Anda di halaman 1dari 4

PRINSIP JUAL BELI ( SALES AND PURCHASE )

Bank syariah mempunyai beragam macam produk salah satunya adalah prinsip jual beli ( sales
and purchase ) yang didalamnya mengatur syarat, jaminan dan ketentuan - ketentuan yang
berlaku. Jual beli merupakan akad yang dilakukan antara bank dengan nasabah. Ada beberapa
skema jual beli yang dipergunakan untuk meng-approach kebutuhan tersebut,diantaranya:
1.Bai' Al-murabahah yaitu pembiayaan persediaan dalam usaha produksi terdiri atas biaya
pengadaan bahan baku dan penolong.
2.Bai' Al-istishna yaitu pembiayaan untuk proses produksi sampai menghasilkan barang jadi
3.Bai' As-salam yaitu untuk produksi yang prosesnya tidak dapat diikuti, seperti produk
pertanian.

A. Bai' Al-Murabahah ( Deferred payment sale )

a) Pengertian
Bai' Al-Murabahah adalah jual beli barang asal dengan tambahan keuntungan yang
disepakati,( Muhammad Syafi'i )
b) Rukun Murabahah :
1. Penjual (Bai')
2. Pembeli (Musystari)
3. Objek/barang (Mabi')
4. Harga (Tsaman)
5. Ijab qabul (Sighat)
c) Landasan Syariah Murabahah :
1. "Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba." (QS. Al-
Baqarah:275)
2. Dari Sohib r.a, bahwa Rasulullah SAW bersabda : "Tiga hal yang didalamnya terdapat
keberkatan : jual beli secara tangguh, Muqaradhah (Mudharabah) dan mencampur gandum
dengan tepung untuk keperluan rumah, bukan untuk dijual." ( HR.Ibnu Majah )
d) Syarat Baial-Murabahahah
1. Penjual memberitahu biaya modal kepada nasabah.
2. Kontrak pertama harus sah sesuai dengan rukun yang diterapkan.
3. Kontrak harus bebas dari riba.
4. Penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat atas barang sesudah
pembelian.
5. Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelin,misalkan jika
pembelian dilakukan secara utang.

Secara prinsip, jika dalam (1),(4), atau (5) tidak dipenuhi, pembelian memiliki pilihan :
1. Melanjutkan pembelian seperti apa adanya.
2. Kembali kepada penjual dan menyatakan ketidak setujuan atas barang yang
dijual.
3. Membatalkan kontrak.
e) Manfaat dan Risiko Bai' Al-Murabahah
Risiko yang mungkin terjadi apabila menggunakan sistem murabahah, antara lain
sebagai berikut :
a. Default ( Kelalaian )
adanya kesengajaan nasabah untuk tidak membayar angsuran.
b. Fluktuasi harga komperatif
ini terjadi bila harga suatu barang di pasar naik setelah bank membelinya untuk
nasabah. Bank tidal bisa mengubah harga beli tersebut.
c. Penolakan nasabah
barang yang dikirim bisa saja ditolak oleh nasabah karena berbagai sebab. Misalnya
barang rusak dalam perjalanan sehingga nasabah tidak mau menerimannya. Selain itu
adanya spesifikasi barang yang berbeda dengan yang di pesan oleh nasabah. Dengan
demikian bank mempunyai riaiko untuk menjualnya kepada pihak lain karena barang
tersebut telah menjadi milik bank.
d. Dijual
Karena murabahah bersifat jual beli dengan utang, maka ketika kontrak ditandatangani,
barang itu menjadi milik nasabah. Nasabah bebas melakukan apapun terhadap aset
miliknya tersebut, termasuk untuk menjualnya.

f) Aplikasi dalam perbankan


Murabahah kepada pemesan pembelian (KPP) umumnya dapat diterakan produk pembiayaan
untuk pembelian barang - barang investasi, baik domestik maupun luar negri, seperti melalui
latter of credit (L/C). Skema ini paling bnyak digunakan karena sederhana dan tidak terlalu
asing bagi yang sudah terbiasa bertransaksi dengan dunia perbankan pada umumnya.
Kalangan perbankan syariah di Indonesia banyak menggunakan al-murabhah secara
berkelanjutan (roll over / evergreen)
Seperti untuk modal kerja, padahal sebenarnya, al-murabahah adalah kontrak jangka pendek
dengan sekali akad ( one short deal ).

g) Uang Muka ( Arboun )


Dalam kontrak murabahah ini bak boleh meminta pemesanan untuk membayar uang muka
tanda jadi saat menandatangani kontrak pemesanan. Beberapa bank islam menggunakan
istilah arboun sebagai kata lain dari tanda jadi. Arboun berfungsi untuk mengganti biaya
kerugian yang diderita akibat pemesanan apabila pemesanan tidak jadi membeli aset tersebut.

