Anda di halaman 1dari 36

AKUNTANSI

SALAM
KELOMPOK 9
NAMA ANGGOTA KELOMPOK
➢ Peggy Ratna Apriliani
(A1C017122)
➢ Permata Lilianingtyas
(A1C017123)
➢ Putri Septiani Endrawati
(A1C017127)
➢ Salma Ila Salsabila (A1C017158)

2
1.
DEFINISI SALAM
Salam adalah akad pemesanan barang yang disebutkan sifat-sifatnya, yaitu
pemesan barang menyerahkan uang seharga barang pesanan dan barang
pesanan tersebut menjadi tanggungan penerima pesanan (Sudarsono,2001).

Terdapat ketentuan dalam transaksi salam, yaitu :


1. Salam adalah transaksi jual beli barang yang belum ada ketika melakukan
transaksi dan pembayarannya dilakukan dimuka sedangkan penyerahan
barang dilakukan di kemudian hari.
2. Ketika barang diterima oleh pihak bank, bank akan menjualnya kepada
nasabah secara tunai/cicil.
3. Jika bank menjual secara tunai akan disebut pembiayaan talangan dan jika
bank menjual secara cicilan, antara pihak nasabah dan bank harus
menyepakati harga jual dan jangka pembayarannya.
4. Harga jual dicantumkan dalam akad jual beli dan jika kedua belah pihak
sudah sepakat harga jual tidak dapat berubah selama akad itu masih
berlaku.

4
lanjutan

5. Pembelian hasil produksi harus diketahui secara jelas.


6. Jika hasil dari produksi yang diterima cacat atau tidak sesuai dengan
akad, produsen harus bertanggung jawab dengan cara pengembalian
dana atau mengganti barangnya.
7. Mengingat bank tidak menjadikan barang yang dibeli atau dipesannya
sebagai persediaan, bank dapat melakukan akad salam kepada pihak
ketiga, seperti bulog, pedagang pasar induk dan rekanan.

5
2.
JENIS AKAD
SALAM
Ada dua jenis akad salam, yaitu :
1. Salam
Salam adalah transaksi jual beli barang yang belum ada ketika
melakukan transaksi dan pembayarannya dilakukan dimuka sedangkan
penyerahan barang dilakukan di kemudian hari.

2. Salam Paralel
Salam paralel adalah melaksanakan dua transaksi salam yaitu antara
pemesanan pembeli dan penjual serta antara penjual dengan pemasok
(supplier) atau pihak ketiga lainnya (melaksanakan transaksi Bai’ As-Salam
antara bank dan nasabah dan antara bank dan supplier atau pihak ketiga
lainnya secara simultan).

7
3.
LANDASAN
HUKUM SALAM
Ada dua landasan hukum akad salam, yaitu :
1. Landasan Al-Quran dan Al-Hadist
 Al-Quran
“Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu
melakukan utang piutang untuk waktu yang
ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya...”
(Q.S. Al-Baqarah [2] : 282)

 Al-Hadist
“Tiga hal yang di dalamnya terdapat keberkahan: jual
beli secara tangguh, muqaradhah (mudharabah), dan
mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan
rumah, bukan untuk dijual.”
(H.R. Ibnu Majah)
9
Lanjutan

2. Fatwa DSN tentang Transaksi Salam (Fatwa


No.05/DSN-MUI/IV/2000) tentang Jual Beli Salam.
 Ketentuan Tentang Pembayaran
 Ketentuan Tentang Barang
 Ketentuan Tentang Salam Paralel
 Penyerahan Sebelum atau Pada Waktunya

10
4.
KETENTUAN
DALAM
AKUNTANSI
SALAM
Rukun Salam

 Muslam (Pembeli atau pemesan)


 Muslam Ilaih (Penjual atau penerima
pesanan)
 Muslam fih ( Barang yang di pesan)
 Ra’s al-mal ( Harga pesanan/ modal yang
dibayarkan)
 Shighat ijab qabul (ucapan serah terima)

