Anda di halaman 1dari 16

HUKUM EKONOMI

ISLAM
Manajemen
6/B2

Nama Kelompok 15 :
1. Rizky Putra Pratama Wijaya 202010200197
2. Rinda Setiyowati 202010200202
3. Jauhar Satria Wijaya 202010200101
Kesiapan Hukum Ekonomi Indonesia Dalam
Mengantisipasi Perkembangan Bank Syariah

Berkaitan dengan komitmen pemerintah memeberikan kemudahan


pelaksanaan prinsip syariah dalam kegiatan usaha bank yang sudah
menjadi harapan dan keinginan umat islam Indonesia sejak lama, perlu
dikaji bagaimana kesiapan Hukum Ekonomi Indonesia dalam
mengantisipasi perkembangan Bank Syariah. Lebih khusus berkaitan
dengan masalah :
Bagaimana Bank Syariah dalam Tata Hukum Perbankan Nasional ?
Masalah hukum apa saja yang dihadapi oleh Bank Syariah ?
Bank Syariah Dalam Tata Hukum Perbankan Nasioanal

Undang-undang No.7 tahun 1992 yang masih samar-samar mengatur tentang


bank syariah, disusul dengan Peraturan Pemerintah No. 72 tahun 1992 tentang
bank berdasarkan prinsip bagi hasil. Dianggap masih jauh memadai bagi tumbuh
dan berkembangnya bank syariah di Indonesia. Berbeda dengan Undang-
Undang No.7 tahun 1992, dan Undang-undang No.10 tahun 1998 secara tegas
mengakui beroperasinya Bank berdasarkan syari’ah.
Hal tersebut dapat dilihat sebagai berikut :
1. Diberikannya pengertian tentang pembiayaaan berdasarkan prinsip syari’ah
dalam Pasal 1 ayat (12), namun tidak diberikan pengertian tentang bank syariah
2. Diberikannya pengertian tentang prinsip syari’ah pasal 1 ayat (13).
3. Adanya pengaturan tentang kemungkinan Bank umum yang melakukan usaha
konvesional dapat juga melakukan usaha dengan prinsip syari’ah dengan syarat-
syarat tertentu. Yaitu menyediakan pembiayaan bagi nasabah berdasarkan prinsip
bagi hasil sesuai dengan ketentuan peraturan pemerintah.
Masalah Hukum Yang Dihadapi Bank Syariah Di Indonesia

Beberapa masalah hukum yang dihadapi Bank Syari’ah Indonesia, antara lain :
1. Masalah Hukum atas Kelembagaan Bank Syariah
Masalah hukum atas kelembagaan dapat timbul bagi pembukaan kantor bank
syari’ah melalui konversi. Konversi harus dilakukan dalam waktu 360 hari sejak
tanggal izin perubahan kegiatan usaha bank syariah.
2. Masalah Hukum atas Operasional Bank Syariah
a. Perpajakan
Masalah hukum berkaitan dengan perpajakan timbul disebabkan oleh Bank Syari’ah
selain menggunakan prinsip bagi hasi, juga menggunakan prinsip lainnya, antara lain
prinsip jual beli (bai’) dan prinsip sewa (ijarah)
b. Masalah Likuiditas
Salah satu dari beberapa masalag utama yang dihadapi Bank Syari’ah di Indonesia
adalah berkaitan dengan masalah likuiditas, yaitu tidak tersedianya kesempatan
investasi segera atas dana-dana investasi yang diterima.
Membangun Tatanan Perekonomian Masyarakat Madani
Melalui Pembiyaan Pada Bank Syari’ah

Pembangunan memerlukan dana yang tidak sedikit dan


berkesinambungan. Dalam hal pengerahan dana masyarakat tidak dapat
dikesampingkan peran lembaga perbankan. Sebagai upaya meningkatkan
peran serta perbnkan dalam pembangunan nasional, pemerintah telah
mengeluarkan perangkat kebijakan melalui paket deregulasi. Paket-paket
deregulasi tersebut telah membawa berbagai dampak bagi perkembangan
dunia perbankan, antara lain berupa perkembangan yang pesat industry
perbankan bagi dari segi jumlah bank maupun volume kegiatannya.
Fungsi dan Peran Perbankan dalam perekonomian
Nasional

