Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

“Riba”
DAFTAR ISI

Halaman Judul .......................................................................................................... 1


Daftar Isi ......................................................................................................……………… 2
Kata Pengantar .......................................................................................…………………. 3
BAB 1 PENDAHULUAN .............................................................………………………… .. 4
A. Latar Belakang .............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................... 1
BAB 2 PEMBAHASAN .....................................................................
A. Pengertian Riba ......................................................................
B. Pengertian Riba Menurut Ulama .............................................
C. Jenis Riba .................................................................................
D. Hukum Riba dalam Al Quran dan Hadits ........................................
E. Konsep Bunga Bank ..........................................................................
F. Keputusan MUI tentang Bunga Bank .............................................
G. Bermuamalah dengan Bank Konvensional ....................................
H. Dasar Landasan Keputusan MUI ...........................................................
I. Hikmah Diharamkan Riba .................................................................
J. Cara Menghindari Riba dalam Ekonomi Islam ..........................................
K. Manfaat Ekonomi tanpa Riba ................................................................
L. Perbedaan antara Bank Syariah dengan Bank Konvensional ...............
BAB 3 PENUTUP ..................................................................................
A. Kesimpulan ........................................................................................
B. Daftar Pustaka ...........................................................................
BAB 4 Tanya Jawab ........................................................................................
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah swt yang karena anugerah darinya kami dapat menyelesaikan
makalah tentang “Riba” ini. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada
junjungan besar kita, yaitu Nabi Muhammad saw, yang telah menunjukkan kepada kita jalan
yang lurus berupa ajaran agama Islam yang sempurna dan menjadi anugerah serta rahmat
bagi seluruh alam semesta.
Penulis sangat bersyukur karena telah menyelesaikan makalah yang menjadi tugas
Pendidikan Agama dengan judul “Riba”. Di samping itu, kami mengucapkan banyak terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami selama pembuatan makalah ini
berlangsung sehingga terealisasikanlah makalah ini.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini bisa bermanfaat dan jangan lupa
ajukan kritik dan saran terhadap makalah ini agar kedepannya bisa diperbaiki
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Riba merupakan praktek ekonomi yang sudah dijalankan sama tuanya dengan peradaban
umat manusia. Sejak manusia hidup di bumi praktek-praktek riba sudah ada sesuai dengan
perkembangan masyarakat dalam hal ekonomi pada masa tersebut.
Islam sebagai agama sempurna, dan agama yang memberi rahmat bagi sekalian alam
juga memberikan rambu-rambu dan regulasi berkaitan dengan praktek riba tersebut. Dalam
Al-Qur’an Dan Hadist disebutkan secara jelas mengenai pengharaman dan manfaat di
haramkannya riba.
Seiring dengan berkembangnya kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi serta
berkembangnya ekonomi secara nasional dan internasional, praktek riba juga mengikuti
perkembangannya. Saat ini banyak sekali praktek riba yang dilakukan oleh lembaga maupun
perorangan. Termasuk yang dilakukan oleh lembaga diantaranya perbankan asuransi,
perdagangan, penggadaian dan banyak lagi lainnya. Maka dengan dibuatnya makalah ini
akan membantu untuk menjawab tentang bagaimana hukum riba yang di mana masih dalam
ambang yang belum terang.

B. Rumusan Masalah
Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam proses penyusunan makalah ini adalah
“Riba”.
Untuk memberikan kejelasan makna serta menghindari meluasnya pembahasan, maka
dalam makalah ini masalahnya dibatasi pada :
1.Pengertian Riba
2.Pengertian Riba Menurut Ulama
3.Jenis Riba
4.Hukum Riba dalam Al Quran dan Hadits
5.Konsep Bunga Bank
6.Dasar Keputusan MUI tentang Bunga Bank
7.Hikmah Diharamkan Riba
8.Cara Menghindari Riba dalam Ekonomi Islam
9.Manfaat Ekonomi tanpa Riba
10.Perbedaan antara Bank Syariah dengan Bank Konvensional
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN RIBA
Riba secara bahasa bermakna Ziyadah (tambahan). Dalam pengertian lain, secara
linguistis riba juga berarti tumbuh dan membesar. (Zainuddin Ali,2008: 37) Menurut istilah
teknis, riba berarti pengambilan tambahan dari harta dari harga pokok atau modal secara
batil (Zainuddin Ali, 2008: 88). Kata riba juga berarti ; bertumbuh menambah atau berlebih.
Al-riba Atau Ar-rima Makna asalnya ialah tambah tumbuh dan subur.
Adapun pengertian tambahan dalam konteks riba adalah tambahan uang atas modal
yang diperoleh dengan cara yang tidak dibenarkan Syara ‘ , apakah tambahan itu berjumlah
sedikit atau banyak seperti yang disyaratkan oleh Al-Quran . riba sering diterjemahkan orang
dalam bahasa inggris sebagai “usury’’ Artinya “The act of lending Money at an Exorbitant or
Ilegal rate of interest” Sementara para ulama fikih mendefinisikan riba dengan “kelebihan
harta dalam suatu muamalah dengan tidak ada imbalan atau gantinya”.
Maksud dari pernyataan ini adalah tambahan terhadap modal uang yang timbul akibat
transaksi utang piutang yang haru diberikan terutang kepada pemilik uang pada saat utang
jatuh tempo (Muhammad, 2000:147)
Ada beberapa pendapat dalam menjelaskan riba, namun secara umum terdapat benang
merah yang menegaskan bahwa riba adalah pengambilan tambahan baik dalam transaksi
jual beli , maupun pinjam meminjam secara batil atau bertentangan dengan prinsip
mu’ammalat dalam Islam. Mengenai hal ini Allah mengingatkan dalam AL-Quran Surat An-
Nisa’: 29
۟ ‫ْأ‬ ۟ ٓ
ٍ ‫ٰيََأيُّهَا ٱلَّ ِذينَ َءا َمنُ وا اَل تَ ُكلُ ٓوا َأ ْم ٰ َولَ ُكم بَ ْينَ ُكم بِ ْٱل ٰبَ ِط ِل ِإٓاَّل َأن تَ ُك ونَ تِ ٰ َج َرةً عَن تَ َر‬
‫اض ِّمن ُك ْم ۚ َواَل‬
‫ان ِب ُك ْم َرحِيمًا‬ َ ‫تَ ْقتُلُ ٓو ۟ا َأنفُ َس ُك ْم ۚ ِإ َّن ٱهَّلل َ َك‬
Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu
dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-
suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah
Maha Penyayang kepadamu,"

