Anda di halaman 1dari 16

TEORI DAN KONSEP JUAL BELI DALAM BISNIS SYARIAH

MAKALAH

Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah

Manajemen Bisnis Syariah

Yang diampu oleh Prof. Dr. Heri Pratikto, M.Si.

Oleh Kelompok 2:
Oktavia Rokmana Dewi

Raka Drestajuna

Risma Mey Novitasari

Titin Santia Oktavianti

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS EKONOMI

JURUSAN MANAJEMEN

MALANG

FEBRUARI 2021
KATA PENGANTAR

Pertama-tama marilah panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, atas


limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah tugas ini dapat terselesaikan.
Makalah tugas ini disusun berdasarkan pengumpulan dari berbagai sumber, dan
untuk memenuhi tugas Manajemen Bisnis Syariah yang berjudul Teori dan
Konsep Jual Beli dalam Bisnis Syariah.
Dengan ini penulis ucapkan terimakasih kepada Ibu Heri Pratikto
selaku dosen pembimbing mata kuliah Manajemen Bisnis Syariah. Semoga tugas
yang kami tulis dapat bermanfaat bagi penulis pribadi maupun pihak yang
membaca.

Kami menyadari bahwa tugas ini sangat jauh dari istilah sempurna, masih
ada kelemahan dan kekurangan. Setiap saran, kritik, dan komentar yang bersifat
membangun dari pembaca sangat diharapkan untuk meningkatkan kualitas dan
menyempurnakan penulisan makalah.

Malang, Februari 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI
Halaman Sampul...............................................................................................
Kata Pengantar..................................................................................................i
Daftar Isi...........................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................1
1.1 Latar Belakang............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................2
1.3 Tujuan.........................................................................................................2
BAB 2 PEMBAHASAN...................................................................................3
2.1 Pengertian Riba, Gharar dan Mahsyir........................................................3
2.2 Rukun dan Syarat Jual Beli.........................................................................6
2.3 Manajamen Bisnis Syariah.........................................................................8
2.4 Manajemen Bisnis Konvensional...............................................................9
BAB 3 PENUTUP............................................................................................10
3.1 Kesimpulan.................................................................................................10
3.2 Saran...........................................................................................................10
DAFTAR RUJUKAN.......................................................................................11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kegiatan ekonomi sangat erat kaitanya dengan aktifitas manusia di
dunia. Ekonomi sebagai bagian dari proses memenuhi kebutuhan hidup
baik sandang, pangan, papan. Selain itu bekerja dan proses menghasilkan
barang untuk konsumsi juga termasuk didalmnya. Tidak jarang dalam
kegiatan ekonomi ini terkadang timbul masalah-masalah di tenga-tengah
masyarakat. Karena perbedaan pendapat dan hukum yang dianut setiap
masyarakat yang berbeda dan faktor lingkungan tempat tinggal juga
berpengaruh terhadap perbedaan praktik ekonomi di dunia.

Tidak jarang dalam praktik ekonomi hanya mementingkan


keuntungan semata tanpa memperhatikan kesejahteraan. Hal ini menjadi
salah satu faktor timbulnya penjarahan, perampasan terhatap harta benda
yang dimiliki oleh kelompok individu terhadap orang yang tidak memiliki
kemakmuran secara ekonomi. semua masalah ketidak adilan ini maka
sistem ekonomi syariah hadir untuk mencegah agar tidak terjadi hal-hal
terkait dengan masalah keadilan dalam berekonomi di dunia.

Aktivitas ekonomi tidak lepas dengan kegiatan jual beli yang sudah
seperti aktivitas wajib dalam ekonomi karena tujuan dari berekonomi
adalah memenuhi kebutuhan yang tidak bisa didapatkan secara mandiri
oleh individu. Dalam makalah ini akan menjelaskan “ Teori dan Konsep
Jual Beli dalam Bisnis Syariah”. Mengingat pentingnya isu ini dibahas
sebagai pengetahuan tentang teori dan konsep jual beri yang benar secara
Islam, maka topik ini perlu adanya pembahsan baik dalam forum diskusi
maupun dalam lembaga pendidikan sebagai mata kuliah/ mata pelajaran
agar pemahaman terkait Bisnis Syariah dapat diketahui banyak orang dan
tetap eksis dijalankan di masyarakat.