Perbankan memiliki fungsi dan peran yang sangat strategis dalam


pembangunan nasional sebagai lembaga perntara (finansial intermediary) pihak
yang memiliki dan pihak yang memerlukan dana. Sebagai agen of development,
bank di Indonesia mempunyai misi untuk meningkatkan taraf hidup rakyat. Yaitu
peran bank dalam pembangunan ekonomi, kebijaksanaan meneter, penciptaan
uang dan kegiatan ekonomi masyarakat.
.
Konsep Pembiayaan Bank Pada Tatanan Perekonomian
Masyarakat Madani
Konsep bank pada tatanan perekonomian masyarakat madani harus
melihat/mengacu pada tatanan perekonomian pada masa Rosulallah
membangun masyarakat Madinah yang dalam seluruh aspek kehidupan
berlandaskan syariah islam. Dalam konsep islam pemegang saham, deposan,
investor maupun peminjaman berperan serta atas dasar mitra usaha bukan
sebagai hubungan debitur-kreditur, sehingga bank dan mitra usahanya sama-
sama memperoleh pembagian hasil/keuntungan dan bersama-sama pula
memikul risiko kerugian.
Implementasi Pembiayaan pada Bank Syariah di
Indonesia
Pembiayaan dengan sistem bagi hasil merupakan salah satu implementasi
konsep Bank Syari’ah. Sistem bagi hasil ini telah dilaksanakan oleh Bank
Muamalat Indonesia dalam bentuk pembiayaan Mudharabah dan Musyarakah.
Jika dibandingkan dengan perjanjian kredit pada Bank Konvesiona, pembiayaan
ini memiliki kesamaan dan perbedaan. Perbedaan yang substansial adalah segi
konstruksi hukumnya dan kontra prestasi. Selain itu hal yang cukup signifikan
adalah akad perjanjian pembiayaan klausul-klausul mencerminkan nilai-nilai
keadilan, tidak terdapat klausul-klausul yang merugikan mitra usaha.
Persamaannya yaitu pada sifat perjanjiannya, yaitu bersifat konsensuil-riel.
Perlindungan Konsumen Dalam Perspektif Etika Bisnis
Islam
Dewasa ini, telah tumbuh kesadaran masyarakat tentang perlunya
perlindungan konsumen yang dimulai dinegara-negara maju. Apabila
dimasa-masa lalu pihak industriawan yang dipandang sangat berjasa bagi
perkembangan perekonomian negara mendapat perhatian besar, maka
dewasa ini perlindungan konsumen lebih mendapat perhatian sesuai
dengan semakin meningkatnya perlindungan terhadap HAM.
Perlindungan konsumen berkaitan dengan kegiatan bisnis, yaitu
perdagangan barang dan jasa dalam lingkup kegiatan ekonomi. Namun
demikian tidak dapat dilepas dari aspek-aspek lain seperti, hukum, agama,
pendidikan, sosial, dan budaya. Oelhkarenanya, berkaitan dengan
perlindungan konsumen perlu ditelaah dari berbagai sudut pandang.
Pandangan Pelaku Usaha Terhadap Etika Bisnis

Terdapat pendapat yang berbeda dari para pelaku usaha tentang perlu
tidaknya etika dalam kegiatan bisnis. Suatu pihak berpendapat bahwa dalam
kegiatan bisnis tidak diperlukan etika. Karena pelaku bisnis berpandangan bahwa
bisnis itu amoral, menurut pandangan tersebut bisnis adalah bisnis. Bisnis
jangan dicamour adukkan dengan etika. Pendapat lain mengatakan bahwa bisnis
perlu beretika karena bisnis mempertaruhkan segalanya oleh karena itu kegiatan
bisnis memerlukan dan harus menggunakan etika.
Etika Bisnis Dalam Pandangan Islam

Islam meruoakan agama yang komperhensif dan universal. Berbicara


tentang etika bisnis, maka harus merujuk ke prinsip-prinsip ekonomi islam. Islam
telah menentukan nilai-nilai etika bisnis yang bertujuan antara lain memberikan
perlindungan kepada konsumen melalui keharusan beritikad baik, larangan
sumpah palsu, larangan mengurangi takaran, larangan menjual barang yang
buruk, larangan riba, dan keharusan berzakat.
Peraturan Perundang-Undangan yang Mengatur
Perlindungan Konsumen
Undang-undang No. 8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen dalam beberapa
hal sesuai dengan etika bisnis islam, namun beberapa larangan dan keharusan dalam
beretika bisnis islam masih belum tercover, yaitu mengenai larangan jual beli barang/jasa
yang haram, larangan riba dan keharusan berzakat. Undang-undng perlindungan
konsumen menetapkan lima pokok materi yang menjadi muatan undang-undang ini, yaitu :
1. larangan-larangan
2. Tanggung jawab produsen dan tanggunggugat produk
3. Perjanjian klausa baku
4. Penyelesaian sengketa
5. Ketentuan pidana
Penegakan Etika Bisnis Islam Pada Masyarakat
Indonesia Dalam Era Globalisasi

Upaya penegakan etika bisnis islam diperlukan berbagai langkah,


yaitu penyusunan peraturan yang baik yang ditunjang oleh sarana dan
fasilitas, mental manusia-manusia, termasuk apparat penegak hukum
dan dukungan diluar hukum, yaitu dukungan berupa kemauan politik dari
pemerintah.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai