Disusun oleh :
AIDUL BINTANG AZMARANI (11920211246)
ARUANDA MAHENDRA (12220213719)
Puji syukur diucapkan kehadirat Allah Swt. atas segala rahmat-Nya sehingga makalah
ini dapat tersusun sampai selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran
maupun materi.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................
DAFTAR ISI......................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................
A. Latar belakang masalah........................................................................................
B. Rumusan masalah..................................................................................................
C. Tujuan.....................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................
A. Penegertian riba.....................................................................................................
B. Dasar hukum riba..................................................................................................
C. Jenis riba................................................................................................................
D. Barang-barang yang termasuk riba....................................................................
E. Dampak riba terhadap ekonomi..........................................................................
BAB III PENUTUP...........................................................................................................
A. Kesimpulan.............................................................................................................
B. Saran.......................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pengertian riba
Dalam fiqh muamalah, riba berarti ekstra yang diharamkan yang bisa muncul
dampak utang atau pertukaran. Riba merupakan: “ eksta” (yang disyaratkan) terhadap
uang pokok tanpa ada transaksi pengganti yang diisyaratkan”.4
Sedangkan Riba berdasarkan pendapat dari ulama fiqh, yang diterangkan oleh
empat (4) Mazhab, bisa digolongkan sebagai berikut:
1
Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah 12, terj. Kamaluddin A. Marzuki dkk, (Bandung: Alma‟arif, 1993), h. 117.
2
Muhammad Nafik H.R., Benarkah Bunga Haram? (Surabaya, Amanah Pustaka: 2009), hlm 94.
3
Ibid.,hlm 97.
4
Abbas Mirakhor dan Zamir Iqbal , Pengantar Keuangan Islam teori dan Praktik (jakarta: kencana, 2008), hlm
73
a) Syafi’iyah
Riba ialah transaksi dengan imbalan tertentu yang tidak diketahui keserupaan
takarannya maupun ukurannya waktu dilaksanakan transaksi atau dengan
penundaan masa penyerahan kedua barang yang dipertukarkan salah satunya.
b) Malikiyah
Riba Nyaris sama dengan Definisi Syafi’iyah, hanya bertolak belakang dengan
illat-nya. Berdasarkan keterangan dari mereka illatnya merupakan transaksi tidak
kontan pada bahan makanan yang tahan lama.
c) Hanafiyah
Riba ialah setiap keunggulan tanpa adanya imbalan pada takaran dan
timbangan yang dilaksanakan antara pembeli dan penjual di dalam tukar
menukar.
d) Hambaliyah
Riba merupakan setiap Keunggulan tanpa terdapat imbalan pada barang
tertentu. Barang tertentu tersebut ialah yang bisa ditukar atau ditimbang dengan
jumlah yang berbeda. Tindakan semacam inilah yang dinamakan riba selama
dilaksanakan dengan tidak kontan5
Maka dari keterangan diatas dapat kita pahami bahwa riba adalah suatu kegiatan
pengambilan nilai tambah dari nilai pokok yang dilaksanakan oleh pemilik dana
kepada peminjam dana yang memberatkan dari akad perekonomian, seperti jual beli
atau hutang-piutang, baik diketahui maupun tida diketahui.
2. Hadits
Dari Sa‟id bin Zaid dari Nabi shallallahu „alaihi wasallam, bahwa beliau
bersabda: “Sesungguhnya riba yang paling buruk adalah merusak kehormatan
seorang muslim tanpa hak, dan sesungguhnya rahim dijalinkan oleh Ar Rahman,
barangsiapa yang memutuskannya niscaya Allah mengharamkan baginya
syurga.” (Ahmad, bab Musnad Said bin Zaid, no 1564) Al-Bani mengatakan
hadits tersebut sahih6
“Tidaklah nampak pada suatu kaum riba dan perzinaan melainkan mereka
telah menghalalkan bagi mereka mendapatkan siksa Allah Azza wa Jalla.