B. PENGERTIAN RIBA MENURUT PARA ULAMA


1. Badr Ad-Din Al-Ayni pengarang Umadatul Qori’ syarah Shahih Al-Bukhari. Prinsip utama
dalam riba adalah penambahan. Menurut syari’ah riba berarti penambahan atas harta
pokok Tanpa adanya transaksi biaya riil. (Zainuddin Ali,2008: 89)
2. Imam Zarkasi dari mazab Hanafi Riba adalah tambahan yang disaratkan dalam transaksi
bisnis tanpa adanya Iwadh (atau padanan yang Dibenarkan syari’ah atas penambahan
Tersebut).
3. Raghib Al-Asfahani Riba adalah penambahan atas harta pokok.
4. Imam An- Nawawi dari Madzab Syafi’i (Zainuddin Ali, 2008: 90). Berdasarkan
penjelasan Imam Nawawi diatas, dapat dipahami bahwa salah satu bentuk riba yang
dilarang oleh Al-Quran dan As-Sunnah adalah penambahan atas harta pokok karena
unsur waktu. Dalam dunia perbankan, hal tersebut dikenal dengan bunga kredit sesuai
lama waktu pinjaman.
5. Qatadah Riba, Jahiliyah adalah seseorang yang menjual barangnya secara tempo hingga
waktu tertentu. Apabila telah datang saat membayar dan si pembeli tidak mampu
membayar, makan ia memberikan bayaran tambahan atas penangguhan.
6. Zaid Bin Aslam yang dimaksud dengan Riba Jahiliyah yang beramplikasi
pelipatgandaansejalan dengan waktu adalah seseorang yang memiliki piutang atas
mitranya. Pada saat jatuh Tempo ia berkata “bayar sekarang atau tambah”.
7. Mujtahid, mereka menjual dagangannya dengan tempo. Apabila telah jatuh tempo dan
(tidakmampu membayar) sinpembeli memberikan “tambahan” atas tambahan waktu
8. Ja’afar As-Shodiq dari kalangan Madzab Syi’ah Ja’far As-Shodiq berkata ketika
ditanyamengapa Allah SWT mengaharamkan riba supaya orang tidak berhenti berbuat
kebajikankarena ketika diperkenankan untuk mengambil bunga atas pinjaman maka
seseorang tadi tidak berbuat ma’ruf lagi atas transaksi pinjam meminjam dan
seterusnya. Padahal Qord bertujuan untuk menjalin hubungan yang erat dan kebajikan
antar manusia.
9. Imam Ahmad Bin Hambal. Pendiri madzab Hambali Imam Ahmad Bin Hambal
ketikaditanya tentang riba beliau menjawab sesungguhnya riba itu adalah sesorang
memiliki utangmaka dikatakn kepadanya apakah akan melunasi atau membayar lebih.
Jikalau tidak mampumelunasi, ia harus menambah dana (dalam bentuk bunga
pinjaman) atas penambahan waktuyang diberikan.

C. JENIS JENIS RIBA


Secara garis besar dikelompokkan menjadi dua . masing-masing adalah riba utang-
piutang dan riba jual-beli. Kelompok yang pertama terbagi lagi menjadi riba jahiliyah dan
riba qardh. Sedangkan kelompok kedua riba jual beli terbagi menjadi riba Fadhl dan riba
Nasi’ah.
1. Riba Qardh
Adalah suatu manfaat atau tingkat kelebihan tertetu yang disaratkan terhadap yang
berhutang (Muqtaridh).Contoh : Vina memeberikan pinjaman pada Zia sebasar Rp 500.000
dan wajibmengembalikan sebesar Rp 700.000 saat jatuh tempo dan kelebihan uang ini tidak
jelasuntuk apa.
2. Riba Jahiliyah
Adalah utang dibayar lebih dari pokoknya,karena si peminjam tidak mampu
membayarhutangnya tepat waktu yang ditentukan.Contoh : Misalnya menukarkan emas
bagus / baru dengan emas lama yang sama beratnya,akan tetapi emas yang bagus baru
dapat diterima setelah satu bulan dari waktu transaksidilaksanakan.
Misal lain: Bila A menukarkan uang kertas pecahan Rp 100.000,- dengan pecahan Rp.1.000,-
kepada B, akan tetapi B pada waktu akad penukaran hanya membawa 50 lembaruang
pecahan Rp. 1.000,- , maka sisanya baru dapat ia serahkan setelah satu jam dari saa
terjadinya akan penukaran, perbuatan mereka berdua ini disebut riba nasi’ah.
3. Riba Fadhl
Adalah pertukaran dengan barang sejenis dengan kadar atau takaran yang
berbeda,sedangkan barang yang dipertukarkan yaitu termasuk jenis barang ribawi. Riba
Fadhltmbul akibat pertukaran barang sejenis yang tidak memenuhi kriteria sama
kualitasnya(mitslan bi mistlin), sama kuantitasnya ( sawa-an bi sawa in) dan sama
waktu penyerahannya (yadan bin yadin).
Pertukaran jenis ini mengandung gharar , yaitu ketidakjelasan bagi kedua belah pihak
akanmasing-masing barang yang dipertukarkan. Ketidak jelasan ini akan menimbulkan
tindakzalim terhadap salah satu pihak , kedua pihak, dan pihak-pihak lain.Dasar hukum riba
fadhl adalah hadis yang diriwayatkan oleh imam Bukhari Muslim:
“Janganlah kamu jual emas dengan emas, perak dengan perak, gandum dengan
gandum,sya’ir (padi lading) dengan syair, tamar (kurma) dengan kurma, garam dengan
garam,kecuali sama jenis dan kadarnya dan sama sama tunai. Barang siapa yang
menambah ataumeminta tambah, maka sesungguhnya dia telah melakukan riba. (H.R.
Bukhori danAhmad)
Barang ribawi (yang terkena hukum riba)
1.Emas
2.Perak
3.Burr (Suatu jenis Gandum)
4.Sya’ir atau suatu jenis gandum
 5.Kurma
6.Garam

