Disusun oleh:
Muhamad Akbar Kurniawan 19108020018
Dewi Amalia Daud 19108020067
Bai’ al istishna’ (istishna’) adalah suatu kontrak jual beli yang bentuknya
berupa pemesanan pembuatan atas suatu barang tertentu yang kriteria maupun
persyaratannya telah disepakati sebelumnya antara pemesan (pembeli, mustashni’)
dan penjual (pembuat, shani’). Dalam hal ini transaksi istishna’ terdapat kesamaan
dengan transaksi salam bahwa dalam hal barang yang dibeli belum ada pada saat
transaksi tetapi setelah dilunasi terlebih dahulu. Transaksi salam barangnya adalah
hasil pertanian, sedangkan transaksi istishna’ barangnya biasanya adalah barang
manufaktur. Kemudian dari segi pembayaran istishna’ dapat dilakukan di muka,
cicilan, atau ditangguhkan pada masa yang akan datang.
21
C. Dasar Hukum Transaksi Istishna’ dan Istishna’ Paralel
1) Al Qur-an
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermuamalah tidak
secara tunai, untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu
menuliskannya”. (QS. Al Baqarah: 282).
2) Hadits
“Tiga hal yang didalamnya terdapat keberkahan: jual beli secara
tangguh, muqaradhah (mudharabah), dan mencampur gandum
dengan tepung untuk keperluan rumah, bukan untuk dijual.” (HR.
Ibnu Majjah)
3) Fatwa DSN tentang Transaksi Istishna.
a. Fatwa DSN-MUI No. 06/DSN-MUI/IV/2000 tentang Jual
Beli Istishna.
b. Fatwa DSN-MUI No. 22/DSN-MUI/III/2002 tentang Jual
Beli Istishna Paralel.
21
2) Objek akad meliputi barang dan harga barang istishna’
Rukun objek akad transaksi jual beli istishna’ meliputi
barang yang diperjualbelikan atas suatu harga tertentu, kemudian
barang harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. Barang harus jelas spesifikasinya
b. Dalam penyerahan barang yang dilakukan di kemudian
hari
c. Waktu dan tempat penyerahan barang harus ditetapkan
berdasarkan kesepakatan
d. Pembeli (mustashni’) tidak boleh menjual barang
sebelum menerimanya.
e. Menukar barang dilarang, terkecuali dengan barang
sejenis sesuai dengan kesepakatan.
f. Barang memerlukan proses pembuatan setelah akad
disepakati.
g. Barang yang diserahkan harus sesuai dengan spesifikasi
pemesan, bukan barang massal
3) Ijab dan kabul yang menunjukkan pernyataan kehendak jual beli
istishna’ kedua belah pihak.
Ijab dan kabul istishna’ adalah suatu pernyataan dari kedua
belah pihak yang bertransaksi dengan cara penawaran dari penjual
(bank syariah) dan penerimaan yang dinyatakan oleh pembeli
(nasabah). Pelafalan perjanjian dilakukan dengan lisan, maupun
isyarat bagi yang memiliki keterbatasan.
Menurut fatwa DSN Nomor 6 Tahun 2000 dijelaskan bahwa akad istishna’
kedua (antara bank sebagai pembeli dengan petani sebagai penjual) harus
dilakukan terpisah dari akad pertama. Dalam hal ini akad kedua baru dilakukan
setelah akad pertama sah serta rukun-rukun yang terdapat pada akad istishna’
pertama juga berlaku pada akad istishna’ kedua.
21
F. Berakhirnya Akad Istishna’
3. Khiyar akibat kesalahan penjual atas barang yang tidak sesuai atau cacat
oleh pembeli
(i) kedua belah pihak setuju untuk menghentikan akad istishna’, dan
(ii) akad istishna’ batal demi hukum karena timbul kondisi hukum
yang dapat menghalangi pelaksanaan atau penyelesaian akad.
21
H. Alur Transaksi Istishna’ Dan Istishna’ Paralel
21
Keempat, dalam waktu pengerjaan barang yang dipesan, pemasok
melakukan tagihan kepada bank syariah senilai tingkat penyelesaian
barang pesanan.
21
Mekanisme Penagihan : 5 termin sebesar Rp 30.000.000 per
termin mulai tanggal 10 Agustus
21
2. Penandatanganan Akad Dengan Pembeli (bank sebagai penjual)
21
Kemudian biaya perolehan istishna’ paralel dapat diakui sebagai
aset istishna’ dalam penyelesaian pada saat diterimanya tagihan dari
produsen atau kontraktor sebesar jumlah tagihan.
21
Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)
08/04/X Db. Utang istishna’ 26.000.000
Kr. Kas/rekening nasabah pemasok 26.000.000
A
Jurnal yang sama dilakukan pula pada saat penerimaan tagihan dan
pembayaran kedua dengan penyelesaian 50% dan ketiga dengan
penyelesaian 100%. Sebagai contoh, tagihan kedua telah diterima pada
tanggal 15 Mei dan diikuti dengan pembayaran oleh bank pada tanggal 22
Mei 20XA. Tagihan ketiga diterima tanggal 25 Juni 20XA. Maka jurnal
untuk transaksi tersebut adalah sebagai berikut.
