Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

ETIKA BISNIS ISLAM

Riba dan Bisnis dalam Islam

Dosen Pengampu:

Ambok Pangiuk, S. Ag., M. Si

Kelompok 9

M. Alif Sowando : 501200491

Neili Khoerun Ni’mah : 501200501

Mutiara Ramadani : 501200478

PRODI EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOOMI DAN BISNIS ISLAM

UIN SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI


Kata pengantar

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Syukur Ahamdulilah kami ucapkan kehadirat Tuhan yang maha Esa atas ridha dan
hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Makalah Etika Bisnis Islam ini dengan
penuh keyakinan serta usaha maksimal. Semoga dengan terselesaikan tugas ini dapat memberi
pelajaran bagi kita semua.

Selanjutnya kami juga ucapkan terima kasih kepada bapak Ambok Pangiuk, S. Ag., M. Si ,selaku
dosen mata kuliah Ilmu Ekonomi Mikro Syariah yang telah memberikan tugas Makalah ini
kepada kami sehingga dapat memicu motivasi kami untuk senantiasa belajar lebih giat dan
menggali ilmu lebih dalam khususnya mengenai “Riba dan Bisnis dalam Islam”.

Terakhir kali sebagai seorang manusia biasa yang mencoba berusaha sekuat tenaga dalam
penyelesaian Makalah ini, tetapi tetap saja tidak luput dari sifat manusiawi yang penuh dengan
khilaf dan salah, oleh karena itu jika ada kesalahan dalam penulisan Makalah ini, Mohon
sarannya supaya tugas-tugas yang akan datang bisa kami perbaiki.

Jambi, 10 April 2022

Penyusun
Daftar isi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Al-Qur’an adalah kitab yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW agar
menjadi petunjuk dan pedoman hidup bagi umat manusia sekaligus sebagai mu’jizat yang
membuktikan kebenaran kerasulannya dan semua yang telah disampaikan dari Tuhannya.
Dikatakan bahwa alqur’an adalah kitab yang lengkap dan merupakan petunjuk yang
komprehensif dalam seluruh aktifitas kehidupan manusia maka itu tidaklah
mengherankan, termasuk ajaran-ajaran tenang tata cara beribadah, etika, transaksi,
politik, hukum, perang dan damai, sistem ekonomi, yang diwahyukan Allah sebagai
anugerah bagi semua manusia, sebagai pedoman.
Pada abad ke-7 M Al-Qur’an mengecam dan melarang riba. Dan tampaknya telah
muncul kekhawatiran terhadap eksploitasi kaum miskin dan yang berkekurangan melalui
ambahan/lebihan dalam pinjaman dari para kreditor mereka. Kemudian perhatian
berbubah dalam skala besar dibidang fikih, dimana kepentingan utamanya adalah
menentukan jenis transaksi apa saja yang masuk kategori riba, berdasarkan sejumlah
hadis yang tampaknya berbicara tentang riba. Makna sesungguhnya dari riba telah
mnejadi bahan perdebatan sejak zaman sahabat. Umar bin Khattab pernah menyesalkan
karena Rasulullah SAW wafat sebelum sempat memberi penjelasan yang lebih terperinci
mengenai riba. Tetapi dalil Al-Qur’an menyatakan bahwa semua bentuk riba harus
dikutuk. Riba mendorong manusia agar menyimpang dari jalan yang benar. Riba sendiri
tumbuh pada manusia yang rakus harta, seperti tumbuhnya loba dan kikir. Dua macam
penyakit yang disebabkan adanya kerusakan dan kekikiran.
B. Rumusan masalah
1. Apa yang Dimaksud Riba serta Jenis-jenis Hukumnya?
2. Apa Perbedaan Sistem Bunga dan Margin?
3. Bagaimana Pengharaman Riba?
4. Bagaimana Riba Kontemporer dalam Bisnis Islam?
C. Tujuan penelitian
1. Mengetahui yang dimaksud Riba serta Jenis-jenis Hukumnya.
2. Mengetahui Perbedaan Sistem Bunga dan Margin.
3. Mengetahui Pengharaman Riba?
4. Mengetahui Riba Kontemporer Bisnis Islam.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Riba serta Hukumnya