Contoh: 2 kg gandum yang bagus ditukar dengan 3 kg gandum yang sudah berkutu.

D. Hukum memakan Riba


1. Hukum Riba dalam Al-Quran
Hukum riba dalam Islam telah ditetapkan dengan jelas, yakni dilarang dan termasuk
darisalah satu perbuatan yang diharamkan. Namun proses pelarangan riba dalam Al-Quran
tidak diturunkan oleh Allah swt. sekaligus melainkan diturunkan dalam 4 fase, yakni (Syafi’i
Antonio, 2007 2-4).
A. Fase pertama Al-Quran Surat Ar-Rum : 39
ٰ ‫اس فَاَل يَرْ بُوْ ا ِع ْن َد هّٰللا ِ َۚو َمٓا ٰاتَ ْيتُ ْم ِّم ْن‬
َ‫زَك و ٍة تُ ِر ْي ُدوْ نَ َوجْ ه‬ ِ ‫َو َمٓا ٰاتَ ْي ۤتُ ْم ِّم ْن رِّ بًا لِّيَرْ بُ َو ۠ا فِ ْٓي اَ ْم َو‬
ِ َّ‫ال الن‬
َ‫ك هُ ُم ْال ُمضْ ِعفُوْ ن‬ ٰ ُ ‫هّٰللا ِ فَا‬
َ ‫ول ِٕى‬
Artinya :
“Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar harta manusia bertambah, maka tidak
bertambah dalam pandangan Allah. Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu
maksudkan untuk memperoleh keridaan Allah, maka itulah orang-orang yang
melipatgandakan (pahalanya)”.
B. Fase kedua Al-Quran Surat An-Nisa’ : 160-161

١٦٠ ۙ ‫ص ِّد ِهمۡ ع َۡن َسبِ ۡي ِل هّٰللا ِ َكثِ ۡيرًا‬ َ ِ‫ت اُ ِحلَّ ۡت لَهُمۡ َوب‬ٍ ‫فَبِظُ ۡل ٍم ِّمنَ الَّ ِذ ۡينَ هَاد ُۡوا َحرَّمۡ نَا َعلَ ۡي ِهمۡ طَي ِّٰب‬
١٦١ ‫اس بِ ۡالبَا ِط ِل ؕ َواَ ۡعت َۡدنَـا لِ ۡل ٰـكفِ ِر ۡينَ ِم ۡنهُمۡ َع َذابًا اَ لِ ۡي ًما‬
ِ َّ‫َّواَ ۡخ ِذ ِه ُم الر ِّٰبوا َوقَ ۡد نُه ُۡوا ع َۡنهُ َواَ ۡكلِـ ِهمۡ اَمۡ َوا َل الن‬
Artinya :
160. “Karena kezaliman orang-orang Yahudi, Kami haramkan bagi mereka makanan yang
baik-baik yang (dahulu) pernah dihalalkan; dan karena mereka sering menghalangi (orang
lain) dari jalan Allah.”
161. “Dan karena mereka menjalankan riba, padahal sungguh mereka telah dilarang
darinya, dan karena mereka memakan harta orang dengan cara tidak sah (batil). Dan Kami
sediakan untuk orang-orang kafir di antara mereka azab yang pedih.”

C. Fase ketiga Al-Quran Surat Al-Imran : 130

َ‫ض َعفَةً ۖ َّواتَّقُوا هّٰللا َ لَ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِحُوْ ۚن‬


ٰ ‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوْ ا اَل تَْأ ُكلُوا الر ِّٰب ٓوا اَضْ َعافًا ُّم‬
Artinya :
“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan
bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung”

