Anda di halaman 1dari 24

Makalah Akuntansi Transaksi Istishna’ dan Istishna’ Paralel

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi Perbankan Syariah

Dosen Pengampu: Rosyid Nur Anggara Putra, S.Pd., M. Si.

Disusun oleh:
Muhamad Akbar Kurniawan 19108020018
Dewi Amalia Daud 19108020067

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM


UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
2021
A. Definisi Isthisna’

Bai’ al istishna’ (istishna’) adalah suatu kontrak jual beli yang bentuknya
berupa pemesanan pembuatan atas suatu barang tertentu yang kriteria maupun
persyaratannya telah disepakati sebelumnya antara pemesan (pembeli, mustashni’)
dan penjual (pembuat, shani’). Dalam hal ini transaksi istishna’ terdapat kesamaan
dengan transaksi salam bahwa dalam hal barang yang dibeli belum ada pada saat
transaksi tetapi setelah dilunasi terlebih dahulu. Transaksi salam barangnya adalah
hasil pertanian, sedangkan transaksi istishna’ barangnya biasanya adalah barang
manufaktur. Kemudian dari segi pembayaran istishna’ dapat dilakukan di muka,
cicilan, atau ditangguhkan pada masa yang akan datang.

Pada transaksi istishna’ spesifikasi maupun harga barang pesanan


disepakati antara pembeli dan produsen selaku penjual di awal akad dengan
ketentuan harga barang pesanan tidak bisa diubah selama jangka waktu akad
transkaksi istishna’. Disini barang pesanan pembeli harus diketahui
karakteristiknya baik dari segi jenis, kuantitas, serta kualitasnya. Jika barang
pesanan yang diterima pembeli tidak sesuai dengan yang diharapkan atau terdapat
cacat pada barang maka disini produsen/penjual harus bertanggung jawab atas
kelalaiannya. Kemudian perpindahan kepemilikan atas barang yang dipesan dari
produsen/penjual ke pembeli dilaksanakan saat penyerahan dengan jumlah yang
telah disepakati sebelumnya.

B. Ketentuan Syar’i Transaksi Istishna’ dan istishna’ Paralel

Dalam hal ini menurut mazhab Hanafi istishna’ hukumnya boleh/mubah


karena hal tersebut telah dilakukan oleh masyarakat muslim sejak masa awal
tanpa ada ulama yang mengingkarinya. Di Indonesia transaksi istishna’ diatur
dalam Fatwa DSN nomor 06/DSNMUI/IV/2000 tentang jual beli istishna’. Isi dari
fatwa tersebut mengatur tentang ketentuan pembayaran dan ketentuan barang.

21
C. Dasar Hukum Transaksi Istishna’ dan Istishna’ Paralel

1) Al Qur-an
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermuamalah tidak
secara tunai, untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu
menuliskannya”. (QS. Al Baqarah: 282).
2) Hadits
“Tiga hal yang didalamnya terdapat keberkahan: jual beli secara
tangguh, muqaradhah (mudharabah), dan mencampur gandum
dengan tepung untuk keperluan rumah, bukan untuk dijual.” (HR.
Ibnu Majjah)
3) Fatwa DSN tentang Transaksi Istishna.
a. Fatwa DSN-MUI No. 06/DSN-MUI/IV/2000 tentang Jual
Beli Istishna.
b. Fatwa DSN-MUI No. 22/DSN-MUI/III/2002 tentang Jual
Beli Istishna Paralel.

D. Rukun Transaksi Istishna’

1) Transaktor, antara pembeli (mushtashni’) dan penjual (shani’)


Transaktor terdiri atas pembeli dan penjual dengan syarat
telah akil baligh dan kemampuan memilih yang optimal seperti
tidak gila, tanpa paksaan, dan lain-lain yang sejenis. Dalam hal lain
untuk transaksi dengan anak kecil, dapat dilakukan dengan izin dan
pantauan walinya. Disini DSN mengharuskan kepada penjual agar
menyerahkan barang lebih cepat dari waktu yang disepakati
dengan hal yang telah disepakati sebelumnya. Jika pesanan telah
sesuai dengan kesepakatan, maka disini hukumnya wajib bagi
pembeli untuk menerima barang istishna’ dan melaksanakan
transaksi yang telah disepakati. Sedankan jika pada barang yang
dilunasi barang tidak sesuai dengan kesepakatan atau terdapat cacat
pada barang, disini pemesan mempunyai hak khiyar (hak memilih)
untuk melanjutkan atau membatalkan akad.

