ISLAM
1. M. Nur Adi Siswanto (192010200186)
2. M. Alvin Sufianto G. (192010200265)
3. Agung Kurnia Harta (192010200228) ANGGOTA
4. Ana Mar’aqonitatillah (192010200189) :
5. Ninis Ulandari (192010200197) KELOMPOK
6. Siska Diah Dwi A. (192010200237)
MATERI PEMBAHASAN
01 02
Kesiapan Hukum Indonesia dalam Membangun Tatanan Masyarakat
Mengantisipasi Perkembangan Madani Melalui Pembiayaan pada
Bank Syariah Bank Syariah
03
Perlindungan Konsumen dalam
Perspektif Etika Bisnis Islam
Kesiapan Hukum Ekonomi Indonesia dalam
Mengantisipasi Perkembangan Bank Syariah
Salah satunya yakni anutan perihal giro dengan memakai sistem wadhi’ah,
yaitu pada anutan DSN No.01/DSN-MUI/IV/2000 :
• Dana yang disimpan pada bank yakni bersifat titipan.
• Titipan (dana) ini bias diambil kapan saja (on call) .
• Tidak ada imbalan yang disyaratkan kecuali dalam bentuk sumbangan
yang bersifat sukarela dari pihak bank.
Membangun Tatanan Masyarakat Madani Melalui
Pembiayaan pada Bank Syariah
Konsep Pembiayaan Bank pada Tatanan Perekonomian Masyarakat Madani
Pembahasan ini tidak akan banyak membahas mengenai masyarakat madani, namun jika dihubungkan dengan
pendapat Dawam Rahardjo bahwa secara historis masyarakat madani adalah masyarakat yang didirikan oleh Nabi
Muhammad SAW pada masa pemerintahannya di Kota Madinah – yang nota bene melaksanakan syari’ah Islam
dalam berbagai hal-, makia makalah ini akan membahas salah satu sisi dari masyarakat madani yang sangat
berperan dalam kehidupan perekonomian negara, yaitu perbankan yang berdasarkan syariat Islam.
Kegiatan perbankan sebagai salah satu institusi perekonomian Islam, yaitu Al-Qur’an dan Sunnah. Oleh
karenanya perbankan tidak dapat dilepaskan dan tercabut dari nilai-nilai ajaran Islam. Ajaran Islam terdiri
dari tiga komponen, yaitu : Aqidah, Syariah dan Akhlaq. Aqidah sifatnya konstan dan tidak mengalami
perubahan dengan berbedanya waktu dan tempat. Syriah senantiasa diubah menurut kebutuhan dan taraf
peradaban ummat dimana seorang rosul di utus. Asas penetapan syariah Islam adalah menghilangkan
keberatan dan tidak menyulitkan, menciptakan kamaslahatan dan menciptakan kadilan. Syariah Islam
sebagai suatu syariat yang dibawa oleh rosul terakhir memiliki sifat yang comprehensif dan universal.
Comprehensif berarti merangkum seluru aspek kehidupan manusia baik ritual (ibadah) maupun sosial
(muamalah).
Perlindungan Konsumen Dalam Perspektif Etika
Bisnis Islam
Etika Bisnis
Menurut Pandangan Pelaku Ekonomi
Setiap pelaku bisnis memiliki pandangan yang berbeda tentang perlu tidaknya etika dalam
kegiatan bisnis. Sebagian pelaku bisnis berpendapat bahwa bisnis itu tidak memerlukan
etika, bahkan sebagian pendapat lain mengatakan bahwa dalam berbisnis yang disertai
berfikir dan bermoral adalah hal yang mustahil, karena dianggap akan membuang-buang
waktu saja, bahkan bisa menimbulkan kebangkrutan. Pandangan tersebut tentunya
dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor intern maupun faktor ekstern. Faktor intern
seperti pemahaman terhadap agama dan kepercayaan yang dianutnya, latar belakang
pendidikannya, faktor biologis dan lain sebagainya. Sedangkan faktor ekstern seperti faktor
lingkungan alam dan lingkungan masyarakat.
Etika Bisnis Menurut Islam
Untuk bidang muamalah. Islam hanya mengatur prinsip prinsipnya saja, semua kegiatan
muamalah dapat dilakukan selama tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip tersebut dan
tidak merugikan pihak lain. Berbicara tentang etika bisnis, kita harus merujuk kepada prinsip-
prinsip ekonomi Islam.