21
penyelesaian. Dengan perhitungan atas pendapatan, harga pokok, dan aset
istishna’ dalam penyelesaian adalah sebagai berikut.
= 20% x Rp 130.000.000
= Rp 26.000.000
= 20% x Rp20.000.000
= Rp 4.000.0000
21
Dengan demikian, jurnal untuk transaksi pengakuan pendapatan
saat penyelesaian 20%, 50% dan 100% adalah sebagai berikut.
21
Aset istishna’ = %penyelesaian x
keuntungan istishna’ dalam
penyelesaian
= (50% – 20%) × Rp20.000.000
= Rp6.000.000
25/06/X Db. Aset istishna’ dalam penyelesaian 10.000.000
Db. Harga pokok istishna’ 65.000.000
A
Kr. Pendapatan margin istishna’ 75.000.000
Ket
Pendapatan margin = %penyelesaian x
harga jual
= (100%-50%) x Rp 150.000.000
= 75.000.000
Harga pokok istishna’ = %
penyelesaian x harga beli
(100%-50%) x Rp 130.000.000
= Rp 65.000.000
Aset istishna’ = %penyelesaian x
keuntungan istishna’ dalam
penyelesaian
= (100%-50%) x Rp20.000.000
=Rp10.000.000
21
Pada tagihan setiap termin kepada pembeli diakui sebagai piutang
istishna’ dan termin istishna’ (billing) pada pos lawannya. Karena istishna’
paralel, termin yang dibedakan menjadi termin bank-pemasok dan termin
bank-nasabah. Pihak diatas tidak harus sama karena bergantung kepada
kondisi setiap pihak yang terlibat.
21
Misalkan, dalam kasus di atas, pembayaran oleh nasabah pembeli
dilakukan 3 hari setelah menerima tagihan dari bank sebagai penjual.
Dengan demikina, jurnal untuk mengakui 5 kali penerimaan pembayaran
dari pembeli tersebut adalah sebagai berikut.
21
1. Terkait perlakuan akuntansi terhadap beban pra akad jika transaksi tidak
jadi disepakati bahwa kalau akad tidak jadi disepakati, maka biaya tersebut
dibebankan pada periode berjalan. Sebagai contoh pada kasus diatas tidak
jadi disepakati, dengan demikian jurnal pengakuan beban pra akad yang
ditangguhkan menjadi beban operasional pada periode berjalan adalah
sebagai berikut.
2. Pada saat akad dikatakan selesai jika proses pembuatan barang pesanan
selesai dan diserahkan kepada pembeli bahwa pada metode akad selesai
terdapat ketentuan bahwa:
Pada kasus diatas dengan menggunakan metode akad selesai, harga pokok
istishna’, pendapatan, dan bagian keuntungan dapat diakui setelah
pekerjaan selesai. Sebagai contoh, pada tanggal 25 Juni 20XA, pemasok
melaporkan bahwa pekerjaan telah berhasil diselesaikan. Dengan
demikian, jurnal pengakuan pendapatan dengan menggunakan metode
21
akad selesai pada saat pekerjaan selesai dikerjakan oleh pemasok adalah
sebagai berikut.
b. Selisih pada nilai akad dan nilai tunai sewaktu penyerahan dapat
diakui selama periode pelunasan secara proporsional sesuai dengan
jumlah pembayaran
21
Selisih nilai akad dan nilai tunai yang diakui selama 3 tahun: Rp
40.000.000
21
penyelesaian
Kr. Utang 65.000.000
Db. Utang 65.000.000 0
Kr. Kas/rekening
Ket: Tagihan dan
pembayaran ketiga oleh
bank kepada pemasok
sehingga keseluruhan
tagihan dari pemasok
adalah Rp130.000.000
(Rp26.000.000 +
Rp39.000.000 + Rp
65.000.000)
21
3. Jurnal saat penagihan dan penyerahan aset istishna’ kepada pembeli
= Rp 5.227.778
= Rp 1.111.111
21
Db. Kas/rekening nasabah 5.277.778
Kr. Piutang istishna’ 5.277.778
Db. Margin istishna’ ditangguhkan 1.111.111
Kr. Pendapatan istishna’ 1.111.111
21
Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)
Db. Kas 63.333.333
Kr. Piutang istishna’ 63.333.333
Db. Pendapatan istishna’ tangguh 13.333.333
*
Kr. Kas/rekening nasabah 10.000.000
Kr. Pendapatan istishna’ 3.333.333
Ket: * saldo pendapatan istishna’ tangguh pada
akhir tahun kedua
Penyajian
Pengungkapan
Terdapat hal yang mesti diungkap dalam catatan atas laporan keuangan
tentang transaksi istishna’ dan istishna’ paralel berupa
2. Besaran modal usaha istishna’, dengan yang dibiayai sendiri oleh bank
ataupun yang dibiayai secara bersama dengan bank atau pihak lain.
Referensi:
21
DSAK IAI. 2007. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan nomor 104
tentang Akuntansi Istishna’. Jakarta: IAI.
21