21
2) Objek akad meliputi barang dan harga barang istishna’
Rukun objek akad transaksi jual beli istishna’ meliputi
barang yang diperjualbelikan atas suatu harga tertentu, kemudian
barang harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. Barang harus jelas spesifikasinya
b. Dalam penyerahan barang yang dilakukan di kemudian
hari
c. Waktu dan tempat penyerahan barang harus ditetapkan
berdasarkan kesepakatan
d. Pembeli (mustashni’) tidak boleh menjual barang
sebelum menerimanya.
e. Menukar barang dilarang, terkecuali dengan barang
sejenis sesuai dengan kesepakatan.
f. Barang memerlukan proses pembuatan setelah akad
disepakati.
g. Barang yang diserahkan harus sesuai dengan spesifikasi
pemesan, bukan barang massal
3) Ijab dan kabul yang menunjukkan pernyataan kehendak jual beli
istishna’ kedua belah pihak.
Ijab dan kabul istishna’ adalah suatu pernyataan dari kedua
belah pihak yang bertransaksi dengan cara penawaran dari penjual
(bank syariah) dan penerimaan yang dinyatakan oleh pembeli
(nasabah). Pelafalan perjanjian dilakukan dengan lisan, maupun
isyarat bagi yang memiliki keterbatasan.

E. Rukun Transaksi Istishna’ Paralel

Menurut fatwa DSN Nomor 6 Tahun 2000 dijelaskan bahwa akad istishna’
kedua (antara bank sebagai pembeli dengan petani sebagai penjual) harus
dilakukan terpisah dari akad pertama. Dalam hal ini akad kedua baru dilakukan
setelah akad pertama sah serta rukun-rukun yang terdapat pada akad istishna’
pertama juga berlaku pada akad istishna’ kedua.

21
F. Berakhirnya Akad Istishna’

Kontrak istishna’ dapat berakhir menurut kondisi berikut:

1. Telah terpenuhinya kewajiban oleh kedua belah pihak

2. Persetujuan bersama kedua belah pihak

3. Khiyar akibat kesalahan penjual atas barang yang tidak sesuai atau cacat
oleh pembeli

G. Pengawasan Syariah Transaksi Istishna’ dan Istishna’ Paralel

Pengawasan oleh DPS dilakukan secara periodik atas pedoman yang


ditetapkan oleh Bank Indonesia dengan tujuan:

1. Untuk memastikan bahwa barang yang diperjualbelikan sesuai dengan


syariat islam
2. Mengamati apakah bank membiayai pembuatan barang yang diperlukan
nasabah sesuai pesanan dan kriteria yang disepakati
3. Untuk memastikan bahwa akad istishna’ dan akad istishna’ paralel
dibuat dalam akad yang terpisah
4. Untuk memastikan bahwa akad istishna’ yang sudah dikerjakan sesuai
kesepakatan hukumnya mengikat, artinya tidak dapat dibatalkan kecuali
memenuhi kondisi, antara lain:

(i) kedua belah pihak setuju untuk menghentikan akad istishna’, dan

(ii) akad istishna’ batal demi hukum karena timbul kondisi hukum
yang dapat menghalangi pelaksanaan atau penyelesaian akad.

Dengan demikian adanya pengawasan syariah yang dilakukan oleh DPS


menuntut bank syariah untuk selalu berhati-hati dalam melakukan transaksi jual
beli istishna’ dan istishna’ paralel dengan para nasabah. Selain itu, bank juga
dituntut untuk melaksanakan tertib administrasi agar berbagai dokumen yang
diperlukan DPS dapat tersedia setiap saat dilakukan pengawasan.

21
H. Alur Transaksi Istishna’ Dan Istishna’ Paralel

Pertama, nasabah memesan barang yang dikehendaki dan melakukan


negosiasi agar terjadi kesepakatan antara penjual dengan pembeli terkait
transaksi istishna’ yang akan dilaksanakan.

Kedua, setelah akad disepakati penjual mulai membuat atau


menyelesaikan tahapan pembuatan barang yang diinginkan pembeli sesuai
dengan waktu yang ditentukan. Barang yang telah selesai pada saat atau
sebelum tanggal penyerahan disini penjual mengirim barang sesuai dengan
spesifikasi kualitas dan kuantitas yang telah disepakati kepada pembeli.
Dalam hal ini, transaksi istishna’ paralel yang biasanya digunakan oleh
penjual (bank syariah) yang tidak membayar sendiri barang istishna’,
setelah menyepakati kontrak istishna’ dan menerima dana dari nasabah
istishna’, selanjutnya secara terpisah membuat akad istishna’ dengan
produsen barang istishna’.

