Anda di halaman 1dari 17

MODUL

HUKUM BISNIS
(FEB 513)

MODUL SESI 7
HUKUM BISNIS SYARIAH

DISUSUN OLEH
ELISTIA SE, MM

UNIVERSITAS ESA UNGGUL


2020

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 0 / 17
HUKUM BISNIS SYARIAH

A. Pengertian Hukum Bisnis Syariah

Bisnis Syariah saat ini sedang diuji oleh realitas perekonomian dunia
termasuk Indonesia, yaitu dengan adanya gejolak moneter internasional baru-baru
ini dan bahkan masih terasa dampaknya. Banyak ahli ekonomi yang mengatakan
bahwa bisnis syariah tidak akan terpengaruh oleh gejolak tersebut. Karena bisnis
syariah tidak menggunakan sistim riba dan bergerak di bidang sektor riil. Sektor
rill tidak akan dapat dipengaruhi oleh gejolak dan spekulasi moneter.Islam juga
sangat menjunjung tinggi nilai setiap usaha baik usaha mandiri maupun bekerja
pada orang lain agar manusia dapat sejahtera.
Sebagai upaya memberikan pengarahan kepada lembaga perekonomian
syariah dan juga kepada nasabah lembaga ekonomi syariah maka perlu dilakukan
penguatan dalam aspek hukum bisnis syariah, yaitu : Mengenalkan hukum Islam
dalam masalah bisnis, Mengenalkan perundangan-undangan tentang bisnis baik
konvensional maupun syariah yang berlaku di Indonesia, Aspek hukum apa saja
yang terdapat pada bisnis syariah, Mengenalkan cara penyelesaian sengketa bisnis
syariah. Segala usaha manusia dalam memenuhi kebutuhan hidup berupa aktifitas
produksi, distribusi, konsumsi dan perdagangan baik berupa barang maupun jasa
yang sesuai dengan aturan-aturan dan hukum-hukum Allah yang terdapat dalam al
Qur’an dan as Sunnah. Walaupun cakupannya luas namun tujuan hakikinya
adalah pertukaran barang dan jasa, dan pertukaran itu dipermudah oleh medium
penukar yaitu uang. Oleh karena itu bisnis dalam pengertian umum tidak dapat
dipisahkan dari uang dan demikian pula sebaliknya.
Bisnis merupakan suatu unsur penting dalam masyarakat. Hampir semua
orang terlibat di dalamnya. Semua membeli barang atau jasa untuk bisa hidup atau
setidak-tidaknya bisa hidup lebih nyaman.Bisnis pada dasarnya berperan sebagai
jalan bagi manusia untuk saling memenuhi keinginan dan kebutuhannya. Akan
tetapi masalah keinginan dan kebutuhan manusia tak terbatas sedangkan sumber
daya yang tersedia terbatas, maka perlu adanya sistem ekonomi yang harus
menjawab tiga pertanyaan dasar, yaitu apa saja yang perlu diproduksi, bagaimana
memproduksinya dan untuk siapa produks iitu.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 1 / 17
Hukum bisnis syariah juga diciptakan untuk menjamin keadilan dan
kepastian, serta diharpkan dapat berperan untuk menjamin ketenraman warga
masyarakat dalam mewujudkan tujuan tujuan hidupnya. Salah satu aspek
terpenting dalam upaya mempertahankan eksistensi manusia dalam masyarakat
adalah membangun sistem perekkonomian yang dapat mendukung upaya
mewujudkan tujuan hidup itu.1
Sistem bisnis yang sehat seringkali bergantung pada sistem perdagangan
yang sehat pula, sehingga masyarakat membutuhkan seperangkat aturann yang
dengan pasti dapat diberlakukan untuk menjamin terjadinya sistem perdagangan
tersebut.

