“Riba”
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang
Riba merupakan praktek ekonomi yang sudah dijalankan sama tuanya dengan peradaban
umat manusia. Sejak manusia hidup di bumi praktek-praktek riba sudah ada sesuai dengan
perkembangan masyarakat dalam hal ekonomi pada masa tersebut.
Islam sebagai agama sempurna, dan agama yang memberi rahmat bagi sekalian alam
juga memberikan rambu-rambu dan regulasi berkaitan dengan praktek riba tersebut. Dalam
Al-Qur’an Dan Hadist disebutkan secara jelas mengenai pengharaman dan manfaat di
haramkannya riba.
Seiring dengan berkembangnya kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi serta
berkembangnya ekonomi secara nasional dan internasional, praktek riba juga mengikuti
perkembangannya. Saat ini banyak sekali praktek riba yang dilakukan oleh lembaga maupun
perorangan. Termasuk yang dilakukan oleh lembaga diantaranya perbankan asuransi,
perdagangan, penggadaian dan banyak lagi lainnya. Maka dengan dibuatnya makalah ini
akan membantu untuk menjawab tentang bagaimana hukum riba yang di mana masih dalam
ambang yang belum terang.
B. Rumusan Masalah
Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam proses penyusunan makalah ini adalah
“Riba”.
Untuk memberikan kejelasan makna serta menghindari meluasnya pembahasan, maka
dalam makalah ini masalahnya dibatasi pada :
1.Pengertian Riba
2.Pengertian Riba Menurut Ulama
3.Jenis Riba
4.Hukum Riba dalam Al Quran dan Hadits
5.Konsep Bunga Bank
6.Dasar Keputusan MUI tentang Bunga Bank
7.Hikmah Diharamkan Riba
8.Cara Menghindari Riba dalam Ekonomi Islam
9.Manfaat Ekonomi tanpa Riba
10.Perbedaan antara Bank Syariah dengan Bank Konvensional
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN RIBA
Riba secara bahasa bermakna Ziyadah (tambahan). Dalam pengertian lain, secara
linguistis riba juga berarti tumbuh dan membesar. (Zainuddin Ali,2008: 37) Menurut istilah
teknis, riba berarti pengambilan tambahan dari harta dari harga pokok atau modal secara
batil (Zainuddin Ali, 2008: 88). Kata riba juga berarti ; bertumbuh menambah atau berlebih.
Al-riba Atau Ar-rima Makna asalnya ialah tambah tumbuh dan subur.
Adapun pengertian tambahan dalam konteks riba adalah tambahan uang atas modal
yang diperoleh dengan cara yang tidak dibenarkan Syara ‘ , apakah tambahan itu berjumlah
sedikit atau banyak seperti yang disyaratkan oleh Al-Quran . riba sering diterjemahkan orang
dalam bahasa inggris sebagai “usury’’ Artinya “The act of lending Money at an Exorbitant or
Ilegal rate of interest” Sementara para ulama fikih mendefinisikan riba dengan “kelebihan
harta dalam suatu muamalah dengan tidak ada imbalan atau gantinya”.
Maksud dari pernyataan ini adalah tambahan terhadap modal uang yang timbul akibat
transaksi utang piutang yang haru diberikan terutang kepada pemilik uang pada saat utang
jatuh tempo (Muhammad, 2000:147)
Ada beberapa pendapat dalam menjelaskan riba, namun secara umum terdapat benang
merah yang menegaskan bahwa riba adalah pengambilan tambahan baik dalam transaksi
jual beli , maupun pinjam meminjam secara batil atau bertentangan dengan prinsip
mu’ammalat dalam Islam. Mengenai hal ini Allah mengingatkan dalam AL-Quran Surat An-
Nisa’: 29
۟ ْأ ۟ ٓ
ٍ ٰيََأيُّهَا ٱلَّ ِذينَ َءا َمنُ وا اَل تَ ُكلُ ٓوا َأ ْم ٰ َولَ ُكم بَ ْينَ ُكم بِ ْٱل ٰبَ ِط ِل ِإٓاَّل َأن تَ ُك ونَ تِ ٰ َج َرةً عَن تَ َر
اض ِّمن ُك ْم ۚ َواَل
ان ِب ُك ْم َرحِيمًا َ تَ ْقتُلُ ٓو ۟ا َأنفُ َس ُك ْم ۚ ِإ َّن ٱهَّلل َ َك
Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu
dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-
suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah
Maha Penyayang kepadamu,"
Contoh: 2 kg gandum yang bagus ditukar dengan 3 kg gandum yang sudah berkutu.