Ketiga, kemudian setelah menyepakati transaksi istishna’ dalam jangka


waktu tertentu, pemasok mengerjakan pengerjaan barang yang dipesan

21
Keempat, dalam waktu pengerjaan barang yang dipesan, pemasok
melakukan tagihan kepada bank syariah senilai tingkat penyelesaian
barang pesanan.

Kelima, bank syariah membayar kepada pembuat barang sebesar nilai


barang yang ditagihkan.

Keenam, bank syariah melakukan tagihan kepada nasabah pembeli


berdasarkan tingkat penyelesaian barang.

Ketujuh, pemasok menyerahkan barang kepada nasabah.

Kedelapan, pemasok menyerahkan bukti pengiriman barang kepada bank


syariah.

Kesembilan, nasabah melunasi pembayaran barang istishna’ sesuai dengan


akad yang telah disepakati.

I. Tekhnis Perhitungan Dan Penjurnalan Transaksi Istishna

1. Transaksi Istishna’ pertama

Pada kasus pertama dalam rangka mengembangkan klinik ibu dan


anak yang dimilikinya, dr Nava mempunyai rencana dengan
menambahkan satu unit bangunan seluas 100m2 khusus untuk rawat inap.
dr Nava menghubungi Bank Syariah untuk menyediakan bangunan baru
sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan dr Nava. Setelah negosisasi
beserta survey untuk desain bangunan yang akan dijadikan acuan
spesifikasi barang, pada tanggal 10 februari 20XA terjadi
penandatanganan akad transaksi istishna’ berupa pengadaan bangunan
untuk rawat inap. Dalam hal ini kesepakatan antara dr Nava dengan Bank
Syariah adalah sebagai berikut:

Harga bangunan : Rp 150.000.000

Lama Penyelesaian : 5 bulan (paling lambat tanggal 10


juli)

21
Mekanisme Penagihan : 5 termin sebesar Rp 30.000.000 per
termin mulai tanggal 10 Agustus

Mekanisme pembayaran : setiap 3 hari setelah tanggal


penagihan

2. Transaksi Istishna’ Kedua

Dalam rangka membuat bangunan sesuai dengan keinginan dr


Nava, Pada tanggal 12 Februari 20XA, bank syariah memesan kepada
kontraktor PT. Properti Konstruksi dengan kesepakatan sebagai berikut:

Harga bangunan : Rp 130.000.000

Lama Penyelesaian : 4 bulan 15 hari (paling


lambat tgl 25 Juni)

Mekanisme penagihan kontraktor : tiga termin pada saat


penyelesaian 20%, 50% dan 100%.

Mekanisme pembayaran oleh bank : dibayar tunai sebesar


tagihan dari kontraktor.

J. Penjurnalan Transaksi Istishna’

1. Transaksi Biaya Pra-Akad (Bank sebagai Penjual)

Bank Syariah telah mengeluarkan kas hingga Rp 2.000.000.


Adapun jurnal untuk mengakui transaksinya adalah sebagai berikut.

Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)


05/02/X Db. Beban pra akad yang ditangguhkan 2.000.000
A
Kr. Kas 2.000.000
Menurut laporan keuangan, beban pra akad disajikan dalam neraca
pada bagian aset lancar dengan perlakuan memperlakukan beban dibayar
di muka. Tetapi dikarenakan rekeningnya bersifat sementara, umumnya
saldo rekeningnya adalah nol dan tidak disajikan pada laporan keuangan.

21
2. Penandatanganan Akad Dengan Pembeli (bank sebagai penjual)

Sewaktu akad ditandatangani kedua belah pihak antara bank


dengan pembeli, disini tidak ada jurnal yang harus dibuat untuk mengakui
adanya jual beli istishna’. Melainkan, adanya kesepakatan jual beli
istishna’ ini menyebabkan pengeluaran-pengeluaran pra akad diakui
sebagai biaya istishna’. Dalam hal ini biaya pra akad diakui sebagai beban
tangguhan dan diperhitungan atas biaya istishna’ jika akad disepakati.
Menurut kasus dr Nava dan Bank Syariah di atas, transaksi istishna’ jadi
disepakati pada tanggal 10 februari, Selanjutnya jurnal pengakuan beban
pra akad menjadi biaya istishna’ adalah sebagai berikut.

Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)


10/02/X Db. Biaya Istishna 2.000.000
Kr. Beban pra akad yang 2.000.000
A
ditangguhkan
Pada praktik perbankan apabila akad jadi disepakati, beberapa
bank memperlakukan beban pra akad sebagai piutang istishna’.

