Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

PENGERTIAN PENGATURAN DAN BENTUK-BENTUK LEMBAGA

BISNIS SYARI’AH

Disusun Untuk Memenuhi Tugas

Mata Kuliah : Hukum Bisnis Syariah

Dosen Pengampu : Aiyub Anshori, S.H.I,MH

DISUSUN OLEH

Dewa Zuna Azra Buma (191420025)


Syafitri (191420004)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONTIANAK


FAKULTAS AGAMA ISLAM
JURUSAN MANAJEMEN BISNIS SYARIAH
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat,

Inayah, Taufik dan Hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah

sebagai tugas mata kuliah Hukum Bisnis Syariah ini tepat pada waktunya.

Makalah ini berjudul ”PENGERTIAN PENGATURAN DAN BENTUK-

BENTUK LEMBAGA BISNIS SYARI’AH”.

Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan

pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk

maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang

kami miliki sangat kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca

untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk

kesempurnaan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk

maupun pedoman bagi pembaca.

Pontianak, 22 November 2021

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.........................................................................................................

Daftar isi....................................................................................................................

ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.........................................................................................

B. Rumusan Masalah....................................................................................

C. Tujuan Penulisan......................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Bisnis Syariah........................................................................

B. Ciri Khas Bisnis Syariah..........................................................................

C. Lembaga Bisnis Syariah...........................................................................

ii
D. Jenis-Jenis Badan Usaha di Indonesia......................................................

E. Perbedaan Badan Usaha dan Badan Hukum............................................

11

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan..............................................................................................

15

B. Saran.........................................................................................................

16

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................

17

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bisnis syariah belakangan ini semakin populer di Indonesia yang memiliki

penduduk mayoritas Muslim. Jika pada bisnis konvensional lebih mengarah

pada keuntungan yang diperoleh, maka pada bisnis ini lebih mengarah pada

nilai-nilai Islami sesuai dengan Al Quran dan hadist.

Istilah Syariah berasal dari kata syariat yang memiliki arti yaitu hukum

agama yang mengatur hubungan manusia dengan manusia, manusia dengan

alam sekitarnya, dan manusia dengan Allah sesuai dengan Al Quran dan

hadist.

Pasar syariah di Indonesia semakin bergeliat. Pasalnya sekarang

masyarakat menyadari pentingnya syariah dalam dunia transaksi

perekonomian, baik jual beli ataupun yang lain. Tentu saja ini memberikan

angin segar bagi pelaku usaha. Maka tidak heran jika peluang bisnis syariah

kini semakin bermunculan. Terlihat sekarang banyak bank-bank yang berbasis

syariah.

Kemudian mengekor usaha bisnis lain yang ikut menjalankan dengan

sistem syariah. Peluang dan antusiasme masyarakat terhadap syariah inilah

yang kini menjadi daya tarik bagi para pelaku bisnis.

1
B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan bisnis syariah ?

2. Apa saja yang menjadi ciri-ciri bisnis syariah ?

3. Apa yang dimaksud dengan lembaga bisnis syariah ?

4. Apa saja jenis-jenis badan usaha di Indonesia ?

5. Apa perbedaan badan usaha dan badan hukum ?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian bisnis syariah.

2. Untuk mengetahui ciri khas bisnis syariah.

3. Untuk mengetahui lembaga bisnis syariah.

4. Untuk mengetahui jenis-jenis badan usaha di Indonesia.

5. Untuk mengetahui perbedaan badan usaha dan badan hukum.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Bisnis Syariah

Bisnis syariah adalah kegiatan berdagang atau menggerakkan ekonomi

dengan prinsip syariah. Pengertian lain bisnis syariah adalah bisnis yang

dilakukan menurut hukum Islam.

Sejalan dengan pengertian tersebut, Otoritas Jasa Keuangan (OJK)

menjelaskan bahwa dalam bisnis syariah harus dipenuhi unsur-unsur yang

diwajibkan dalam bermuamalah dalam Islam, antara lain produk yang dijual

harus halal dan adanya ijab qabul yang jelas antara pedagang dan pembeli.

Adapun prinsip-prinsip dalam bisnis syariah yaitu :

1. Produk Harus Halal

Dalam bisnis syariah sangat penting mengetahui aspek kehalalan

barang atau jasa yang dijual. Pasalnya, barang yang haram menurut

syariah dari asal muasalnya tidak diperbolehkan untuk diperdagangkan.