(Ahmad, Musnad Ibn Masu‟d, no 3168) Al-Bani dalam Sahih Jami alShagir
mengatakan bahwa hadits tersebut hasan. 7Selain diriwayatkan oleh Ahmad,
hadits tersebut juga diriwayatkan oleh Abu Ya‟la. Al-Haitsami mengatakan
bahwa riwayat Abu Ya‟la tersebut sanadnya sangat baik.8
Dari Abu Hurairah radliallahu „anhu dari Nabi shallallahu „alaihi wasallam
bersabda: “Jauhilah tujuh perkara yang membinasakan”. Para sahabat
bertanya: “Wahai Rasulullah, apakah itu? Beliau bersabda: “Syirik kepada
Allah, sihir, membunuh jiwa yang diharamkan oleh Allah kecuali dengan haq,
memakan riba, makan harta anak yatim, kabur dari medan peperangan dan
menuduh seorang wanita mu‟min yang suci berbuat zina”. (Bukhari, Bab
Ramyul Muhsanat, No. 6351)
Dari Ibnu Mas‟ud dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda:
“Tidaklah seseorang yang memperbanyak riba, melainkan akhir perkaranya
akan merugi (Ibn Majah, bab Taglidh fir riba, no 2270). Menurut Abu alAbbas al-
6
Al-Haitsami, Majma Al-Zawaid Wa Manba‟a Al-Fawaid,(Kairo: Maktabah alQudsi,1994, Jil. 1), h. 439
7
Muhammad Nashiruddin al-Bani, Sahih al-Jami al-Shagir, (Beirut: al-Maktab alIslami, Jil.2), h. 985
8
Loc.cit h. 118
Bushari bahwa hadits tersebut sanadnya sahih, selain diriwayatkan oleh Ibn
Majah juga diriwayatkan oleh Ahmad dan Hakim.9 Al-Bani mengatakan
haditsnya sahih10
C. Jenis riba
Dilihat secara global bahwa riba bisa dispesifikka menjadi dua, yang pertama
adalah Riba yang berhubungan dengan utang piutang. Dan yang kedua adalah riba
yang berhubungan dengan jual beli.11
Riba qard ialah “suatu guna atau tingkat keunggulan tertentu yang
diisyaratkan terhadap yang berutang (muqtarid)” . Riba qard atau riba dalam
utang piutang sebetulnya dapat digolongkan dalam riba nasi’ah. Riba
semacam ini dapat diberikan Contoh, utang Rp. 90.000 mesti dinbalikkan Rp.
95.000 jadi terdapat lebihnya Rp. 5.000.12
pada kelompok jual beli juga terdiri atas dua macam, yaitu:
9
Abu al-Abbas al-Bushairi, Misbah al-Zujah, (Beirut: Dar al-arabiyyah, 1403, Jil. 3), h. 53
10
Loc.Cit h.968
11
Nafik H.R., Benarkah Bunga Haram?,.......hlm 99.
12
Asyraf Abdul Maqshud, Fiqh wa Fatawa al-Buyu’, (Jakarta: Pustaka As-Sunnah, t.t.), hlm 291
13
Antonio, Bank Syariah,......hlm 41.
Riba fadl merupakan “pertukaran antara barang sejenis dengan kadar
atau dosis berbeda, sementara barang yang dipertukarkan tersebut termasuk
dalam jenis barang atau komoditi ribawi”.14
Dari dalil di atas, maka tukar menukar sesama jenis harta dari salah satu
keenam harta itu menjadi haram, kalau berbeda ukurannya
14
Ibid.,
15
Anonim, Fatawa: Mendekatkan Umat kepada Ulama (24 Juni 2009), hlm 39.
16
Departemen Agama, Al-Qur’an dan Tafsirnya (Jakarta: PT.Pertja, 1975), hlm 503.
1. Emas
Barter emas dengan emas hukumnya haram, bila kadar dan ukurannya berbeda.
Misalnya, emas 10 gram 24 karat tidak boleh ditukar langsung dengan emas 20 gram
23 karat. Kecuali setelah dikonversikan terlebih dahulu masing-masing benda itu.
2. Perak
Barter perak dengan perak hukumnya haram, bila kadar dan ukurannya berbeda.
Misalnya, perak 100 gram dengan kadar yang tinggi tidak boleh ditukar langsung
dengan perak200 yang kadarnya lebih rendah. Kecuali setelah dikonversikan terlebih
dahulu masing-masing benda itu.