3. Pembuatan Akad Istishna’ Paralel dengan Pembuat Barang (Bank


sebagai Pembeli)

Demikian juga pada saat akad istishna’ paralel disepakati dengan


pembuat barang, disini tidak ada jurnal yang harus dibuat terkait dengan
kesepakatan jual beli istishna’. Biaya perolehan istishna’ paralel terdiri
atas:

a. Biaya perolehan barang pesanan sebesar tagihan produsen atau


kontraktor kepada entitas

b. Biaya tidak langsung, berupa biaya overhead termasuk biaya


akad dan pra akad

c. Semua biaya akibat produsen atau kontraktor tidak dapat


memenuhi kewajibannya, jika ada.

21
Kemudian biaya perolehan istishna’ paralel dapat diakui sebagai
aset istishna’ dalam penyelesaian pada saat diterimanya tagihan dari
produsen atau kontraktor sebesar jumlah tagihan.

4. Penerimaan dan Pembayaran Tagihan kepada Penjual (pembuat) Barang


Istishna’

Disini pembeli mengakui aset istishna’ sebesar jumlah termin yang


ditagih oleh penjual yang dalam hal ini pembuat barang serta mengakui
utang istisna’ kepada pembuat barang tersebut. Kemudian tagihan supplier
kepada bank atas sebagian barang pesanan yang telah diselesaikan diakui
sebagai ‘aktiva istishna dalam penyelesaian’ dan ‘utang istishna’ sebesar
tagihan supplier. Menurut kasus diatas terdapat mekanisme pembayaran
yang dilakukan dalam tiga termin, yaitu pada saat penyelesaian 20%, 50%,
dan 100% dengan realisasi tagihan ketiga termin tersebut ditunjukkan
dalam tabel berikut.

No Tingkat Tanggal Jumlah Tanggal Jumlah


Termi Penyelesaian Penagiha Tagihan (Rp) Pembayara Pembayaran
n n n
I 20% 1 April 26.000.000 8 April 26.000.000
II 50% 15 Mei 39.000.000 22 Mei 39.000.000
III 100% 25 Juni 65.000.000 02 Juli 65.000.000
Pada tanggal 1 April, PT Properti Konstruksi telah menyelesaikan
20% pembangunan dan menagih pembayaran termin pertama sebesar Rp
26.00.000 (20% x Rp 130.000.000) kepada Bank syariah. Adapun jurnal
pengakuan penagihan pembayaran oleh pembuat barang adalah sebagai
berikut.

Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)


01/04/X Db. Aset Istishna’ dalam penyelesaian 26.000.000
Kr. Utang istishna’ 26.000.000
A
Sebagai contoh, pembayaran dilakukan tanggal 8 April, maka
jurnal pembayaran tersebut adalah sebagai berikut.

21
Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)
08/04/X Db. Utang istishna’ 26.000.000
Kr. Kas/rekening nasabah pemasok 26.000.000
A
Jurnal yang sama dilakukan pula pada saat penerimaan tagihan dan
pembayaran kedua dengan penyelesaian 50% dan ketiga dengan
penyelesaian 100%. Sebagai contoh, tagihan kedua telah diterima pada
tanggal 15 Mei dan diikuti dengan pembayaran oleh bank pada tanggal 22
Mei 20XA. Tagihan ketiga diterima tanggal 25 Juni 20XA. Maka jurnal
untuk transaksi tersebut adalah sebagai berikut.

Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)


15/05/X Db. Aset Istishna’ dalam penyelesaian 39.000.000
Kr. Utang istishna’ 39.000.000
A
*(50%-20%) x Rp 130.000.000
= Rp 39.000.000

22/05/X Db. Utang istishna’-pembuat barang 39.000.000


Kr. Kas/rekening nasabah pemasok 39.000.000
A
25/06/X Db. Aset istishna’ dalam penyelesaian 65.000.000
Kr. Utang istishna’ 65.000.000
A
*(100%-50%) x Rp 130.000.000
= Rp 65.000.000

02/07/X Db. Utang istishna’-pembuat barang 65.000.000


Kr. Kas/rekening nasabah pemasok R65.000.000
A
Biasanya pembayaran dilakukan tidak 100% lunas pada waktu
serah terima barang selesai, namun ditahan sebesar 5% untuk masa
commissioning. Selanjutnya, setelah bank yakin tidak ada hal berupa
permasalahan teknis atas barang yang selesai dibangun, baru 5% sisa
pembayaran diserahkan. Masa commissioning dapat berlangsung 1-3 bulan
setelah penyerahan barang tergantung dari kesiapan penggunaan
operasional aset istishna’ tersebut.

Pada kasus tersebut dengan menggunakan metode persentase


penyelesaian, maka pendapatan disini diakui sesuai dengan persentase

21
penyelesaian. Dengan perhitungan atas pendapatan, harga pokok, dan aset
istishna’ dalam penyelesaian adalah sebagai berikut.