Aturan-atuaran hukum hukum itu dibutuhkan karena :


a. Pihak-pihak yang terlibat dalam persetujuan bisnis itu membutuhkan
sesuatu yang lebih kuat dari pada sekedar janji serta itikad baik saja.
b. Adanya kebutuhan unuk menciptakan upaya-upaya hukum yang dapat
digunakan seandainya salah satu pihak tidak melaksanakan kewajibannya
tidak memenuhi janjinya.
1. Sumber Hukum Bisnis Syariah
1. Al Quran
Al-Quran adalah sumber pertama dan utama bagi ekonomi syariah. Al-
Qur’an juga memberikan hukum-hukum ekonomi yang sesuai dengan
tujuan dan cita-cita ekonomi Islam itu sendiri. Al-Qur’an memberi
hukum-hukum ekonomi yang dapat menciptakan kesetabilan dalam
perekonomian itu sendiri.
banyak ayat alquran yang menjelaskan tentang bisnis: jual beli,
perniagaan dan perdagangan.2

1
Lindawaty , sewu, Hukum Bisnis Dalam Persepsi Manusia Moderen ( Bandung: Refika
Aditama, 2004), hlm26
2
Mardani, Ayat-ayat dan hadis ekonomi syariah.(Jakarta, Rajawali Press,cet. 2, 2012), hlm.Vii

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 2 / 17
2. Hadits (As-Sunnah)
Al hadis yaitu sesuatu yang diriwayatkan dari Rasulullah SAW, baik
berupa perkataan, perbuatan, dan ketetapannya setelah beliau diangkat
menjadi Nabi. 3 Banyak hadis Rasulullah yang menjelaskan tentang
bisnis syariah, dianataranya adalah “ Pedagang yang dapat dipercaya
adalah pedagang yang senantiasa berkata jujur sebagaimana para
Nabi, para Sadiqin, dan para syuhada‟.” (HR. Tirmidzi)
3. Ijma’
Ijma’ adalah sumber hukum yang ke tiga, yang mana merupakan
kesepakatan para mujtahid dari kalangan umat islam tentang hukum
syara’ pada suatu masa setelah wafatnya Rasulullah SAW.4
4. Ijtihad atau Qiyas
Ijtihad merupakan usaha untuk menemukan sedikit banyaknya
kemungkinan suatu pesoalan syariat. Sedangkan Qiyas adalah
pendapat yang merupakan alat pokok ijtihad yang dihasilkan melalui
penalaran analogi.

B. Prinsip-Prinsip Bisnis Syariah


1. Prinsip Umum Bisnis Syariah

Menurut Fathurrahman Djamil, dalam bisnis syariah, terdapat beberapa


prinsip dasar yang harus diperhatikan yaitu:5
Pertama, kaidah fikih (hukum Islam yang menyatakan, “Pada dasarnya
segala bentuk muamalah adalah boleh kecuali ada dalil yang
mengharamkannya.”
Ini mengandung arti, bahwa hukum Islam memberi kesempatan luas bagi
perkembangan bentuk dan jenis muamalah (bisnis) baru sesuai dengan

3
Muhyiddin Athiyah, Kamus Ekonomi Islam, (Surakarta: Ziyad Books, cet. , 2019), hlm.62-63
4
Satria Efendi M.Zein, Ushul Fiqh, (Jakarta: Kencana, cet. 2, 2008), hlm.125
5
Fathurrahman Djamil, Hukum Ekonomi Islam, (Jakarta: Sinargrafika, 2013), hlm. 152.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 3 / 17
perkembangan kebutuhan hidup masyarakat, termasuk di dalamnya
kegiatan transaksi di lembaga keuangan syariah.
Kedua, muamalah dilakukan dengan atas dasar pertimbangan
mendatangkan manfaat dan menghindarkan mudarat (Jalbu al-mashalih
wa dar‟u al-mafashid) atau sering disebut mashlahah (kemaslahatan).
Kensekuensi dari prinsip ini adalah segala bentuk muamalah yang dapat
merusak atau mengganggu kehidupan masyarakat tidak dapat dibenarkan,
seperti perjudian, penjualan narkotika, prostitusi, dan sebagainya.
Ketiga, muamalah dilakukan dengan memelihara nilai keseimbangan
(tawazun) dalam pembangunan.
Konsep keseimbangan dalam konsep syariah/muamalah Islam meliputi
berbagai segi, antara lain keseimbangan antara pembangunan material dan
sepiritual; pengembangan sektor keuangan dan sektor riil; dan
pemanfaatan serta pelestarian sumber daya. Pembangunan ekonomi
syariah tidak hanya ditujukan untuk pengembangan sektor korporasi,
namun juga pengembangan sektor usaha kecil dan mikro yang terkadang
luput dari upaya-upaya pengembangan sektor ekonomi secara keseluruhan.
Keempat, muamalah dilaksanakan dengan memelihara nilai keadilan dan
menghindari unsur-unsurkezaliman. Segala bentuk muamalah yang
mengandung unsur penindasan tidak dibenarkan.
Keadilan adalah menempatkan sesuatu hanya pada tempatnya dan
memberikan sesuatu hanya pada yang berhak, serta memperlakukan
sesuatu sesuai posisinya. Implementasi keadilan dalan aktivitas ekonomi
berupa aturan prinsip muamalah melarang adanya unsur riba, zalim,
masyhir, gharar, objek transaksi haram.