Menurut Al-Razi riba artinya kata tambahan ini dibuat oleh rahba al-syay yarbù: arba al-
rajul idzi, amala fi al-ribà. Di samping itu juga dikuatkan oleh QS. Al-Hajj (22): 5:al (hiduplah
bumi itu dan suburlah),255 Arti kata riba dalam ayat ini adalah bertambahnya kesuburan atas
tanah. Sejalan dengan ini bisa dilihat QS. al-Nahl (16): 92: disebabkan adanya satu golongan
yang lebih banyak jumlahnya dari golongan yang lain. Senada dengan al-Razi, al-Shabuni
berpendapat bahwa riba adalah tambahan secara mutlak. Demikian pula Muhammad al-Jurjani
dalam kitab at-Ta'rifat menjelaskan bahwa riba secara harafiah berarti ziyâdah (tambahan).
Menurut Quraish Shihab kata riba dalam bahasa berarti "mubazir" jika kita hentikan makna
linguistik ini maka mereka yang menentang riba pada waktu itu mengajukan logika apa yang
mereka ucapkan "jual beli sama saja dengan riba" QS. al-Baqarah (2): 275, Allah menjawab
mereka dengan tegas "Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba."
Ketika membuat klaim ini tidak secara eksplisit menyebutkan alasanya tetapi yang pasti
ada alasan atau kebijaksanaan tentu saja untuk melarang dan tidak mengizinkan perdagangan. 12
akar kata di gunakan di Al-Qur'an sebanyak dua puluh kali (QS. al-Baqarah:265, 275, 276, 278,
Ali Imran: 130, al-Nisa': 161; al-Ra'd: 17, al-Nahl: 92). Di antara dua puluh kata tersebut,
"menyuburkan" (QS. al-Baqarah: 276), "mengembang" (QS. al-Ra'd: 17), dan "mengasuh" (QS.
al-Isra': 24), "menjadi besar" dan "banyak" (QS. al-Nahl: 92). Kata ini juga digunakan dalam arti
tertentu "dataran tinggi" (QS. al-Baqarah: 265).
Sedangkan secara terminologi, menurut Ash-Shabuny bahwa riba adalah sejumlah uang
yang diterima pemberi pinjaman dari debitur sebagai penyertaan modal untuk periode
(peminjaman).
Pengertian Riba jika didasarkan pada pernyataan di surat Ar Rum: 39 "dan sesuatu riba
(tambahan) yang kamu berikan agar ia bertambah pada harta manusia maka Riba itu tidak
bertambah pada sisi Allah, ayat ini hanyalah cara Allah untuk melarang penggunaan hukum riba
pada dikemudian hari, namun ayat ini memiliki beberapa poin yang menarik, Allah membedakan
antara sifat berganda-gandanya riba dengan sifat berganda-gandanya zakat. Riba dalam
pandangan Allah sifat berganda-gandanya harta yang diharapkan oleh manusia itu tidak
bertambah sama sekali bahkan merugikan.260 Pada saat yang sama zakat yang diberikan kepada
orang lain mengurangi asetnya sendiri tetapi meningkatkan nilai perbuatannya.
1. Jenis jenis riba
Di dalam perdagangan sesuai syariat Islam, riba terbagi menjadi lima jenis, yaitu riba fadhl,
riba yad, riba nasi’ah, riba qardh, dan riba jahilliyah. Berikut ini penjelasan lengkapnya.
a. Riba Fadhl
Riba adalah kegiatan transaksi jual beli maupun pertukaran barang-barang yang
menghasilkan riba, namun dengan jumlah atau takaran berbeda.
Contoh riba pada jenis ini yaitu penukaran uang Rp100 ribu dengan pecahan Rp2 ribu,
akan tetapi totalnya 48 lembar saja, sehingga jumlah nominal uang yang diberikan hanya
Rp96 ribu. Selain itu juga penukaran emas 24 karat menjadi 18 karat.

