Dalam Kamus Istilah Keuangan dan Perbankan Syariah yang diterbitkan oleh
Direktorat Perbankan Syariah, Bank Indonesia mengemukakan :
Salaf dalam fiqh mu’amalah merupakan istilah lain untuk akad bai’ as-salam. Bai’ as-
salam adalah jual beli barang yang diserahkan di kemudian hari sementara pembayaran
dilakukan di muka.
Salam adalah jual beli barang dengan cara pemesanan dan pembayaran dilakukan di
muka, dengan syarat-syarat tertentu
Salam Paralel adalah dua transaksi bai’ as-salam yang dilakukan oleh para pihak secara
simultan.
Beberapa istilah dan pengertian yang dikait dengan Akuntansi Salam, dinyatakan
dalan PSAK 103 tentang akuntansi salam sebagai berikut :
Salam adalah akad jual beli muslam fiih (barang pesanan) dengan pengiriman di
kemudian hari oleh muslam illaihi (penjual) dan pelunasannya dilakukan oleh pembeli
pada saat akad disepakati sesuai dengan syarat-syarat tertentu.
Nilai wajar adalah suatu jumlah yang dapat digunakan untuk mengukur aset yang dapat
dipertukarkan melalui suatu transaksi yang wajar (arm’s length transaction) yang
melibatkan pihak-pihak yang berkeinginan dan memiliki pengetahuan memadai.
Dari pengertian tersebut dapat dilihat bahwa sebelum barang diserahkan kepada
pemesan (karena masih dalam proses produksi) harga barang harus dibayar lunas oleh
pemesan atau pembeli. Harga barang yang dibayar seluruhnya diawal merupakan
bantuan modal kepada produsen untuk memproduksi barang, oleh karena itu trasaksi
salam terkandung unsur tolong menolong. Modal salam yang diberikan oleh pemesan
kepada produsen dapat berbentuk uang tunai (kas) atau non kas (barang) yang
bermanfaat untuk memproduksi barang tersebut.
B. KARAKTERISTIK SALAM
Untuk memahami akuntansi salam secara tepat, perlu diketahui karakteristik prinsip
salam dengan benar. Dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional nomor: 05/DSN-
MUI/IV/2000 Tentang Jual Beli Salam dijelaskan ketentuan salam sebagai berikut:
Oleh karena itu alur transaksi salam dapat dilihat dalam gambar berikut:
Cakupan akuntansi salam dalam PSAK 103 tentang akuntansi salam adalah
sebagai berikut:
1. Pernyataan ini diterapkan untuk:
a) lembaga keuangan syariah yang melakukan transaksi salam baik sebagai penjual
maupun pembeli; dan
b) pihak-pihak yang melakukan transaksi salam dengan lembaga keuangan syariah.
2. Pernyataan ini tidak mencakup pengaturan perlakuan akuntansi atas obligasi
syariah (suku) yang menggunakan akad salam.
3. Lembaga keuangan syariah yang dimaksud, antara lain, adalah:
a) perbankan syariah sebagaimana yang dimaksud dalam peraturan perundang-
undangan yang berlaku;
b) lembaga keuangan syariah non-bank seperti asuransi, lembaga pembiayaan, dan
dana pensiun; dan
c) lembaga keuangan lain yang diizinkan oleh peraturan perundang-undangan
yang berlaku untuk menjalankan transaksi salam.
Yang harus menerapkan akuntansi Salam dalam PSAK 103 ini lebih luas
dibandingkan dengan PSAK 59 yang hanya diperuntukkan perbankan saja.
Dalam PSAK 103 tersebut harus diterapkan Lembaga Keuangan Syariah dalam
arti luas seperti perbankan syariah, asuransi syariah, lembaga pembiayaan
syariah dan lainnya. Disisi lain ketentuan PSAK 103 membahas ketentuan
akuntansi dari penjual dan akuntansi pembeli tidak membedakan siapa
pelakunya, sedangkan dalam PSAK 59 dibahas ketentuan akuntansi tentang
Bank Syariah sebagai penjual dan Bank Syariah sebagai pembeli.. Penggunaan
akuntansi penjual atau akuntansi pembeli dalam akuntansi salam dapat dilihat
dapat gambar sebagai berikut:
Dalam gambar di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Dalam transaksi salam, Lembaga Keuangan Syariah dapat bertindak sebagai
pembuat atau produsen atau penjual dan pemesan sebagai pembeli. Oleh karena itu
dalam transaksi salam ini Lembaga Keungan Syariah menerapkan Akuntansi
Penjual dan pemesan sebagai pembeli menerapkan Akuntansi Pembeli.