Contoh produk haram adalah binatang yang haram atau barang yang

didapatkan dari proses yang haram seperti berjudi dan barang curian.

2. Akad yang Jelas

Bisnis syariah mewajibkan adanya akad yang jelas bahwa barang

itu memang diperdagangkan. Hal ini bertujuan agar tidak mengelabui

orang lain dan tidak menimbulkan bias antara membeli, meminjam, atau

berhutang. Akad bisnis atau ijab qabul harus memenuhi unsur kesepakatan

3
bersama sehingga transaksi antara penjual dan pembeli tidak merugikan

salah satu pihak.

3. Perdagangan Harus Dilakukan Secara Adil

Konsep keadilan dalam bisnis syariah bertujuan agar antara

pedagang dan pembeli tercipta kesepakatan bersama. Dengan demikian,

tidak ada yang merasa dirugikan baik dari sisi pedagang maupun

pembeliHal yang paling krusial dan harus diperhatikan oleh pelaku bisnis

syariah adalah bebas dari riba. Riba sendiri dihukumi haram oleh Islam.

Riba dapat diartikan sebagai pengambilan keuntungan tambahan dari harta

pokok atau modal. Riba termasuk dosa besar dan diungkapkan seperti

memakan bangkai saudara sendiri. Contoh kasus riba adalah memberi

bunga pada pinjaman uang.

4. Bebas dari Gharar dan Maysir

Gharar adalah segala sesuatu yang menimbulkan ketidakpastian

dalam transaksi atau sesuatu yang disembunyikan dalam transaksi

sehingga tidak ada transparansi atau kejelasan antara penjual dan pembeli.

Sedangkan maysir adalah segala sesuatu yang bersifat untung-untungan

sehingga mengandung unsur perjudian di dalamnya.

B. Ciri Khas Bisnis Syariah

Bentuk bisnis syariah sebenarnya tidak jauh berbeda dengan bisnis

umumnya yaitu sebuah usaha untuk memproduksi suatu barang atau jasa

untuk memenuhi kebutuhan konsumennya dan tentunya untuk mencari

4
keuntungan. Hanya saja bisnis ini merupakan implementasi dari aturan Allah.

Sehingga bermuamalah berdasarkan syariat islam. Adapun ciri-cirinya yaitu

1. Selalu berpijak pada nilai-nilai ruhiyah. Yaitu selalu memiliki kesadaran

setiap manusia akan eksistensinya sebagai makhluk ciptaan Allah sehingga

harus selalu berhubungan dengannya.

2. Memiliki pemahaman terhadap bisnis yang halal dan haram. Sehingga para

pelaku bisnis ini memang untuk mengetahu benar-benar mengenai fakta

mana yang diizinkan dalam aturan syariah mana yang tidak boleh.

3. Mengimplementasikan aturan secara syari. Jadi harus memiliki kesesuaian

antara teori dan praktik. Antara yang menjangkau dan apa yang diterapkan

bukan sekedar melihat untung dan rugi.

4. Tidak hanya berorientasi pada dunia namun juga akherat. Mendapatkan

keuntungan yang sebanyak-banyaknya di dalam Islam itu hanya

diperbolehkan bukan hanya itu orientasinya. Namun dengan menjadikan

bisnis yang dikerjakannya sebagai ladang ibadahnya akan menghasilkan

pahala.

C. Lembaga Bisnis Syariah

Lembaga bisnis syariah merupakan salah satu instrument yang digunakan

untuk mengatur aturan-aturan ekonomi Islam. Sebagai bagian dari sistem

ekonomi, lembaga tersebut mencakup bagian dari keseluruhan sistem sosial

masyarakat. Dalam lembaga bisnis syariah terdapat Lembaga keuangan

syariah yang merupakan lembaga keuangan yang menjalankan kegiatannya

dengan berlandaskan prinsip syariah Islam. Lembaga Keuangan Syariah

5
terdiri dari Bank dan non Bank (Asuransi, Pegadaian, Reksa Dana, Pasar

Modal, BPRS, dan BMT) Bentuk sistem keuangan atau lembaga keuangan

yang sesuai dengan prinsip Islam ádalah terbebas dari unsur riba. Lembaga

keuangan syariah berkembang dengan baik ke negeri-negeri non-Muslim

seperti: Amerika, Inggris, Swiss, dan lain-lainnya (Djalil dalam Triyuwono,

2006: 17). Sedangkan untuk konteks Indonesia menurut Ikatan Akuntan

Indonesia (2010) bahwa sistem ekonomi dan bisnis berlandaskan sistem

ekonomi Islam berkembang pesat di Indonesia.Perkembangan ini terutama

terjadi di sektor keuangan.Tren menunjukkan perkembangan bisnis sektor riil

berbasis syariah adalah “the next big thing” yang harus siap

diantisipasi.Perbankan syariah dan produk-produknya telah beredar luas di

masyarakat, selain itu asuransi syariah dan reksadana syariah juga sudah mulai

bermunculan.