3. Gandum
Barter gandum dengan gandum hukumnya haram, bila kadar dan ukurannya
berbeda. Misalnya, 100 Kg gandum kualitas nomor satu tidak boleh ditukar langsung
dengan 150 kg gandum kuliatas nomor dua. Kecuali setelah dikonversikan terlebih
dahulu masing-masing benda itu
4. Terigu
Demikian juga barter terigu dengan teriguhukumnya haram, bila kadar dan
ukurannya berbeda. Misalnya, 100 Kg terigu kualitas nomor satu tidak boleh ditukar
langsung dengan 150 kg terigu kuliatas nomor dua. Kecuali setelah dikonversikan
terlebih dahulu masing-masing benda itu.
5. Kurma
Barter kurma dengan kurma hukumnya haram, bila kadar dan ukurannya berbeda.
Misalnya, 1 Kg kurma ajwa (kurma nabi) tidak boleh ditukar langsung dengan 10 kg
kurma Mesir. Kecuali setelah dikonversikan terlebih dahulu masing-masing benda itu
6. Garam
Barter garam dengan dengan garam hukumnya haram, bila kadar dan ukurannya
berbeda. Misalnya, 1 Kg garam tipe A tidak boleh ditukar langsung dengan 3 kg
garam tipe B, kecuali setelah dikonversikan terlebih dahulu masing-masing benda
itu.17
17
https://an-nur.ac.id/jenis-barang-ribawi/
18
http://progrestazkia.com/dampak-riba-dalamperekonomian-indonesia.html
6. Selanjutnya, Zainal Abidin menyatakan ada beberapa dampak riba seperti berikut:
Riba membuat bisnis menjadi lesu, kurang bergairah dan tidak produktif. Dalam
pandangan petualang bisnis atau dalam berniaga, mereka sangat spekulatif. Bisa
untung dan bisa juga rugi, bahkan bangkrut. Sementara mental petualang riba
hanya berfikir untung tanpa mengenal rugi, walaupun orang lain dirugikan. Oleh
karena itu, mereka mengambil jalan pintas untuk mengeruk keuntungan secara
cepat melalui transaksi simpan-pinjam, utang-piutang atau transaksi yang
menghasilkan untung pasti, yaitu riba atau tukar-menukar barang yang sama
dengan harga lebih, atau menyimpan uang di lembaga keuangan atau bank-bank
konvensional. Adapun untuk usaha bisnis dan perniagaan jarang tertarik, karena
sangat beresiko kerugian19
7. Sistem riba menjadi penyebab utama bangkrutnya negara atau masyarakat. Banyak
Negara yang menerapkan system riba mengalami ketidakstabilan keamanan serta
krisis ekonomi
19
https://ervakurniawan. wordpress.com/2015/02/21/
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Riba adalah suatu kegiatan pengambilan nilai tambah dari nilai pokok yang
dilaksanakan oleh pemilik dana kepada peminjam dana yang memberatkan dari akad
perekonomian, seperti jual beli atau hutang-piutang, baik diketahui maupun tida
diketahui.
Dilihat secara global bahwa riba bisa dispesifikkan menjadi dua, yang pertama
adalah Riba yang berhubungan dengan utang piutang (meliputi riba qardh dan riba
jahiliyyah ) Dan yang kedua adalah riba yang berhubungan dengan jual beli (meliputi
riba fadl dan riba nasi’an )
Yang umumnya disepakati para ulama termasuk ke dalam al-mal ar-ribawi
setidaknya enam jenis barang. Keenam barang itu adalah emas, perak, gandum, terigu,
kurma dan garam.
Dampak riba terhadap ekonomi berupa; dapat menimbulkan over produksi,
penyebab ketidak-stabilan suatu nilai mata uang suatu negara, menyebabkan
terjadinya kesenjangan yang signifikan, dapat menjerumuskan negara berkembang
kepada keterjebakan dalam hutang, riba juga dapat membuat bisnis menjadi lesu,
kurang bergairah dan tidak produktif, dapat membuat suatu negara bangkrut.
B. Saran
Pada saat pembuatan makalah, penulis menyadari bahwa banyak sekali
kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, penulis harapkan kritik dan
sarannya mengenai pembahasan makalah dalam kesimpulan di atas.
DAFTAR PUSTAKA