Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

AUDIT DAN KONTROL BANK SYARIAH


Mata Kuliah : Manajemen Syariah

Disusun oleh :
KELOMPOK III

HERYANTO W. LAHUSEN ( C201 19 419 )


MOH.THAIB ( C201 19 574 )
SYAHRUADNIN ( C201 19 437 )
FAISAL A. PUNINA ( C201 19 506 )
RAHMAT R. IBRAHIM ( C201 19 541 )
TAHRIMAN KAILI ( C201 19 485 )
IRMA YUSUP ( C201 19 376 )
SHEREN EVRIANA TANDI ( C201 19 585 )
LEDY ARTHA PURBA ( C201 19 492 )
FIRMANSYAH ( C 201 18 550)
HARYADI GUNAWAN ( C 201 19 372)

FAKULTAS EKONOMI & BISNIS


JURUSAN EKONOMI MANAJEMEN
PSDKU
UNIVERSITAS TADULAKO
AMPANA
TAHUN 2021

i
KATA PENGANTAR

Tiada kata yang pantas kami ucapkan terkecuali syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya kepada kami dalam menyusun dan menyelesaikan
makalah ini.
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi persyaratan Mata Kuliah
Manajemen Syariah. Selain itu, isi makalah dapat dijadikan pembelajaran dan pedoman dalam
kehidupan kita khususnya di bidang akademik.
Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada pihak yang terlibat dalam
pembuatan sampai makalah ini terselesaikan.
Kami sangat menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih banyak kekurangan dan
masih jauh dari kata sempurna terutama mengenai masalah dalam penyampaian bahasa dan struktur
isi makalah ini. Untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan dari pembaca,
semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

Ampana,………………2021
Penyusun

Kelompok III

ii
DAFTAR ISI

COVER................................................................................................................................ i

KATA PENGANTAR........................................................................................................ ii

DAFTAR ISI....................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................. 1

1. Latar Belakang............................................................................................................... 1

2. Tujuan.............................................................................................................................. 2

3. Rumusan Masalah.......................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN................................................................................................... 3

1. Pengertian Audit Syariah.............................................................................................. 3

2. Dasar Hukum Audit Syariah......................................................................................... 4

3. Jenis-jenis Audit Syariah............................................................................................... 6

4. Manfaat Audit Syariah.................................................................................................. 8

5. Kerangka Audit Syariah................................................................................................ 8

6. Sebab-sebab LKS (Lembaga Keuangan Syariah) Perlu di Audit Syariah............... 12

BAB III PENUTUP........................................................................................................... 13

1. Kesimpulan..................................................................................................................... 13
2. Saran............................................................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................... 15

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG
Lembaga keuangan syariah seperti halnya bank, memiliki karakteristik berbeda dengan
entitas konvensional. Perbedaan karakter tersebut mempengaruhi bentuk dan standar dalam
kegiatan pengawasan lembaga bank syariah termasuk pelaksanaan auditnya. Pengawasan
bank syariah yang berada dalam otoritas Bank Indonesia dan Dewan Syariah Nasional (DSN)
dilakukan dalam rangka menjaga kepatuhan terhadap prinsip prinsip dan aturan syariah
dalam operasional kegiatannya dan pelaporannya sesuai konsep perbankan syariah serta
sesuai prinsip akuntansi bertema umum. Bank Syariah menjadi salah satu bagian dari
Lembaga Keuangan Syariah (LKS) yang memiliki karakteristik berbeda dengan entitas
konvensional. Perbedaan karakter tersebut mempengaruhi bentuk dan standar dalam kegiatan
pengawasan lembaga bank syariah termasuk pelaksanaan auditnya.
Pengawasan bank syariah yang berada dalam otoritas Bank Indonesia (BI) dan Dewan
Syariah Nasional (DSN) dilakukan dalam rangka menjaga kepatuhan terhadap prinsip-prinsip
dan aturan syariah dalam operasional kegiatannya dan pelaporannya sesuai konsep perbankan
syariah serta sesuai prinsip akuntansi bertema umum. Dalam hal ini, Dewan Pengawas
Syariah (DPS) memiliki peran yang utama dalam pengendalian dalam aspek syariah dan
auditor memiliki peran utama dalam menguji (examination) penyajian laporan keuangan yang
fair.