1. Pendapatan istishna’ dihitung menurut bagian nilai akad yang


sebanding dengan pekerjaan yang telah diselesaikan dalam periode
tersebut. Pendapatan istishna = persentase penyelesaian × nilai
akad penjualan. Dengan demikian, pada tanggal 1 April saat
penyelesaian 20%, diakui pendapatan sebesar Rp30.000.000 (20%
× Rp150.000.000).

2. Harga pokok istishna’ diakui sebesar persentase penyelesaian


aset istishna’.

Harga pokok istishna’ = persentase penyelesaian x


nilai akad pembelian

= 20% x Rp 130.000.000

= Rp 26.000.000

3. Keuntugan istishna’ disini maksudnya adalah bagian margin


keuntungan istishna’ yang diakui selama periode pelaporan yang
ditambahkan kepada aset istishna’ dalam penyelesaian.

Keuntungan istishna’ = Persentase penyelesaian – margin


keuntungan istishna’

= 20% x (Rp150.000.000 – Rp130.000.000)

= 20% x Rp20.000.000

= Rp 4.000.0000

Adapun dalam jurnal penyesuaian yang dibuat, pengakuan


keuntungan istishna’ dilakukan dengan mendebit asset istishna’ dalam
penyelesaian sebesar Rp4.000.000

21
Dengan demikian, jurnal untuk transaksi pengakuan pendapatan
saat penyelesaian 20%, 50% dan 100% adalah sebagai berikut.

Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)


10/04/X Db. Aset istishna’ dalam penyelesaian 4.000.000
Db. Harga pokok Istishna’ 26.000.000
A
Kr. Pendapatan istishna’ 30.000.000*
Ket:
Pendapatan margin = % penyelesaian x
harga jual
= 20% x Rp 150.000.000
= Rp 30.000.000
Harga pokok istishna’= %penyelesaian
x harga beli
= 20% x Rp 130.000.000
= Rp 26.000.000
Aset Istishna’ = % penyelesaian ×
keuntungan istishna’ dalam
penyelesaian
= 20% × Rp20.000.000
= Rp 4.000.000
15/05/X Db. Aset istishna’ dalam penyelesaian 6.000.000
39.000.000
A Db. Harga pokok istishna’
45.000.000
Kr. Pendapatan margin istishna’
Ket
Pendapatan margin = %penyelesaian x
harga jual
= (50%-20%) x Rp 150.000.000
= 45.000.000
Harga pokok istishna’ = %
penyelesaian x harga beli
= (50% – 20%) × Rp130.000.000
= Rp 39.000.000

21
Aset istishna’ = %penyelesaian x
keuntungan istishna’ dalam
penyelesaian
= (50% – 20%) × Rp20.000.000
= Rp6.000.000
25/06/X Db. Aset istishna’ dalam penyelesaian 10.000.000
Db. Harga pokok istishna’ 65.000.000
A
Kr. Pendapatan margin istishna’ 75.000.000
Ket
Pendapatan margin = %penyelesaian x
harga jual
= (100%-50%) x Rp 150.000.000
= 75.000.000
Harga pokok istishna’ = %
penyelesaian x harga beli
(100%-50%) x Rp 130.000.000
= Rp 65.000.000
Aset istishna’ = %penyelesaian x
keuntungan istishna’ dalam
penyelesaian

= (100%-50%) x Rp20.000.000
=Rp10.000.000

Adapun dasar atas pengakuan pendapatan berupa laporan teknis


sebagai dasar perusahaan guna mengakui adanya pendapatan. Laporan
teknis disini berupa laporan unit kerja produksi/unit kerja teknis terhadap
kondisi pekerjaan konstruksi yang dilakukan (karena disini akuntan tidak
dapat menyusun sendiri laporan teknis karena masalah teknis berada di
luar wilayah dari akuntan).

5. Penagihan piutang istishna’ pada pembeli

21
Pada tagihan setiap termin kepada pembeli diakui sebagai piutang
istishna’ dan termin istishna’ (billing) pada pos lawannya. Karena istishna’
paralel, termin yang dibedakan menjadi termin bank-pemasok dan termin
bank-nasabah. Pihak diatas tidak harus sama karena bergantung kepada
kondisi setiap pihak yang terlibat.

Sebagai contoh pada kasus diatas, terkait penagihan oleh bank


kepada pembeli akhir dilakukan dalam 5 termin dalam jumlah yang sama,
yaitu Rp 30.000.000, setiap tanggal 10 mulai bulan April. Oleh karena itu,
jurnal untuk mengakui 5 kali penagihan piutang istishna’ kepada pembeli
serta penerimaan pembayaran dari pembeli tersebut adalah sebagai
berikut.

Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)


10/04/X Db. Piutang istishna’ 30.000.000
Kr. Termin istishna’ 30.000.000*
A
*Rp 150.000.000/5 termin
= Rp 30.000.000 per termin
10/05/X Db. Piutang istishna’ 30.000.000
Kr. Termin Istishna’ 30.000.000
A
10/06/X Db. Piutang istishna’ 30.000.000
Kr. Termin Istishna’ 30.000.000
A
10/07/X Db. Piutang istishna’ 30.000.000
Kr. Termin Istishna’ 30.000.000
A
10/08/X Db. Piutang istishna’ 30.000.000
Kr. Termin Istishna’ 30.000.000
A

6. Penerimaan pembayaran Piutang Istishna’dari Pembeli

Pembayaran piutang istishna’ oleh nasabah dilakukan setelah


menerima tagihan istishna’ dari bank. Karena termin istishna’ disini
adalah pos lawan dari piutang istishna’ sehingga saat pembayaran piutang,
bank sebagai penjual perlu menutup termin istishna’.

21
Misalkan, dalam kasus di atas, pembayaran oleh nasabah pembeli
dilakukan 3 hari setelah menerima tagihan dari bank sebagai penjual.
Dengan demikina, jurnal untuk mengakui 5 kali penerimaan pembayaran
dari pembeli tersebut adalah sebagai berikut.

Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)


13/04/X Db. Kas/ rekening nasabah pembeli 30.000.000
A istishna’
Kr. Piutang Istishna’ 30.000.000
13/05/X Db. Kas/ Rekening nasabah pembeli 30.000.000
A istishna’
Kr. Piutang istishna’ 30.000.000
13/06/X Db. Kas/ Rekening nasabah pembeli 30.000.000
A istishna’
Kr. Piutang istishna’ 30.000.000
13/07/X Db. Kas/ Rekening nasabah pembeli 30.000.000
A istishna’
Kr. Piutang istishna’ 30.000.000
13/08/X Db. Kas/ Rekening nasabah pembeli 30.000.000
A istishna’
Kr. Piutang istishna’ 30.000.000

Selanjutnya pada saat barang pesanan telah diserahkan kepada


nasabah, bank melakukan jurnal balik atas rekening aktiva istishna’ dalam
penyelesaian dan termin istishna. Sebagai contoh pada barang pesanan
diserahkan pada tanggal 13/8/XA, maka jurnal pada saat penyerahan
barangnya adalah sebagai berikut

Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)


13/08/XA Db. Termin istishna 150.000.00
0
Kr. Aset istishna’ dalam 150.000.000
penyelesaian

K. Variasi Transaksi dan Kebijakan Akuntans

21
1. Terkait perlakuan akuntansi terhadap beban pra akad jika transaksi tidak
jadi disepakati bahwa kalau akad tidak jadi disepakati, maka biaya tersebut
dibebankan pada periode berjalan. Sebagai contoh pada kasus diatas tidak
jadi disepakati, dengan demikian jurnal pengakuan beban pra akad yang
ditangguhkan menjadi beban operasional pada periode berjalan adalah
sebagai berikut.

Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)


Db. Beban operasional 2.000.000
Kr. Beban pra-akad yang ditangguhkan 2.000.000

2. Pada saat akad dikatakan selesai jika proses pembuatan barang pesanan
selesai dan diserahkan kepada pembeli bahwa pada metode akad selesai
terdapat ketentuan bahwa:

 Tidak adanya pendapatan istishna’ yang diakui hingga pekerjaan


selesai
 Tidak adanya harga pokok istishna’ yang diakui hingga pekerjaan
selesai
 Tidak adanya bagian keuntungan yang diakui dalam istishna’
dalam penyelesaian hingga pekerjaan selesai
 Harga pokok istishna’, keuntungan, dan pengakuan pendapatan
istishna’ dilakukan hanya pada saat penyelesaian pekerjaan.

Pada kasus diatas dengan menggunakan metode akad selesai, harga pokok
istishna’, pendapatan, dan bagian keuntungan dapat diakui setelah
pekerjaan selesai. Sebagai contoh, pada tanggal 25 Juni 20XA, pemasok
melaporkan bahwa pekerjaan telah berhasil diselesaikan. Dengan
demikian, jurnal pengakuan pendapatan dengan menggunakan metode

21
akad selesai pada saat pekerjaan selesai dikerjakan oleh pemasok adalah
sebagai berikut.

Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)


25/06/X Db. Aset istishna’ dalam penyelesaian 20.000.000
Db. Harga pokok istishna’ 130.000.000
A
Kr. Pendapatan istishna’ 150.000.000

3. Pembayaran dengan cara tangguh

Apabila menggunakan metode persentase penyelesaian serta proses


pelunasan dalam lebih dari satu tahun setelah penyerahan barang pesanan,
maka pengakuan pendapatan dibagi menjadi dua antara lain:

a. Margin keuntungan dari pembuatan barang pesanan yang


dihitung jika istishna’ dilakukan secara tunai, diakui sesuai
persentase penyelesaian

b. Selisih pada nilai akad dan nilai tunai sewaktu penyerahan dapat
diakui selama periode pelunasan secara proporsional sesuai dengan
jumlah pembayaran

Mengacu pada kasus diatas, sebagai contoh bahwa barang


bangunan yang dipesan oleh dr. Nava disepakati untuk dibayar dalam
kurun waktu 3 tahun serta dalam pembayaran tangguhnya telah disepakati
nilai pembayaran secara angsuran dalam 3 tahun adalah Rp190.000.000
dengan informasi transaksi dengan pembayaran tangguh.

Biaya perolehan bangunan : Rp130.000.000

Margin keuntungan : Rp 20.000.000

Nilai tunai saat barang diserahkan : Rp150.000.000

Nilai akad pembayaran diangsur selama 3 tahun : Rp190.000.000

21
Selisih nilai akad dan nilai tunai yang diakui selama 3 tahun: Rp
40.000.000

Dalam hal yang berkaitan dengan pemasok, pencatatan transaksi istishna’


secara pembayaran tangguh sama dengan pembayaran tunai seperti yang dibahas
pada diatas. Berikut jurnal yang relevan dengan transaksi tersebut:

1. Jurnal saat pengakuan pengeluaran untuk memperoleh istishna’

Mengacu pada Kasus pertama yang mendahului kasus kedua, ada


tiga kali pengakuan pengeluaran dalam memperoleh istishna’ sesuai
dengan tagihan dan pembayaran oleh bank kepada pemasok:

Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)


Db. Aset istishna’ dalam 26.000.000
penyelesaian
Kr. Utang 26.000.000
Db. Utang 26.000.000
Kr. Kas/rekening 26.000.000
Ket: Tagihan dan
pembayaran pertama
oleh bank kepada
pemasok
Db. Aset istishna’ dalam 39.000.000
penyelesaian
Kr. Utang 39.000.000
Db. Utang 39.000.000
Kr. Kas/rekening 39.000.000
Ket: Tagihan dan
pembayaran pertama
oleh bank kepada
pemasok
Db. Aset istishna’ dalam 65.000.000

21
penyelesaian
Kr. Utang 65.000.000
Db. Utang 65.000.000 0
Kr. Kas/rekening
Ket: Tagihan dan
pembayaran ketiga oleh
bank kepada pemasok
sehingga keseluruhan
tagihan dari pemasok
adalah Rp130.000.000
(Rp26.000.000 +
Rp39.000.000 + Rp
65.000.000)

2. Jurnal saat pengakuan pendapatan

Sama halnya dengan istishna’ melalui pembayaran tunai,


pengakuan pendapatan pada istishna’ secara tangguh berdasarkan pada
metode yang dipilih berupa metode persentase penyelesaian atau metode
akad selesai. Apabila digunakan metode persentase penyelesaian,
pengakuan pendapatannya adalah sebagaimana yang pertama. Kemudian
pada metode tersebut pengakuan pendapatan istishna’, keuntungan
istishna’, dan pengakuan pendapatan istishna’ dilakukan bersamaan
dengan tingkat persentase penyelesaian yang ditandai dengan tagihan oleh
pemasok. Sedangakn apabila menggunakan metode akad selesai,
pengakuan pendapatan istishna’, keuntungan istishna’, dan pengakuan
pendapatan istishna’ dilakukan hanya pada saat penyelesaian pekerjaan
dengan jurnal sebagai berikut:

Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)


Db. Aset istishna’ dalam penyelesaian 20.000.000
Db. Harga pokok istishna’ 130.000.000
Kr. Pendapatan isitishna’ 150.0000.000

