Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Akuntansi Perbankan
Syariah
SURABAYA
T.P 2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan atas khadirat allah SWT, yang telah memberikan rahmat
serta hidayah-Nya sehingga penyusunan makalah ini dapat diselesaikan tepat pada
waktunya. Makalah ini disusun sebagai tugas matakuliah “Akuntansi Syariah
” dengan judul “MAKALAH KERANGKA DASAR PENYUSUNAN DAN
PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN SYARIAH”.
kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar dalam makalah ini
baik dari segi kalimat maupun tata bahasa. Oleh karena itu kami berharap adanya
kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah di masa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Proses akuntansi yang dimulai dari identifikasi kejadian dan transaksi hingga
penyajian dalam laporan keuangan, memerlukan sebuah kerangka dasar penyusunan
dan penyajian laporan keuangn. Kerangka dasar atau kerangka konseptual akuntansi,
adalah suatu sistem yang melekat dengan tujuan-tujuan serta sifat dasar yang
mengarah pada standar yang konsisten dan terdiri atas sifat, fungsi dan batasan dari
akuntansi dan laporan keuangan.
Dalam makalah ini kami akan membahas kerangka dasar penyusunan dan
penyajian laporan keuangna syariah. Pembahasan diawali dengan diskusi tentang
perkembangan Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan
Syariah (KDPPLKS) dan diikuti dengan tujuan KDPPLKS, pemakai laporan
keuangan syariah, tujuan laporan keuangn, asumsi dasar, unsur-unsur laporan
keuangan, dan pengakuan serta pengukuran unsur-unsur laporan keuangan terseut.
Relevansi bab ini adalah sebagai dasar dalam memahami landasan yang digunakan
oleh penyusun standar dalam membuat standar akuntansi standar.
Telah banyak peneliti di bidang akuntansi, baik muslim maupun nonmuslim
yang menelaah teori maupun penelitian tentang tujuan maupun kerangka dasar atas
laporan keuangan syariah. Misalnya, AAOIFI (Accounting and Auditing
Organization for Islamic Financial Institutions), Dewan Standar Akintansi Indonesia
(DSAK) menusun PSAK Syariah tentang kerangka dasar penyusunan dan penyajian
laporan keuangan.
Kenapa kita mempelajari tentang kerangka dasar laporan keuangan syariah,
yaitu agar kita mampu mengetahui seperti apa kerangka dasar laporan keuangan
syariah setelah mengetahui dasar kerangka laporan keuangan syariah kita akan lebih
mudah untuk membuat laporan keuangan syariah.
2. Rumusan Masalah :
3. Tujuan Masalah:
BAB II
PEMBAHASAN
e) Haram atau segala sesuatu (unsur) yang dilarang tegas dalam Al-quran dan As-
sunnah, baik baik barang maupun jasa atau aktivitas operasional terkait.
· Uang hanya berfungsi sebagai alat tukar dan satuan pengukur nilai, bukan
sebagai komoditas
· Tidak menganut prinsip nilai waktu dari uang (time value of money)
· Transaksi dilakukan berdasarkan suatu perjanjian yang jelas dan benar serta
untuk keuntungan semua pihak tanpa merugikan pihak lain .
2. Informasi kepatuhan entitas syariah terhadap prinsip syariah, serta informasi asset,
kewajiban, pendapatan, dan beban yang tidak sesuai dengan prinsip syariah bila ada
dan bagaimana perolehan dan pengguanaannya.
3. Informasi untuk membantu mengevaluasi pemenuhan tanggung jawab entitas
syariah terhadap amanah dalam mengamankan dana, menginvestasikannya pada
tingkat keuntungan yang layak.
1. Posisi keuangan entitas syariah, disajikan sebagai neraca. Laporan ini menyajikan
informasi tentang sumber daya yang dikendalikan, struktur keuangan, likuiditas dan
solvabilitas serta kemampuan beradaptasi terhadap lingkungan.
2. Informasi kinerja entitas syariah, disajikan dalam laporan laba rugi. Laporan ini
diperlukan untuk menilai perubahan potensial sumber daya ekonomi yang mungkin
dikendalikan di masa depan.
4. Informasi lain, seperti laporan penjelasan tentang pemenuhan fungsi sosial entitas
syariah.
8. Asumsi dasar
1. Dasar akrual
Laporan keuangan disajikan atas dasar akrual, maksudnya bahwa pengaruh transaksi
dan peristiwa lain diakui pada saat terjadi (dan bukan pada saat kas atau setara kas
diterima atau dibayar) dan diungkapkan dalam catatan akuntansi serta dilaporkan.
