pembeli dan penjual di awal akad.
Ketentuan harga barang pesanan tidak dapat berubah selama jangka waktu akad. Dalam
hal bertindak sebagai pembeli, entitas dapat meminta jaminan kepada penjual untuk
menghindari risiko yang merugikan.
4. Barang pesanan harus diketahui karakteristiknya secara umum yang meliputi: jenis,
spesifikasi teknis, kualitas dan kuantitasnya. Barang pesanan harus sesuai dengan
karakteristik yang telah disepakati antara pembeli dan penjual. Jika barang pesanan
yang dikirimkan salah atau cacat maka penjual harus berlanggung jawab atas
kelalaiannya.

Anda mungkin juga menyukai