b. Riba Yad
Pada jenis ini, riba adalah hasil transaksi jual-beli dan juga penukaran barang yang
menghasilkan riba maupun non ribawi. Namun, waktu penerimaan serah terima kedua
barang tersebut mengalami penundaan.
Contoh riba yad dalam kehidupan sehari-hari yaitu penjualan motor dengan harga Rp12
juta jika dibayar secara tunai dan Rp15 juta melalui kredit. Baik pembeli maupun penjual
tidak menetapkan berapa nominal yang harus dilunaskan hingga transaksi berakhir.

c. Riba Nasi’ah
Riba adalah kelebihan yang didapatkan dari proses transaksi jual-beli dengan jangka
waktu tertentu. Adapun transaksi tersebut menggunakan dua jenis barang yang sama,
namun terdapat waktu penangguhan dalam pembayarannya.
Contoh riba nasi’ah yaitu penukaran emas 24 karat oleh dua pihak berbeda. Saat pihak
pertama telah menyerahkan emasnya, namun pihak kedua mengatakan akan memberikan
emas miliknya dalam waktu satu bulan lagi. Hal ini menjadi riba karena harga emas dapat
berubah kapan saja.

d. Riba Qardh
Pada jenis qardh, riba adalah tambahan nilai yang dihasilkan akibat dilakukannya
pengembalian pokok utang dengan beberapa persyaratan dari pemberi utang. Contoh riba
di kehidupan sehari-hari yaitu pemberian utang Rp100 juta oleh rentenir, namun disertai
bunga 20% dalam waktu 6 bulan.
e. Riba Jahilliyah
Riba adalah tambahan atau kelebihan jumlah pelunasan utang yang telah melebihi pokok
pinjaman. Biasanya, hal ini terjadi akibat peminjam tidak dapat membayarnya dengan
tepat waktu sesuai perjanjian.
Contoh riba jahilliyah adalah peminjaman uang sebesar Rp20 juta rupiah dengan
ketentuan waktu pengembalian 6 bulan. Jika tidak dapat membayarkan secara tepat
waktu, maka akan ada tambahan utang dari total pinjaman.

2. Hukum Riba

Islam dengan tegas melarang umatnya untuk melakukan transaksi jual-beli dan hutang
piutang jika di dalamnya mengandung riba. Larangan tersebut juga tertulis dalam beberapa
ayat Al-Quran maupun hadits. Sehingga, hukum riba adalah haram.

Surat Al Baqarah ayat 275, Riba Haram Hukumnya

ُ ‫ َّل هّٰللا‬R‫وا َواَ َح‬


ۘ ٰ‫ك بِاَنَّهُ ْم قَالُ ْٓوا اِنَّ َما ْالبَ ْي ُع ِم ْث ُل الرِّب‬ ۗ ‫اَلَّ ِذ ْينَ يَْأ ُكلُوْ نَ ال ِّر ٰبوا اَل يَقُوْ ُموْ نَ اِاَّل َك َما يَقُوْ ُم الَّ ِذيْ يَتَ َخبَّطُهُ ال َّشي ْٰطنُ ِمنَ ْال َم‬
َ ِ‫سِّ ٰذل‬
ۗ‫ْالبَ ْي َع َو َح َّر َم ال ِّر ٰبوا‬

Artinya: Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti
berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka
yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli
itu sama dengan riba. Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.
(QS.al. Baqarah. 275).

B. Perbedaan Sistem Bunga dan Margin

Pada dasarya konsep margin keuntungan pada bank syariah dan bunga yang diteapkan pada
bank konvensional adalah berbeda. Berikut beberapa perbedaan dari sistem bunga dan
margin:

1. Bunga biasanya terjadi dalam transaksi pinjaman (kredit) dan penghimpunan dana,
sedangkan margin keuntungan hanya terdapat pada akad jual beli.
2. Besarnya presentase bunga dikaitkan dengan jumlah uang yang dipinjamkan, sedangkan
margin persentase margin keuntungan didasarkan pada kesepakatan antara pembeli dan
penjual.
3. Bunga harus tetap dibayarkan walaupun proyek merugi, sedangkan margin keuntungan
adalah hak penjual dan merupakan bagian dari harga yang disepakati antara pembeli dan
penjual.
4. Eksistensi bunga diragukan, sedangkan tidak ada yang meragukan margin keuntungan
atas transaksi jual beli.
5. Bunga akan mengembang seiring dengan lamanya waktu pemakaian uang pinjaman,
sedangkan margi keuntungan besarnya akan tetap disaat jual beli telah disepakati maka
besarnya laba tidak akan berubah.