2. Prinsip Khusus Bisnis Syariah

Secara khusus prinsip muamalah (bisnis) ini dikatagorikan pada dua hal,
yaitu hal-hal yang diperintahkan untuk dilakukan dalam kegiatan muamalah
(bisnis) dan hal-hal yang dilarang untuk dilakukan dalam kegiatan muamalah
(bisnis).

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 4 / 17
a. Hal-hal yang Diperintahkan untuk Dilakukan
Prinsip-prinsip bisnis syariah yang diperintahkan, yaitu:6
1. Jujur dalam takaran dan menimbang.
2. Menjual barang yang halal.
3. Menjual barang yang baik mutunya.
4. Tidak menyembunyikan cacat barang.
5. Tidak melakukan sumpah palsu.
6. Longgar dan murah hati.
7. Tidak menyaingi penjual lain.
8. Tidak melakukan riba.
9. Mengeluarkan zakat bila telah sampai nishab dan haulnya.

b. Hal-hal yang Dilarang untuk Dilakukan


Hal-hal yang dilarang dalam bisnis syariah yaitu sebagai berikut:
1. Larang riba.
Riba berarti az-ziyadah (tambahan), an-nama‟ (tumbuh). Istilah riba telah
digunakan oleh masyarakat jahiliah, dimana riba yang diaplikasikan pada
masa itu adalah tambahan dalam bentuk uang akibat penundaan pelunasan
utang. Dengan demikian, riba dapat diartikan dengan tambahan yang
disyaratkan dalam transaksi bisnis tanpa ada ganti rugi yang sah kepada
penambahab tersebut, dan ini merupakan riba yang dimaksud dalam Al-
Qur’an.7 Riba hukumnya haram, berdasarkan QS. al-Baqarah (2): 275:
“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri
melainkan seperti berdirinya orang yang kerasukan setan lantaran
(tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah
disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu
sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba. Orang orang yang telah sampai kepadanya larangan
dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya

6
Veitsal Rivai et al., Islam Business, Loc., cit, hlm. 28.
7
Veitsal Rivai et al., Islam Business, Loc., cit, hlm. 30.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 5 / 17
apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datangnya larangan); dan
urusannya (terserah) kepada Allah. Orang-orag yang mengulangi
(mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghinu neraka;
mereka kekal di dalamnya.”

C. Asas-asas Hukum Bisnis Syariah


Ada beberapa asas dalam hukum bisnis syariah, yaitu:8
1. kebebasan dalam kepemilikan dan usaha bisnis.
Adalah seseorang bebas memiliki harta dan mengelolanya, sekaligus
melakukan berbagai transaksi yang dikehendakinya selama tidak
melanggar aturan syara‟.
2. Keadilan dalam produksi dan distribusi.
Adalah secara umum, orentasi produksi dalam bisnis syariah bertujuan
untuk mencari nilai tambah dan keuntungan dengan nilai ibadah
3. Komitmen terhadap akhlakul karimah dalam praktik bisnis.
Hal ini sesuai dengan tujuan diutusnya Rasulullah SAW, sebagaimana
sabdahnya: “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak
yang mulia.” (HR. Al-Bazzar)

D. Bentuk Bisnis Syariah

Perdagangan (bisnis) sebagai alat pertukaran dapat dilihat dari massa dan
objeknya. Adapun dari objek pertukaran terdiri dari asset riil,yaitu barang,
manfaat atau kegunaan dan asset keuangan yaitu uang dan sekuritas. Untuk
kedua asset ini dapat dipertukarkan, sebagimana uraian berikut:9
a. Pertukaran „ayn dengan „ayn
Pertukaran seperti ini biasanya terjadi pada barter atau pertukaran barang
dengan barang biasanya dilakukan dalam kualitas yang sama, jumlah yang
sama serta diserahkan secara tunai.