B. Bai' As-Salam
a) Pengertian
Dalam pengertian yang sederhana bai' as-salam berarti pembelian barang yang
diserahkan di kemudian hari, sedangkan pembayaran dilakukan di muka .
b) Rukun Bai' as-salam
Pelaksanaan bai' as-salam harus memenuhi sejumlah rukun berikut ini
1. Muslam atau pembeli
2. Muslam ilaihi atau penjual
3. Modal atau uang
4. Muslam fithi atau barang
5. Sighat atau ucapan
c) Landasan syariah
Landasan syariah transaksi bai' as-salam terdapat dalam al- Quran dan al- hadits.
a. Al-Qur'an ( al-baqarah : 282 )
"Hai orang orang yang beriman apabila kamu bermuamalah tidak secara tunai untuk
waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskanya.."
b. Al-Hadits (Ibnu Majah)
"Barang siapa yang melakukan salaf (salam), hendaknya ia melakukan dengan takaran
yang jelas dan timbangan yang jelas pula untuk jangka waktu yang diketahui
d) Syarat Bai' as-salam
a. Modal transaksi Bai' as-salam
1. Modal harus diketahui
barang yang akan di suplai harus diketahui jenis,kualitas danjumlahnya. Hukum
awal mengenai pembayaran adalah bahwa ia harus dalam bentuk uang tunai.
2. Penerimaan pembayaran salam
kebanyakan ulama mengharuskan pembayaran salam dilakukan di tempat
kontrak. Hal ini adalah untuk mencegah praktik riba melalui mekanisme salam.

b. Al- Muslam Fiihi ( Barang )


1) Harus spesifik dan dapat diakui sebagai utang
2) Harus bisa diidentifikasi secara jelas
3) Penyerahan barang dilakukan di kemudian hari
4) Penyerahan barang harus ditunda pada suatu waktu kemudian
5) Bolehnya menentukan tanggal waktu di masa yang akan datang untuk penyerahan
barang
6) Tempat penyerahan
7) Penggantian muslam fiihi dengan barang lain
e) Manfaat
Manfaat bai' as-salam adalah selisih harga yang didapat dari nasabah dengan harga jual
kepada pembeli.
f) Aplikasi dalam perbankan
Bai as-salam biasanya dipergunakan pada pembiayaan barang industri. Bai'As-Salam biasanya
dipergunakan pada pembiayaan bagi petani dengan jangka waktu yang relatif pendek, yaitu 2-6
bulan. Karena yang dibeli oleh bank adalah barang seperti padi, jagung dan cabai. Bank tidak
berniat untuk menjadikan barang-barang tersebut sebagai simpanan atau inventory, dilakukan
akad bai'as-salam kepada pembeli kedua, misalnya pada bulog, pedagang pasar induk, atau
grosir. Bai'as-salam juga dapat diaplikasikan dalam pembiayaan barang industri, misalnya
produk garmen atau pakaian jadi yang ukuran barang tersebut sudah dikenal umum. Caranya,
saat nasabah mulai mengajukan pembiayaan untuk pembuatan garmen, bank mereferensikan
penggunaan produk tersebut. Hal itu berarti bahwa bank memesan dari pembuat garmen
tersebut dan membayarnya pada waktu pengikatan kontrak. Bank kemudian mencari pembeli
kedua. Pembeli tersebut bisa saja rekanan yang telah direkomendasikan oleh produsen garmen
tersebut. Bila garmen itu telah selesai diproduksi, produk tersebut diantarkan kepada rekanan.
Kemudian rekanan membayar kepada bank baik secara angsur atau tunai.

g). Perbedaan Ba'i As-salam dengan Ijon


● Ijon
Barang yang dibeli tidak diukur atau ditimbang secara jelas dan spesifik. Penetapan harga beli
sangat bergantung kepada keputusan tengkulak.
● Ba'i As-salam
Pengukuran dan spesifikasi barang yang jelas dan adanya keridhoan yang utuh antara kedua
belah pihak.

h). Skema Ba'i As-salam


Gambar ada di buku halaman 194

Petani tembakau membutuhkan uang saat ini sedangkan panen belum tiba. Maka petani
tersebut dapat meminta kepada bank syariah untuk membeli hasil panen yang akan datang dan
bank akan menjualnya kembali kepada petani tersebut dengan cicilan yang disepakati dalam
jangka waktu tertentu. Tentunya Bank Syariah akan menerapkan persentase keuntungan
tertentu sesuai kesepakatan.

i). Salam Paralel


1. Pengertian
Salam paralel berarti melaksanakan dua transaksi ba'i as-salam antara bank dan nasabah, dan
antara bank dan pemasok (suplier) atau pihak ketiga lainnya secara simultan.
2. Perbedaan Ba'i assalam dengan ijon
Dalam ijon, barang yang dibeli tidak dapat diukur atau ditimbang sudah jelas dan spesifik.
Demikian juga penetapan harga beli, sangat bergantung kepada keputusan sepihak si
tengkulak yang seringkali sangat dominan dan menekan petani yang posisinya lebih lemah.
Adapun transaksi ba'i as-salam mengharuskan adanya 2 hal berikut :
a. Pengukuran dan spesifikasi barang yang jelas
b. Adanya keridhoan yang utuh antara kedua belah pihak
Untuk memastikan adanya harga yang fair, pemerintah diwajibkan melakukan pengawasan dan
pembinaan.

Anda mungkin juga menyukai