C. Pengharaman Riba
Menurut Antonio proses pelarangan riba dalam Al-Qur’an telah melalui beberapa tahapan
yaitu:
Pada tahap pertama al-Rum (30):391 menolak untuk menerima anggapan bahwa riba
membantu orang yang membutuhkan di zahirnya adalah semacam pendekatan taqarrub
kepada perilaku Allah SWT Al-Qur’an ini adalah surat terakhir dari mekah yang dikeluarkan
sebelum nabi pindah ke Madinah ayat ini adalah ayat pertama dalam Al-Qur’an yang
menyebutkan riba di dalam Al-Qur’an ini adalah : Dan seiap riba (tambahan) yang kamu
berikan padanya akan menambahkannya ke harta manusia, maka riba tidak akan
menambahkan sisi Allah dan apa yang kamu ungkapkan dalam bentuk zakat adalah untuk
memperoleh kebahagiaan Allah, maka yang melakukan ini adalah orang yang
menggandakan.” (QS. Al-Rum:391).
Tahap kedua dalam al-Nisa’ : 160-161, mulai dijelaskan bahwa hukum pada agama-
agama sebelumnya, terutama Yahudi, melarang penggunaan riba. Arti dari ayat ini adalah :
Oleh karena itu, karena tingkah laku orang Yahudi yang tidak adil, kami berharap tindakan
mereka akan berari membiarkan mereka akan memiliki hal-hal yang baik di masa lalu
(karena mereka pernah memilikinya di masa lalu), dan Karen mereka mencegah banyak
orang. Orang yang melarikan diri dari jalan Allah, dank arena mereka memakan riba, tetapi
sebenarnya mereka dilarang, dank arena mereka memakan harta orang dengan sia-sia. Kai
menyiapkan siksaan menyakitkan untuk orang-orang di dalamnya.
Pada tahap ketiga Ali Imrah (3):130 mulai melarang penggunaan riba biasanya dengan
berbagai cara dan membangkitkan minat (ekstra) ke tingkat sangat tinggi. Arti dari ayat ini
adalah : mereka beriman, janganlah kamu makan riba dan takutlah kepada Allah, agar
mendapat keberhasilan.
1. Sebab-sebab Dilarangnya Riba
Baik Al-Qur’an maupun hadist Nabi melarang riba bahkan dalam hadist dijelaskan
bahwa semua pihak yang terlibat riba dilaknat oleh nabi. Larangan itu bukan tanpa alasan
menurut Al-Razi ada beberapa alasan pelarangan riba:
a. Riba memungkinkan seseorang untuk memaksa orang lain memiliki property tanpa
imbalan apapun keuntungan yang akan diterima peminjam tidak pasti dan uang
tambahan yang dikumpulkan oleh pemberi pinjaman pasti bebas risiko.
b. Riba merusak moral karena riba membuat pemilik uang tidak mau bekerja keras dan
hanya berharap mendapatkan hasil riba.
c. Riba merusak saling membantu dan menghormai kebaikan manusia dan rasa hutang.
d. Riba pinjaman biasanya membuat investor lebih kaya dan peminjam lebih miskin.
e. Larangan riba telah ditetapkan dalam nash.
Imam al-Razi seorang mufasir sudah mengeluarkan peringatan yang sangat tentang
dampak negative riba dan setidaknya ada empat kerugian riba:
a. Singkirkan kekayaan orang lain, transaksi yang melibatkan kepentingan sama dengan
menduduki properti orang lain.
b. Moralitas yang merusak hati nurani adalah cerminan jiwa yang paling murni dan
terlengkap ketika kepentingan dari diri sendiri dalam membelanjakan uang masuk ke
dalam hatinya keikhlasan seseorang akan runtuh dia sengaja memeras segala sesuatu
agar peminjam bisa membayar bunga berkali-kali lipat dari pokok pinjaman.
c. Melahirkan benih kebencian dan permusuhan jika egoism dan perampasan harta