8
A. Kadir, Loc. Cit., hlm. 32.
9
Hulwati, Loc. Cit., hlm. 24-25.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 6 / 17
b. Pertukaran „ayn dengan dayn
Pertukaran dapat saja terjadi antara benda dengan pembayaran yang
dilakukan secara berhutang (dayn) atau sebaliknya.
c. Pertukaran dayn dengan dayn
Yaitu pertukaran dua hal yang tertunda (nasi‟ah), yang dimaksud dengan
nasi‟ah di sini dapat terjadi pada pengalihan barang (kepemilikan) dan
pembayaran tertunda. Disamping itu, juga dapat terjadi pada pertukaran
barang dengan barang atau uang dengan uang secara tangguh.

E. Aktivitas Bisnis pada Masa Sebelum Islam dan Masa Rasulullah SAW

Manusia saling terlibat urusan-urusan ekonomi, termasuk perdagangan,


jauh sebelum masa Fir’aun, itu berarti jauh sebelum manusia mengenal tulisan
dalam pengetian sekarang.10 Kegiatan bisnis juga dilakukan oleh para nabi seperti
diungkapkan dalam hadist riwayat Al-Hakim: bahwasanya Nabi Daud adalah
seorang ahli pertenunan (kain dan baju besi). Nabi Adam adalah seorang petani,
Nabi Nuh seorang tukang kayu, Nabi Idris seorang tukang jahit, sedangkan Nabi
Musa adalah seorang pengembala.
Bisnis (perdagangan) juga telah dilakukan sejak zaman arab kuno. Hal ini
dapat diketahui melalui firman Allah SWT dalam QS. al-Quraisy (106) 1-4:
“Karna kebiasaan orang-orang quraisy, (yaitu) kebiasaan mereka bepergian
pada musim dingin dan musim panas. Maka hendaklah mereka menyembah tuhan
pemilik rumah ini (ka‟bah). Yang telah memberikan makanan kepada mereka
untuk menghilangkan lapar dan mengemankan mereka dari ketakutan.”
Dalam ayat tersebut dapat diketahui bahwa kaum Quraisy mempunyai
kebiasaan bepergian, mengadakan perjalanan, baik pada musim dingin, maupun
pada musim panas dalam rangka kegiatan perdagangan.
Beberapa sahabat seperti Abdullah ibn Abbas, Mujahid ibn Jabbar, dan
lainnya bahwa ayat-ayat diatas memperlihatkan bahwa kegiatan ibadah haji
berada di Mekkah sejak Nabi Ibrahim. Menurut Mujahid ibn Akbar dan Atha ibn
Abi Rabiah, Mekkah juga merupakan tempat yang mendunia, aktivitas spiritual

10
Agus Trianta, Loc. cit, hlm. 145.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 7 / 17
dan urusan-urusan lain orang Arab dan non Arab, seperti kegiatan haji dan
perdagangan yang telah terjadi sebelum dan setekah Islam lahir.
Bisnis yang dilakukan di Mekkah ketika itu jauh dari norma dan etika
Islam. oleh karena itu, Islam datang untuk merevormasi perdagangan. Misalnya
tedapat di surat Makiyah, Al-Qur’an menyatakan bahwa Islam sangat tegas
mendorong untuk melakukan aktivitas perdagangan dan komersial. Diantaranya
terdapat dalam QS. An-Naba (78): 11: “Dan kami jadikan siang untuk kehidupan.”

F. Prospek Bisnis Syariah di Indonesia

Bisnis syariah di Indonesia mempunyai prospek yang baik diantaranya


11
yaitu:
1. Hancurnya sistem ekonomi sosialis
2. Perkembangan ekonomi syariah di Indonesia yang sangat signifikan
3. Tumbuhnya lembaga pendidikan menengah dan tinggi yang membuka
program studi ekonomi syariah atau bisnis syariah
4. Tumbuhnya wacana ekonomi syariah dalam berbagai forum ilmiah,
seperti seminar, loka karya, diklat dan lain-lain.

