0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
111 tayangan4 halaman
Teks tersebut membahas independensi auditor syariah (DPS) dan auditor eksternal dalam mengaudit laporan keuangan bank syariah. Ada beberapa perbedaan antara DPS dan auditor eksternal dalam hal ruang lingkup pekerjaan dan sumber kepatuhan, namun keduanya sama-sama penting untuk menjamin kredibilitas laporan keuangan agar para pemangku kepentingan yakin dengan informasi yang disajikan.
Deskripsi Asli:
GHgkuj
Judul Asli
Independensi Auditor Syariah dan Auditor Eksternal
Teks tersebut membahas independensi auditor syariah (DPS) dan auditor eksternal dalam mengaudit laporan keuangan bank syariah. Ada beberapa perbedaan antara DPS dan auditor eksternal dalam hal ruang lingkup pekerjaan dan sumber kepatuhan, namun keduanya sama-sama penting untuk menjamin kredibilitas laporan keuangan agar para pemangku kepentingan yakin dengan informasi yang disajikan.
Teks tersebut membahas independensi auditor syariah (DPS) dan auditor eksternal dalam mengaudit laporan keuangan bank syariah. Ada beberapa perbedaan antara DPS dan auditor eksternal dalam hal ruang lingkup pekerjaan dan sumber kepatuhan, namun keduanya sama-sama penting untuk menjamin kredibilitas laporan keuangan agar para pemangku kepentingan yakin dengan informasi yang disajikan.
Independensi Auditor Syariah dan Auditor Eksternal
INDEPENDENSI DPS (AUDITOR SYARIAH)
Ada sejumlah kesamaan antara sifat dan peran DPS dengan auditor eksternal. Selain memeriksa transaksi yang dilakukan oleh manajemen bank, kedua belah pihak juga mempublikasikan laporan untuk pemilik bisnis. Kedua laporan memverifikasi bahwa laporan keuangan cukup mewakili hasil operasi organisasi. DPS menyatakan apakah aktivitas bank tercermin dalam laporan keuangan, sesuai dengan Syariah, sementara auditor eksternal mengkonfirmasi apakah laporan keuangan menyajikan pandangan yang adil tentang posisi keuangan bank dan hasil kegiatannya. Kondisi yang ditentukan oleh badan profesional akuntansi Barat dan lembaga pemerintah untuk independensi auditor tidak dapat secara ketat diterapkan pada auditor syariah karena beberapa alasan. Sebagai contoh, dalam melakukan pekerjaan, auditor eksternal diatur oleh aturan hukum dan kode etik profesi, sementara anggota DPS dipandu oleh keyakinan moral dan kewajiban mereka kepada agama dan masyarakat. Selain itu, auditor DPS melakukan fungsi tertentu yang biasanya tidak dilakukan oleh auditor eksternal dan biasanya memerlukan jenis hubungan yang berbeda dengan organisasi. Misalnya, auditor eksternal biasanya melakukan audit berdasarkan sampel, sementara DPS harus memastikan bahwa bank telah benar-benar mematuhi aturan Islam dalam semua transaksi sebelum dapat mengeluarkan laporannya. terlepas dari hubungan karyawan, DPS harus dianggap independen ketika melaksanakan tugasnya. Namun, jika tidak adanya prosedur kontrol yang memadai, akan sulit bagi DPS untuk melaksanakan tugasnya dengan memuaskan. Dalam kondisi seperti itu, DPS mungkin harus bergantung pada auditor eksternal untuk menemukan pelanggaran agama dan keuangan. Sifat independensi DPS tidak paralel dengan auditor eksternal. Auditor eksternal fokus pada kepatuhan terhadap peraturan akuntansi untuk memastikan bahwa laporan menyajikan situasi ekonomi perusahaan secara adil, sementara DPS berfokus pada kepatuhan lembaga terhadap ajaran Islam untuk memastikan konstituen Islamnya bahwa laporan tersebut mencerminkan komitmen yang tulus terhadap prinsip-prinsip bisnis Islam. Namun demikian, di samping kewajiban agama, anggota DPS memiliki insentif lain untuk melaporkan semua pelanggaran Syariah yang ditemukan. Jika manajemen bank telah melanggar syariah, sangat mungkin bahwa manajemen akan kehilangan kepercayaan mayoritas pemegang saham dan konsumen lain dari laporan DPS. Kemungkinan dampak ketidakpercayaan pemegang saham terhadap manajemen akan tergantung pada komposisi pemegang saham institusi, yang dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kategori. Kategori pertama, terdiri dari para pemegang saham yang memiliki saham yang cukup untuk memungkinkan mereka mengontrol manajemen bank. Biasanya, mereka memiliki suara mayoritas dan investasi mereka di saham bank bersifat jangka panjang. Oleh karena itu, sangat mungkin bahwa kelompok ini akan merespons dengan berusaha mengganti manajemen bank jika terjadi pelanggaran. Mereka akan melakukannya untuk: 1. Memastikan bahwa bank dapat mencapai tujuan utamanya (yaitu menjalankan bisnisnya sesuai dengan Syariah Islam) 2. Mempertahankan klien bank saat ini dan menarik pelanggan potensial. Kategori pemegang saham kedua, terdiri dari individu-individu yang memiliki komitmen kuat terhadap Islam dan menginvestasikan sumber dayanya di lembaga-lembaga Islam. Munculnya bank syariah telah memberikan kelompok pemegang saham ini kesempatan seperti itu dan investasi mereka dapat dilakukan dalam jangka pendek dan / atau jangka panjang. jika kelompok pemegang saham ini yang tidak memiliki suara mayoritas, diberi tahu bahwa manajemen tidak mematuhi ajaran Islam, mereka kemungkinan akan mencerminkan ketidakpuasan mereka terhadap