١٦٠ ۙ ص ِّد ِهمۡ ع َۡن َسبِ ۡي ِل هّٰللا ِ َكثِ ۡيرًا َ ِت اُ ِحلَّ ۡت لَهُمۡ َوبٍ فَبِظُ ۡل ٍم ِّمنَ الَّ ِذ ۡينَ هَاد ُۡوا َحرَّمۡ نَا َعلَ ۡي ِهمۡ طَي ِّٰب
١٦١ اس بِ ۡالبَا ِط ِل ؕ َواَ ۡعت َۡدنَـا لِ ۡل ٰـكفِ ِر ۡينَ ِم ۡنهُمۡ َع َذابًا اَ لِ ۡي ًما
ِ ََّّواَ ۡخ ِذ ِه ُم الر ِّٰبوا َوقَ ۡد نُه ُۡوا ع َۡنهُ َواَ ۡكلِـ ِهمۡ اَمۡ َوا َل الن
Artinya :
160. “Karena kezaliman orang-orang Yahudi, Kami haramkan bagi mereka makanan yang
baik-baik yang (dahulu) pernah dihalalkan; dan karena mereka sering menghalangi (orang
lain) dari jalan Allah.”
161. “Dan karena mereka menjalankan riba, padahal sungguh mereka telah dilarang
darinya, dan karena mereka memakan harta orang dengan cara tidak sah (batil). Dan Kami
sediakan untuk orang-orang kafir di antara mereka azab yang pedih.”
ك بِاَنَّهُمۡ قَالُ ۡۤوا َ ِاَلَّ ِذ ۡينَ يَ ۡا ُكلُ ۡونَ الر ِّٰبوا اَل يَقُ ۡو ُم ۡونَ اِاَّل َك َما يَقُ ۡو ُم الَّ ِذ ۡى يَتَ َخبَّطُهُ ال َّش ۡي ٰط ُن ِمنَ ۡال َمسِّ ؕ ٰذ ل
اِنَّ َما ۡالبَ ۡي ُع ِم ۡث ُل الر ِّٰبوا ۘ َواَ َح َّل هّٰللا ُ ۡالبَ ۡي َع َو َح َّر َم الرِّ ٰبوا ؕ فَ َم ۡن َجٓا َء ٗه َم ۡو ِعظَةٌ ِّم ۡن َّرب ِّٖه فَ ۡانت َٰهى فَلَهٗ مَا
٢٧٥ َار هُمۡ فِ ۡيهَا ٰخلِ ُد ۡون ِ ۚ َّص ٰحبُ الن ۡ َولٓ ِٕٮكَ ا ٰ ُ َسلَفَ ؕ َواَمۡ ر ُٗۤه اِلَى هّٰللا ِؕ َو َم ۡن عَا َد فَا
هّٰللا َّ ق هّٰللا ُ الر ِّٰبوا َوي ُۡربِى ال
٢٧٦ ار اَثِ ۡي ٍم ٍ َّتؕ َو ُ اَل ي ُِحبُّ ُك َّل َكف ِ صد َٰق ُ يَمۡ َح
الص ٰلوةَ َو ٰاتَ ُوا ال َّز ٰك وةَ لَهُمۡ اَ ۡج ُرهُمۡ ِع ۡن َد َربِّ ِه ۚمۡ َواَل َّ ت َواَقَا ُموا ِ الص لِ ٰح ّ ٰ اِ َّن الَّ ِذ ۡينَ ٰا َمنُ ۡوا َو َع ِملُ وا
٢٧٦ َف َعلَ ۡي ِهمۡ َواَل هُمۡ يَ ۡح َزنُ ۡون ٌ خَوۡ
٢٧٨ َٰۤيـاَيُّهَا الَّ ِذ ۡينَ ٰا َمنُوا اتَّقُوا هّٰللا َ َو َذر ُۡوا َما بَقِ َى ِمنَ الرِّ ٰبٓوا اِ ۡن ُك ۡنتُمۡ ُّم ۡؤ ِمنِ ۡين
ب ِّمنَ هّٰللا ِ َو َر ُس ۡولِ ٖ ۚه َواِ ۡن تُ ۡبتُمۡ فَلَـ ُكمۡ ُر ُء ۡوسُ اَمۡ َوالِ ُك ۚمۡ اَل ت َۡظلِ ُم ۡونَ َواَل ۡ فَا ِ ۡن لَّمۡ ت َۡف َعلُ ۡوا
ۡ ِفَا َذنُ ۡوا ب
ٍ حَر
٢٧٩ َتُ ۡظلَ ُم ۡون
َ َواِ ۡن َكانَ ُذ ۡو ُع ۡس َر ٍة فَنَ ِظ َرةٌ اِ ٰلى َم ۡي َس َر ٍة ؕ َواَ ۡن ت