D.Fase keempat Al-Quran Surat Al-Baqarah : 275-280

‫ك بِاَنَّهُمۡ قَالُ ۡۤوا‬ َ ِ‫اَلَّ ِذ ۡينَ يَ ۡا ُكلُ ۡونَ الر ِّٰبوا اَل يَقُ ۡو ُم ۡونَ اِاَّل َك َما يَقُ ۡو ُم الَّ ِذ ۡى يَتَ َخبَّطُهُ ال َّش ۡي ٰط ُن ِمنَ ۡال َمسِّ ؕ ٰذ ل‬
‫اِنَّ َما ۡالبَ ۡي ُع ِم ۡث ُل الر ِّٰبوا ۘ َواَ َح َّل هّٰللا ُ ۡالبَ ۡي َع َو َح َّر َم الرِّ ٰبوا ؕ فَ َم ۡن َجٓا َء ٗه َم ۡو ِعظَةٌ ِّم ۡن َّرب ِّٖه فَ ۡانت َٰهى فَلَهٗ مَا‬
٢٧٥ َ‫ار هُمۡ فِ ۡيهَا ٰخلِ ُد ۡون‬ ِ ۚ َّ‫ص ٰحبُ الن‬ ۡ َ‫ولٓ ِٕٮكَ ا‬ ٰ ُ ‫َسلَفَ ؕ َواَمۡ ر ُٗۤه اِلَى هّٰللا ِؕ َو َم ۡن عَا َد فَا‬
‫هّٰللا‬ َّ ‫ق هّٰللا ُ الر ِّٰبوا َوي ُۡربِى ال‬
٢٧٦ ‫ار اَثِ ۡي ٍم‬ ٍ َّ‫ت‌ؕ َو ُ اَل ي ُِحبُّ ُك َّل َكف‬ ِ ‫صد َٰق‬ ُ ‫يَمۡ َح‬
‫الص ٰلوةَ َو ٰاتَ ُوا ال َّز ٰك وةَ لَهُمۡ اَ ۡج ُرهُمۡ ِع ۡن َد َربِّ ِه ۚمۡ‌ َواَل‬ َّ ‫ت َواَقَا ُموا‬ ِ ‫الص لِ ٰح‬ ّ ٰ ‫اِ َّن الَّ ِذ ۡينَ ٰا َمنُ ۡوا َو َع ِملُ وا‬
٢٧٦ َ‫ف َعلَ ۡي ِهمۡ َواَل هُمۡ يَ ۡح َزنُ ۡون‬ ٌ ‫خَو‬ۡ
٢٧٨ َ‫ٰۤيـاَيُّهَا الَّ ِذ ۡينَ ٰا َمنُوا اتَّقُوا هّٰللا َ َو َذر ُۡوا َما بَقِ َى ِمنَ الرِّ ٰبٓوا اِ ۡن ُك ۡنتُمۡ ُّم ۡؤ ِمنِ ۡين‬
‫ب ِّمنَ هّٰللا ِ َو َر ُس ۡولِ ٖ ۚ‌ه َواِ ۡن تُ ۡبتُمۡ فَلَـ ُكمۡ ُر ُء ۡوسُ اَمۡ َوالِ ُك ۚمۡ‌ اَل ت َۡظلِ ُم ۡونَ َواَل‬ ۡ ‫فَا ِ ۡن لَّمۡ ت َۡف َعلُ ۡوا‬
ۡ ِ‫فَا َذنُ ۡوا ب‬
ٍ ‫حَر‬
٢٧٩ َ‫تُ ۡظلَ ُم ۡون‬
َ ‫َواِ ۡن َكانَ ُذ ۡو ُع ۡس َر ٍة فَنَ ِظ َرةٌ اِ ٰلى َم ۡي َس َر ٍة ‌ؕ َواَ ۡن ت‬
٢٨٠ َ‫َص َّدقُ ۡوا خ َۡي ٌر لَّـ ُكمۡ‌ اِ ۡن ُك ۡنتُمۡ ت َۡعلَ ُم ۡون‬
Artinya :
275. “Orang-orang yang memakan riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya
orang yang kemasukan setan karena gila. Yang demikian itu karena mereka berkata bahwa
jual beli sama dengan riba. Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan
riba. Barang siapa mendapat peringatan dari Tuhannya, lalu dia berhenti, maka apa yang
telah diperolehnya dahulu menjadi miliknya dan urusannya (terserah) kepada Allah. Barang
siapa mengulangi, maka mereka itu penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.”
276. “Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Allah tidak menyukai setiap
orang yang tetap dalam kekafiran dan bergelimang dosa.”
277. “Sungguh, orang-orang yang beriman, mengerjakan kebajikan, melaksanakan shalat
dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada rasa takut
pada mereka dan mereka tidak bersedih hati.”
278. “Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba
(yang belum dipungut) jika kamu orang beriman.”
279. “Jika kamu tidak melaksanakannya, maka umumkanlah perang dari Allah dan Rasul-
Nya. Tetapi jika kamu bertobat, maka kamu berhak atas pokok hartamu. Kamu tidak berbuat
zhalim (merugikan) dan tidak dizalimi (dirugikan).”
280. “Dan jika (orang berutang itu) dalam kesulitan, maka berilah tenggang waktu sampai
dia memperoleh kelapangan. Dan jika kamu menyedekahkan, itu lebih baik bagimu, jika
kamu mengetahui."

2. Hukum Riba dalam Al-Hadits.


Hakim meriwayatkan Adri Ibnu Mas’ud bahwasanya Nabi saw. Telah bersabda “Riba itu
mempunyai 73 tingkatan, yang paling rendah (dosanya), sama dengan orang yang berzina
dengan Ibunya.” HR. Mutafakum ‘Alaihi