Seiring dengan perkembangan bank syariah, akuntansi juga akan terkena

imbasnya. Hal itu memang sangat mungkin karena bentuk akuntansi itu

sendiri di satu sisi sangat dipengaruhi oleh lingkungannya, di sisi yang lain

setelah akuntansi dibentuk oleh lingkungannya, akuntansi akan mempengaruhi

lingkungannya (Mathews dan Perera dalam Triyuwono 2006: 18). Di sini

peran akuntan sangat besar dalam melakukan pengembangan ilmu akuntansi

syariah dan mengawal penerapan akuntansi syariah dalam tataran praktik.

Keberlangsungan sistem ekonomi syariah sangat bergantung kepada

kepercayaan masyarakat yang merupakan stakeholder di dalamnya yang

menuntut transparansi dan akuntabilitas. Oleh karena itu, diperlukan dukungan

6
tenaga akuntansi syariah yang handal dan terpercaya dalam mengelola

lembaga syariah (Ikatan Akuntan Indonesia, 2010). Profesi di bisnis syariah

ini menuntut keahlian dan kemampuan yang unik.Akuntansi konvensional

yang selama ini berjalan memiliki banyak ketidaksesuaian dengan prinsip-

prinsip syariah. Hal itu disebabkan akuntansi konvensional lahir dari sistem

ekonomi kapitalis sedangkan akuntansi syariah yang merupakan turunan dari

sistem ekonomi Islam lahir dari nilai-nilai islam. Profesional yang bekerja di

bisnis syariah ini harus dapat menjamin semua transaksi keuangan

dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip syariah dan sejalan dengan standar

akuntansi keuangan syariah. Selain itu laju perkembangan dunia bisnis dewasa

ini menuntut profesional yang bekerja di bisnis syariah memiliki pemahaman

yang memadai terkait sumber nilai dari bisnis syariah yakni nilainilai Islam,

paradigma transaksi syariah, azas transaksi syariah, dan standar akuntansi

syariah.Hal tersebut dibutuhkan, agar mampu memberikan profesional

judgment, terutama dalam menghadapi kondisi ke tidak pastian.

Menjadi seorang akuntan yang taat syariah adalah sebuah pilihan

hidup.Akuntansi syariah yang telah berkembang menjadi alternatif bagi

seorang calon akuntan sebagai sebuah lahan pekerjaan yang memilki keunikan

tersendiri.Namun pilihan tersebut sangat dipengaruhi oleh persepsi yang

terbangun dalam benak calon akuntan. manusia selalu mengatur tingkah

lakunya (termasuki pilihan-pilihannya) di dalam kehidupan sesuai dengan

mafahim (persepsi) yang dimilikinya

7
D. Jenis-Jenis Badan Usaha di Indonesia

Secara garis besar, badan usaha merupakan sebuah bentuk dari kesatuan

hukum, ekonomis, dan teknis yang memiliki tujuan utama untuk mendapatkan

keuntungan atau profit dari aktivitas utamanya. Sering kali, badan usaha

digunakan sebagai istilah yang sama dengan perusahaan, meskipun keduanya

sebenarnya merupakan dua istilah yang berbeda.

Terdapat beberapa perbedaan utama antara badan usaha dengan

perusahaan, dengan perbedaan yang paling mencolok adalah posisi badan

usaha sebagai lembaga, dan perusahaan sebagai sebuah tempat di mana sebuah

badan usaha mengelola berbagai faktor produksi.