Adapun standar audit yang berlaku pada LKS termasuk bank Syariah adalah standar
audit yang dikeluarkan dan disahkan oleh AAOIFI (Accounting and Auditing Organization
for Islamic Financial Institutions) yang berada di Manama, Bahrain

Lembaga Keuangan Syari’ah khususnya bank syariah bergerak di sektor keuangan


(finance) yang umumnya memiliki risiko yang tinggi di bisnisnya. Oleh karena itu, disamping
adanya pengawasan dan audit syariah, diperlukan elemen lain yang mendukung kesuksesan
perbankan syariah yaitu good corporate governance (tata kelola perusahaan yang baik).
Tujuan corporate governance secara umum adalah untuk mewujudkan keadilan bagi seluruh
pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan (stakeholder). Dalam mewujudkan
pengawasan bank syariah yang efektif dan efisien maka BI, DSN, dan DPS harus saling
bekerja sama dalam mengemban tugasnya dengan sebaik baiknya.

1
Audit syariah sendiri biasanya dilakukan oleh Team Audit Sharia Compliance yang
bertugas untuk membantu pekerjaan Dewan Pengawas Syariah (DPS) dalam memberikan
pengawasan atas praktik-praktik yang terjadi sehingga penyimpangan dari konsep perbankan
syariah dapat dicegah. Tugas tersebut juga bertujuan agar standar yang diterapkan oleh
perbankan syariah sesuai dengan standar yang telah ditentukan oleh AAOIFI (Auditing and
Accounting Organization for Islamic Financial Institutions).1

2. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah pada makalah ini yaitu:
1. Apa yang di maksud dengan audit syariah?
2. Bagaimana dasar hukum audit syariah?
3. Apa saja jenis-jenis audit syariah?
4. Apa Manfaat Audit Syariah?
5. Bagaimana kerangka audit syariah?
6. Apa pentingnya audit syariah?

3. TUJUAN
Tujuan penulisan makalah ini selain untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen
Syariah tentunya melihat dari rumusan masalah diatas, juga bertujuan sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui yang di maksud dengan audit syariah.

2. Untuk mengetahui dasar hukum audit syariah.

3. Untuk mengetahui jenis-jenis audit syariah.

4. Untuk mengetahui Manfaat Audit Syariah.

5. Untuk mengetahui kerangka audit syariah.

6. Untuk mengetahui pentingnya audit syariah.

1
Dece, ‘Akhmad Mujahidin, Pengawas LKS Cet. Ke-4, (Depok: RajaGrafindo Persada, 2017), h.47 1’, 2019, 1–21
<https://www.academia.edu/39155382/MAKALAH_AUDIT_BANK_SYARIAH>.

2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Audit Syariah

Menurut Alvin A Arens dan James K Loebbecke (1980), auditing adalah suatu set
prosedur yang sesuai dengan norma pemeriksaan akuntan yang memberikan informasi
sehingga agunan dapat menyatakan satu pendapat tentang apakah laporan keuangan yang
diperiksa disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku. 2
Audit adalah faktor penting untuk menjamin akuntabilitas perusahaan, hal ini untuk
mengeksplorasi audit Syariah yang selanjutnya memungkinkan praktisi dan pengguna
menggunakan pengetahuan yang diperoleh baik dalam audit konvensional serta perspektif
Islam. Auditing merupakan salah satu bentuk atestasi. Atestasi, pengertian umumnya
merupakan suatu komunikasi dari seorang expert mengenai kesimpulannya tentang
reabilitas dari pernyataan seseorang Auditing adalah suatu proses dengan apa seseorang
yang mampu dan independent dapat menghimpun dan mengevaluasi bukti-bukti dari
keterangan yang terukur dasri suatu kesatuan ekonomi dengan tujuan untuk
mempertimbangkan dan melaporkan tingkat kesesuaian dari keterangan yang terukur
tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan.
Untuk mengetahui dengan jelas pengertian auditing, berikut ini akan dikemukakan
definisi- definisi auditing yang diambil dari beberapa sumber antara lain sebagai berikut :3
Menurut Arens et al adalah: “Auditing adalah proses pengumpulan dan pengevaluasi
bukti tentang informasi yang dapat diukur mengenai suatu entitas ekonomi yang dilakukan
oleh seorang yang kompoeten dan independen untuk menentukan dan melaporkan
kesesuaian kesesuaian informasi dimaksud dan kriteriakriteria yang telah ditetapkan.
Auditing seharusnya dilakukan oleh orang yang independen dan kompeten.
Sedangkan pengertian auditing menurut Mulyadi auditing adalah suatu proses sistematik
untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-
pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan
tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah
ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan”
Secara umum Audit Syari‟ah adalah untuk melihat dan mengawasi, mengontrol dan

2
Dece.
3
Dece.

3
melaporkan transaksi, sesuai aturan dan hukum Islam yang bermanfaat, benar, tepat waktu
dan laporan yang adil untuk pengambilan keputusan.
Auditing syariah lebih luas cangkupannya dari auditing konvensional, dimana
auditing syariah selain mengacu pada standar audit nasional dan internasional juga
mengacu pada prinsip-prinsip syariah. Dalam audit syariah bisa menerapkan aturan audit
nasional dan internasional selama tidak bertentangan dengan prinsip syariah. Berdasarkan
AAOIFI-GSIFI menjelaskan bahwa audit syariah adalah laporan internal syariah yang
bersifat independen atau bagian dari audit internal yang melakukan pengujian dan
pengevaluasian melalui pendekatan aturan syariah, fatwa- fatwa, instruksi dan lain
sebagainya yang diterbitkan fatwa IFI dan lembaga supervisi syariah.
Dapat disimpulkan pengertian audit syariah adalah salah satu unsur melalui
pendekatan administratif dengan menggunakan sudut pandang keterwakilan. Oleh karena
itu, auditor merupakan wakil dari para pemegang saham yang menginginkan pekerjaan
(investasi) mereka sesuai dengan hukum-hukum syariat Islam.

2. Dasar Hukum Audit Syariah

1. Dasar Hukum Dalam Al-Qur’an

Landasan syariah dari pelaksanaan audit syariah antara lain dapat dirujuk pada
penafsiran atas QS. Al Hujurat [49]: 6 yang terjemahan artinya adalah sebagai berikut:
"Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita,
maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu
kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu
itu." Ayat ini menunjukkan pentingnya pemeriksaan secara teliti atas sebuah informasi
karena bisa menjadi penyebab terjadinya musibah atau bencana.
Dalam konteks audit syariah, pemeriksaan laporan keuangan dan informasi keuangan
lainnya juga menjadi sangat penting, mengingat keduanya dapat menjadi sumber
malapetaka ekonomi berupa krisis dan sebagainya jika tidak dikelola secara maksimal.4

Al-Qur’an Q.s Al-A’raaf (7) ayat 85:

4
Minarni Minarni, ‘Audit Syariah, Dan Tata Kelola Lembaga Keuangan Syariah’, La_Riba, 7.1 (2013), 29–40
<https://doi.org/10.20885/lariba.vol7.iss1.art3>.