milik peminjam dilegalkan maka tidak aka nada benih kebencian dan permusuhan
antara orang kaya dengan orang miskin, pemilik modal dan peminjaman.
d. Yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin.
D. Riba Kontemporer dan Bisnis Islam
Menurut ulama kontemporer dalam hal ini menurut Sayyid Muhammad Rasyid Ridha,
memahami bahwa riba yang diharamkan Al-Qur’an hanya riba yang berlipat ganda. Lipat
ganda yang dimaksud disini adalah “pelipatgandaan yang berkali-kali”. Menurut Sayyid
Thanthawi, Dalam menafsirkan riba dalam surat ini adalah riba menurut bahasa adalah
tambahan/lebihan. Sesuatu yang dikatakan rib ajika bertambah dan berkembang. Sedangka
menurut istilah, sebagaimana pendapat al-Alusi, bahwa riba adalah setiap penambahan yang
diambil tanpa adanya satu transaksi pengganti atau penyeimbang yang dibenarkan syariah
dalam transaksi harta dengan harta.
Kegiatan transaksi yang mengandung riba merupakan kegiatan transaksi yang secara
tegas diharamkan bahkan pengharamannya telah menjadi aksioma dalam ajaran Islam. Riba
merupakan transaksi yang mengandung unsur eksploitasi terhadap pada peminjam bahkan
merusak akhlak dan moralitas manusia. Pengharaman ini tidak hanya berlaku pada agama
Islam saja, akan tetapi dalam agama-agama samawi juga melarnagnya bahkan mengutuk
pelaku riba. Plato (427-347 SM) misalnya, termasuk orang yang mengutuk para pelaku
pelipat-gandaan uang.
Kesimpulan makna riba dalam konteks sekarang menurut penulis yang telah dijelaskan
sebelumnya bahwa menurut Quraish Shihab yang sependapat dengan Rasyid Ridha
mengatakan bahwa riba yang dimaksud Al-Qur’an adalah riba pada masa turunnya Al-
Qur’an, yaitu kelebihan yang di pungut dalam jumlah utang yang mengandung unsur
penganiayaan dan penindasan bukan hanya sekedar penambahan dalam jumlah utang,
pendapat ini senada dengan pendapat dari Grand Syeikh Azhar yang mengatakan bahwa riba
dalam istilah syara’ adalah bertambahnya harta dari modal awal yang tidak di sertai imbalan
yang di benarkan. Pertambahan inilah yang tidak dibenarkan oleh semua agama langit.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Jenis jenis riba
Di dalam perdagangan sesuai syariat Islam, riba terbagi menjadi lima jenis, yaitu riba fadhl, riba
yad, riba nasi’ah, riba qardh, dan riba jahilliyah. Berikut ini penjelasan lengkapnya:
1. Riba Fadhl
2. Riba Yad
3. Riba Nasi’ah
4. Riba Qardh
5. Riba Jahiliyah
B. Saran
Tentunya penyusun sudah menyadari jika dalam penyusunan makalah di atas masih banyak
kesalahan serta jauh dari kata sempurna. Adapun nantinya penulis akan segera melakukan
perbaikan susunan makalah itu dengan menggunakan pedoman dari beberapa sumber dan kritik
yang bisa membangun dari para pembaca.
Daftar Pustaka

Ambok Pangiuk. 2022 Etika Bisnis Islam Kontemporer, Malang: CV.MAKNAWI


Megawati.2020.”Riba Menurut Ulama Klasik dan Kontemporer”. Diakses 09 April 2022
https://repository.ptiq.ac.id
Edukasi, Perbankan. Perbedaan Bunga dan Margin Keuntungan di Produk Peminjaman Bank.
Diterbitkan 27 Mei 2015. Diakses 09 April 2022
https://www.syariahbank.com/perbedaan-bunga-dan-margin-keuntungan-di-produk-peminjaman-bank

Anda mungkin juga menyukai