٢٨٠ ََص َّدقُ ۡوا خ َۡي ٌر لَّـ ُكمۡ اِ ۡن ُك ۡنتُمۡ ت َۡعلَ ُم ۡون
Artinya :
275. “Orang-orang yang memakan riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya
orang yang kemasukan setan karena gila. Yang demikian itu karena mereka berkata bahwa
jual beli sama dengan riba. Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan
riba. Barang siapa mendapat peringatan dari Tuhannya, lalu dia berhenti, maka apa yang
telah diperolehnya dahulu menjadi miliknya dan urusannya (terserah) kepada Allah. Barang
siapa mengulangi, maka mereka itu penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.”
276. “Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Allah tidak menyukai setiap
orang yang tetap dalam kekafiran dan bergelimang dosa.”
277. “Sungguh, orang-orang yang beriman, mengerjakan kebajikan, melaksanakan shalat
dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada rasa takut
pada mereka dan mereka tidak bersedih hati.”
278. “Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba
(yang belum dipungut) jika kamu orang beriman.”
279. “Jika kamu tidak melaksanakannya, maka umumkanlah perang dari Allah dan Rasul-
Nya. Tetapi jika kamu bertobat, maka kamu berhak atas pokok hartamu. Kamu tidak berbuat
zhalim (merugikan) dan tidak dizalimi (dirugikan).”
280. “Dan jika (orang berutang itu) dalam kesulitan, maka berilah tenggang waktu sampai
dia memperoleh kelapangan. Dan jika kamu menyedekahkan, itu lebih baik bagimu, jika
kamu mengetahui."
Umat Islam yang tinggal di suatu daerah yang sudah terbentuk Lembaga Keuangan Syari’ah ,
tidak diperbolehkan melakukan transaksi yang didasarkan pada perhitungan bunga.
Dengan kata lain ,umat Islam yang tinggal di suatu daerah yang sudah terbentuk Lembaga
Keuangan Syari’ah diharamkan melakukan transaksi dengan bank konvensional ; dan juga
diharamkan melakukan transaksi dengan orang lain dengan menggunakan
perhitungan bunga seperti yang dilakukan di bank bank konvensional.