Namun, dalam penghitungan pendapatan untuk tujuan pembagian hasil usaha
menggunakan dasar kas. Hal ini disebabkan bahwa prinsip pembagian hasil usaha
berdasarkan bagi hasil, pendapatan atau hasil yang dimaksud adalah keuntungan
bruto.
2. Kelangsungan usaha.
Laporan keuangan biasanya disusun atas dasar asumsi kelangsungan usaha entitas
syariah yang akan melanjutkan usahanya dimasa depan. Oleh karena itu, entitas
syariah diasumsikan tidak bermaksud atau berkeinginan melikuidasi atau mengurangi
secara material skala usahanya.
Karakteristik kualitatif merupakan cirri khas yang membuat informasi dalam laporan
keuangan berguna bagi pemakai. terdapat empat karakteristik kualitatif pokok, yaitu:
a.Dapat dipahami
b. Relevan
c.Andal
Andal diartikan sebagai bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material,
dan dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian yang tulus atau jujur (faithul
representation) dari yang seharusnya di sajikan atau yang sevara wajar diharapkan
dapat disajikan. Agar dapat diandalkan maka informasi harus memenuhi hal sebagai
berikut:
· Dicatat dan disajikan sesuai dengan substansi dan realitas ekonomi yang
sesuai dengan prinsif syari’ah dan bukan hanya bentuk hukumnya (substansi
mengungguli bentuk).
· Harus diarahkan untuk kebutuhan umum pemakai dan bukan pihak tertentu
saja (netral).
d. Dapat dibandingkan
Pemakai harus dapat dibandingkan laporan keuangan entitas syari’ah antar periode
untuk mengidentifikasi kecenderungan (trend) posisi dan kinerja keuangan. Agar
dapat dibandingkan, informasi tentang kebijakan akuntansi yang digunakan dalam
penyusunan laporan keuangan dan perubahan kebijakan serta pengaruh perubahan
tersebut juga harus diungkapkan termasuk ketaatan atas standar akuntansi yang
berlaku.
Kendala informasi yang relevan dan andal terdapat dalam hal sebagai berikut :
a.Tepat waktu
Jika terdapat penundaan yang tidak semestinya dalam pelaporan, maka
informasi yang dihasilkan akan kehilangan relevansinya. Manajemen mungkin perlu
menyeimbangkan manfaat relativ antara pelaporan tepat waktu dan ketentuan
informasi andal.
1. Posisi keuangan
Unsur yang terkait secara langsung dengan pengukuran posisi keuangan adalah
aset, kewajiban, dana syirkah temporer dan ekuitas. Pos-pos ini didefinisikan sebagai
berikut:
· Aset adalah sumber daya yang dikuasai oleh entitas syari’ah sebagai akibat dari
peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dimasa depn diharapkan akan
diperoleh entitas syari’ah. .
· Ekuitas adalah hak resijual atas aset entitas syari’ah setelah dikurangi semua
kewajiban dan dana syirkah temporer. Ekuitas dapat disubklasifikasikan menjadi
setoran modal pemegang saham, saldo laba, penyisihan saldo laba dan penyisihan
penyesuaian pemeliharaan modal.
Contoh penyususnan laporan posisi keuangan pada bank syariah:
Aset Xxx
Kas Xxx
Piutang: Xxx
Murabahah Xxx
Salam Xxx
Istishna Xxx
Ijarah
pembiayaa: Xxx
Mudharabah Xxx
Musyarakah Xxx
Persediaan Xxx
Jumlah Aset
KEWAJIBAN xxx
Simpanan xxx
Utang: xxx
Salam xxx
Istishna xxx
Jumlah Kewajiban
Musyarakah xxx
EKUITAS xxx
LAPORAN LABA-RUGI
Komponen-komponen laporan laba rugi bank syariah disusun dengan mengacu pada
PSAK untuk pos-pos umum. Dengan memperhatikan ketentuan dalam PSAK terkait,
bank syariah menyajikan laporan laba rugi yang mencakup, tetapi tidak terbatas, pada
pos-pos berikut:
Beban
administrasi (xxx)
Beban usaha
lain (xxx)
Beban
nonusaha (xxx)
2. Kinerja
Unsur yang langsung berkaitan dengan pengukuran penghasilan bersih (laba) adalah
penghasilan dan beban. Unsur penghasilan beban didefinisikan berikut ini:
Hak pihak ketiga atau bagi hasil dana syirkah temporer adalah bagian bagi hasil
pemilik dana atau keuntungan dan kerugian hasil investasi bersama entitas syari’ah
dalam suatu periode laporan keuangan.