1
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa penjelasan mengenai Riba, Gharar dan Masyir?
b. Bagaimana syarat dan rukun jual beli bisnis syariah?
c. Apa penjelasan manajemen bisnis syariah?
d. Apa penjelasan manajemen bisnis konvensional?
1.3 Tujuan
a. Memberikan informasi mengenai riba, gharar dan masyir.
b. Mencapai kegiatan jual beli dengan baik dan terpuji.
c. Memberikan informasi mengenai manajemen bisnis syariah
d. Memberikan informasi mengenai manajemen bisnis konvensional.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Riba, Grahar dan Masyir

Kehidupan sehari-hari tidak akan lepas dengan adanya aktivitas


perdagangan atau kegiatan ekonomi yang biasa disebut jual beli. Jual beli itu
sendiri dapat terjadi dimana dan kapanpun seiring dengan perkembangan
zaman teknologi yang ada. Jual beli secara bahasa artinya memindahkan hak
milik terhadap benda dengan akad saling mengganti. Jual beli adalah tukar
menukar satu harta dengan harta yang lain melalui jalan suka sama suka. Jual
beli merupakan kegiatan pemasaran tukar menukar antara penjual dan pembeli
yang dilakukan untuk mendapatkan barang yang dibutuhkan untuk kehidupan
sehari-hari.

Dapat disimpulkan bahwa jual beli terlaksana apabila terjadi:

a. Tukar menukar harta atau barang secara saling suka dan rela
b. Perpindahan kepemilikan apabila ada alat tukar yang secara sah
sebagai pembayaran
Istilah akad jual beli Syariah antara lain:

1. Murabahah adalah akad jual beli dimana harga dan keuntungan


disepakati penjual dan pembeli
2. Ijarah adalah akad terusan antara kombinasi sewa mneyewa dan jual
beli
3. Istisna adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan
barang tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang
disepakati
4. Salam adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembayaran
dilakukan dimuka, barang diserahkan kemudian hari
Prinsip dasar muamalah dagang syariah

3
a. Riba
Riba adalah pengambilan nilai tambah dari suatu transaksi uang
maupun barang. Riba juga biasa disebut pemberlakuan bunga atau
penambahan jumlah suatu hutang atau pinjaman. Secara Bahasa riba
artinya penambahan. Hukum riba dalam pandangan islam adalah haram.
Hal ini dikarenakan riba dapat menyengsarakan umat. Bagi orang yang
meminjam, riba dapat semakin menyusahkan orang yang
meminjamnya.

Allah ta’ala berfirman:

ِ َّ‫َو َما آتَ ْيتُ ْم ِم ْن ِربًا لِيَرْ بُ َو فِي َأ ْم َوا ِل الن‬


َ‫ ُدون‬E‫ا ٍة تُ ِري‬EE‫ا آتَ ْيتُ ْم ِم ْن َز َك‬EE‫اس فَال يَرْ بُو ِع ْن َد هَّللا ِ َو َم‬
‫ك هُ ُم ْال ُمضْ ِعفُون‬َ ‫َوجْ هَ هَّللا ِ فَُأولَِئ‬

“Dan sesuatu Riba (tambahan) yang kamu berikan agar Dia


bertambah pada harta manusia, Maka Riba itu tidak menambah pada
sisi Allah. dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu
maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, Maka (yang berbuat
demikian) Itulah orang-orang yang melipat gandakan (pahalanya).”
(QS. Ar-Ruum: 39)

Riba merupakan suatu tambahan lebih dari modal awal,


biasanya riba dijumpai dalam transaksi hutang piutang dimana
peminjam meminta tambahan dari modal awal kepada yang dipinjami.
Dalam jual beli juga sering terjadi praktek riba, seperti menukar barang
yang tidak sejenis, melebihkan atau mengurangkan timbangan atau
dalam takaran.

Macam-macam riba:

1. Riba Fadhl adalah tukar menukar dua barang yang sama jenisnya
dengan kualitas yang berbeda
2. Riba Yadd adalah berpisah tempat sebelum ditimbang dan
diterima

4
3. Riba Nasi’ah adalah riba yang diperkenankan untuk orang yang
berhutang dengan memperhitungkan waktu
4. Riba Qardh adalah meminjamkan sesuatu dengan syarat
keuntungan.

b. Grahar adalah
Grahar adalah ketidakjelasan atau penipuan. Kontrak muamalah
bisnis perdagangan syariah melarang adanya Gharar dalam setiap
transaksinya. Gharar ini dapat diartikan sebagai suatu ketidakjelasan atau
bahaya. Salah satu contohnya: seseorang memposting jual beli janin yang
masih dalam kandungan. Karena janin yang dikandung tidak diketahui
jelas kondisinya saat dilahirkan. Dalam transaksi ini mengandung gharar
karena objek jual belinya mengandung ketidakjelasan atau ambigu.
Gharar mengacu pada ketidakpastian yang disebabkan karena
ketidakjelasan berkaitan dengan objek perjanjian atau harga objek yang
diperjanjikan dalam akad.

Macam-macam Gharar:

1. Jual-beli barang yang belum ada (Ma’dum)


2. Jual-beli barang yang tidak jelas (majhu) baik yang mutlak
3. Jual-beli barang yang tidak mampu diserahterimakan

c. Masyir
Masyir adalah memperoleh sesuatu dengan sangat mudah dengan
tanpa bekerja keras atau dengan kata lain mendapatkan keuntungan tanpa
perlu bersusah payah bekerja atau biasa disebut judi. Judi berarti transaksi
yang mana menguntungkan salah satu pihak dari dua atau lebih seseorang
yang bertaruh, entah itu uang maupun barng dsb. Salah satu contoh maysir
dalam suatu transaksi adalah togel. Maka ini adalah undian yang haram,
sebab undian ini telah menjadi bagian aktifitas judi. Didalamnya ada unsur
taruhan dan ada pihak yang menang dan yang kalah, dimana yang menang
materi yang berasal dari pihak yang kalah. Dalam al-Qur’an terdapat

5
firman Allah yang artinya: “Wahai orang-orang yang beriman!
Sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala,
mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan syetan. Maka
jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu beruntung.” (QS. Al-
Maidah:90)

2.2 Rukun dan Syarat Jual-Beli


Jual-beli merupakan proses tukar menukar barang antar sesama
pelaku ekonomi yang gunan memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam
ekonomi syariah proses ini tidak boleh dilakukan secara terpaksa antar
pihak satu dengan lainnya. Dalam proses jual beli ini harus sesuai dengan
Al-Qur’an dan ajaran Islam agar menciptakan rasa seimbang, adil dan
aman dalam melakukan aktifitas ekonomi. Hal tersebut dapat terwujud bila
jual beli tersebut sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku yaitu
terpenuhinya rukun dan syarat jual beli.

Adapun rukun jual beli ada 3, yaitu;

a. Aqid ( penjual dan pembeli) yang dalam hal ini dua atau beberapa
orang melakukan akad, adapun syarat-syarat bagi orang yang
melakukan ialah:
1. Baligh dan berakal
Penjual dan pembeli dalam transaksi harus berakal agar tidak
mudah ditipu orang. Akad akan tidak sah jika dilakukan oleh
anak kecil, orang dengan gangguan jiwa (gila) dan orang yg
tidak memiliki akal karena mereka tidak pandai mengendalikan
harta. Sebagaiman dalam firman Allah “ dan jangan kamu
serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna akalnya,
hartanya (mereka yang ada dalam kekuasaannmu) yang
dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan. Berilah mereka
belanja dan pakaian (dari hasil harta itu) dan ucapka kepada
mereka kata-kata yang baik.” (Q.San-Nisa :5)

6
Namun bagi anak-anak yang sudah dapat membedakan mana
yang baik dan mana yang huruk, akan tetapi belum dewasa,
menurut pendapat ulama diperbolehkan melakukan jual beli,
khususnya untuk barang-barang kecil dan tidak bernilai tinggi.

2. Kehendaknya sendiri (tanpa paksaan)


Yang dimaksud kehendak sendir artinya dalam melakukan jual
beli tersebut salah satu pihak tidak melakukan suatu tekanan
atau paksaaan kepada pihak lainnya, yang mengakibatkan
pihak lain tersebut melakukan jual beli bukan disebabkan oleh
kemauannya sendiri . Jual beli seperti itu tidak sah.
Sebagaiman dalam firman Allah:
“ … kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku suka sama
suka diantara kamu. Dan jangalah kamu membunuh
dirimu.”…. (QS. An-Nisa : 29)
Namun jika pemaksaan tersebut atas dasar pemaksaan yang
benar, maka jual beli dianggap sah. Seperti seorang hakim yang
memaksa menjual hak miliknya untuk menunaikan kewajiban
agamanya, maka paksaan ini adalah paksaan yang berdasarkan
kebenaran.
3. Keduanya tidak mubazir
Keadaan tidak mubazir maksudnya para pihak yang
mengikatkan diri sendiri dalam jual beli tersebut bukanlah
manusia boros mubazir), karena orang boro dalam hukum
dikategorikan sebagai oran yang tidak cakap dalam bertindak,
maksdunya dia tidak dapat melakukan suatu perbuatan hukum
walaupun kepentingan hukum itu menyangkut kepentingannya
sendiri
b. Ma’qud (objek akad)
Syarat syarat benda yang dapat dijadikan objek akad yaitu:

7
Mutaqowwam atau Mutawwal adalah barang yang memiliki nilai
intriksik yang dapat terpemgaruhi oleh fluktuasi harga. Atau
barang yang memiliki manfaat secara dhahir.
Muntafa’ bih adalah barang yang memiliki nilai kemanfaatan.
Maqdur’ ala Taslim adalah mampu diserahterimakan. Kriteria dari
dua perspektif empiris dan hukum.
Ma’ lum adalah keberadaannya diketahui secara transparan, baik
itu bis dilihat secara langsung atau spesifik.

c. Shigat (lafazd ijab qabul)


Jual beli dianggap sah, jika terjadi sebuah kesepakatan (shigat)
baik secara lisan (shigat qualiyah) yaitu perkataan yang terucap
dari penjual ke pembeli maupun dengan cara perbuatan (shigat
fi’liyah) adalah sebuah proses serah terima barang yang
diperjualbelikan yang terdiri dari proses pengambilan dan
penyerahan.
Akad sendiri artinya ikatan antara penjual dan pembeli. Menurut
Sayyid Sabiq dalam bukunya fiqih Sunnah ijab merupakan
ungkapan awal yang diucapkan oleh salah satu dari dua pihak yang
melakukan akad dan qabul adalah pihak yang kedua.
Menurut beberapa ulama, lafadz (jab qabul) ada beberapa syarat:
1. Kedua pelaku akad saling berhubungan dalam satu tempat,
tanpa terpisah yang dapat merusak.
2. Orang yang mengucapkan telah akil balig dan berakal.
3. Ijab dan qabul harus tertuju pada satu objek yang merupakan
objek akad.
4. Adanya kemufakatan walaupun lafadz keduanya berlainan
5. Waktunya tidak dibatasi, sebab jual beli berwaktu seperti
sebulan, setahun dan lain-lain adalah tidak sah.