3. Hukum Memakan Riba, Penulis Administrasi Riba dan Saksi Riba


Dari Jabir RA. Ia berkata “Rasulullah saw. Mengutuk orang yang memakan riba, orang Yang
memberikan makan dari hasil riba, penulis dan saksinya, Rasulullah saw. Bersabda mereka
itu sama.” (HR. Muslim/Bulughul Maram : 853)
Bukhari juga meriwayatkan hadis semisal dari hadis Abu Juhaifah (HR Bukhari/Bulughul
maram 854)
“ Dari Abdullah bin Mas’ud ra. Bahwa Nabi Saw bersabda : “Riba itu ada 73 bab. Yang Paling
ringan ialah seperti seorang lelaki menikahi ibunya dan riba yang paling berat ialah
Mencemarkan kehormatan seorang muslim”. (HR. Ibnu Majah dengan singkat, Hakim
Dengan cukup sempurna dan telah disahihkan . Bulughul maram 855).
“Tidak boleh ada dua akad dalam Suatu akad jual beli. Sesungguhnya Rasulullah melaknat
pemakan riba, yang memberi makan orang lain dengan riba, dua saksinya , dan
pencatatnya”. (HR. Ibnu Hibban no. 1053, Al-Bazzar dalam Musnadnya no. 2016 dan Al-
Marwazi dalam As-Sunnah (159-161) dengan sanad hasan)
• Kandungan Hadist diatas:
1.Melakukan riba dan membantu riba termasuk dosa besar
2.Pembantu riba ,yaitu penulis, saksi dan pemberi riba sama dosanya
3.Menganiaya kehormatan muslim mulia termasuk macam riba paling berat
4.Zina dengan muhrim termasuk dosa paling buruk ,paling besar dan paling menjijikkan.
Hakikat larangan tersebut tegas ,mutlak , dan tidak mengandung perdebatan. Tidak ada
ruang bahwa riba hanya mengacu sekedar pinjaman dan bukan bunga, karena Nabi
melarang mengambil, meskipun kecil, pemberian jasa atau kebaikan sebagai syarat pinjaman
, sebagai tambahan dari uang pokok.

E. Kosep Bunga Bank


A. Pengertian Bunga
Secara leksikal, bunga sebagai terjemahan dari kata interest . Secara istilah sebagaimana
diungkapkan dalam suatu kamus dinyatakan, bahwa interest is a charger for afinacial
loan,usually a presentage of The amount of
loaned. bunga adalah tanggungan pada pinjaman uang, yang biasanya dinyatakan dengan
presentasi dari uang yang dipinjamkan . Pendapat lain menyatakan interest itu sejumlah
uang yang dibayar atau dikalkulasikan
untuk penggunaan modal. Jumlah tersebut misalnya dinyatakan dengan satu tingkat atau pr
osentase modal yang bersangkut paut dengan itu yang dinamakan suku bunga modal.
Berbeda dengan bunga (interest) dalam bahasa inggris riba lebih dikenal dengan “usury”
yang artinya“ the act of lending money at exorbitant or illegal rute of interest” tapi bila
disimpulkan dari sejarah masyarakat barat, terlihat jelas bahwa “interest” dan “usury” yang
dikenal saat ini pada hakikatnya sama. Keduanya berarti tambahan uang , umumnya
dalam presentase , istilah “usury” muncul karena belum mapannya pasar keuangan
pada zaman itu sehingga pengusaha harus menetapkan suatu tingkat bunga yang dianggap
wajar.(Muhammad , 2000: 146-147).
B. Bunga Bank dan Riba
Kemudaratan sistem bunga sehingga dikategorikan sebagai riba, antara lain adalah
(Muhammad,2000:146-147) :
1.Mengakumulasi dana untuk keuntungan sendiri
2.Bunga adalah konsep biaya yang digeserkan kepada penanggung berikutnya
3.Menyalurkan harta hanya kepada mereka yang mampu
4.Penanggung terakhir adalah masyarakat
5.Memandulkan kebijakan stabilitas ekonomi dan investasi
6.Terjadinya kesenjangan yang tidak ada nada habisnya.
Dalam uraian diatas dapat dikatakan bahwa bunga sama halnya dengan riba nasi’ah yang
dalam al-Quran dan hadis telah dijelaskan .

F. Keputusan MUI Tentang Bunga Bank 


Keputusan ijtima’ Ulama Komisi Fatwa se-Indonesia tanggal 16 Desember 2003
tentang bunga (interest) terdiri atas empat bagian :
1.Pengertian bunga bank
2.Hukum bunga bank
3.Hukum ber mu’amalah dengan bank konvensional
4.Dasar-dasar penetapan fatwa.
A. Pengertian Bunga Bank
Bunga Bank adalah tambahan yang dikenakan untuk transaksi pinjaman uang yang
diperhitungkan dari pokok pinjaman tanpa mempertimbangkan pemanfaatan/hasil pokok
tersebut, berdasarkan lamanya peminjaman (durasi) , dan diperhitungkan secara pasti
diawali secara presentasi.
Selanjutnya dalam keputusan tersebut dijelaskan bahwa riba adalah tambahan tanpa
imbalan yang terjadi karena penangguhan dalam pembayaran yang diperjanjikan
sebelumnya. Ini adalah riba nasi’ah.
B. Hukum Bunga Bank
Dalam keputusan tersebut ditetapkan bahwa praktek pembungaan uang dalam
berbagai bentuk transaksi saat ini telah memenuhi kriteria riba yang terjadi di zaman Nabi
Muhammad Saw , yakni riba nasi’ah.
 Dengan demikian , praktek pembungaan uang termasuk salah satu bentuk riba, dan haram
hukumnya. Terdapat informasi sebagai lanjutan dari keputusan tersebut, yaitu
bahwa praktek pembungaan uang banyak dilakukan oleh Bank, Asuransi,Pasar Modal, Koper
asi,dan Lembaga Keuangan lainnya, termasuk juga dilakukan oleh orang orang tertentu
secara perorangan.