Salah satunya adalah etika dalam berdagang (berbisnis) yang merupakan salah satu
bentuk dari kegiatan ekonomi. Prinsip dasar yang telah ditetapkan Islam mengenai
perdagangan atau perniagaan merupakan tolak ukur kejujuran, kepercayaan dan
ketulusan.
Penegakan Etika Bisnis Islam
pada Masyarakat Global
Beberapa hal (ketentuan) tertentu, etika bisnis Islam belum tersentuh dalam Undang-undang
Perlindungan Konsumen, misalnya : larangan memperjualbelikan barang atau jasa yang haram,
larangan riba dan keharusan mengeluarkan zakat. Untuk itu perlu adanya dukungan dari berbagai
lapisan masyarakat yang mayoritas beragama Islam untuk mendesak pemerintah agar membuat
peraturan-peraturan yang mengandung nilai-nilai Islam.
Walaupun belum seluruhnya mencerminkan nilai-nilai penegakan hukum Islam,
namun perlu dipikirkan bagaimana upaya penegakan hukum sesuai dengan etika
bisnis Islam. Sesuai dengan fungsi hukum dalam masyarakat, hukum berfungsi
untuk mengintegrasikan proses-proses sosial, politik, ekonomi dan lain sebagainya
sehingga tercipta suatu pola-pola hubungan yang jelas dan mapan,yang mana
umumnya disebut dengan ketertiban umum12. Tetapi walau demikian hukum bukan
merupakan sarana atau instrumen yang sudah siap belaka, hukum juga bukan sarana
yang utuh (sempurna), namun hukum dipengaruhi banyak unsur dan faktor.
Kesimpulan
Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah menurut Pasal 1 angka 13
Undang – undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan yang saat
ini telah diubah dengan Undang – undang Nomor 10 Tahun 1998
adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan
pihak lain untuk penyimpanan dana dan atau pembiayaan kegiatan
usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah,
antara lain : Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Sony
Keraf bahwa secara umum prinsip-prinsip yang berlaku dalam kegiatan
bisnis yang baik sebenarnya tidak dapat dilepaskan dari kehidupam
kita sebagai manusia pada umumnya.
Contoh Kasus
Polemik yang muncul karena pernyataan pengusaha Yusuf Hamka yaitu pernyataan mengenai bank syariahIsu
utama yang harus segera ditangani dan diselesaikan ini adalah masalah early settlement alias pelunasan dipercepat seperti
yang menimpa Yusuf Hamka. Kasus serupa juga bisa ditemukan kalau nasabah gagal dan harus segera melunasi
utangnya.permasalahan sebenarnya tetap di value dan etika. Pada banyak kasus, walaupun bank sudah memberikan
potongan, berdasarkan keluhan masyarakat, harga yang harus dibayar masih lebih besar daripada denda pelunasan
dipercepat di bank konvensional.
Menurut dia, ketidakjelasan nilai dari diskresi bank syariah itu yang belum diperjelas. Tidak hanya di
Indonesia saja, di Malaysia pun demikian. Bahkan, kasus seperti ini bisa diadukan sampai level perdana menteri. Oleh
karena itu, Bank Negara Malaysia sebagai bank sentral mengeluarkan formula perhitungan ibra untuk pelunasan dipercepat
sebagai panduan agar kasus-kasus seperti ini tidak terjadi lagi.
Penjelasan
Bank syariah dapat berlindung di balik akad murabahah yang sekali kontrak ditandatangani maka harus
dipatuhi sampai akhir. Dalam akad jual beli ini, harga jual yang dikenakan adalah harga beli ditambah dengan margin
keuntungan yang diharapkan bank sampai akhir periode masa pinjaman.
Walaupun pelunasan dipercepat, nasabah tetap harus melunasi sesuai dengan nilai yang disepakati tersebut.
Meski begitu, bank syariah memiliki diskresi untuk memberikan potongan. Di negara lain, potongan atau diskon ini
disebut ibra dan di Indonesia disebut muqasah.
Bank syariah seharusnya bukan hanya membantu orang terhindar dari riba, tetapi juga memudahkan orang
lain. Dengan memudahkan urusan orang lain maka Allah juga akan memudahkan urusan kita. Nilai-nilai syariah seperti
ini juga harus diperhatikan.
Terimakasih