Anda di halaman 1dari 5

TUGAS TEORI AKUNTANSI

AKUNTANSI SYARIAH

DOSEN PENGAJAR
Yunina, S.E., M.Si,Ak

OLEH KELOMPOK 13 :

Rizka Mumtiza (190420178)


Muhammad Naufal Ariiq (190420186)
Rahma Nur Rika (190420176)
Rahmah Siara (190420185)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
2022
PERTANYAAN DAN JAWABAN DARI MATERI
“AKUNTANSI SYARIAH”

1. Bagaimana konsep pelaporan keuangan dari akuntansi syariah? apakah sama dengan
akuntansi konvensional? dan berikan alasannya (Echa, Kelompok 11)
Jawaban :
Konsep pelaporan keuangan akuntansi syariah dengan laporan keuangan akuntansi
konvensional berbeda, adapun konsep pelaporan keuangan akuntansi syariah meliputi
neraca, laporan laba rugi, arus kas, laporan perubahan ekuitas, laporan perubahan dana
investasi terikat, laporan sumber dan penggunaan dana zakat, laporan sumber dan
penggunaan dana qardh, dan catatan atas laporan keuangan.
Sedangkan konsep laporan keuangan konvensional tidak menyajikan laporan perubahan
dana investasi terikat, laporan sumber dana penggunaan dana zakat serta laporan
sumber dan penggunaan dana qardh.
Menurut kelompok kami alasan mengapa konsep pelaporan keuangan akuntansi syariah
dengan akuntansi konvensional berbeda yaitu karena konsep pelaporan keuangan
akuntansi syariah memakai kaidah bahwa laba akan ada ketika adanya perkembangan
dan pertambahan pada nilai barang, baik yang terjual maupun yang belum. Akan tetapi,
jual beli adalah suatu keharusan untuk menyatakan laba dan laba tidak boleh dibagi
sebelum nyata laba telah diperoleh. Sedangkan konsep kovensional menerapkan prinsip
bahwa laba itu hanya ada ketika adanya jual beli.

2. Jelaskan mengapa laporan laba rugi dianggap tidak sesuai dengan prinsip akuntansi
syariah? Dan apa konsekuensinya? (Yara, Kelompok 1)
Jawaban :
Dalam konstruksinya, akuntansi syariah menggunakan “metafora amanah” dan metafora
zakat. Konsekuensi dari dua metafora ini adalah bahwa akuntansi syariah dibangun
berdasarkan pada konsep dan nilai zakat. Laba merupakan salah satu informasi yang
diperlukan untuk mengetahui besarnya zakat perusahaan. Zakat perusahaan itu sendiri
besarnya adalah: 2,5% x (laba bersih ditambah kekayaan bersih). Dari formula tersebut
terlihat bahwa laba (bersih) merupakan salah satu unsur dari besarnya zakat (Triyuwono
dan as’udi, 2001). Sementara itu,historical cost ini kurang sesuai dengan akuntansi
syariah. Karena nilai historis yang dijadikan dasar penilaian dan pengukuran atas aktiva
atau transaksi yang akan dikenai zakat tidak bisa mengakui transaksi yang berdasarkan
nilai wajarnya yang ditunjukkan dengan nilai saat ini. Di sisi lain, historical cost
menggunakan unsur bunga dan time value of money yang bersifat mutlak dan pasti.
Adapun konsekuensinya yaitu harus menambah nilai tambah sebagai bagian dari
mandatory report dalam laporan akuntansi entitas dan menggantikan peran laporan laba
rugi.

3. Apakah penerapan akuntansi syariah dapat diterapkan di dunia industri dan manufaktur?
(Adis, Kelompok 9)
Jawaban :
Menurut Ketua Komite Industri Nasional (KEIN) periode 2016-2019 Soetrisno Bachir
menilai ekonomi syariah tak hanya bisa diterapkan di perbankan, tetapi juga segala
bidang industri
Akuntansi syariah dapat diterapkan didalam industri/manufaktur karena dialam dunia
industri dan manufaktur juga menyediakan informasi laporan keuangan dan juga
menyediakan informasi tentang pemenuhan CSR dan semua itu bisa dirancang dengan
prinsip prinsip yang sesuai dengan ketentuan islam.