Tantangan Bisnis Syariah di Indonesia

Ada beberapa faktor yang menjadi tantangan atau hambatan perkembangan


bisnis syariah, diantaranya sebagai berikut:12
1. Rendahnya kesadaran umat
Masih rendahnya kesadaran umat Islam tentang bisnis syariah, bahkan
banyak diantara umat Islam yang tidak mengetahui konsep bisnis syariah.
2. Rendahnya sumber daya manusia.
Masih cukup banyak praktisi lembaga keuangan syariah yang pengetahuan
mereka tentang konsep bisnis syariah.
3. Dukungan sistem

11
M. Ismail Yusanto dan M. Arif Yunus, Pengantar Ekonomi Islam, (Bogor: Al-Azhar Press, cet.
Ke-2, 2011), hlm. 97.
12
Ibid.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 8 / 17
Walaupun sudah berlaku dua sistem ekonomi, yaitu ekonomi konvensional
dan ekonomi syariah, tetapi banyak lembaga keuangan syariah yang masih
belum mempunyai peraturan perundang-undangan sendiri, seperti
pegadaian syariah, asuransi syariah, pasar modal syariah dan seterusnya.
4. Globalisasi
Era globalisasi menjadi tantangan tersendiri bagi bisnis syariah yang
sampai sekarang dikuasai oleh bisnis konvensional (kapitalis).

G. Perkembangan hukum bisnis syariah di Indonesia

Ada beberapa peraturan yang mendukung perkembagan hukum bisnis


syariah di Indonesia, diantaranya:
1. Undang-Undang nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan
2. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 1992 tentang Bank Berdasarkan
Bagi Hasil
3. Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1992 tentang Bank Pengkreditan
Rakyat Berdasarkan Bagi Hasil
4. Undang-Undang Nomor 10 Tahun Tahun 1998 ntentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan
5. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah
6. Undang-Unang Nomor 19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah
Negara
7. Peraturan Mahkamah Agung (PERMA) No. 2 tahun 2008 tentang
Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah.

H. Aspek Hukum Pasar Modal Syariah


Salah satu kelemahan Pasar modal konvensional adalah menyalahgunakan
uang dari alat bayar menjadi barang dagangan. Uang dibuat tujuan aslinya adalah
sebagai alat tukar bukan sebagai barang dagangan. Pasar modal dibuat juga
demikian tujuannya adalah untuk menghimpun modal dari investor guna
disalurkan untuk progrtam pembiayaan. Namun sekarang pasar modal telah
berubah menjadi perdagangan uang.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 9 / 17
Disinilah perlunya kehadiran pasar modal syariah yang dapat menjamin
aspek kenyamanan kustumer terutama dibidangan agama. Ada beberapa transaksi
yang dilarang dalam Islam yaitu :
1. Pelaksanaan transaksi harus dilakukan menurut prinsip kehati-hatian serta
tidak diperbolehkan melakukan spekulasi dan manipulasi yang didalamnya
mengandung unsur dharar, gahar, riba, maisyir, riswah, maksiat dan
kezaliman.
2. Transaksi yang mengandung dharar, gharar, riba, maisyir, riswah, maksiat,
dan kezaliman meliputi :
a. Najsy yaitu melakukan penawaran palsu.
b. Ba’i al-ma’dum yaitu melakukan penjualan atas barang (Efek yang
belum dimiliki (short selling)
c. Insider trading yaitu memakai informasi orang dalam untuk memperoleh
keuntungan atas transaksi yang dilarang.
d. Menimbulkan informasi yang menyesatkan.
e. Margin Trading, yaitu melakukan transaksi atas Efek dengan Fasilitas
pinjaman berbunga atas kewajiban penyelesaian pembelian efek Efek
tersebut.
f. Ihtikar (penimbunan) yaitu melakukan pembelian atau pengumpulan
suatu Efek untuk menyebabkan perubahan harga Efek dengan tujuan
mempengaruhi pihak lain.
g. dan transaksi-transaksi lain yang mengandung unsur di atas.