1. Perusahaan Perseorangan

Jenis perusahaan yang satu ini merupakan sebuah bentuk usaha

yang paling sederhana dengan kepemilikan yang hanya dipegang oleh

satu orang. Gampangnya, perusahaan atau bisnis perseorangan bisa

dibuat oleh siapa saja. Karena itu, tak heran kalau banyak perusahaan

perseorangan yang bergerak sebagai sebuah bisnis kecil dengan jumlah

modal yang relatif minim, memiliki sumber daya yang terbatas,

kuantitas produksi yang juga terbatas, hingga penggunaan alat

produksi dengan teknologi yang relatif sederhana.

Perusahaan perseorangan dapat dibentuk tanpa adanya tata cara

tertentu. Karenanya, bentuk usaha yang satu ini bisa dengan mudah

didirikan, tapi dapat dibubarkan dengan mudah juga.

8
2. Persekutuan Perdata

Dalam persekutuan perdata, bisnis didirikan oleh dua partner atau

lebih yang umumnya memiliki profesi yang sama, serta ingin

berhimpun dengan menggunakan nama bersama. Di dalam KUH

Perdata Pasal 1616, persekutuan perdata dijelaskan sebagai sebuah

perjanjian di mana dua orang atau lebih yang terlibat mengikatkan diri

untuk menyetorkan sesuatu ke dalam persekutuan yang dibuat dengan

tujuan untuk membagi keuntungan yang terjadi di dalam persekutuan.

Dengan demikian, bisa disimpulkan bahwa segala hal yang terkait

dengan persekutuan perdata – operasional, wewenang dan tanggung

jawab, hingga bagi hasil atau laba – ditentukan di dalam surat

perjanjian yang dibuat bersama-sama.

3. Persekutuan Firma

Persekutuan firma nyaris sama dengan persekutuan perdata, hanya

saja bentuknya lebih khusus – persekutuan firma didirikan oleh dua

orang atau lebih yang menggunakan nama bersama untuk menjalankan

perusahaan, dengan tanggung jawab masing-masing pemilik atau

sekutu ditentukan berdasarkan tanggung rentang.

Maksud dari istilah tanggung rentang misalnya apabila salah satu

sekutu membuat utang, utang tersebut juga akan mengikat para sekutu

lain. Di samping itu, tanggung jawab yang dikenakan bukan hanya

terbatas dalam modal yang disetor, tapi juga seluruh kekayaan pribadi

masing-masing sekutu.

9
4. Persekutuan Komanditer

Persekutuan komanditer bisa dibilang merupakan pengembangan

dari persekutuan firma, namun terdapat sekutu pasif yang hanya

menanamkan modal – sekutu yang ikut menjalankan perusahaan

disebut sebagai sekutu aktif. Karenanya, ketentuan terkait dengan

pembagian keuntungan sebagai hasil dari operasional perusahaan juga

tidak selalu sesuai berdasarkan proporsi modal yang disetor terhadap

total modal yang ada, tapi juga berdasarkan kontribusi sekutu dalam

operasional perusahaan. Tentunya, ketentuan tersebut juga tertuang di

dalam surat perjanjian yang mengikat seluruh sekutu.Perseroan

Terbatas

Perseroan Terbatas alias PT barangkali merupakan jenis badan

usaha yang paling familiar karena penggunaan namanya yang bisa

dengan mudah ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. PT sendiri

merupakan sebuah badan hukum yang menjalankan usaha dan

permodalannya terdiri atas saham-saham yang dipegang oleh para

pemiliknya.

Dengan demikian, besar atau ukuran kepemilikan PT diketahui

berdasarkan jumlah saham yang ia miliki dibandingkan dengan total

nilai saham secara keseluruhan. Saham tersebut merupakan modal

sejak pendirian hingga operasional PT sehari-hari. Jumlah saham

sendiri juga bisa berubah – bertambah maupun berkurang – yang

pastinya akan memengaruhi nilai modal yang dimiliki. Hanya saja,

10
perubahan jumlah saham tidak bisa dibuat secara sepihak, namun

berdasarkan keputusan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

Masing-masing jenis badan usaha tersebut pastinya memiliki kriterianya

masing-masing, termasuk kelebihan dan kekurangan, hingga syarat resmi

untuk pendiriannya. Ketahui dan pahami masing-masing jenis badan usaha

tersebut untuk membantu Anda memutuskan apa jenis badan usaha yang

paling tepat jika Anda sedang dalam proses untuk mendirikan usaha.