4. Jelaskan secara singkat tentang sejarah perkembangan akuntansi syariah dan apa yang
menjadi pemicu akuntansi syariah bisa berkembang secara pesat? (pina kelompok 5)
Jawaban :
Perkembangan akuntansi di Indonesia salah satunya dipengaruhi oleh faktor ideologi
dan ekonomi yang mana hal itu juga berpengaruh bagi akuntansi di Indonesia, faktor
kuat yang mendorong munculnya Akuntansi syariah hingga berkembang pesat pada
sekarang ini ialah dengan berkembangnya lembaga keuangan syariah, dan sistem
perbankan syariah, sehingga membuat pola pikir akuntan untuk bersifat jujur, adil dan
tidak melanggar ketentuan syariat. Akuntansi pertama kali di kenal di Indonesia yaitu
sekitar tahun 1960-an itupun masih bersifat konvensional yang merupakan adaptasi dari
perkembangan akuntansi dari Negara italia. Akuntansi syariah mulai berkembang di
Indonesia tidak lepas dari munculnya Bank Muamalat Indonesia yang merupakan bank
syariah pertama di Indonesia pada tahun 1991 yang secara resmi beroperasi pada tahun
1992. Setelah berdirinya bank muamalat pada saat itu beberapa Kendala masih dialami
salah satunya yaitu keganjalan dalam pembuatan laporan keuangan karena pada saat itu
belum adanya aturan mengacu pada standar syariah yang sesuai dengan syariat islam.
Hingga akhirnya pada tahun 2002 barulah muncul sebuah ide dan pemikiran atas
keberadaan akuntansi syariah, dan mulai diterapkan setelah adanya standar akuntansi
perbankan syariah dan adanya lembaga akuntansi syariah. Pada tahun 2008 perbankan
syariah sudah memiliki undang-undangnya, yaitu undang-undang No 21 tahun 2008
tentang perbankan syariah. Hal ini tentu mendorong perkembangan akuntansi syariah di
Indonesia dan membuat masyarakat terkhususnya umat islam beralih menggunakan jasa
perbankan Syariah. Bukan hanya dalam segi perbankan tetapi juga sudah adanya
pengkreditan syariah. Perkembangan akuntansi di Indonesia salah satunya dipengaruhi
oleh faktor ideologi dan ekonomi yang mana hal itu juga berpengaruh bagi akuntansi di
Indonesia, faktor kuat yang mendorong munculnya Akuntansi syariah hingga
berkembang pesat pada sekarang ini ialah dengan berkembangnya lembaga keuangan
syariah, dan sistem perbankan syariah, sehingga membuat pola pikir akuntan untuk
bersifat jujur, adil dan tidak melanggar ketentuan syariat.