2. Transaksi salam yang lain Lembaga Keuangan Syariah dapat bertindak sebagai
pemesan atau pembeli sedangkan nasabah sebagai pembuat atau produsen atau
penjual. Oleh karena itu dalam transaksi salam ini Lembaga Keuangan Syariah
menerapkan Akuntansi Pembeli dan Nasabah sebagai produsen menerapkan
Akuntansi Penjual.
3. Jika Lembaga Keuangan Syariah melaksanakan transaksi Salam Paralel, maka
Lembaga Keuangan Syariah menerapkan Akuntansi Penjual (akad salam pertama)
dan juga menerapkan Akuntansi Pembeli (akad salam kedua)
.Pengungkapan
23. Penjual dalam transaksi salam mengungkapkan:
a) Piutang salam kepada supplier (dalam salam paralel) yang memiliki hubungan
istimewa;
b) Jenis dan kuantitas barang pesanan; dan
c) Pengungkapan lain sesuai dengan PSAK 101: Penyajian Laporan Keuangan
Syariah.
24. Pembeli dalam transaksi salam mengungkapkan:
a) Besarnya modal usaha salam, baik yang dibiayai sendiri maupun yang dibiayai
secara bersama-sama dengan pihak lain;
b) Jenis dan kuantitas barang pesanan; dan
c) Pengungkapan lain sesuai dengan PSAK 101: Penyajian Laporan Keuangan
Syariah
F. PERLAKUAN AKUNTANSI – BANK SYARIAH SEBAGAI PENJUAL
Dalam transaksi salam bank syariah dapat bertindak sebagai penjual dan dapat
bertindak sebagai pembeli. Untuk mengetahui bank syariah sebagai penjual atau
pembeli dapat dilihat dalam gambar berikut:
Untuk memberi gambaran akuntansi bank syariah sebagai penjual dapat diberikan
ilutrasi sebagai berikut:
Pada tanggal 12 Agustus 2008, Bank syariah memperoleh kepercayaan dari
Bulog ntuk melakukan pembelian “tepung tapioka”, dengan data-data sebagai berikut :
Nama barang pesanan : Tepung Tapioka (tepung dari ketela pohon)
Jenis barang pesanan : Kualitas A, kering gudang
Jumlah : 100 ton
Harga : Rp. 100.000.000,- (Rp. 1 juta per ton)
Jangka waktu penyerahan : 6 bulan
Syarat pembayaran : Dilunasi pada saat akad ditanda tangani.
Pada tanggal 15 September 2004 dapat memenuhi kewajibannya untuk menyerahkan
barang yang dipesan oleh Bulog yaitu 100 ton tepung Tapioka type A.
Pada saat penyerahan barang pesanan kepada Bulog, pada tanggal 15 September
2008 jurnal yang dilakukan oleh Bank Syariah adalah sebagai berikut:
Dr. Hutang salam Rp. 100.000.000,--
(100 ton tepung tapioka, kualitas A kering gudang)
Cr. Persediaan Rp. 100.000.000,--
Dari jurnal tersebut perubahan posisi buku besar, dan perubahan laporan posisi
keuangan (neraca) bank syariah adalah sebagai berikut:
G. PERLAKUAN AKUNTANSI – BANK SYARIAH SEBAGAI PEMBELI
Dalam gambar skema salam dapat dilihat bahwa Bank bertindak sebagai pembeli
pada saat bank bertindak sebagai pemesan, sebagai pihak yang memiliki modal salam.
Untuk mengetahui bank syariah sebagai penjual atau pembeli dapat dilihat dalam
gambar berikut:
Untuk memberikan gambaran perlakuan akuntansi salam dimana bank sebagai pembeli
dapat diberikan ilustrasi sebagai berikut:
Bank syariah, pada tanggal 15 Agustus 2008 melakukan pemesanan “tepung
Tapioka” pada kelompok industri tepung tapioka “Sejahtera”, dengan data-data sebagai
berikut:
Nama Barang pesanan : Tepung Tapioka (tepung ketela pohon)
Jenis barang pesanan : Kualitas A, kering gudang
Jumlah barang : 100 ton
Jumlah modal / harga : Rp. 80.000.000 (Rp. 800.000 per ton)
Jk waktu penyerahan : 4 bulan
Penyerahan modal : Uang tunai sejumlah Rp. 60.000.000,-
Mesin giling ketela pohon sejumlah Rp.20.000.000
Agunan : Sebidang sawah senilai Rp.50.000.000,-
Cara penyerahan : Secara bertahap masing-masing 25 ton setiap bulan
Syarat pembayaran : Dilunasi pada saat akad
4. Jika bank tidak menerima sebagian atau seluruh barang pesanan pada tanggal jatuh