E. Perbedaan Badan Usaha dan Badan Hukum

Sebagian besar dari masyarakat mungkin punya masalah yang sama,

kesulitan membedakan apa sih bedanya badan usaha dan badan hukum? apa

kelebihan dan kekurangan masing-masing pilihan? Ingin berbentuk sederhana,

menengah, atau bentuk yang paling lazim dibuat oleh berbagai usaha. kali ini,

kita akan membahas mengenai apa saja perbedaan antara badan usaha dan

badan hokum.

1. Badan Usaha Tidak Berbadan Hukum

Badan Usaha adalah kumpulan orang dan modal yang bergerak di

bidang usaha bersama. Ciri khusus dalam badan usaha yang tidak

berbadan hukum adalah tidak adanya pemisahan harta kekayaan antara

badan dan pendirinya, sehingga pertanggung jawabannya sampai pada

harta pribadinya.

Percampuran harta dalam badan usaha ini menyebabkan badan

usaha tidak dapat bertindak sendiri secara hukum. Pertanggung

11
jawaban pada badan usaha melekat pada orang dan modal yang

dimiliki pendirinya.

Ada beberapa bentuk badan usaha tidak berbadan hukum yang bisa

kamu gunakan sebagai dasar usaha, ini dia contohnya.

a. Usaha Dagang (UD), adalah usaha yang dibangun dan dikelola oleh

1 orang. Usaha ini lebih sederhana dan lingkupnya tidak besar.

Modal di dalamnya pun terbilang kecil. Usaha Dagang sangat cocok

untuk kamu yang ingin membangun usaha kecil, dijalankan sendiri,

dengan modal sedikit.

b. Firma (Fa), adalah persekutuan 2 orang atau lebih untuk

menjalankan usaha dengan ciri khas menggunakan nama Bersama.

Karena menggunakan nama bersama, maka tanggungjawab dan

risikonya pun ditanggung bersama. Andai salah satu anggota

berhutang, maka semua anggota turut menanggungnya. Firma

biasanya digunakan untuk kategori usaha jasa atau pelayanan seperti

jasa hukum, akuntan.

c. Persekutuan Komanditer (commanditair venootcshaap), adalah

usaha bersama yang didirikan 2 orang atau lebih dengan ciri khusus

adanya pengelola dan pemodal. Bahasa hukumnya sih ada sekutu

aktif (Direktur) dan sekutu pasif (komisaris). Sekutu aktif bertindak

sebagai pengurus, sedangkan sekutu pasif hanya memasukkan

modal dan tidak aktif dalam pengurusan usaha. Dengan perbedaan

kewajiban tersebut, maka tanggungjawab tiap posisi berbeda.

12
2. Badan Hukum

Satu hal yang paling membedakan antara badan usaha tidak

berbadan hukum dan yang berbadan hukum adalah, dalam badan

hukum kekayaan pendiri dan kekayaan Lembaga terpisah. Tidak ada

percampuran harta di dalamnya sehingga secara teori pertanggung

jawaban dalam hal hukum hanya sebatas modal yang disetorkan saja.

Selain itu, usaha yang berstatus badan hukum dapat bertindak atas

namanya sendiri. Misalnya PT Karya Jaya Sentosa dapat bertindak

dengan nama PT tersebut di luar maupun di dalam pengadilan.

Kekhususan tersebut diberikan oleh hukum karena bentuknya yang

dianggap sebagai “subyek tersendiri” dalam hukum.

a. PERSEROAN TERBATAS (PT). adalah bentuk usaha berbadan

hukum yang didirikan oleh 2 orang atau lebih dengan saham dan

modal tertentu. Pengaturan mengenai Perseroan Terbatas dan diatur

dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan

Terbatas. Dalam PT, terdapat 3 organ penting yakni Direksi,

Komisaris dan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Bentuk

usaha inilah yang paling ideal digunakan.

b. YAYASAN. Adalah badan usaha berbentuk badan hukum yang

terdiri atas kekayaan terpisah dan diperuntukkan mencapai tujuan

tertentu di bidang sosial, keagamaan, dan kemanusiaan, yang tidak

mempunyai anggota. Berbeda dengan PT, Yayasan biasanya

bersifat non profit. Organ penting dalam Yayasan ada 3 yakni

13
pengurus, pembina dan pengawas. Pengaturan mengenai Yayasan

tunduk pada Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang

Yayasan Juncto Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang

Yayasan.

c. PERKUMPULAN. Yayasan dan perkumpulan memiliki

karakteristik yang hampir sama, perbedaan keduanya adalah

pertama, dalam perkumpulan tidak berbasis anggota. Kedua,

Yayasan bersifat non profit sementara perkumpulan tidak secara

khusus diatur larangan mengenai hal tersebut. Ketiga, perkumpulan

dapat berbentuk badan hukum atau tidak berbadan hukum.