21
3. Jurnal saat penagihan dan penyerahan aset istishna’ kepada pembeli

Apabila istishna’ dilakukan dengan pembayaran tangguh, maka


disini penjual harus menentukan nilai tunai istishna’ pada saat penyerahan
barang pesanan sebagai acuan dalam mengakui margin keuntungan.
Terdapatnya selisih pada nilai akad dan nilai tunai sewaktu penyerahan
diakui selama periode pelunasan secara proporsional sesuai dengan jumlah
pembayaran. Disini nilai akad dalam istishna’ adalah harga yang
disepakati antara penjual dan pembeli akhir serta pengakuan pendapatan
dalam rangka transaksi istishna memakai metode seperti pengakuan
pendapatan pada transaksi murabahah. Dengan demikian, jurnal saat
penagihan bulanan pada kasus kedua adalah:

Rekening Debiit (Rp) Kredit (Rp)


Db. Piutang istishna’ 150.000.00
0
Kr. Termin istishna’ 150.000.000
Kr. Margin istishna’ ditangguhkan 40.000.000

4. Jurnal saat pembayaran oleh pembeli

Sebagai contoh dalam cicilan istishna’ dibayar yang perbulan


dalam waktu 3 tahun (36 bulan), maka pembayaran perbulan adalah

Pembayaran perbulan = Rp 190.000.000 / 36 bulan

= Rp 5.227.778

Di waktu yang sama, pendapatan istishna’ yang ditangguhkan


berubah menjadi pendapatan istishna’ sebesar

Pendapatan perbulan = Rp 40.000.000 / 36 bulan

= Rp 1.111.111

Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)

21
Db. Kas/rekening nasabah 5.277.778
Kr. Piutang istishna’ 5.277.778
Db. Margin istishna’ ditangguhkan 1.111.111
Kr. Pendapatan istishna’ 1.111.111

5. Jurnal pemberian potongan jika pembeli melunasi lebih awal

Apabila pembeli membayar sebelum tanggal jatuh tempo dan


penjual memberikan potongan, potongan tersebut diakui sebagai
pengurang pendapatan istishna’. Dalam hal ini pengurangan pendapatan
istishna’ karena penyelesaian awal piutang istishna’ bisa diperlakukan
sebagai:

(a) Potongan secara langsung serta dikurangkan dari piutang


istishna’ sewaktu pembayaran, atau

(b) Penggantian reimbursement kepada pembeli dengan jumlah


sebesar keuntungan yang dihapuskan setelah menerima
pembayaran piutang istishna’ secara keseluruhan.

Sebagai contoh pada kasus kedua, disana nasabah melunasi lebih


awal pembiayaannya pada akhir tahun kedua sewaktu sisa pembayaran
sebesar Rp63.333.333. Dengan demikian atas pelunasan lebih awal
nasabah, bank memberi potongan Rp10.000.000.

Alternatif I: potongan secara langsung dan dikurangkan dari piutang


istishna’ pada saat pembayaran.

Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)


Db. Kas 53.333.333
Kr. Potongan 10.000.000
Kr. Piutang isitshna’ 63.333.333

Alternatif II: penggantian reimbursement terhadap pembeli sebesar jumlah


keuntungan yang dihapuskan setelah menerima pembayaran piutang
istishna’ secara keseluruhan.

21
Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)
Db. Kas 63.333.333
Kr. Piutang istishna’ 63.333.333
Db. Pendapatan istishna’ tangguh 13.333.333
*
Kr. Kas/rekening nasabah 10.000.000
Kr. Pendapatan istishna’ 3.333.333
Ket: * saldo pendapatan istishna’ tangguh pada
akhir tahun kedua

Penyajian

Dalam hal ini penyajian rekening yang berkaitan dengan transaksi


istishna’ dan istishna’ paralel adalah

1. Piutang Istishna’, karena timbulnya pemberian modal usaha istishna’


oleh bank syariah

2. Piutang, akibat penjual tidak bisa memenuhi kewajibannya dalam


transaksi istishna’

3. Utang Istishna’, dikarenan bank menjadi penjual barang istishna’ yang


dipesan oleh nasabah selaku pembeli.

Pengungkapan

Terdapat hal yang mesti diungkap dalam catatan atas laporan keuangan
tentang transaksi istishna’ dan istishna’ paralel berupa

1. Rincian piutang istishna’ dan utang istishna’ melalui jumlah, jangka


waktu, jenis valuta, kualitas piutang, dan penyisihan kerugian piutang
istishna’

2. Besaran modal usaha istishna’, dengan yang dibiayai sendiri oleh bank
ataupun yang dibiayai secara bersama dengan bank atau pihak lain.

3. Jenis dan kuantitas barang pesanan

Referensi:

21
DSAK IAI. 2007. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan nomor 104
tentang Akuntansi Istishna’. Jakarta: IAI.

Yaya, Rizal DKK. 2018. Akuntansi Perbankan Syariah. Jakarta. Salemba


Empat.

21

Anda mungkin juga menyukai