2.3 Manajemen Bisnis Syariah


Manajemen syariah bisa diartikan sebagai suatu sitem yang
aplikasinya bersifat bebas nilai serta berorientasi kepada kemanfaatan

8
manusia semata. Perkembangan manajemen syariah di Indonesia
menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik salah satu faktor
penyebabnya adalah meningkatnya penerapan kehidupan masyarakat
secara syariah. Tujuan dan sasaran utama manajemen syariah memelihara
kesejahteraan manusia yang perlindungan keimanan, kehidupan, akal,
keturunan, dan harta benda mereka. Secara terperinci tujuan dalam
manajemen syariah adalah antara lain yang pertama menerapkan syariah
islam dalam beribadah, muamalah dan hukum, memakmurkan bumi yang
telah diwajibkan Allah kepada hamba-Nya yang menuntut pencurahan
upaya materi dan intelektual untuk pemanfaatan daratan dan lautan,
menegakkan kekhalifahan di muka bumi yang mefrefleksikan penegakan
hukum pemerintahan dan mengatur hubungan di antara anggota
masyarakat dan membentuk masyarakat dan negara yang adil dan sejahtera
masyarakat yang memiliki ruh untuk beribadah kepada Allah dengan
benar. Prinsip manajemen syariah mewajibkan untuk berbuat adil, jujur
dan amanah demi terciptanya kebahagiaan manusia, menekankan aspek
persaudaraan,keadilan sosio-ekonomi, dan pemenuhan kebutuhan spiritual
umat manusia. Berbagai prinsip manajemen syariah antara lain
menegakkan kebenaran dan menjauhi kemungkaran, menegakkan
keadilan, melakukan musyawarah dan profesionalisme. Di dalam praktek
manajemen syariah dibangun diatas tiga ranah yaitu manajemen, etika dan
spiritualitas sehingga membentuk hubungan yang tidak terpisahkan.
2.4 Manajemen Bisnis Konvensional
Manajemen bisnis konvensional adalah tindakan mengatur bisnis
yang mengutamakan profit sebagai tujuan utama bisnis. Bisnis
konvensional banyak ditemui dimana saja karena memang umumnya
perusahaan melakukan bisnis dengan cara ini tetapi tidak jarang pula yang
melakukan bisnis syariah untuk mengontrol akhlak dan keridhaan allah
melalui berbisnis. Antonio (2008: 17-18) menjelaskan bahwa pencapaian
penghasilan bisnis yang tinggi tidak selalu mendatangkan kebahagiaan.
Bisa dijabarkan bahwa Manajemen bisnis konvensional mengesampingkan
syariah sebagai tujuan perusahaan. Hal ini bisa dimengerti karena tidak

9
semua manusia memiliki pandangan yang sama karena mereka juga
dituntut untuk membayar karyawan dan bunga pinjaman bank sebagai
modal usaha dalam bisnis. Manajemen bisnis konvensional banyak
mengadopsi cara liberalis untuk diterapkan di bisnis. Bisnis Konvensional
lebih mendorong karyawan untuk bekerja sangat keras untuk mendapatkan
target produksi yang tentunya akan menguntungkan pemegang saham
maupun ekspansi perusahaan kedepan.

BAB 3

PENUTUP

1.1 Kesimpulan
Manusia sangat membutuhkan kegiatan ekonomi khususnya jual beli.
Kegiatan bisnis banyak dilakukan masyarakat untuk memenuhi
kebutuhannya. Interaksi antar orang dalam kegiatan jual beli membuat
sering terjadi banyak kecurangan, perlakuan tidak adil demi mendapatkan
keuntungan dalam bisnis. Sistem bisnis syariah yang membuat semuanya
dilakukan secara adil membuat permasalahan tersebut menjadi bisa
diredam di pasar. Selain itu praktik jual beli dalam bisnis syariah juga
dapat membuat kehidupan menjadi aman dan sejahtera dapat tercipta.

1.2 Saran
Penulisan makalah ini dapat digunakan untuk pedoman seluruh lapisan
masyarakat yang tertarik mempelajari bisnis syariah, kami memberi saran
kepada beberapa golongan antara lain:
1. Mahasiswa, sebagai orang yang sedang menempuh ilmu dalam bangku
kuliah mahasiswa perlu mempelajari konsep bisnis syariah sangat penting.
Sebagai bentuk mempersiapkan dan pengetahuan tentang praktik-praktik
bisnis yang sesuai dengan ajaran agama Islam.

10
2. Pelaku bisnis/pengusaha, sebagai pelaku yang langsung menjalankan
aktivitas di dunia bisnis dapat menjadi pedoman untuk melakukan bisnis
yang adil, aman dan seimbang demi menciptakan kegiatan bisnis yang
dapat berkelanjutan.