Peraturan Perundang-undangan dan Asas-asas


Peraturan Perundang-undangan pada prinsipnya adalah untuk untuk
melindungi semua pihak atau untuk melindungi kepentingan umum. Dalam hal
pereknomian syariah yang yang perlu dilindungi adalah tersedianya pelayan
ekonomi yang berbasis syariah. Karena Indonesia mayoritas muslim dan mereka
butuh tersedia pelayanan ekonomi yang sesuai syariah.
Di samping itu juga perlu dilindungi kepentingan masyarakat umum, dan
kepentingan negara yang mengurusi seluruh masyarakat Indonesia dari berbagai
latar belakang suku, adat, ras dan agama. Tidak di benarkan membentuk peraturan

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 10 / 17
yang ditujukan untuk menindas dan menyakiti pihak lain. Namun yang perlu
diperhatikan adalah segala peraturan dan perundang-undangan yang dibuat harus
ditempuh dengan cara-cara elengan dan demokratis.
Di Indonesia sudah ada beberapa undang-undang, peraturan dan lain sebagainya
yang mengatur tentang ekonomi syariah, baik yang yang pengatur perbankan
syariah, asuransi syariah, dan lain sebagainya, namun perlu disempurnakan terus
menerus. Peraturan perundang-undangan itu harus dapat menegakkan asas-asas
perbankan syariah, yang tentunya berbeda dengan perbankan konvensional.

Rambu-rambu Kesehatan Bank


Pada masa-masa dekade terakhir rezim Orde Baru, bank-bank di Indonesia
sering mendapat pujian dari luar negeri dan bahkan ketika itu Indonesia diberi
julukan Macan Asia karena angka pertumbuhan ekonomi Indonesia paling tinggi
di kawasan Asia Tenggara. Pada hal angka pertumbuhan yang menjadi patoksan
waktu itu hanya sektor moneter. Setelah itu apa yang terjadi ? tahun 1997-1998
Indonesia mengalami krisis moneter yang mengakibatkan segala pujian asing
tersebut tidak dapat diterima.
Oleh sebab itu perlu adanya kejujuran untuk memberikan penilaian
terhadap sebuah bank apakah sehat atau tidak sehat. Tidak cukup menilainya dari
aspek moneter saja, akan tetapi aspek pembiayaan, pelayanan dengan prinsip
Know Your Costumers (Kyc), dll.

Bisnis yang Boleh dan yang Terlarang

Dalam qaidah fiqih terdapat suatu rumusan ”Al ashlu fi al asyya’ al ibahah
hatta yadulla ad dalilu ala at tahriimi” yaitu dalam hal muamalah hukum asal
sesuatu adalah dibolehkan hingga ada dalil yang mengaharamkan. Untuk itu kaum
muslimin cukup bertanya tentang apa yang dilarang. Kalau tidak ada larangan
maka berarti hal tersebut dibolehkan. Akan tetapi untuk mengetahui sesuatu itu
dilarang atau tidak dibolehkan maka kita harus berusaha untuk mengetahui atau
mempelajari apakah ada larangan dalam syariat Islam.
Jangan di salah artikan, ”belum tahu hukum” tidak sama dengan ”tidak ada
larangan”. dalam qaidah fiqih dinyatakan ”al yaqiinu la yuzaalu bisysyaki” ambil

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 11 / 17
yang yakin tinggalkan yang ragu. Kalau setelah di selidiki hukum sesuatu ternyata
memang tidak dilarang oleh Al Quran atau Hadis Nabi maka baru kita boleh
mengatakan hukumnya mubah (boleh).

Potensi Konflik
Ada beberapa peluang terjadinya konflik dalam bisnis syariah; pertama
belum terwujudnya sistem pengawasan ekonomi syariah yang betul-betul
berdasarkan syariah. Contohnya pengawasan perbankan syariah dilakukan oleh
Gubernur Bank Indonesia yang notabenenya adalah menganut sitem konvensional.
Kedua ; belum ditemukannnya sistem mudharabah yang betul-betul
berdasarkan syariah. Sistim bagi hasil yang kerap dilakukan adalah pembagian
hasil dari produk mudharabah suatu lembaga keuangan syariah diawal kerjasama,
padahal seharusnya dibagi diakhir kerjasama atau apabila telah ada keuntungan.
Dan juga kerugian kerjasama mudharabah hanya ditanggung oleh nasabah, karena
keuntungan telah dipatok oleh pihak bank dan telah dibayar diawal. Sehingga
pihak bank tetap mendapat keuntungan walaupun pihak nasabah rugi.