tempo pengiriman, maka jika tanggal pengiriman diperpanjang, nilai tercatat
piutang salam sebesar bagian yang belum dipenuhi tetap sesuai dengan nilai yang
tercantum dalam akad;
Dalam contoh diatas, apabila penyerahan tahap ke 4 diperpanjang maka tidak
dilakukan jurnal, karena yang masih tercatat dalam piutang adalah sebesar 25 ton
tapioka kualitas A, kering gudang seharga Rp. 20.000.000,--
5. Jika bank tidak menerima sebagian atau seluruh barang pesanan pada tanggal jatuh
tempo pengiriman, maka jika akad salam dibatalkan sebagian atau seluruhnya,
maka piutang salam berubah menjadi piutang yang harus dilunasi oleh nasabah
sebesar bagian yang tidak dapat dipenuhi;
Dalam contoh diatas, misalnya penyerahan untuk tahap ke 4, yaitu sebesar 25 ton
tepung tapioka kualitas A, kering gudang seharga Rp. 20.000.000,-- dibatalkan
karena kelompok industri sudah tidak mampu memenuhi kewajibannya,
Jurnal yang dilakukan:
Dr. Piutang Petani/produsen Rp. 20.000.000,--
Cr. Piutang salam Rp. 20.000.000,--
(25 ton tepung tapioka, kualitas A kering gudang)
6. Jika bank tidak menerima sebagian atau seluruh barang pesanan pada tanggal jatuh
tempo pengiriman, maka jika bank mempunyai jaminan atas barang pesanan dan
hasil penjualan jaminan tersebut lebih kecil dari nilai piutang salam, maka selisih
antara nilai tercatat piutang salam dan hasil penjualan jaminan tersebut diakui
sebagai piutang kepada nasabah yang telah jatuh tempo. Sebaliknya, jika hasil
penjualan jaminan tersebut lebih besar dari nilai tercatat piutang salam maka
selisihnya menjadi hak nasabah; dan
A. Penjualan barang jaminan salam (hasil penjualan barang jaminan lebih kecil dari
piutang salam), misalnya barang jaminan dijual dengan harga Rp.15.000.000
sedangkan piutang salam masih bersaldo Rp.20.000.000,-
Jurnal :
Dr. Kas Rp.15.000.000,--
Dr. Piutang Petani Rp. 5.000.000,--
Cr. Piutang salam Rp. 20.000.000,-
(25 ton tepung tapioka, kualitas A kering gudang)
B. Penjualan barang jaminan salam (hasil penjualan barang jaminan lebih kecil dari
piutang salam), misalnya barang jaminan dijual dengan harga Rp.15.000.000
sedangkan piutang salam masih bersaldo Rp.30.000.000,-
Jurnal :
Dr. Kas Rp. 30.000.000,--
Cr. Piutang salam Rp. 20.000.000,-
Cr. Rekening petani / kas Rp. 10.000.000,-
C. Tidak diterimanya barang pesanan pada saat jatuh tempo akad (tahap 4 yaitu
sebesar 25 ton tepung tapioka kualitas A, kering gudang seharga Rp.
20.000.000,--
Jurnal:
Dr. Piutang kepada petani Rp. 20.000.000,--
Cr. Piutang salam Rp. 20.000.000,-
D. Bank dapat mengenakan denda kepada nasabah, denda hanya boleh dikenakan
kepada nasabah yang mampu menunaikan kewajibannya, tetapi tidak
memenuhinya dengan sengaja. Hal ini tidak berlaku bagi nasabah yang tidak
mampu menunaikan kewajibannya karena force majeur.
Jurnal :
Dr. Rekening Petani Rp. 1.000.000,--
Cr. Rekening ZIS Rp. 1.000.000,
H. PERLAKUAN AKUNTANSI SALAM PARALEL
Bank dapat bertindak sebagai pembeli atau penjual dalam suatu transaksi salam. Jika
bank bertindak sebagai penjual kemudian memesan kepada pihak lain untuk
menyediakan barang pesanan dengan cara salam maka hal ini disebut salam paralel.
Salam Paralel dapat dilakukan dengan syarat:
1. Akad kedua antara bank dan pembuat terpisah dari akad pertama antara bank dan
pembeli akhir; dan
2. akad kedua dilakukan setelah akad pertama sah.
Untuk memberikan yang lengkap terhadap transaksi salam paralel dapat dilihat dalam
gambar berikut:
2. Penyerahan modal salam dari bank syariah kepada petani Suka Makmur, sebesar
Rp. 40.000.000,-- yang terdiri dari alat pertanian dengan harga wajar sebesar Rp.
