Anda di halaman 1dari 5

ARTIKEL

Perkembangan Akuntansi Syariah di indonesia

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas

Mata Kuliah Akuntansi Syariah

Dosen : Gisti Riza Aditie,SE,MA

Disusun Oleh :

Angga Agus Setiawan(2017330085)

Adrianus Golu Tunna(201733019)

UNIVERSITAS Dr.SOETOMO

SURABAYA

2019
Perkembangan Akuntansi Syariah di Indonesia

Akuntansi syariah bukan lagi hal baru dalam kehidupan sehari-hari. Basis syariah sudah
merambat dalam banyak segi kehidupan, tak terkecuali pada lembaga keuangan baik perbankan
maupun non perbankan. Akuntansi syariah digunakan sebagai tonggak pencatatan transaksi,
penyusunan laporan, sampai pengambilan keputusan untuk perusahaan berbasis syariah. Ada
beberapa prinsip yang mendasari perusahaan dan akuntansi syariah digunakan. Prinsip-prinsip
tersebut kerap kali tidak dijadikan pedoman bagi organisasi maupun perusahaan dengan basis
non syariah.

Berbicara tentang lembaga keuangan syariah, bagaimana dengan perkembangan


akuntansi syariah sendiri di Indonesia? Nampaknya cukup menarik untuk dibahas
mengingat tren ini baru muncul dan menyebar pada tahun milenial ini. Pembahasan tentang
perkembangan akuntansi syariah di Indonesia akan disampaikan melalui beberapa poin besar
berikut ini.

Teori Akuntansi Syariah

Pengertian akuntansi syariah bisa bermacam-macam. Para ahli merumuskan


pengertiannya menurut pandangan masing-masing. Akuntansi syariah bisa dipahami sebagai
akuntansi dengan 3 komponen prinsip yang terdiri dari prinsip pertanggung jawaban, prinsip
keadilan, dan prinsip kebenaran dengan dasar hukum syariah dan sifatnya universal (Muhammad
dalam Pengantar Akuntansi Syariah, 2012:11).

Definisi lain yang menggambarkan istilah Akuntansi Syariah menurut Sofyan S. Harahap
(Akuntansi Sosial Ekonomi dan Akuntansi Islam:56) adalah penggunaan akuntansi untuk
menjalankan syariah Islam secara nyata yang sudah diterapkan sejak era Nabi Muhammad SAW,
Khulaurrasyidiin, serta pemerintah Islam lainnya.

Definisi baku dari Akuntansi Syariah sendiri masih belum ada sampai saat ini. Namun
jika bisa diambil kesimpulan dari banyaknya para ahli yang memberikan definisi masing-masing
tentang istilah ini, Akuntansi Syariah bisa dipahami sebagai proses akuntansi yang didasarkan
pada prinsip syariah, mulai dari cara membuat jurnal umum, proses identifikasi, pengukuran,
hingga pelaporan informasi yang mendukung proses penilaian dan pengambil keputusan.

Seperti apa prinsip-prinsip syariah yang dimaksud hingga Akuntansi Syariah maupun lembaga
keuangan perbankan yang kini banyak berbasis syariah begitu patuh? Pengertian prinsip syariah
sendiri adalah aturan tentang perjanjian berdasarkan hukum Islam di antara bank dan pihak lain
guna menyimpan dana, pembiayaan usaha, serta berbagai kegiatan lain yang dinyatakan telah
sesuai dengan prinsip syariah. Sedangkan prinsip-prinsip syariah tersebut antara lain:

1. Prinsip ‘Setiap Hamba Berhubungan Langsung dengan Allah’


2. Prinsip Menghadapkan Khitbah Kepada Akal
3. Prinsip Memagari AKidah dengan Akhlak Karimah
4. Prinsip ‘Menjadikan Segala Macam Beban Hukum Demi Kebaikan Jiwa dan Kesucian’
5. Prinsip Keselarasan antara Agama dan Masalah Hukum
6. Prinsip Persamaan
7. Prinsip ‘Menyerahkan Masalah Ta’zir Kepada Pertimbangan Penguasa’
8. Prinsip Toleransi
9. Prinsip Kemerdekaan dan Kebebasa

Masuk dan di Gunakannya Akuntansi Syariah

Pertama kali istilah akuntansi dikenal adalah pada sekitar tahun 1960-an.  Akuntansi ini
pun masih merupakan akuntansi konvensional, mengacu pada berbagai literatur yang
menyebutkan bahwa pertama kali ilmu ini berkembang di negara Italia. Kepercayaan ini seolah-
olah menutupi cerita detil perkembangan akuntansi yang dipengaruhi oleh kondisi peradaban
sebelumnya.