3. Masyarakat, sebagai masyarakat umum yang ikut terlibat dalam


kegiatan bisnis di gunakan untuk pengetahuan ketika melakukan proses
jual beli di pasar dan sebagai bentuk pencegahan agar tidak menjadi
korban penipuan saat melakukan transaksi.

DAFTAR RUJUKAN

Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, (Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, 2004), Hal: 88

Abdul Aziz Muhammad Azzam, 2011. Fiqih Muamalat Sisitem tranksaksi Dalam
Islam, Jakarta: AMZAH. (Online)
http://repository.uinsuska.ac.id/7012/5/BAB%20III.pdf.

Al-Fauzan, Saleh dkk. 2005. Terj. “Fiqih Sehari-hari”. Jakarta : gema Insani
Pers, (Online) http://eprints.walisongo.ac.id/3759/3/102311004_Bab2.pdf

Azazy Yusup & Rusmani, 2018, PRINSIP BISNIS DALAM PERSPEKTIF


HUKUM EKONOMI ISLAM, Bandung, Fakultas Syariah dan Hukum UIN
Sunan Gunung Djati Bandung. Jurnal Hukum Ekonomi Syariah , Volume V/
Nomor 2/ Juli 2018 (Online) https://core.ac.uk/download/pdf/234031788.pdf

Azzam Abdul, Aziz Muhammad, Fiqh Muamalat System Transaksi dalam Islam
(Jakarta: AMZAH. 2010) h. 215.

Kurniawan Ari, 2017, MUAMALAH BISNIS PERDAGANGAN SYARIAH,


Surabaya, Dosen Fakultas Hukum Universitas Airlangga. Volume 1 No.1
April 2017 (Online) https://core.ac.uk/download/pdf/229568334.pdf.

11
Kusdewanti, A. I & Hendrawaty, R. 2014. Memaknai Manajemen Bisnis Islami
Sebagai Kehidupan Yang Menghidupi. Malang. Imanensi: Jurnal Ekonomi,
Manajemen dan Akuntansi Islam. (Online)
http://jurnal.fordebi.or.id/index.php/home/article/view/16.

Alma, B & Priansa, D.J. 2016. Manajemen Bisnis Syariah. Bandung: Alfabeta

Oktafia, Renny : peranan baitul maal wattamwil (BMT) terhadap upaya perbaikan
moral masyarakat dikawasan dolly Surabaya (2017).

Pasaribu, Chairuman &Surahwardi. K. 1996. Hukum Perjanjian dalam Islam.


Jakarta, (Online) http://eprints.walisongo.ac.id/3759/3/102311004_Bab2.pdf

Rohma Ria & Renny Oktafia, 2017, Riba dalam pandangan islam, Fakultas
Agama Islam, Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

Setiawan, I. 2020. Analisis Peran Perbankan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di


Indonesia: Bank Syariah Versus Bank Konvensional. Bandung. Jurnal
Akuntansi, Ekonomi dan Manajemen Bisnis. (Online).
https://jurnal.polibatam.ac.id/index.php/JAEMB/article/view/1649.

Silmi Dena, 2019, Pengertian dan hukum riba dalam pandangan islam, dunia
halal. (Online) https://duniahalal.com/blog/index.php/2019/09/05/pengertian-
dan-hukum-riba-dalam-pandangan-islam/

Sudarsono. 2001. Pokok-pokok Hukum Islam. Jakarta: Rineka Cipta, (Online)


http://eprints.walisongo.ac.id/3759/3/102311004_Bab2.pdf.

Suhendi, hendi. 2010. Fiqih Muamalah. Jakarta: Rajawali Ekspres, (Online)


http://eprints.walisongo.ac.id/3759/3/102311004_Bab2.pdf

Tim Laskar Pelangi, 2013. Metodologi Fiqih Muamalh. Kediri: Lirboyo Press.
(Online) http://eprints.walisongo.ac.id/3759/3/102311004_Bab2.pdf

12
13

Anda mungkin juga menyukai