12
Syarat Salam

a. Syarat Aqidain : Muslam (pembeli atau pemesan) dan syarat Muslam Ilaih
( penjual atau penerima pesanan).
1) Harus cakap hukum (Berakal dan dapat membedakan)
2) Suka rela, tidak dalam keadaan dipaksa/terpaksa/ dibawah tekanan.
(M.Yazid Afandi, M.Ag.,2009:162)
b. Syarat Ra’s al mal (dana yang dibayarkan atau modal)
1) Jenis dan Jumlah Modal harus diketahui.
2) Berbentuk tunai. Para ulama berbeda pendapat soal pembayaran
berbentuk aset perdagangan. Beberapa ulama menganggapnya boleh.
3) Modal salam diserahkan ketika akad berlangsung, tidak boleh utang atau
sebagai pelunasan utang. Hal ini untuk mencegah praktek riba melalui
mekanisme

13
c. Syarat Muslam fih (barang yang dipesan)
1. Ditentukan dengan sifat-sifat tertentu, jenis, kualitas dan jumlahnya.
2. Harus bisa diidentifikasi secara jelas untuk mengurangi kesalahan akibat
kurangnya pengetahuan tentang macam barang tersebut, tentang klasifikasi
kualitas serta mengenai jumlahnya.
3. Penyerahan barang dilakukan dikemudian hari.
4. Tempat penyerahan barang harus disepakati oleh pihak-pihak yang berakad.
5. Para ulama melarang penggantian barang yang dipesan (Muslam fih) dengan
barang lainnya. Penggantian ini tidak diperkenankan, karena meskipun beum
diserahkan, barang tersebut tidak lagi milik Muslam alaih (penjual), tetapi
sudah milik pemesan. Bila barang tersebut digant dengan barang yang
memiliki sfesifikasi dan kualitas yang sama, meskipun sumbernya berbeda,
para ulama membolehkannya.
6. Satu jenis (tidak bercampur dengan jenis yang lain)
7. Barang yang sah diperjual belikan.

14
d. Syarat Ijab Qabul
1) Harus jelas disebutkan secara spesifik dengan siapa
berakad.
2) Antara ijab dan qabul harus selaras baik dalam
spesifikasi barang maupun harga yang disepakati.
3) Tidak mengandung hal-hal yang bersifat
menggantungkan keabsahan transaksi pada kejadian yang
akan datang.
4) Akad harus pasti, tidak boleh ada khiyar syarat. (M.Yazid
Afandi, M.Ag.,2009:163-164)

15
5.
KETENTUAN
UMUM
PEMBIAYAAN
SALAM
a. Pembelian hasil produksi harus di ketahui spesifikasinya
secara jelas seperti jenis, macam, ukuran, mutu dan
jumlahnya. Misalnya, jual beli 100 Kg mangga harum manis
kualitas A dengan harga Rp 5000,-/Kg, akan diserahkan
pada panen dua bulan mendatang.
b. Apabila hasil produksi yang diterima cacat atau tidak sesuai
dengan akad, maka nasabah (produsen) harus bertanggung
jawab dengan cara antara lain mengembalikan dana yang
telah diterimanya atau mengganti barang yang sesuai
pesanan.
c. Mengingat bank tidak menjadikan barang yang dibeli atau
dipesannya sebagai persediaan (inventory), maka
dimungkinkan bagi bank untuk melakukan akad salam
kepada pihak ketiga (pembeli kedua), seperti BULOG,
pedagang pasar induk atau 17
rekanan. Mekanisme ini disebut
parallel salam.
6.
TAHAPAN AKAD SALAM
DAN SALAM PARALEL
MENURUT SOP BANK
SYARIAH
a.    Adanya permintaan barang tertentu dengan spesifikasi yang jelas, oleh
nasabah pembeli kepada bank syariah sebagai penjual.
b.    Wa’ad nasabah untuk membeli barang dengan harga dan waktu tangguh
pengiriman barang yang disepakati.
c.    Mencari produsen yang sanggup untuk menyediakan barang dimaksud
(sesuai batas waktu yang disepakati dengan harga yang lebih rendah)
d.    Pengikatan I antara bank sebagai penjual dan nasabah pembeli untuk
membeli barang dengan spesifikasi tertentu yang akan diserahkan pada waktu
yang telah ditentukan
e.    Pembayaran oleh nasabah pembeli dilakukan sebagian diawal akad dan
sisanya sebelum barang diterima (atau sisanya disepakati untuk diangsur)
f.     Pengikatan II antara bank sebagai pembeli dan nasabah produsen untuk
membeli barang dengan spesifikasi tertentu yang akan diserahkan pada waktu
yang telah ditentukan.
g.    Pembayaran dilakukan segera oleh bank sebagai pembeli kepada nasabah
produsen pada saat pengikatan dilakukan.
d.    Pengiriman barang dilakukan langsung oleh nasabah produsen kepada
nasabah pembeli pada waktu yang di tentukan.
19 .(Mardani, 2012:123-124).
7.
PERLAKUAN
AKUNTANSI
SALAM
Pengakuan dan Perlakuan
Transaksi Salam dilakukan karena pembeli berniat memberikan modal kerja terlebih
dahulu untuk memungkinkan penjual (produsen) memproduksi barang yang
diinginkannya melalui pesanan lebih dahulu. Barang yang dipesan memiliki spesifikasi
khusus dan pembeli membutuhkan kepastian dari pihak penjual. Transaksi Salam
berakhir pada saat penjual menyerahkan barang kepada pembeli.
Karakteristik dan harga barang harus sudah disepakati di awal akad. Jika ada
ketidaksesuaian karakteristik barang yang dikirimkan ke pembeli maka menjadi
tanggung jawab penjual. Ketentuan harga barang tidak dapat berubah selama jangka
waktu akad. Alat pembayaran dapat berupa kas, barang atau manfaat. Pelunasan harus
dilakukan pada saat akad disepakati dan tidak boleh dalam bentuk pembebasan hutang
penjual atau penyerahan piutang pembeli dari pihak lain. Jaminan dapat diminta untuk
menghindari risiko yang merugikan.
Pada situasi dimana pihak penjual tidak dapat menyediakan sendiri barang pesanan
dari pembeli maka dilakukan Salam Paralel, yaitu entitas yang bertindak sebagai
penjual kemudian memesan kepada pihak lain untuk menyediakan barang pesanan
dengan transaksi Salam juga.
Ada kemungkinan kontrak salam dibatalkan oleh pembeli jia barang yang dipesan tidak
tersedia pada waktu yang ditentukan, barang yang dikirim cacat atau tidak sesuai
dengan yang disepakati dalam akad, dan barang
21 yang dikirim kualitasnya lebih rendah.
penyajian