kinerja manajemen dengan menjual saham mereka. Perilaku seperti itu cenderung mempengaruhi nilai bank di pasar modal. Dengan demikian, manajemen bank syariah berusaha untuk menjaga agar pemegang saham ini tidak mendapat informasi bahwa tidak semua transaksi keuangan bank sesuai dengan syariah. Kategori pemegang saham ketiga adalah orang-orang yang berinvestasi dalam saham bank syariah karena alasan ekonomi, tanpa memperhatikan aspek keagamaan bank. Pemegang saham ini tidak akan memiliki mayoritas suara dari investasi mereka, karena biasanya bersifat jangka pendek. Kelompok ini paling tidak peduli dengan laporan DPS dan tidak akan diharapkan untuk bereaksi negatif jika manajemen tidak berpegang pada Syariah. Selain tiga kategori pemegang saham di atas, pihak yang juga akan bereaksi adalah kelompok yang terdiri dari berbagai pemegang deposito dan pelanggan yang menggunakan fasilitas pembiayaan bank. Manajemen bank syariah juga harus memberikan pertimbangan serius terhadap reaksi penerima lain dari laporan DPS ini. Jika laporan negatif dipublikasikan oleh DPS tentang kinerja manajemen, mereka akan mulai meragukan komitmen manajemen terhadap Islam. Keyakinan seperti itu akan memiliki efek yang merugikan pada bank karena klien ini cenderung bereaksi dengan menahan diri dari berurusan dengan bank. Secara keseluruhan, tampak bahwa biaya yang dapat dibebankan oleh manajemen bank pada DPS kurang dari biaya yang ditanggung jika laporan DPS menemukan adanya pelanggaran Syariah. Oleh karena itu, selain insentif agama, konsekuensi ekonomi dari laporan negatif juga akan memungkinkan DPS untuk menahan tekanan manajemen. Sehingga, pemegang saham dan konsumen lain dari laporan DPS akan memahami komitmen keagamaan anggota DPS untuk mengesampingkan kepentingan ekonomi mereka. Oleh karena itu, hubungan karyawan tampaknya tidak menimbulkan keraguan yang signifikan tentang independensi anggota DPS.
INDEPENDENSI AUDITOR SYARIAH DAN AUDITOR EKSTERNAL
Dapat dikatakan bahwa kredibilitas informasi keuangan yang dihasilkan oleh bank syariah tergantung pada persepsi independensi DPS. Di sisi lain, juga menunjukkan bahwa kredibilitas keuangan tergantung pada persepsi independensi auditor eksternal. Dari pernyataan itu, maka muncul dua pertanyaan sehubungan dengan independesi auditor. Pertama, perlukah DPS dan auditor eksternal dianggap independen untuk memastikan kredibilitas laporan keuangan? Kedua, jika hanya satu kelompok yang dianggap independen, apakah ini cukup untuk membuat laporan tampak kredibel? Jawaban untuk dua pertanyaan ini akan tergantung pada reaksi para pengguna laporan keuangan, yang dapat dilihat dalam empat situasi, yaitu: a. DPS dianggap independen sedangkan auditor eksternal tidak. b. Eksternal auditor dianggap independen sedangkan DPS tidak. c. Baik DPS dan auditor eksternal dianggap independen. d. Baik DPS dan auditor eksternal tidak dianggap independen. Skenario c dan d akan menimbulkan reaksi keras karena bukti-bukti akan dianggap meyakinkan. Dalam situasi 3 para pengguna laporan keuangan diharapkan untuk mengandalkan informasi keuangan yang diterbitkan oleh bank, sementara dalam situasi 4, laporan akan kurang kredibilitas dan investor tidak dapat mengandalkan laporan untuk keputusan investasi. Dalam situasi a, jika pengguna tidak menganggap auditor eksternal sebagai independen, maka reaksi mereka akan tergantung pada DPS. Apakah DPS independen cukup untuk membuat laporan bank kredibel? Karena auditor eksternal fokus pada kondisi ekonomi bank, sehingga pemegang saham dan pemegang setoran investasi akan menjadi dua kelompok yang paling peduli. Meskipun pemegang deposito tidak memiliki kendali atas manajemen bank, mereka akan khawatir dengan kesalahan penyajian dalam laporan keuangan, ini akan mempengaruhi pengembalian mereka, karena pemegang deposito akan berbagi dalam untung dan rugi. Pemegang deposito investasi memiliki dua opsi. Mereka dapat menarik dana mereka dari bank atau menahan diri dari menginvestasikan dana masa depan. Kedua tindakan tersebut akan berdampak buruk pada reputasi bank di kalangan investor. Pemegang saham juga akan bereaksi negatif dan ini akan tercermin dalam harga saham bank. Dengan demikian, tidak diharapkan bahwa independensi yang dirasakan dari DPS akan menebus kurangnya independensi auditor. Di sisi lain, bank juga akan menderita jika auditor dianggap independen sedangkan DPS tidak. Konsumen laporan DPS tidak akan yakin apakah manajemen bank benar-benar berpegang pada prinsip-prinsip Islam. Oleh karena itu, di samping reaksi pemegang saham dan pemegang setoran investasi, pelanggan yang berurusan dengan bank karena identitas keagamaannya (dan mereka biasanya dalam mayoritas) cenderung bereaksi dengan menahan diri dari menggunakan fasilitas pembiayaan bank di masa depan. Namun, tidak semua pemegang saham diharapkan peduli dengan kurangnya independensi DPS. Meskipun mereka biasanya minoritas, pemegang saham kategori tiga yang berinvestasi di bank karena alasan ekonomi akan peduli tentang kurangnya independensi DPS. Dengan demikian, tampaknya independensi DPS dan independensi auditor sama pentingnya.