I. Aspek hukum Pegadaian Syariah


Secara etimologi dalam bahasa Arab, kata ar-rahn, berarti “tetap” dan
“lestari”. Kata ar-rahn juga berarti Al-Habsu artinya “penahanan” seperti
dikatakan Ni’matun Rahinah, artinya “karunia yang tetap dan lestari”,
sebagaimana firman Allah : “Tiap-tiap pribadi terikat/tertahan (rahinah) atas apa
yang telah diperbuat”. (QS. Al-Mudatsir (74) : 38). Sedangkan secara terminologi
Rahn didefinisikan oleh beberapa ulama fiqh sebagai berikut:
Ulama Malikiyah berpendapat, bahwa yang dimaksud dengan rahn adalah : “harta
yang dijadikan pemiliknya sebagai jaminan utang yang bersifat mengikat”. Ulama
Hanafiyah merumuskan rahn sebagai : “menjadikan sesuatu (barang) jaminan
terhadap hak (piutang) yang mungkin sebagai pembayar hak (piutang) itu, baik
seluruhnya maupun sebagainya”.
Sementara itu, ulama Syafi’iyah dan Hanabilah memberikan definisi rahn :
“menjadikan materi (barang) sebagai jaminan utang, yang dapat dijadikan
pembayar utang apabila orang yang berutang tidak bisa membayar utangnya itu.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 12 / 17
Majelis Ulama Indonesia telah mengeluarkan fatwa ”Bahwa pinjaman dengan
menggadaikan barang sebagai jaminan utang dalam bentuk rahn dibolehkan
dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Mutahin ( penerima barang ) mempunyai hak untuk menahan Marhun
( barang ) sampai semua utang Rahin ( yang menyerahkan barang )
dilunasi.
2. Marhun dan manfaatnya tetap menjadi milik Rahin. Pada prinsipnya,
Marhun tidak boleh dimanfaatkan oleh Murtahin kecuali seizin Rahin,
dengan tidak mengurangi nilai marhun dan pemanfaatanya itu sekedar
pengganti biaya pemeliharaan dan perawatannya
3. Pemeliharaan dan penyimpanan Marhun pada dasarnya menjadi
kewajiban Rahin namum dapat juga oleh Murtahin, sedangkan biaya dan
pemeliharaaan penyimpanan tetap menjadi kewajiban Rahin.
4. Besar biaya pemeliharaan dan penyimpanan Marhun tidak boleh
ditentukan berdasarkan jumlah pinjaman.
5. Penjualan Marhun
 Apabila jatuh tempo, Murtahin harus memperingati Rahin untuk
segera melunasi hutangnya.
 Apa bila Rahin tidak dapat melunasi utangnya, maka Marhun dijual
paksa/dieksekusi melalui lelang sesuai syariah.
 Hasil penjualan Marhun digunakan untuk melunasi hutang, biaya
pemeliharaan dan penyimpanan yang belum dibayar serta biaya
penjualan.
 Kelebihan hasil penjualan menjadi milik Rahin dan kekurangannya
menjadi kewajiban Rahin. jika salah satu pihak tidak menunaikan
kewajiban atau jika terjadi perselisihan diantara dua belah pihak,
maka penyelesaian dilakukan melalui badan Arbitrase syariah
setelah tidak terjadi kesepakatan melalui musyawarah.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 13 / 17
J. Aspek Hukum BMT
BMT adalah sebuah organisasi informal dalam bentuk Kelompok Simpan
Pinjam (KSP) atau Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM). Secara prinsip BMT
memiliki sistem operasi BPR syariah. Namun ruang lingkup dan produk yang
dihasilkan berbeda. Penggunaan badan hukum KSM dan koperasi untuk BMT itu
disebabkan karena BMT tidak termasuk kepada lembaga keuangan formal yang
dijelaskan UU Nomor 7 Tahun 1992 dan UU Nomor 10 Tahun 1998 tentang
perbankan, yang dapat dioperasikan untuk menghimpun dan menyalurkan dana
masyarakat. Menurut undang –undang, pihak yang menghimpun dan menyalurkan
dana masyarakat adalah bank umum dan bank perkreditan rakyat, baik
dioperasikan dengan cara konvensional maupun dengan cara bagi hasil. Namun
demikian, kalau BMT dengan badan hukum KSM atau koperasi itu telah
berkembang dan telah memenuhi syarat-syarat BPR, maka pihak manajemen
dapat mengusulkan diri kepada pemerintah agar BMT itu dijadikan sebagai BPRS
dengan badan hukum koperasi atau perseroan terbatas.
Peran umum BMT yang dilakukan adalah melakukan pembinaan dan
pendanaan yang berdasrkan sistem syariah. Peran ini menegaskan arti penting
prinsip-prinsip syariah dalam kehidupan ekonomi masyarakat. SEbagai lembaga
keuangan syariah yang bersentuhan langsung dengan kehidupan masyarakat kecil
yang seba cukup (ilmu pengetahuan ataupun materi), maka BMT mempunyai
tugas penting dalam segala aspek kehidupan masyarakat.