G. Bermuamalah Dengan Bank Konvensional

Ketiga, hukum ber mu’amalah dengan menggunakan bank konvensional. Dalam keputusan


tersebut masih ditetapkan dua hukum mengenai bermu’amalah dengan bank konvensional
yakni:
1.Bagi penduduk yang tinggal di daerah yang sudah terbentuk Lembaga Keuangan Syari’ah
2.Bagi penduduk yang tinggal didaerah yang belum terbentuk Lembaga Keuangan Syari’ah

Umat Islam yang tinggal di suatu daerah yang sudah terbentuk Lembaga Keuangan Syari’ah ,
tidak diperbolehkan melakukan transaksi yang didasarkan pada perhitungan bunga.
Dengan kata lain ,umat Islam yang tinggal di suatu daerah yang sudah terbentuk Lembaga
Keuangan Syari’ah diharamkan melakukan transaksi dengan bank konvensional ; dan juga
diharamkan melakukan transaksi dengan orang lain dengan menggunakan
perhitungan bunga seperti yang dilakukan di bank bank konvensional.
Umat islam yang tinggal disuatu daerah yang belum terbentuk Lembaga Keuangan Syari’ah
diperbolehkan melakukan kegiatan transaksi di Lembaga keuangan konvensional dengan
alasan ke paksaan (al dharurat aw al hajat)
H. Dasar Landasan Keputusan MUI

Dengan demikian, keputusan fatwa MUI tentang Keharaman bunga bank didasarkan
padatiga argumen pertama ,argumen yang dikemukakan oleh para pakar fikih secara
perorangan; kedua pendapat ulama secara kolektif yang ditetapkan melalui institusi Islam
internasional; dan ketiga , pendapat ulama Indonesia secara kolektif yang diputuskan dalam
berbagai lembaga fatwa ; DSN-MUI , Majlis Tarjih Muhammadiyah, dan Bahtdul masa’il NU.

I. Hikmah Diharamkannya Riba

Islam dengan tegas pasti mengharamkan riba . hal ini untuk menjaga kemaslahatan hidup
manusia dari kerusakan moral (akhlak) , sosial dan ekonominya. Yusuf Qrdhawi dalam Abdul
Rahman Ghazali dkk menyebutkan tentang hikmah diharamkannya riba, diantaranya adalah :
1. Riba mengambil harta orang lain tanpa hak
2. Riba dapat melemahkan kreativitas manusia untuk berusaha atau bekerja, sehingga
manusia melalaikan perdagangannya. Hal ini memutuskan kreativitas hidup manusia
didunia. Hidupnya bergantung pada riba yang di perolehnya tanpa usaha , sehingga akan
merusak tatanan ekonomi.
3. Riba menghilangkan nilai kebaikan dan keadilan dalam utang piutang. Keharaman riba
membuat jiwa manusia menjadi suci dari sifat lintah darat . Hal ini mengandung pesan moral
yang sangat tinggi.
4. Biasanya orang memberi utang adalah orang yang kaya dan orang yang berutang adalah
orang miskin. Mengambil kelebihan utang dari orang miskin sangat bertentangan dengan
sifat rahmat Allah SWT. Hal ini akan merusak sendi sendi kehidupan sosial (Abdul Rahman
Ghazali (dkk),2015:222).
Adapun Sayyid Sabiq berpendapat, diharamkannya riba karena didalam-Nya terdapat empat
unsur yang merusak yakni:
1. Menimbulkan permusuhan dan menghilangkan semangat tolong menolong . semua
agama terutama Islam sangat menyeru tolong menolong dan membenci orang yang
mengutamakan kepentingan sendiri dan egois serta orang yang mengeksploitasi kerja
orang lain.
2. Riba akan melahirkan mental pemboros yang tidak mau
bekerja ,menimbulkan penimbunan harta tanpa usaha tak ubahnya seperti benalu (p
ohon parasit) yangmenempel dipohon lain. Islam menghargai kerja keras dan
menghormati orang lain yang suka bekerja dan menjadikan kerja sebagai sarana
mata pencarian, menuntun orang pada keahlian dan akan mengangkat semangat
seseorang.
3. Riba sebagai salah satu cara menjajah
4. Islam menghimbau agar manusia memberikan pinjaman kepada yang memerlukan
dengan baik untuk mendapat pahala bukan mengeksploitasi orang lemah
(SayidSabiq,2006:868).
Dampak negatif yang diakibatkan dari riba sebagaimana tersebut diatas sangat
berbahaya bagi manusia secara individu ,keluarga, masyarakat dan bangsa. Jika praktek riba
ini tumbuh subur di masyarakat ,maka terjadi sistem kapitalis dimana terjadi pemerasan
dan penganiayaan terhadap kaum lemah . orang kaya semakin kaya orang miskin semakinmi
skin.
A. Cara Menghindari Riba Dalam Ekonomi Islam

 Pandangan tentang riba dalam era kemajuan zaman kini juga mendorong
maraknya perbankan syariah dimana konsep keuntungan bagi penabung didapat dari sistem
bagi hasil bukan dengan bunga seperti pada bank konvensional pada umumnya. Sebagai
pengganti bunga bank, Bank Islam menggunakan berbagai cara yang bersih dari unsur riba:
1.Wadiah atau titipan uang, barang dan surat berharga atau deposito.
2.Mudarabah adalah kerja sama antara pemilik modal dengan pelaksanaan atas
dasar perjanjian profit dan loss sharing.
3.Syirkah (perseroan) adalah dimana pihak bank dan pihak pengusaha sama sama
mempunyai andil (saham) pada usaha patungan (join ventura).
4.Murabahan adalah jual beli barang dengan tambahan harga atau cost plus atas dasar harga
pembelian yang pertama secara jujur
5.Qard hasan (pinjaman yang baik atau benevolent loan), memberikan pinjaman
tanpa bunga kepada para nasabah yang baik sebagai salah satu bentuk pelayanan dan pengh
argaan.
6.Menerapkan prinsip bagi hasil ,hanya memberikan nisbah tertentu pada deposannya,
maka yang dibagi adalah keuntungan yang didapat kemudian dibagi sesuai nisbah yang
disepakati oleh kedua belah pihak. Misalnya, nisbahnya adalah 60%:40% , maka bagian
deposan 60% dari total keuntungan yang didapatkan oleh pihak bank.
K.Manfaat Berekonomi Tanpa Riba
Keharusan berekonomi secara syariah ini lantaran penerapannya memiliki manfaat yang
sangat besar bagi umat Islam.
1.Umat islam bias menjalankan agamanya dalam bidang ekonomi yang pada
gilirannyamenggiringnya kepada pengalaman islam secara utuh.
2.Menerapkan dan mengamalkan sistem ekonomi syariah mendapat dua keuntungan
yaituduniawi dan ukhrawi. Keuntungan duniawi berupa uang, keuntungan akhirat
berupa pahala ibadah melalui pengamalan syariah islam dan terhindar dari dosa riba.
3.Memajukan ekonomi islam lewat lemabag keuangan syariah,berarti umat islam beruapaya
mengentaskan kemiskinan.
L. Perbedaan antara Bank Syari’ah Dan Bank Konvensional
 Dalam beberapa hal bank syariah dan bank konvensional memiliki persamaan, terutama
dalam sisi terutama dalam sisi teknis penerimaan uang , mekanisme transfer , teknologi
komputer yang digunakan,syarat-syarat umum memperoleh pembiayaan ,proposal,laporan
keuangan dan sebagainy . Akan tetapi , terdapatnya perbedaan mendasar diantara
keduanya.Perbedaan ini menyangkut aspek legal , struktur organisasi , usaha yang dibiayai
dan lingkungan kerja (Muhammad Syafi’I Antonio ,2011:29).