5. Apakah boleh bank syariah bekerjasama dengan bank konvensional? Lalu bagaimana
perlakuan akuntansinya mengingat bahwa prinsip operasional kedua bank tersebut
berbeda? (Putra kelompok 3)
Jawaban :
Pada Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 15/13/PBI/2013 tentang Bank Umum
Syariah, sinergi tersebut hanya dapat dilakukan dengan BUK yang memiliki hubungan
kepemilikan dengan bank. Kerjasama bisnis kedua pihak masih dibatasi, yakni hanya
boleh Layanan Syariah Bank (LSB) dan Jasa Konsultasi. Ada beberapa syarat lagi jika
BUS ingin bekerjasama memberikan LSB dengan BUK. Misalnya, bank konvensional
tersebut tidak memiliki divisi atau unit usaha syariah (USU). Kemudian, kegiatan LSB
berada di satu wilayah Kantor Cabang induknya bank, menggunakan SDM BUK yang
memiliki pengetahuan produk dan jasa bank syariah, memiliki sistem informasi, serta
terdapat perjanjian kerjasama antara BUS dengan BUK.
Sedangkan, untuk BUS yang ingin bekerjasama di bidang Jasa Konsultasi harus
memenuhi persyaratan seperti, BUK tidak memiliki UUS, kemudian keputusan
pemberian pembiayaan dan risiko terjadi merupakan tanggung jawab bank, serta
terdapat perjanjian kerjasama antara BUS dengan BUK.
A. Dari segi operasional, bank syariah dalam menjalankan aktivitasnya mesti
berdasarkan prinsip syariah. Prinsip syariah, sebagaimana yang diatur dalam Pasal 1
(12) UU No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, adalah ‘prinsip hukum Islam
dalam kegiatan perbankan berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang
memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa di bidang syariah.” Berdasarkan pasal
tersebut dapat dipahami yang dimaksud dengan ‘prinsip syariah’ adalah prinsip hukum
Islam yang berbentuk fatwa; dikeluarkan oleh lembaga yang berwenang, dalam hal ini
Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI). Fatwa DSN-MUI mesti
dipatuhi oleh lembaga perbankan dan keuangan syariah di Indonesia. Berbeda dengan
bank syariah, bank konvensional berdasarkan kepada prinsip sekuler yang terbebas dari
nilai-nilai agama. Dengan kata lain aktivitasnya berdiri sendiri, terpisah dari pengaruh
agama atau kepercayaan tertentu. Bank konvensional bebas melakukan kegiatan apa
saja selama tidak diatur dan melanggar peraturan perundang-undangan yang berlaku. Di
samping itu, bank syariah juga tidak boleh berpartisipasi dalam kegiataan ekonomi yang
tidak sesuai dengan syariah, seperti memberikan pembiayaan bisnis perjudian, alkohol,
dan prostitusi. Namun batasan ini tidak berlaku bagi bank konvensional. Bank
konvensional bebas membiayai kegiatan apa saja, termasuk yang dilarang dalam bank
syariah, selama kegiatan itu bisa menghasilkan keuntungan.
B. Berbeda dengan bank konvensional yang melakukan kegiatannya berbasiskan bunga,
bank syariah melakukan kegiatannya tidak berbasiskan bunga (interest free), tapi berdasarkan
prinsip bagi untung dan rugi (profit and loss sharing). Berdasarkan prinsip ini, keuntungan dan
kerugian dibagi dan ditanggung secara bersama. Kemudian dalam memberikan pembiayaan,
bank syariah berdasarkan kepada prinsip jual beli aset/barang (murabahah), yaitu harga jual
termasuk keuntungan yang diperoleh. Apabila pembayaran dilakukan secara cicilan, maka
harga barang tersebut tidak mengalami perubahan (fixed) dari awal sampai akhir. Memang ada
yang mengatakan bahwa pembiayaan bank syariah lebih mahal dibandingkan dengan bank
konvensional, namun apabila kita melihat ke depan, manfaatnya akan terasa, terutama dalam
pembiayaan jangka panjang, ketika harga tidak akan mengalami perubahan meskipun dalam
kondisi krisis ekonomi sekalipun. Berbeda halnya dalam pembiayaan (kredit) yang diberikan
oleh bank konvensional, harga barang bisa mengalami perubahan (fluctuating) berdasarkan
tingkat suku bunga. Secara umum cicilan yang dibayar jarang mengalami penurunan, tapi selalu
mengalami kenaikan. Kenaikan pembayaran cicilan akan lebih terasa ketika ekonomi
mengalami krisis di mana suku bunga melambung tinggi.

6. Apakah akuntansi syariah ini hanya diterapkan di perbankan syariah ataukah ada
diperusahaan-perusahaan selain perbankan syariah dan Upaya apa yang dilakukan
Negara Indonesia dalam menyebarluaskan bank syariah agar dikenal oleh masyarakan
luas? (malik kelompok 7)
Jawaban :
Akuntansi syariah pada mulanya memang diterapkan pada lembaga keuangan
perbankan syariah tetapi untuk sekarang ini lembaga keuangan yang lainnya juga telah
menggunakan akuntansi syariah dengan berpedoman pada peraturan yang dikeluarkan
oleh pemerintah. Pada dasarnya, operasional Bank syariah yang ada di Indonesia
hampir sama dengan kebanyakan Bank konvensional yang sudah ada. Untuk
menunjang efektivitas operasionalnya Bank syariah juga memerlukan informasi yang
berhubungan dengan usaha yang dijalankan. Untuk itulah akuntansi syariah di
Indonesia mutlak diperlukan. Akuntansi syariah tersebut berfungsi sebagaimana
akuntansi pada umumnya yang berguna untuk memberikan data-data penting sebagai
acuan pengawasan, perencanaan dan pengorganisasian. Adapun beberapa perusahaan
yang menggunakan akuntansi syariah ada 424 perusahaan salah satu diantaranya yaitu
PT. Asuransi Sinar Mas dan PT. Bank BTN Syariah dan lain sebagainya.
Adapun upaya yang dapat dilakukan untuk menyebarluaskan bank syariah agar
dikenal oleh masyarakat luas yaitu :

1. Melakukan edukasi tentang kelebihan Bank syariah

2. Menciptakan efesiensi melalui inovasi produk dan inovasi proses.

3. Memberikan jaminan keamanan Bank Syariah

4. Memperluas Jaringan Bank Syariah

5. Peningkatan Kompetensi SDM Perbankan Syariah.

6. Mendirikan Bank BUMN Syariah.

Anda mungkin juga menyukai