Anda di halaman 1dari 6

• Pengertian Akuntansi Syariah

Definisi dasar dari akuntansi adalah kegiatan mencatat, menggolongkan, mengikhtisarkan

sehingga menghasilkan informasi keuangan dalam bentuk laporan keuangan yang dapat

digunakan untuk pengambilan keputusan.

Definisi bebas dari syariah adalah aturan yang telah ditetapkan oleh Allah SWT dalam

melakukan seluruh kegiatan baik ibadah mahdhoh seperti salat, zakat, puasa, dan haji

maupun muamalah.

Jadi, akuntansi syariah adalah proses akuntansi atas transaksi-transasksi yang sesuai

dengan aturan yang telah ditetapkan oleh Allah SWT.

Perbedaan akuntansi syariah dan akuntansi konvensional, yaitu :

1. Akuntansi syariah dasar hukumnya adalah hukum etika yang bersumber dari Al-

qur’an dan Sunnah. Sedangkan, akuntansi konvensional dasar hukumnya adalah hukum

bisnis modern.

2. Akuntansi syariah dasar tindakannya adalah keberadaan hukum Allah-keagamaan.

Sedangkan akuntansi konvensional dasar tindakannya adalah rasionalisme ekonomis-

sekuler.

3. Akuntansi syariah tujuannya adalah keuntungan yang wajar. Sedangkan, akuntansi

konvensional tujuannya adalah maksimalisasi keuntungan.


4. Akuntansi syariah orientasinya adalah kemasyarakatan. Sedangkan akuntansi

konvensional orientasinya adalah individual atau kepada pemilik.

5. Akuntansi syariah tahapan operasionalnya adalah dibatasi dan tunduk ketentuan

syariah. Sedangkan akuntansi konvensional tahapan operasionalnya adalah tidak dibatasi

kecuali pertimbangan ekonomis.

Persamaan akuntansi syariah dan akuntansi konvensional, yaitu :

1. Prinsip pemisahan jaminan keuangan dengan prinsip unit ekonomi.

2. Prinsip penahunan dengan prinsip periode waktu atau tahun pembukuan keuangan.

3. Prinsip pembukuan langsung dengan pencatatan bertanggal.

4. Prinsip kesaksian dalam pembukuan dengan prinsip penentuan barang.

5. Prinsip perbandingan dengan prinsip perbandingan income dan cost (biaya)

6. Prinsip kontinuitas dengan kesinambungan perusahaan.

7. Prinsip keterangan dengan penjelasan atau pemberitahuan.

• Perkembangan Transaksi Syariah.

Perkembangan pesat dalam kegiatan usaha dan lembaga keuangan (bank, asuransi, pasar

modal, dana pension, dan lain sebagainya) yang berbasis syariah. Dalam tiga decade

terakhir, lembaga keuangan telah meningkatkan volume dan nilai transaksi berbasis syariah

yang tentunya meningkatkan kebutuhan terhadap akuntansi syariah.

Selanjutnya, perkembangan pemikiran mengenai akuntansi syariah juga makin

berkembang,yang ditandai dengan makin diterimanya prinsip-prinsip transaksi syariah di

dunia internasional.
Tidak dapat dipungkiri, bahwa motor dari penerapan transaksi syariah diawali oleh sistem

perbankan syariah dan baru dilanjutkan dengan sektor lainnya. Sistem perbankan syariah

sendiri memiliki rekam jejak yang panjang. Diawali dengan Mit Ghamr Local Saving Bank di

Mesir pada tahun 1963, yang kemudian diambil ahli dan direstrukturisasi oleh Pemerintah

Mesir menjadi Nasser Social Bank pada tahun 1972. Perkembangan tentang perbankan

syariah terus berlanjut, tidak hanya di Timur Tengah termasuk pendirian Islamic

Development Bank (1975), tetapi juga di negara-negara Eropa seperti Luksemburg (1978),

Swiss (1981), dan Denmark (1983). Perkembangan yang sama juga terjadi di negara-

negara Asia Tenggara yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Di Malaysia, bank

syariah pertama berdiri pada tahun 1982 sementara di Indonesia baru terjadi 9 tahun

kemudian, dengan pendirian Bank Muamalat Indonesia pada tahun 1991.

Pendirian Bank Muamalat sendiri bukanlah sebuah proses yang pendek, tatapi

dipersiapkan secara hati-hati. Untuk mengakomodasi kebutuhan masyarakat, sebelum

tahun 1992,telah didirikan beberapa lembaga keuangan nonbank yang kegiatannya

menerapkan sistem syariah. Selanjutnya melalui UU No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan

dan dijabarkan dalam PP No. 72 tahun 1992, pemerintah telah memberikan kesempatan

untuk pelaksanaan bank syariah.