Lantas sejak kapan akuntansi syariah menjadi marak digunakan di Indonesia?


Akuntansi syariah dikenal dan banyak digunakan ketika lembaga keuangan perbankan
berbasis syariah banyak menjamur di negeri ini. Berdirinya bank-bank berbasis syariah ini
adalah titik tolak penggunaan akuntansi syariah yang sampai sekarang sudah dikenal masyarkat.
Proses kelahiran akuntansi syariah dari berdirinya bank-bank syariah akan dijelaskan sebagai
berikut.

Bank syariah merupakan lembaga keuangan dengan asar hukum dan prinsip operasional
yang sedikit berbeda dari bank-bank konvensional. Bukan hanya tunduk pada hukum normal
yang berlaku di Indonesia, bank syariah juga mematuhi pedoman dan aturan yang didasarkan
pada Kitab Suci Al-Quran. Hal ini termasuk dengan kepercayaan bahwa riba bukan sebuah hal
yang baik sehingga proses pembagian untung akan melalui proses perjanjian antara pihak bank
dengan nasabah.

Dikarenakan prosesnya yang berbeda ini, akhirnya muncul banyak kesulitan terutama
dalam pelaporan operasional yang harus seturut dengan pedoman-pedoman yang berlaku. Tentu
menjadi masalah baru, bagaimana menyusun laporan keuangan yang harus dipublikasikan dan di
saat bersamaan juga menyusun berdasarkan aturan-aturan operasional yang diperbolehkan. Maka
dari itu, sekitar tahun 2002, muncul pemikiran untuk menggunakan sistem Akuntansi Syariah di
lembaga keuangan perbankan.

Sistem ini digunakan baik secara pengetahuan umum maupun penggunaan secara teknis.
Ikatan Akuntan Indonesia atau IAI akhirnya juga turun tangan membentuk Komite Akuntansi
Syariah di Indonesia pada tahun 2005. Tugas komite ini adalah merumuskan standar akuntansi
syariah.

Pro dan Kontra Penggunaan Akuntansi Syariah

Akuntansi Syariah merupakan jawaban bagi pengaturan operasional lembaga keuangan


perbankan berbasis syariah saat ini. Prinsip dan aturan dalam istilah ini sangat membantu
lembaga perbankan menjalankan fungsi akuntansi biaya mereka dengan basis yang mereka pilih
tanpa mengurangi fungsi dasar mereka dalam kehidupan masyarakat. Meski terlihat sudah
menjawab kebutuhan dan kondisi saat ini, keberadaannya masih diperdebatkan terkait pro dan
kontra yang muncul.

Permasalahan pertama yang muncul adalah perbedaan prinsip antara Akuntansi Syariah
dengan Akuntansi Konvensional yang mengacu pada standar internasional IFRS. Standar IFRS
memiliki perbedaan dengan standar yang digunakan untuk Akuntansi Syariah. Akuntansi Syariah
dikenal lebih memiliki orientasi dan pertanggung jawaban sosial. Maka dari itu, pengintegrasian
standar IFRS dengan standar pada Akuntansi Syariah tidak bisa sempurna.

Satu masalah ini akhirnya merembet ke hampir seluruh lini yang berkaitan dengan
Akuntansi Syariah di Indonesia. Selain masalah prinsip yang mencakup banyak sekali aturan
yang berbeda di antara keduanya, masalah lain muncul karena perbedaan antara Akuntansi
Syariah dan Akuntansi Konvensional.

Resistensi akibat keterlambatan Standar Akuntansi Keuangan Syariah (SAKS) muncul


dari penerapan standar yang berbeda. Pengukuran Net Present Value atau NPV pun memiliki
dasar penghitungan dengan parameter bunga, di mana pada sistem Akuntansi Syariah hal ini
tidak diperbolehkan karena sama saja dianggap dengan riba. Jika kelak menerapkan kaidah bagi
hasil, tentu saja hal ini menuntut pemahaman dan penerapan sistem akuntansi yang rasional
namun rumit. Akuntan dengan basis syariah harus memperhatikan masalah sampai sedetil
ini. Tiga hal tersebut baru merupakan perbedaan yang paling terlihat di antara kedua istilah
dengan basis berbeda ini. Meskipun memiliki banyak perbedaan dengan standar Akuntansi
Konvensional yang sudah banyak diketahui lebih dulu, toh tetap saja Akuntansi Syariah bisa
digunakan dengan fleksibilitas dalam berbagai hal.

Anda mungkin juga menyukai