Pada akhir periode pelaporan keuangan, persediaan yang diperoleh melalui


transaksi salam diukur sebesar nilai terendah biaya perolehan atau nilai
bersih yang dapat direalisasi. Apabila nilai bersih yang dapat direalisasi lebih
rendah dari biaya perolehan, maka selisihnya diakui sebagai kerugian.
1. Pembeli menyajikan modal usaha salam yang diberikan sebagai Piutang
salam.
2. Piutang yang harus dilunasi oleh penjual karena tidak dapat memenuhi
kewajibannya dalam transaksi Salam disajikan secara terpisah dari
Piutang salam.
3. Penjual menyajikan modal usaha salam yang diterima sebagai Hutang
Salam.

22
Pengungkapan

Dalam catatan atas laporan keuangan, pembeli dan penjual dalam transaksi
salam mengungkapkan hal-hal berikut :
1. Besarnya modal usaha salam, baik yang dibiayai sendiri maupun yang
dibiayai secara bersama-sama dengan pihak lain;
2. Jenis dan kuantitas barang pesanan; dan
3. Pengungkapan lain sesuai dengan PSAK N0. 101 tentang Penyajian
Laporan Keuangan Syari’ah.

23
8.
Standar Akuntansi
Salam dalam
PSAK No.59
tentang Akuntansi
Bank Syariah
SAK yang pertama kali mengatur tentang Akuntansi salam adalah
PSAK 59 paragraf 69 sampai dengan 80 tentang pengakuan dan
pengukuran salam dan salam paralel kemudian disempurnakan
oleh PSAK 103.
PSAK 103 berlaku untuk transaksi salam yang dilakukan oleh
Lembaga Keunagan Syariah (LKS) dan pihak-pihak lain yang
melakukan transaksi dengan LKS. PSAK ini juga diterapkan untuk:
1. LKS sebagai penjual atau pembeli, dan
2. Pihak lain yang bertransaksi dengan LKS sebagai penjual
atau pembeli.
3. Sistematika penulisan secara garis besar disusun dengan
memisahkan akuntansi untuk penjual dan akuntansi untuk
pembeli dalam transaksi salam.

25
Karakteristik transaksi salam dalam PSAK 103 adalah sebagai berikut:
Lembaga Keuangan Syariah dapat bertindak sebagai pembeli dan
atau penjual. Jika LKS bertindak sebagai penjual kemudian memesan
kepada pihak lain untuk menyediakan barang pesanan dengan cara salam
maka hal itu disebut salam parallel.

Salam parallel dapat dilakukan dengan syarat:


a. Akad antara  LKS (pembeli) dan produsen (penjual), terpisah
dari akad antara LKS (penjual) dan pemebeli akhir.
b. Kedua akad tidak saling bergantung (ta’alluq)
c. Spesifikasi dan harga barang pesanan disepakati oleh pembeli
dan penjual di awal akad.
d. Barang pesanan yang disepakati harus diketahui
karaktersitiknya secara umum yang meliputi: jenis, spesifiaksi
teknis, kualitas dan kuantitasnya.

26
e. Alat pembayaran harus diketahui jumlah dan bentuknya, baik
berupa kas, barang atau manfaat. Pelunasan harus dilakakukan
pada saat akad disepakati dan tidak boleh dalam bentuk
pembebasan hutang penjual atau penyerahan piutang pembeli
dari pihak lain.
f. Transaksi salam dilakukan karena pembeli berniat memberikan
modal kerja terlebih dahulu untuk memungkinkan penjual
(produsen) memproduksi barangnya, yang dipesan memiliki
spesifikasi khusus atau pemebli ingin mendapatkan kepastian
dari penjual. Transaksi salam diselesaikan pada saat penjual
menyerahkan barang kepada pembeli

27
Pengakuan dan Pengukuran

Pengakuan dan Pengukuran transaksi salam yang diatur dalam


PSAK 59 mengatur pengakuaan dan pengukuran Bank sebagai
pembeli dan Bank sabagai penjual sedangkan PSAK 103 mengatur
tentang pengakuan dan pengukuran akuntansi untuk pembeli dan
untuk penjual.

28
A. Akuntansi untuk pembeli
Akuntansi transaksi salam dari sudut pandang pembeli antara lain sebagai
berikut :

1. Piutang saham diakui pada saat modal usaha salam dibayarkan atau
dialihkan kepada penjual.
2. Modal usaha salam dapat berupa kas dan aset Non kas.
3. Pembeli dapat mengenakan denda kepada penjual, denda hanya boleh
dikenakan kepada penjual yang mampu menyelesaikan kewajibannya,
tetapi sengaja tidka melakukannya. Hal ini tidak berlaku bagi penjual
yang tidak mempu menunaikan kewajibannya karena force majeur.
Denda dikenakan jika penjual lalai dalam melakukan kewajibannya
sesuai dengan akad, dan denda yang diterima diakui sebagai bagian
dana kebajikan.
4. Barang pesanan yang telah diterima diakui sebagai persediaan. Pada
akhir periode pelaporan keuangan persediaan yang diperoleh melalui
salam diukur sebagai nilai terendah iaya perolehan atau nilai bersih yang
dapat direalisasi. Apabila nilai bersih yang dapat direalisasi lebih rendah
dari biaya perolehan, maka selisihnya diakui sebagai kerugian.
29
B. Akuntansi untuk penjual
Akuntansi transaksi salam dari sudut pandang penjual antara lain
sebagai berikut:

1. Kewajiban salam diakui pada saat penjual menerima modal


usaha salam sebesar modal usaha salam yang diterima.
2. Modal usaha salam yang diterima dapat beruap kas dan asset
nonkas. Modal usaha salam dalam bentuk kas diukr sebesar
jumlah yang diterima sedangkan modal usaha salma dalam
bentuk asset nonkas diukur sebesar nilai wajar.
3. Kewajiban salam dihentikan pengakuannya (derecognation)
pada saat penyerahan barang pada pmebeli. Jika penjual
melakukan transaksi salam paralel, selisih antara jumlah yang
dibayar oleh pembeli akhir dan biaya perolehan barang pesanan
diakui sebagai keuntungan atau kerugian pada saat penyerahan
barang pesanan oleh penjual ke pembeli akhir.
30
9.
BERAKHIRNYA
AKAD SALAM
Berakhirnya Akad Salam

Hal-hal yang dapat membatalkan kontrak salam adalah :

1. barang yang dipesan tidak ada pada waktu yang ditentukan.


2. barang yang dikirim cacat atau tidak sesuai dengan yang
disepakati dalam akad.
3. barang yang dikirim kualitasnya lebih rendah, dan pembeli
memilih untuk menolak atau membatalkan akad.

32
Contoh Kasus
34
35
THANKS!
Any questions?

36

Anda mungkin juga menyukai