Perkembangan lembaga syariah selanjutnya di Indonesia hingga tahun 1998 masih belum

pesat, karena baru ada 1 Bank Syariah dan 78 Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS)

yang beroperasi. Pada tahun 1998, dikeluarkan UU No. 10 Tahun 1998 hingga

disahkannya UU No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, perkembangan

perbankan syariah meningkat tajam terutama dilihat dari peningkatan jumlah bank/kantor

yang menggunakan prinsip syariah di Indonesia hingga tahun 2012.


Sektor berikutnya yang juga berkembang adalah asuransi syariah. Asuransi syariah

pertama kali didirikan di Sudan pada tahun 1979 dengan nama The Islamic Insurance

Company of Sudan. Pendirian ini terus berlanjut saat ini telah berdiri baik di negara-negara

Timur Tengah, negara yang memiliki banyak penganut Islam, seperti : Pakistan, Lebanon,

Nigeria, maupun negara barat, seperti : Inggris, pecahan Uni Soviet, dan Australia.

Perkembangan paling pesat dewasa ini untuk industry asuransi syariah di luar negera

Timur Tengah adalah Malaysia.

Perkembangan di Indonesia sendiri diawali dengan berdirinya Asuransi Takaful, yang

dibentuk oleh PT Syarikat Takaful Indonesia (STI) sebagai holding company pada tahun

1994. Persiapan pendirian dilakukan dengan studi banding ke Malaysia pada bukan

September 1993. Malaysia memang merupakan negara ASEAN pertama yang menerapkan

asuransi dengan prinsip syariah sejak tahun 1985 dan dikelola oleh Syarikat Takaful

Malaysia Sdn, Bhd.

Setelah melalui persiapan yang matang, STI mendirikan PT Asuransi Takaful Keluarga

pada 25 Agustus 1994 dan PT Asuransi Takaful Umum pada 2 Juni 1995.

Sektor syariah yang sedang berkembang adalah transaksi investasi syariah dan sektor

keuangan nonbank. Transaksi ini terus mengalami peningkatan, di antaranya sebagai

berikut :

1. Obligasi Syariah (Sukuk).

2. Pasar Modal Syariah.

3. Dana Pensiun Syariah.

4. Pendanaan Proyek Syariah.

5. Real Estate Syariah.


• Perkembangan Akuntansi Syariah (Wiroso, 2011).

1. Periode sebelum tahun 2002.

Walaupun Bank Muamalat sudah beroperasi sejak tahun 1992 namun sampai dengan

tahun 2002 belum ada PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan) yang mengatur,

sehingga pada periode ini masih mengacu pada PSAK 31 tentang Akuntansi Perbankan

walaupun tidak dapat dipergunakan sepenuhnya terutama paragraph-paragraf yang

bertentangan dengan prinsip syariah seperti perlakuan akuntansi untuk kredit. Selain itu

juga mengacu pada Accounting Auditing Standard for Islamic Financial Institution yang

disusun oleh Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial Institution, suatu

badan otonom yang didirikan 27 Maret 1991di Bahrain.

2. Periode tahun 2002-2007.

Pada periode ini, sudah ada PSAK 59 tentang Akuntansi Perbankan Syariah yang dapat

dipergunakan sebagai acuan akuntansi untuk Bank Umum Syariah, Bank Perkreditan

Rakyat Syariah dan kantor cabang syariah sebagaimana tercantum dalam ruang lingkup

PSAK tersebut.

3. Tahun 2007-sekarang.

Pada periode ini,DSAK (Dewan Standar Akuntansi Keuangan) mengeluarkan PSAK

Syariah yang merupakan perubahan dari PSAK 59. KDPPLKS (Kerangka Dasar

Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Syariah) dan PSAK Syariah, digunakan

baik oleh entitass syariah maupun entitas konvensional yang melakukan transaksi syariah
baik sektor public maupun sektor swasta. Dengan demikian, saat ini di Indonesia selain

memiliki PSAK Syariah juga ada Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)

konvergensi IFRS, SAK ETAP (Standar Akuntansi Keuangan-Entitas Tanpa Akuntabilitas

Publik) yang diluncurkan secara resmi pada tanggal 17 Juli 2009 dan Standae Akuntansi

Pemerintahan.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa adanya akuntansi syariah memiliki 2

alasan utama, yaitu : suatu tuntutan atas pelaksanaan syariah dan adanya kebutuhan

akibat pesatnya perkembangan transaksi syariah.

Anda mungkin juga menyukai