1.Akad dan Aspek Legalitas


Dalam bank syariah ,akad yang dilakukan memiliki konsekuensi duniawi dan ukhrawikarena
akad yang dilakukan berdasarkan hukum islam. Seringkali nasabah berani melanggar
kesepakatan/perjanjian yang telah dilakukan bila hukum positif belaka ,tapi tidak
demikian bila perjanjian tersebut mempunyai pertanggungjawaban hingga yaumil
qiyamah.Setiap akad dalam perbankan syariah ,baik dalam hal barang ,pelaku,transaksi,
maupunketentuan lainnya harus memenuhi ketentuan akad,seperti hal-hal berikut:
pertama, rukunseperti (1) penjual (2) pembeli (3) barang (4) harga (5) ijab qabul.
Kedua ,syarat yakni
(1) barang dan jasa harus halal sehingga transaksi atas barang dan jasa yang haram menjadi 
batal demi hukum syariah (2) Harga barang dan jasa harus jelas (3) Tempat penyerahan(deliv
ery) harus jelas karena akan berdampak pada baiaya transportasi . (4) Barang yang
ditransaksikan harus sepenuhnya dalam kepemilikan . Tidak boleh menjual sesuatu yg
belumdimiliki atau dikuasai seperti yang terjadi pada transaksi short sale dalam pasar modal.
2.Lembaga Penyelesaian sengketa
Berbeda dengan perbankan konvensional , jika pada perbankan syariah
terdapat perbedaan atau perselisihan antara bank dan nasabahnya, kedua belah pihak tidak
menyelesaikan di peradilan negri, tetapi penyelesainnya sesuai tata cara dan hukum materi
syari’ah. Lembaga yang mengatur hukum materi dan atau berdasarkan
prinsip syariah diIndonesia dikenal dengan Badan Arbritase
 Muamalah Indonesia atau BAMUI yangdidirikan bersama oleh kejaksaan agung
Republik Indonesia dan MUI.
3.Struktur Organisasi
Bank syariah dapat memiliki struktur yang sama dengan bank konvensional ,misalnyadalam
hal komisaris dan direksi,tetapi unsur yang sangat membedakan antara bank syariahdan
bank konvensional adalah keharusan adanya Dewan Pengawas syariah yang
bertgasmengawasi operasional bank dan produk-produknya agar sesuai dengan garis-gar 
is syari’ah.
 
4.
 
Bisnis dan Usaha yang dibiayai
Dalam bank syariah,bisnis dan usaha yang dilksankan tidak terlepas dari saringansyariah.
Karena itu,bank syariah tidak akan mungkin membiayai usaha yang terkandung didalamnya
hal-hal yang diharamkan. Dalam bank syariah suatu pembiayaan tidak akandisetujui sebelum
dipastikan beberapa hal pokok,diantaranya sebagai berikut: (1) apakahobyek pembiayaan
halal atau haram (2) apakah proyek menimbulkan kemudharatan Untuk

17

Masyarakat. (3) apakah proyek berkaitan perbuatan mesum/asusila. (4) apakah proyek
berdasarkan perjudian (5) apakah usaha itu berkaitan dengan industry senjata yang
ilega;atau berorientasi pada pengembangan senjata pembunuhan missal (6) apakah
proyek dapatmerugikan syiar islam , baik secara langsung maupun tidak langsung.

5.

Lingkungan kerja dan Corporate Culture

Sebuah bank syariah selayaknya mempunyai lingkungan kerja yang sejalan dengan

Syari’ah. Dalam hal etika, misalnya sifat amanah,sidiq,harus melandasi setiap karyawan

Sehingga tercermin integritas eksekutif muslim yang baik. Disamping itu karyawan
banksyariah harus skillfull,professional dan mampu melaksanakan tugas secara team
workdimana informasi merata di seluruh fungsional organisasi.

6.

Skema Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional

BAB IIIPENUTUP

Kesimpulan
Ditinjau dari materi yang telah kelompok kami susun, dap

At disimpulkan bahwa “Riba”

Berarti menetapkan bungaatau melebihkan jumlah pinjamansaat pengembalian


berdasarkan persentase tertentu dari jumlah pinjaman pokok, yang dibebankan kepada
peminjam. Ribasecara bahasa bermakna: ziyadah (tambahan). Sedangkan menurut istilah
teknis, riba berarti pengambilan tambahan dari harta pokok atau modalsecara bathil.
Macam-macam ribayaitu: Riba Yad,Riba Jahiliyah, Riba Qardhi, Riba Fadli, dan

Riba Nasi’ah.