Umat islam yang tinggal disuatu daerah yang belum terbentuk Lembaga Keuangan Syari’ah
diperbolehkan melakukan kegiatan transaksi di Lembaga keuangan konvensional dengan
alasan ke paksaan (al dharurat aw al hajat)
H. Dasar Landasan Keputusan MUI
Dengan demikian, keputusan fatwa MUI tentang Keharaman bunga bank didasarkan
padatiga argumen pertama ,argumen yang dikemukakan oleh para pakar fikih secara
perorangan; kedua pendapat ulama secara kolektif yang ditetapkan melalui institusi Islam
internasional; dan ketiga , pendapat ulama Indonesia secara kolektif yang diputuskan dalam
berbagai lembaga fatwa ; DSN-MUI , Majlis Tarjih Muhammadiyah, dan Bahtdul masa’il NU.
Islam dengan tegas pasti mengharamkan riba . hal ini untuk menjaga kemaslahatan hidup
manusia dari kerusakan moral (akhlak) , sosial dan ekonominya. Yusuf Qrdhawi dalam Abdul
Rahman Ghazali dkk menyebutkan tentang hikmah diharamkannya riba, diantaranya adalah :
1. Riba mengambil harta orang lain tanpa hak
2. Riba dapat melemahkan kreativitas manusia untuk berusaha atau bekerja, sehingga
manusia melalaikan perdagangannya. Hal ini memutuskan kreativitas hidup manusia
didunia. Hidupnya bergantung pada riba yang di perolehnya tanpa usaha , sehingga akan
merusak tatanan ekonomi.
3. Riba menghilangkan nilai kebaikan dan keadilan dalam utang piutang. Keharaman riba
membuat jiwa manusia menjadi suci dari sifat lintah darat . Hal ini mengandung pesan moral
yang sangat tinggi.
4. Biasanya orang memberi utang adalah orang yang kaya dan orang yang berutang adalah
orang miskin. Mengambil kelebihan utang dari orang miskin sangat bertentangan dengan
sifat rahmat Allah SWT. Hal ini akan merusak sendi sendi kehidupan sosial (Abdul Rahman
Ghazali (dkk),2015:222).
Adapun Sayyid Sabiq berpendapat, diharamkannya riba karena didalam-Nya terdapat empat
unsur yang merusak yakni:
1. Menimbulkan permusuhan dan menghilangkan semangat tolong menolong . semua
agama terutama Islam sangat menyeru tolong menolong dan membenci orang yang
mengutamakan kepentingan sendiri dan egois serta orang yang mengeksploitasi kerja
orang lain.
2. Riba akan melahirkan mental pemboros yang tidak mau
bekerja ,menimbulkan penimbunan harta tanpa usaha tak ubahnya seperti benalu (p
ohon parasit) yangmenempel dipohon lain. Islam menghargai kerja keras dan
menghormati orang lain yang suka bekerja dan menjadikan kerja sebagai sarana
mata pencarian, menuntun orang pada keahlian dan akan mengangkat semangat
seseorang.
3. Riba sebagai salah satu cara menjajah
4. Islam menghimbau agar manusia memberikan pinjaman kepada yang memerlukan
dengan baik untuk mendapat pahala bukan mengeksploitasi orang lemah
(SayidSabiq,2006:868).
Dampak negatif yang diakibatkan dari riba sebagaimana tersebut diatas sangat
berbahaya bagi manusia secara individu ,keluarga, masyarakat dan bangsa. Jika praktek riba
ini tumbuh subur di masyarakat ,maka terjadi sistem kapitalis dimana terjadi pemerasan
dan penganiayaan terhadap kaum lemah . orang kaya semakin kaya orang miskin semakinmi
skin.
A. Cara Menghindari Riba Dalam Ekonomi Islam
Pandangan tentang riba dalam era kemajuan zaman kini juga mendorong
maraknya perbankan syariah dimana konsep keuntungan bagi penabung didapat dari sistem
bagi hasil bukan dengan bunga seperti pada bank konvensional pada umumnya. Sebagai
pengganti bunga bank, Bank Islam menggunakan berbagai cara yang bersih dari unsur riba:
1.Wadiah atau titipan uang, barang dan surat berharga atau deposito.