Hak pihak ketiga atas bagi hasil tidak bisa dikelompokan sebagai beban (ketika
untung) atau pendapatan (ketika rugi). Namun, hak pihak ketiga atas bagi hasil
merupakan alokasi keuntungan dan kerugian kepada pemilik dana atas investasi yang
dilakukan bersama dengan entitas syari’ah.
Aset di catat sebesar pengeluaran kas (setara kas) yang di bayar atau sebesar nilai
wajar dari imbalan (consideration) yang di berikan untuk memperoleh aset tersebut
pada saat perolehan.
Aset dinilai dalam jumlah kas (stara kas) yang seharusnya dibayar bila aset yang
sama atau stara aset diperoleh sekarang.
kewajiban dinyatakn dalm jumlah kas (atau setara kas )yang tidak didiskonkan
(undiscounted) yang mungkin dapat diperlukan untuk menyelesaiakan
kewajiban (obligation) sekarang.
Aset dinyatakan dalam jumlah pas (setara kas) yang dapat diperoleh sekarang
dengan menjual aset dalam pelepasan normal (orderly disporal).
Kewajiban dinyatakan sebesar nilai penyelesaian : yaitu, jumlah kas (atau setara
kas) yang tidak didiskonkan yang diharapkan akan dibayarkan untuk memenuhi
kewajiban dalam pelaksanaan usaha normal. Dasar pengukuhn ini walaupun dapat
digunakan tetapi tidak mudah untuk diterapkan dalam kondisi saat ini. Mengingat
manajemen harus menjamin informasi yang disajikan adalah andal serta dapat
dibandingkan.
Catatan atas laporan keuangan meliputi penjelasan naratif atau rincian jumlah
yang tertera dalam laporan keuangan utama. Catatan atas laporan keuangan suatu
entitas syariah harus mengungkapkan hal-hal sebagai berikut:
a. Informasi tentang dasar penyusunsn laporan keuangan dan kebijakan
akuntansi yang dipilih dan diterapkan terhadap peristiwa dan transaksi yang
penting.
b. Informasi yang diwajiobkan dalam PSAK, tetapi tidak disajikan dalam neraca,
laporan laba rugi, laporan arus kas: perubahan ekuitas: laporan sumber dan
penggunaan zakat : dan laporan penggunaan dana kebajikan.
c. Informasi tambahan yang tidak disajikan dalam laporan keuangan, tetapi
diperlukan dalam rangka penyajian secara wajar.
d. Dalam rangka membantu pengguna laporan memahami laporan keuangan dan
membandingkannya dengan laporan keuangan entitas syariah lain , catatan
atas laporan keuangan umumnya disajikan dengan urutan sebagai berikut:
e. Pengungkapan mengenai dasar pengukuran dan kebijakan akuntansi yang
diterapkan.
f. Informasi pendukung pos-pos laporan keuangan sesuai urutan sebagaimana
pos-pos tersebut disajikan dalam laporan keuangan dan urutan penyajian
komponen laporan keuangan.
g. Pengungkapan lain termasuk kontijensi, komitmen dan pengungkapan
keuangan lainnya serta pengungkapan yang bersifat non-keuangan.
Kerangka dasar akuntansi disadari merupakan hal penting, dan untuk itu,
AAOIFI telah mengeluarkan pernyataan no. 1 dan 2. Manfaat dengan ditentukannya
tujuan akuntansi keuanagan untuk lembaga keuangan syariah menurut AAOIFI yaitu
sebagai berikut:
1. Dapat digunakan panduan bagi dewan standar untuk menghasilkan standar yang
konsisten.
2. Tujuan akan membatu bank dan lembaga keuangan syariah untuk memilih
berbagai alternatif metode akuntansi pada saat standar akuntansi belum mengatur.
Pendekatan yang digunakan oleh para pemikir islam dalam AAOIFI untuk
menyusun tujuan laporan keuangan lembaga keuangan syariah adalah dengan cara
mengambil seluruh pemikiran akuntansi kontemporer yang berlaku kemudian
melakukan tes dan analisis apakah pemikiran tersebut sejalan atau bertentangan
dengan syariah islam.
a. Untuk menentukan hak dan kewajiban dari pihak yang terlibat dengan
lembaga keuangan syariah tersebut, termasuk hak dan kewajiban dari
transaksi yang belum selesai, terkait dengan penerapan, kewajaran dan
ketaatan atas prinsip dan etika syariah islam.
b. b.Untuk menjaga asset dan hak-hak lembaga keuangan syariah.
c. c.Untuk meningkatkan kemampuan manajerial dan produktivitas dari lembaga
keuangan syariah.
d. d.Untuk menyiapkan informasi laporan keuangan yang berguna kepada
pengguna laporan keuangan sehingga mereka dapat membuat keputusan yang
tepat dalam berhubungan dengan lembaga keuangan.
