Anda di halaman 1dari 7

PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN SYARIAH

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Hukum Akuntansi Syariah

Dosen Pengampu :
Dr. Hj. Nur Fitry Latief, SE., Ak., MSA.,CA

Disusun Oleh :
Kelompok 1
Filiandini Irfila Bawo / 1812043 Sitti Nur Haritsah Rintjap / 20112035
Mohammad Rizky / 20112003 Taufik Ilham Prayoga / 20112016
Nabila Putri Damogalad / 20112028 Tirta K.Oelfa / 20112009
Praditya Mokodompit / 20112028

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
MANADO

1443 H /2022 M
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbilalamin Puji syukur kita haturkan kepada ALLAH SWT Yang
Maha Esa karena atas segala rahmatnya makalah dengan judul “Penyajian Laporan
Keuangan Syariah” ini dapat tersusun sampai selesai.

Tidak lupa pula kami juga mengucapkan banyak-banyak terima kasih kepada semua
pihak yang telah memberikan masukan baik secara materi maupun pikiran dalam proses
pengerjaan makalah ini.

Kami berharap agar makalah ini bisa berguna manambah wawasan pengetahuan dan
pengalaman bagi siapapun yang membaca, dan juga kami mengajak para pembaca untuk
memberikan saran agar kedepannya bisa ikut memperbaiki ataupun meberikan masukan
dan menambah isi makalah ini agar makalah ini dapat tersusun menjadi lebih baik.

Demi kesempurnaan makalah ini, segala kritik, saran, masukan bahkan teguran akan
senantiasa kami terima dengan lapang dada.

Manado, 19 April 2022

Penyusun

2
DAFTAR ISI

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perbankan syariah merupakan bagian dari entitas syariah yang berfungsi sebagai
lembaga intermediary keuangan diharapkan dapat menampilkan dirinya secara baik
dibandingkan dengan perbankan dengan sisitem yang lain (perbankan yang berbasis
bunga). Gambaran tentang baik buruknya suatu perbankan syariah dapat dikenali melalui
kinerjanya yang tergambar dalam laporan keuangan.
Laporan keuangan adalah laporan periodik yang disusun menurut prinsipprinsip
akuntansi yang diterima secara umum tentang status keuangan dari individu, asosiasi, atau
organisasi bisnis yang terdiri dari neraca, laporan laba rugi, dan laporan perubahan ekuitas
pemilik. Laporan keuangan bank sama saja dengan laporan keuangan perusahaan. Neraca
bank memperlihatkan gambaran posisi keuangan suatu bank pada saat tertentu. Laporan
laba-rugi memperlihatkan hasil kegiatan atau operasional suatu bank selama satu periode
tertentu.
Laporan ini disusun dari neraca pada dua periode dan laporan laba-rugi selama
periode yang dilaporkan. Selain dari ketiga komponen utama laporan keuangan diatas,
juga harus disertakan catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan
bagian integral dari laporan keuangan.1
Berbeda dengan perusahaan lainnya, bank diwajibkan menyertakan laporan
komitmen dan kontijensi, yaitu memberikan gambaran, baik yang bersifat tagihan maupun
kewajiban pada tanggal laporan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana definisi penyajian laporan keuangan syariah ?
2. Bagaimana tata cara penyusunan laporan keuangan lembaga-lembaga keuangan
syariah ?
3. Apa saja unsur-unsur dasar laporan keuangan syariah ?
4. Apa tujuan dari laporan keuangan syariah ?
5. Bagaimana contoh laporan keuangan syariah ?

1
Rahmat Ilyas, “Kerangka Dasar Penyusunan Dan Penyajian Laporan Keuangan Syariah,” Asy Syar’Iyyah:
Jurnal Ilmu Syari’Ah Dan Perbankan Islam 1, no. 1 (2016): 19–41, https://doi.org/10.32923/asy.v1i1.603.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Penyajian Laporan Keuangan Syariah

B. Bagaimana Tata Cara Penyusunan Laporan Keuangan Lembaga-lembaga


Keuangan Syariah
LKS secara berkala harus membuat Laporan Keuangan yang menggambarkan
kondisi keuangan LKS pada waktu tertentu. Laporan keuangan adalah catatan
informasi keuangan suatu perusahaan pada suatu periode akuntansi yang dapat
digunakan untuk menggambarkan kinerja perusahaan tersebut. Laporan keuangan
adalah bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap
biasanya meliputi :
1. Neraca
2. Laporan laba rugi komprehensif
3. Laporan perubahan ekuitas
4. Laporan perubahan posisi keuangan yang dapat disajikan berupa laporan
arus kas atau laporan arus dana
5. Catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian
integral dari laporan keuangan
Salah satu komponen dalam Catatan Laporan Keuangan adalah pengungkapan
– pengungkapan yang berhubungan dengan penerapan konsep syariah. Dengan
demikian, maka KAP yang melakukan audit atas LKS adalah KAP yang menguasai
transaksi syariah, sehingga Opini Auditor yang dikeluarkannya bisa sepenuhnya
dipercaya.2
Salah satu komponen pelaksanaan Audit atas Laporan Keuangan LKS yang
harus dicermati dengan baik oleh auditor adalah “memastikan bahwa aktivitas yang
dilakukan oleh LKS tidak melanggar syariah”. Oleh karena itu auditor harus
melakukan pengujian kepatuhan syariah secara menyeluruh terhadap aktivitas bank
syariah. M. Syafi'i Antonio memberikan kisi – kisi yang dilakukan pada auditor LKS:

2
Diana Fajarwati and MM S Dosen Akuntansi Fakultas Ekonomi UNISMA Djoko Sambodo, “Pengkajian
Tentang  Penyusunan Dan Penyajian Laporan Keuangan  Pada  Lembaga Keuangan Syariah,” Jrak 2 (2010):
15–31.

5
1. Pengungkapan kewajaran penyajian laporan keuangan danunsur kepatuhan
syariah
2. Memeriksa akunting dalam aspek produk, baik sumberdanaataupun
pembiayaan
3. Pemeriksaan distribusi profit
4. Pengakuan pendapatan cash basis secara riil
5. Pengakuan beban secara accrual basis
6. Dalam hubungan dengan bank koresponden depositori
7. Pengakuan pendapatan dengan bagi hasil.
8. Pemeriksaan atas sumber dan penggunaan zakat
9. Ada tidaknya transaksi yang mengandung unsur-unsur yang tidak sesuai
dengan syariah
Hal-hal di atas, bagi akuntan public harus disikapi sebagi tambahan atas
prosedur audit dari prosedur audit Lembaga Keuangan non Syariah. Tentu saja, auditor
harus membaca tambahan kisi – kisi di atas dengan menggunakan kaca mata bukan
akuntan. AAOIFI (Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial
Institutions) sebagai organisasi yang dianggap berwenang di sektor akuntansi syariah,
telah mengeluarkan standar auditnya sendiri.3
Standar Audit AAOIFI untuk LKS mencakup lima standar, yaitu tujuan dan
prinsip (objective and principles of audit), laporan auditor (auditor’s report), ketentuan
keterlibatan audit (terms of audit engagement), lembaga pengawas syariah (shari’a
supervisory board) dan tinjauan syariah (shari’a review).
1. Tujuan audit laporan keuangan secara umum adalah penyampaian opini
atas Laporan Keuangan klien dalam semua hal yang material dan sesuai
dengan aturan dan prinsip Islam, AAOIFI, standar akuntansi yang berlaku,
serta praktik yang biasa dilakukan dalam menjalankan LKS.
2. Laporan auditor pada dasarnya tidak berbeda dengan laporan auditor non
syariah, hanya ada tambahan tentang kepatuhan syariah.
3. Adanya perjanjian penugasan. Auditor dan klien harus menyetujui surat
penugasan audit.Surat penugasan audit itu sendiri adalah dokumen
penunjukan auditor serta menegaskan tanggung jawab auditor dan klien.
4. Lembaga pengawas syariah harus mendapat porsi khusus dalam laporan
audit.
3
Syamsul Hadi, “Audit Dan Tata Kelola Lembaga Keuangan Syariah,” Az Zarqa’ 9, no. 2 (2017): 169–81.

6
5. Tinjuan Syariah (shari’a review)merupakan sebuah pengujian yang luas
dari kepatuhan Syariah sebuah LKS, dalam seluruh kegiatannya.
Tujuanshari'areviewadalahuntukmemastikan bahwa seluruh aktivitas yang
diselenggarakan dalam LKS tidak bertentangandengan Syariah.DPS
bertanggung jawab untuk membuat dan mengungkapkan sebuah opini
terhadap kepatuhannya pada Syariah.
Audit atas LKS, secara umum tidak berbeda dengan audit secara umum yang
terdiri atas tigatahap, yaitu perencanaan, pengujian dan pelaporan. Hal yang
membedakan hanyalah permasalahan kepatuhan syariah yang mengharuskan
auditornya menguasai akuntansi syariah. Akuntan yang menguasai akuntansi syariah
pada saat ini ditengarai dengan dimilikinya gelar SAS (Sertifikasi Akuntan Syariah)
dan adanya kewajiban tambahan harus mengikuti standar AAOIFI selain standar audit
dari IAPI (Institut Akuntan Publik Indonesia). Dari paparan di atas dapat dipahami
bahwa audit LKS harus memenuhi unsur sebagai berikut:
1. audit dilakukan dengan tujuan untuk menguji kepatuhan LKS pada prinsip
dan aturan syariah dalam produk dan kegiatan usahanya sehingga auditor
dapat memberikan opini yang jelas apakah LKS yang telah diaudit tersebut
memenuhi shari'ah compliance atau tidak.
2. Audit telah menggunakan standar audit AAOIFI.
3. Audit syariah dilakukan oleh auditor bersertifikasi SAS
(SertifikasiAkuntansiSyariah).4
C. Unsur-unsur

4
Mahyuni Mahyuni, “KDPPLKSyariah.Pdf,” 2007, http://www.iaiglobal.or.id.

Anda mungkin juga menyukai