10.000.000,-- dan uang tunai sebesar Rp. 30.000.000,--
Dr. Piutang Salam (barang ) Rp. 40.000.000,-
(100 ton gabah padi IR 38 kadar air 15%)
Cr. Kas Rp. 30.000.000,-
Cr. Persediaan / Aset Salam Rp. 9.500.000,-
Cr. Pendapatan penyerahan aktiva Rp. 500.000,-
Jurnal pada saat pembelian alat pertanian sebesar Rp. 9.500.000,-- dengan tunai adalah:
Dr. Persediaan / Aset Salam Rp. 9.500.000,-
Cr. Kas Rp. 9.500.000,-
Transaksi penyerahan modal salam dari bank syariah kepada petani, akan
mengakibatkan perubahan posisi buku besar dan laporan posisi keuangan (neraca) bank
syariah sebagai berikut:
3. Penerimaan barang pesanan dari petani kepada bank syariah, yang dilakukan secara
bertahap :
A. Tahap ke-1 sebanyak sebesar 25 ton gabah padi IR 38 dengan kadar air 15%
seharga Rp.10.000.000,-- (kualitas barang pesanan sama dengan kontrak)
Dr. Persediaan salam Rp. 10.000.000,--
(25 ton gabah padi IR 38 kadar air 15%)
Cr. Piutang salam Rp. 10.000.000,-b.
B. Tahap ke-2 sebanyak 25 ton gabah padi IR 38 kadar air 25% dengan harga
pasar / nilai pasar Rp. 12.500.000,-- (berbeda kualitas dengan kontrak dan nilai
pasar sama atau lebih tingggi dari nilai akad / kontrak)
Dr. Persediaan salam Rp. 10.000.000,-
(25 ton gabah padi IR 38 kadar air 25%)
Cr. Piutang salam Rp. 10.000.000,-
C. Tahap ke-3 sebanyak 25 ton gabah padi IR 38 kadar air 10% dengan nilai pasar
/ harga wajar sebesar Rp. 8.000.000,-- (kualitas barang pesana yang diterima
berbeda dengan kontrak dan nilai pasar / harga pasar lebih rendah dari nilai
akad / kontrak)
Dr. Persediaan salam Rp.8.000.000,--
(25 ton gabah padi IR 38 kadar air 10%)
Dr. Kerugian salam Rp.2.000.000,-
Cr. Piutang salam Rp. 10.000.000,--
4. Pada saat jatuh tempo tahap ke-4 barang pesanan sebanyak 25 ton tidak dapat
diserahkan oleh petani Suka Makmur, bank syariah mengambil beberapa alternatif:
a. Jika tanggal pengiriman diperpanjang sebulan tidak ada jurnal
b. Jika barang pesanan yang belum diterima dibatalkan seluruhnya, yaitu 25 ton
gabah padi IR 38 kadar air 15% :
Dr. Piutang petani Rp. 10.000.000,-
Cr. Piutang Salam Rp. 10.000.000,--
(25 ton gabah padi IR 38 kadar air 15%)
c. Jika petani tidak bisa penyerahkan barang pesanan kepada bank syariah dan
atas kesepakatan petani bank syariah menjual jaminan seharga Rp. 7,5 juta dan
atas penjualan tersebut dipergunakan untuk menutup pesanan 25 ton gabah
padi IR 38 kadar air 15% seharga Rp. 10.000.000,--
Dr. Kas Rp. 7.500.000,--
Dr. Piutang petani Rp. 2.500.000,--
Cr. Piutang salam Rp. 10.000.000,--
(25 ton gabah padi IR 38 kadar air 15%)
d. Jika petani tidak bisa menyerahkan barang pesanan kepada bank syariah dan atas
persetujuan petani bank syariah menjual jaminan sebesar Rp. 15.000.000,-- dan
hasil penjualan tersebut dipergunakan untuk menutup pesanan 25 ton gabah padi
IR 38 kadar air 15% seharga Rp. 10.000.000,--
Dr. Kas Rp. 15.000.000,--
Cr. Piutang salam Rp. 10.000.000,--
(25 ton gabah padi IR 38 kadar air 15%)
Cr. Rekening Petani Rp. 5.000.000,--
5. Jika petani menyerahkan seluruh barang pesanan sesuai kualitas yang dipesan yaitu
100 ton gabah padi IR 38 kadar air 15% seharga Rp.40.000.000,-
Dr. Persediaan salam Rp. 40.000.000,--
(100 ton gabah padi IR 38 kadar air 15%)
Cr. Piutang salam Rp. 40.000.000,--
(100 ton gabah padi IR 38 kadar air 15%)
6. Penyerahan barang pesanan dari bank syariah kepada Bulog sebanyak 100 ton
gabah padi IR 38 kadar air 15% seharga Rp. 50.000.000,
Dr. Hutang salam Rp. 50.000.000,--
(100 ton gabah padi IR 38 kadar air 15%)
Cr. Persediaan salam Rp. 40.000.000,--
(100 ton gabah padi IR 38 kadar air 15%)
Cr. Keuntungan salam Rp. 10.000.000,