Di masa sekarang ini riba banyak di temukan di bank konvensional. Faktor-faktor


yangmelatar belakangi perbuatan memakan hasil riba yaitu: Nafsu dunia kepada harta
benda,serakah harta, tidak pernah merasa bersyukur dengan apa yang telah Allah SWT
berikan,imannya lemah, serta selalu ingin menambah harta dengan berbagai cara
termasuk riba.1.

Macam-macam riba ada 4, yaitu :

4.

Riba Fadli (menukarkan dua barang yang sejenis tapi kwalitas berbeda).

5.

Riba Qardhi (meminjamkan dengan ada syarat bagi yang mempiutangi).6.

Riba Yadh (bercerai dari tempat aqad sebelum timbang terima).7.

Riba Nasa’ (Nasiah) yaitu riba yang terjadi karena adanya penundaan waktu

Pembayaran, dengan menetapkan adanya dua harga yaitu harga kontan atauharga yang
dinaikan karena pembayaran tertunda.2.

Allah SWT s

Ecara tegas melarang riba yang terdapat di dalam Al Qur’an di

Antaranya pada:a)
QS. Ar-Rum (30) : 39, QS. B)

An-Nisa’ (4) : 160-161, QS.c)

Ali Imran (3) : 130, dand)

Qs. Al-Baqarah (2) : 275-280.3.

Dampak Riba pada ekonomi: Riba (bunga) menahan pertumbunhan ekonomi


danmembahayakan kemakmuran nasional serta kesejahteraan individual.4.

Riba (bunga) menyebabkan timbulnya kejahatan ekonomi (distorsi ekonomi)seperti


resesi, depresi, inflasi dan pengangguran.

Daftar Pustaka
 
Ali, Zainuddin.,2008, Hukum perbankan Syari’ah, J
akarta, Sinar Grafika.Dzulkifli , Sunarto., 2007, Perbankan syariah, Jakarta ; Zikrul
Hakim.Effendi , Satria., 1988, Riba Dalam Pandangan Fiqih, Kajian Islam Tentang
Berbagaimasalah Kontemporer, Jakarta, Syahid Indah.Ghazali, Abdul Rahman., 2015, Fiqih
Muamalah,Jakarta,Prenadamedia.Muhammad, Lembaga-lembaga Keuangan Umat
kontemporer, 2000, Jogjakarta : UII Insani press.
Safi’i, Muhammad Antonio., 2011, Bank Syari’ah Dari Teori ke Praktik, Jakarta, Gema
Insani Press.Sabiq , Sayid., 2006, Fiqih Al-sunnah, Beirut, Darul Fikri.Sunarto
Dzulkifli,Perbankan syariah,2007, Jakarta ; Zikrul Hakim,hal. 2-4.http://islam-
full.blogspot.co.id/2010/12/haramkah-jual-beli-emas.html  https://
konsultasi.wordpress.com/2014/10/08/riba-pengertian-jenis-dan-contohnya/  https://
almanhaj.or.id/4045-riba-nasi-ah-riba-fadhl-jual-beli-emas-lama-dengan-emas-  baru.html htt
p://www.kuliah.info/2015/05/pengertian-dan-perbedaan-bank.html  http://
islamiwiki.blogspot.co.id/2013/11/pengertian-riba-hukum-dan-  bahayanya.html#.WET7PdJ9
7IU http://pengusahamuslim.com/1834-tahukah-anda-apa-itu-riba-jahiliyah.html  http://
trysutriani.blogspot.co.id/2014/12/makalah-riba-dalam-ekonomi-islam.html

BAB 4
Tanya Jawab
1.
 
Bagaimana cara menghindari riba? (Anwar)Jawab :a.
 
Harus melakukan akad terlebih dahulu sebelum melakukan pinjam meminjam b.
 
Paham hukum riba dan mengerti terlebih dahulu bahaya riba2.
 
Apakah makelar tanah termasuk riba atau tidak? (Trubus Triono)Jawab :Jika Komisi untuk
makelar dibebankan pada harga yang mesti dibayar pembeli tanpasepengetahuan pemilik
maka tidak diperbolehkan. Jika komisi bagi makelar dibebankan pada pembeli dengan
sepengetahuan si pemilik maka dibolehkan3.
 
Apa yang dimaksud dengan mencemarkan seorang muslim pada hadits

 Dari Abdullah
bin Mas’ud ra. Bahwa Nabi Saw bersabda : “Riba itu ada 73 bab. Yang paling ringan
ialah seperti seorang lelaki menikahi ibunya dan riba yang paling berat ialahmencemarkan
kehormatan seorang muslim
”. (HR. Ibnu Majah dengan singkat, Hakim
dengan cukup sempurna dan telah disahihkan . Bulughul maram 855).
(Mulyanto)Jawab :Mencemarkan kehormatan seorang muslim disini diartikan bahwa setiap
muslimdiharamkan untuk mencemarkan kehormatan seorang muslim lainnya, dikarenakan
dapatmenimbulkan fitnah. Misal : Gossip atau menggunjing orang lain, mencemarkan
nama baik di sosial media dan kegiatan fitnah yang lain.4.
 
Mengapa pemberi riba dan yang melakukan riba dosanya sama? (Rian Syaiful
Rohman)Jawab :Karena hakikat larangan tersebut tegas, mutlak dan tidak mengandung
perdebatan. Tidakada ruang bahwa riba hanya mengacu sekedar pinjaman dan bukan bunga,
karena Nabimelarang mengambil, meskipun kecil pemberian jasa atau kebaikan sebagai
syarat pinjaman, sebagai tambahan dari uang pokok

Anda mungkin juga menyukai