2.Mudarabah adalah kerja sama antara pemilik modal dengan pelaksanaan atas
dasar perjanjian profit dan loss sharing.
3.Syirkah (perseroan) adalah dimana pihak bank dan pihak pengusaha sama sama
mempunyai andil (saham) pada usaha patungan (join ventura).
4.Murabahan adalah jual beli barang dengan tambahan harga atau cost plus atas dasar harga
pembelian yang pertama secara jujur
5.Qard hasan (pinjaman yang baik atau benevolent loan), memberikan pinjaman
tanpa bunga kepada para nasabah yang baik sebagai salah satu bentuk pelayanan dan pengh
argaan.
6.Menerapkan prinsip bagi hasil ,hanya memberikan nisbah tertentu pada deposannya,
maka yang dibagi adalah keuntungan yang didapat kemudian dibagi sesuai nisbah yang
disepakati oleh kedua belah pihak. Misalnya, nisbahnya adalah 60%:40% , maka bagian
deposan 60% dari total keuntungan yang didapatkan oleh pihak bank.
K.Manfaat Berekonomi Tanpa Riba
Keharusan berekonomi secara syariah ini lantaran penerapannya memiliki manfaat yang
sangat besar bagi umat Islam.
1.Umat islam bias menjalankan agamanya dalam bidang ekonomi yang pada
gilirannyamenggiringnya kepada pengalaman islam secara utuh.
2.Menerapkan dan mengamalkan sistem ekonomi syariah mendapat dua keuntungan
yaituduniawi dan ukhrawi. Keuntungan duniawi berupa uang, keuntungan akhirat
berupa pahala ibadah melalui pengamalan syariah islam dan terhindar dari dosa riba.
3.Memajukan ekonomi islam lewat lemabag keuangan syariah,berarti umat islam beruapaya
mengentaskan kemiskinan.
L. Perbedaan antara Bank Syari’ah Dan Bank Konvensional
Dalam beberapa hal bank syariah dan bank konvensional memiliki persamaan, terutama
dalam sisi terutama dalam sisi teknis penerimaan uang , mekanisme transfer , teknologi
komputer yang digunakan,syarat-syarat umum memperoleh pembiayaan ,proposal,laporan
keuangan dan sebagainy . Akan tetapi , terdapatnya perbedaan mendasar diantara
keduanya.Perbedaan ini menyangkut aspek legal , struktur organisasi , usaha yang dibiayai
dan lingkungan kerja (Muhammad Syafi’I Antonio ,2011:29).
17
Masyarakat. (3) apakah proyek berkaitan perbuatan mesum/asusila. (4) apakah proyek
berdasarkan perjudian (5) apakah usaha itu berkaitan dengan industry senjata yang
ilega;atau berorientasi pada pengembangan senjata pembunuhan missal (6) apakah
proyek dapatmerugikan syiar islam , baik secara langsung maupun tidak langsung.
5.
Sebuah bank syariah selayaknya mempunyai lingkungan kerja yang sejalan dengan
Syari’ah. Dalam hal etika, misalnya sifat amanah,sidiq,harus melandasi setiap karyawan
Sehingga tercermin integritas eksekutif muslim yang baik. Disamping itu karyawan
banksyariah harus skillfull,professional dan mampu melaksanakan tugas secara team
workdimana informasi merata di seluruh fungsional organisasi.
6.
BAB IIIPENUTUP
Kesimpulan
Ditinjau dari materi yang telah kelompok kami susun, dap
Riba Nasi’ah.
4.
Riba Fadli (menukarkan dua barang yang sejenis tapi kwalitas berbeda).
5.
Riba Nasa’ (Nasiah) yaitu riba yang terjadi karena adanya penundaan waktu
Pembayaran, dengan menetapkan adanya dua harga yaitu harga kontan atauharga yang
dinaikan karena pembayaran tertunda.2.