K. Kesimpulan
Segala usaha manusia dalam memenuhi kebutuhan hidup berupa aktifitas
produksi, distribusi, konsumsi dan perdagangan baik berupa barang maupun jasa
yang sesuai dengan aturan-aturan dan hukum-hukum Allah yang terdapat dalam al
Qur’an dan as Sunnah.
Sumber Hukum Bisnis Syariah adalah Al-Qur’an, Hadits (As-Sunnah),
ijma’, dan Ijtihad atau Qiyas. Asas Hukum Bisnis Syariah meliputi, Asas Ilahiah
atau Asas Tauhid, Asas Kebolehan (Mabda al-Ibahah), Asas keadilan
( Al’Adalah ), Asas persamaan atau Kesetaraan, Asas Kejujuran dan Kebenaran
(Ash Shidiq), Asas Tertulis (Al Kitabah), Asas Iktikad Baik (Asas Kepercayaan),

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 14 / 17
Asas Kemanfaatan dan Kemaslahatan, tidak terdapat ketentuan dalam AL-Quran
dan Al-Hadist, Asas Keseimbangan Prestasi, Asas Kepribadian (personalitas).
Nilai etika,moral,susila atau ahklak adalah nilai-nilai yang mendorong
manusia menjadi pribadi yang utuh seperti kejujuran,kebenaran,
keadilan,kemerdekaan, kebahagiaan dan cinta kasih. Apabila nilai etik ini
dilaksanakan akan menyempurnakan hakikat manusia seutuhnya.
Ada dua hal penting dalam kehidupan yang sejatinya tidak boleh lepas
yang satu dari yang lain, yaitu aktivitas bisnis dan aturan hukum. Bisnis
merupakan bagian dari aktivitas manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Rasanya idaklah mungkin, dlam komunitas manusia, lepas dari aktivitas bisnis ini,
dimanapun dan kapanpun saja. Hanya saja, bagaimanapun saja aktivita bisnis
tidak boleh lepas dari kendali hukum yang mengatur atau memberi rambu-rambu
yang harus ditaati oleh para pelaku. Karena bisnis tanpa aturn yang jelas pasti aan
terjadi distorsi kehidupan yang merugikan masyarakat. Keterpurukan ekonomi
nasional pada prinsipnya karena supremasi hukum di Indonesia sangat lemah.
Para pelaku ekonomi (bisnis) melaksanakan profesinya seakan-akan lebih banyak
dipandu oleh keinginan masing-masing.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 15 / 17
DAFTAR PUSTAKA

Mardani, 2012.Ayat-Ayat Dan Hadis Ekonomi Syariah. Jakarta, Rajawali


Press,cet. 2, 2012
Mardani. 2014. Hukum Bisnis Syariah. Jakarta: Prenadamedia Group
Muhyiddin Athiyah, Kamus Ekonomi Islam, (Surakarta: Ziyad Books, cet. , 2019)
Satria Efendi M.Zein. 2018.Ushul Fiqh, Jakarta: Kencana
Sewu, Lindawaty. 2004. Hukum Bisnis Dalam Persepsi Manusia Moderen,
Bandung: Refika Aditama

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 16 / 17

Anda mungkin juga menyukai