1. Pemegang saham
2. Pemegang investasi
3. Pemilik dana (bagi Deposan Bank)
4. Pemilik dana tabungan
5. Pihak yang melakukan transaksi bisnis
6. Pengelola zakat
7. Pihak yang mengatur
Implementasi transaksi yang sesuai dengan paradigma dan azas transaksi syariah
harus memenuhi karakteristik sebagai berikut:
Bentuk laporan keuangan AAOIFI adalah laporan keuangan untuk perbankan syariah.
Antara lain berbentuk:
a) Relevan, laporan keuangan relevan harus memiliki nilai prediksi dan nilai
umpan balik serta harus disajikan tepat waktu, baik untuk laporan intern
maupun untuk laporan tahunan.
b) Dapat diandalkan, Hal ini berkaitan berarti dapat diandalakan sesuai dengan
kondisi yang melekat pada transaksi termasuk penggunaan cara atau metode
untuk penghitungan dari suatu transaksi.
c) Dapat dibandingkan, Informasi keuangan dapat dibandingkan antara lembaga
keuangan syariah dan diantara dua periode akuntansi yang berbeda bagi
lembaga keuangan yang sama.
d) Konsisten,Metode yang akan digunakan untuk penghitungan pada
pengungkapan akuntansi yang sama untuk dua periode penyajian laporan
keuangan.
e) Dapat dimengerti, Informasi yang disajikan dapat dimengerti dengan mudah
bagi rata-rata pengguna laporan keuangan.
f)
PERDEBATAN PARA PEMIKIR AKUNTANSI MENGENAI KERANGKA
AKUNTANSI
Konsep ini diartikan bahwa setiap perusahaan adalah suatu unit akuntansi yang
terpisah dan harus dibedakan dengan pemiliknya atau dengan perusahaan lain.
Terdapat beberapa teori tentang kepemilikan diantaranya ;
Para ulama fikih baik klasik maupun kontemporer serta para pemilik akuntansi islam,
masih berbeda pandapat mengenai teori ini. Mereka yang mendukung diantarannya
adalah Adnan dan Gaffikin (1997), Abdul Rahman (Napier, 2007), Attiah (1989).
Konsep tersebut beralasan bahwa dalam islam ada juga konsep akuntansi yang harus
terpisah dari unit akuntansi seperti Wakaf, Baitul Mall, Zakat, dan pemerintahan.
Sedangkan mereka yang tidak setuju dengan konsep ini di antaranya: Gambling
dan Karim (1991), Khan (Napier, 2007) beralasan bahwa perusahaan adalah suatu
bentuk entitas hukum yang tidak dapat dipisahkan dengan pemiliknya terutama yang
berkaitan dengan utang.
AAOIFI menerima konsep ini dengan dasar saling mempercayai dan masjid
telah menjadi contoh adanya konsep entitas unit akuntansi yang terpisah dalam
masyarakat islam.
3. Periodisasi
5. Konservatif
6. Harga perolehan
Merupakan konsep dimana aset dicatat sejumlah kas atau setara kas
yang dibayarkan pada aset memperoleh sesuatu, sedangkan kewajiban dicatat pada
jumlah uang yang akan diterima dari pertukaran atas kewajiban. Pemikir akuntansi
islam lebih memilih untuk menggunakan nilai sekarang dibandingkan harga
perolehan khususnya untuk merealisasikan zakat.
8. Dasar akrual
9. Pengungkapan penuh
PENUTUP
KESIMPULAN
Sedangkan konsep dasar akuntansi menurut pemikir islam masih terdapat banyak
perdebatan antara para pemikir. Perdebatan para pemikir akuntansi mengenai
kerangka akuntansi yaitu mengenai: (1) Entitas unit akuntansi, (2) Kegiatan usaha
yang berkelanjutan, (3) Periodisasi, (4) Satuan mata Uang, (5) Konservatif, (6) Harga
perolehan, (7) Penandingan antara pendapatan dan beban, (8) Dasar akrual, (9)
Pengungkapan penuh, (10) Substansi mengungguli bentuk. Sedangkan perdebatan
beberapa pemikiran ke depan diantaranya: (1) Neraca yang menggunakan Nilai saat
ini (current value balance sheet), (2) Kegiatan usaha yang berkelanjutan IFRS
(International Financial Reporting Standard, (3) Laporan Nilai Tambah (value added
statement) .