Allah SWT s
Antaranya pada:a)
QS. Ar-Rum (30) : 39, QS. B)
Daftar Pustaka
Ali, Zainuddin.,2008, Hukum perbankan Syari’ah, J
akarta, Sinar Grafika.Dzulkifli , Sunarto., 2007, Perbankan syariah, Jakarta ; Zikrul
Hakim.Effendi , Satria., 1988, Riba Dalam Pandangan Fiqih, Kajian Islam Tentang
Berbagaimasalah Kontemporer, Jakarta, Syahid Indah.Ghazali, Abdul Rahman., 2015, Fiqih
Muamalah,Jakarta,Prenadamedia.Muhammad, Lembaga-lembaga Keuangan Umat
kontemporer, 2000, Jogjakarta : UII Insani press.
Safi’i, Muhammad Antonio., 2011, Bank Syari’ah Dari Teori ke Praktik, Jakarta, Gema
Insani Press.Sabiq , Sayid., 2006, Fiqih Al-sunnah, Beirut, Darul Fikri.Sunarto
Dzulkifli,Perbankan syariah,2007, Jakarta ; Zikrul Hakim,hal. 2-4.http://islam-
full.blogspot.co.id/2010/12/haramkah-jual-beli-emas.html https://
konsultasi.wordpress.com/2014/10/08/riba-pengertian-jenis-dan-contohnya/ https://
almanhaj.or.id/4045-riba-nasi-ah-riba-fadhl-jual-beli-emas-lama-dengan-emas- baru.html htt
p://www.kuliah.info/2015/05/pengertian-dan-perbedaan-bank.html http://
islamiwiki.blogspot.co.id/2013/11/pengertian-riba-hukum-dan- bahayanya.html#.WET7PdJ9
7IU http://pengusahamuslim.com/1834-tahukah-anda-apa-itu-riba-jahiliyah.html http://
trysutriani.blogspot.co.id/2014/12/makalah-riba-dalam-ekonomi-islam.html
BAB 4
Tanya Jawab
1.
Bagaimana cara menghindari riba? (Anwar)Jawab :a.
Harus melakukan akad terlebih dahulu sebelum melakukan pinjam meminjam b.
Paham hukum riba dan mengerti terlebih dahulu bahaya riba2.
Apakah makelar tanah termasuk riba atau tidak? (Trubus Triono)Jawab :Jika Komisi untuk
makelar dibebankan pada harga yang mesti dibayar pembeli tanpasepengetahuan pemilik
maka tidak diperbolehkan. Jika komisi bagi makelar dibebankan pada pembeli dengan
sepengetahuan si pemilik maka dibolehkan3.
Apa yang dimaksud dengan mencemarkan seorang muslim pada hadits
“
Dari Abdullah
bin Mas’ud ra. Bahwa Nabi Saw bersabda : “Riba itu ada 73 bab. Yang paling ringan
ialah seperti seorang lelaki menikahi ibunya dan riba yang paling berat ialahmencemarkan
kehormatan seorang muslim
”. (HR. Ibnu Majah dengan singkat, Hakim
dengan cukup sempurna dan telah disahihkan . Bulughul maram 855).
(Mulyanto)Jawab :Mencemarkan kehormatan seorang muslim disini diartikan bahwa setiap
muslimdiharamkan untuk mencemarkan kehormatan seorang muslim lainnya, dikarenakan
dapatmenimbulkan fitnah. Misal : Gossip atau menggunjing orang lain, mencemarkan
nama baik di sosial media dan kegiatan fitnah yang lain.4.
Mengapa pemberi riba dan yang melakukan riba dosanya sama? (Rian Syaiful
Rohman)Jawab :Karena hakikat larangan tersebut tegas, mutlak dan tidak mengandung
perdebatan. Tidakada ruang bahwa riba hanya mengacu sekedar pinjaman dan bukan bunga,
karena Nabimelarang mengambil, meskipun kecil pemberian jasa atau kebaikan sebagai
syarat pinjaman, sebagai tambahan dari uang pokok