Pengaturan mengenai Perkumpulan dapat kita lihat pada beberapa

aturan berikut yaitu, Permenkumham Nomor 3 tahun 2016 tentang

tata cara Pengajuan Permohonan Pengesahan Badan Hukum dan

Persetujuan Perubahan Anggaran dasar Perkumpulan, Staatsblad

Nomor 64 Tahun 1870 tentang Perkumpulan berbadan Hukum dan

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1985 tentang Organisasi

Masyarakat (tidak berbadan hukum).

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Bisnis syariah adalah kegiatan berdagang atau menggerakkan ekonomi

dengan prinsip syariah. Pengertian lain bisnis syariah adalah bisnis yang

dilakukan menurut hukum Islam. Adapun prinsip-prinsip dalam bisnis syariah

meliputi produk harus halal, akad yang jelas, perdagangan harus dilakukan

secara adil, serta bebas dari gharar dan maysir. Bisnis syariah memiliki ciri

khas tersendiri yaitu selalu berpijak pada nilai-nilai ruhiyah, memiliki

pemahaman terhadap bisnis yang halal dan haram, mengimplementasikan

aturan secara syari, dan tidak hanya berorientasi pada dunia namun juga

akherat.

Lembaga bisnis syariah merupakan salah satu instrument yang digunakan

untuk mengatur aturan-aturan ekonomi Islam. Sebagai bagian dari sistem

ekonomi, lembaga tersebut mencakup bagian dari keseluruhan sistem sosial

masyarakat. Adapun jenis-jenis badan usaha di Indonesia dibagi menjadi 4

yaitu perusahaan perseorangan, persekutuan perdata, persekutuan firma, dan

persekutuan komanditer.

Badan usaha berbeda dengan badan hukum. Badan Usaha adalah

kumpulan orang dan modal yang bergerak di bidang usaha bersama. Ciri

khusus dalam badan usaha yang tidak berbadan hukum adalah tidak adanya

pemisahan harta kekayaan antara badan dan pendirinya, sehingga pertanggung

jawabannya sampai pada harta pribadinya. Hal yang paling membedakan

15
antara badan usaha tidak berbadan hukum dan yang berbadan hukum adalah,

dalam badan hukum kekayaan pendiri dan kekayaan Lembaga terpisah. Tidak

ada percampuran harta di dalamnya sehingga secara teori pertanggung

jawaban dalam hal hukum hanya sebatas modal yang disetorkan saja.

Selain itu, usaha yang berstatus badan hukum dapat bertindak atas

namanya sendiri.

B. Saran

Sebagai seorang mahasiswa yang bijasana dan berwibawa, alangkah

baiknya tidak hanya sekadar mempelajari makna dari bisnis syariah itu saja,

melainkan juga harus bisa menerapkan di dalam kehidupan masyarakat. Jika

bisnis konvensional lebih mengarah pada keuntungan yang diperoleh, maka

bisnis syariah lebih mengarah pada nilai-nilai Islami sesuai dengan Al-Qur’an

dan Hadist.

Untuk itu diperlukannya kesadaran bahwa hidup bukan hanya untuk

memikirkan keuntungan di dunia saja melainkan juga di akhirat karena segala

sesuatu yang dilakukan di dunia saat ini akan dipertanggungjawabkan di

akhirat kelak. Sehingga di perlukannya ilmu tentang syariah khususnya bisnis

syariah agar setiap orang melakukan bisnis tidak melenceng dari ajaran agama

Islam.

Bukan mengenai seberapa banyak ilmu atau informasi yang kita dapat,

melainkan seberapa besar penerapan yang kita berikan terhadap masyarakat,

yang tentunya bisa membawa dampak positif apabila dilakukan dengan sebaik

mungkin.

16
DAFTAR PUSTAKA

https://www.google.com/amp/s/penerbitbukudeepublish.com/materi/

pengertian-bisnis-syariah-prinsip-dan-contoh/amp/

https://blog.amartha.com/bisnis-syariah-definisi-jenis-dan-perbedaan-dengan-

bisnis-biasa/

17

Anda mungkin juga menyukai