4
‫َو ىَل ٰ َمدْ يَ َن َأ َخامُه ْ ُش َع ْي ًبا ۗ قَا َل اَي قَ ْو ِم ا ْع ُبدُ وا اهَّلل َ َما لَمُك ْ ِم ْن لَٰ ٍه غَرْي ُ ُه ۖ قَدْ َج َاء ْتمُك ْ ب َ ِي ّنَ ٌة ِم ْن َر ِبّمُك ْ ۖ فََأ ْوفُوا ْال َك ْي َل‬
‫ِإ‬
‫َوِإالْ ِم َزي َان َواَل تَ ْبخ َُسوا النَّ َاس َأ ْش َي َاءمُه ْ َواَل تُ ْف ِسدُ وا يِف اَأْل ْر ِض ب َ ْعدَ ْصاَل هِح َا ۚ َذٰ ِلمُك ْ َخرْي ٌ لَمُك ْ ْن ُك ْنمُت ْ مُْؤ ِم ِن َني‬
‫ِإ‬ ‫ِإ‬
“Dan (kami telah mengutus) kepada penduduk Mad-yan saudara mereka, Syu'aib. ia

berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya.

Sesungguhnya telah datang kepadamu bukti yang nyata dari Tuhanmu. Maka

sempurnakanlah takaran dan timbangan dan janganlah kamu kurangkan bagi manusia

barang-barang takaran dan timbangannya, dan janganlah kamu membuat kerusakan di

muka bumi sesudah Tuhan memperbaikinya. yang demikian itu lebih baik bagimu jika betul-

betul kamu orang-orang yang beriman".


Q.s Al-An’aam (6) ayat 152:

‫َواَل تَ ْق َربُوا َما َل الْ َي ِت ِمي اَّل اِب لَّيِت يِه َ َأ ْح َس ُن َحىَّت ٰ ي َ ْبلُ َغ َأ ُشدَّ ُه ۖ َوَأ ْوفُوا ْال َك ْي َل َوالْ ِم َزي َان اِب لْ ِق ْسطِ ۖ اَل نُلَك ِ ّ ُف ن َ ْف ًسا‬
‫ِإ‬
َ ‫اَّل ُو ْس َعهَا ۖ َو َذا قُلْمُت ْ فَا ْع ِدلُوا َول َ ْو اَك َن َذا قُ ْرىَب ٰ ۖ َو ِب َعهْ ِد اهَّلل ِ َأ ْوفُوا ۚ َذٰ ِلمُك ْ َو َّصامُك ْ ِب ِه لَ َعلَّمُك ْ ت ََذكَّ ُر‬
‫ون‬
‫ِإ‬ ‫ِإ‬
“Dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih bermanfaat,

hingga sampai ia dewasa. dan sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil. Kami

tidak memikulkan beban kepada sesorang melainkan sekedar kesanggupannya. dan apabila

kamu berkata, Maka hendaklah kamu Berlaku adil, Kendatipun ia adalah kerabat(mu), dan

penuhilah janji Allah. yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu ingat.”
2. Hadist

Hadis riwayat Abu Dawud, dari Abu Hurairah, Rasul Saw bersabda: Artinya : Aku

jadi yang ketiga antara dua orang yang berserikat selama yang satu tidak khianat kepada

yang lainnya, apabila yang satu berkhianat kepada pihak yang lain, maka keluarlah aku

darinya.

Hadis Nabi Riwayat Tirmidzi dari „Amr Bin Auf : Artinya : Perdamaian dapat

dilakukan diantara kaum muslimin kecuali perdamaian yang mengharamkan yang halal atau

menghalalkan yang haram ; dan kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat mereka kecuali

syarat yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram.

Hadis Nabi Dikeluarkan ibnu majah dari ibadah ibnu shamit dalam sunannya/Kitab

Al-Ahkam : Nomor Hadis 1332 dan diriwayatkan oleh Ahmad dari Ibnu Abas, dan Malik

5
dari Yahya) 10 Artinya: Rasulullah s.a.w. menetapkan: Tidak boleh

membahayakan/merugikan orang lain dan tidak boleh (pula) membalas bahaya (kerugian

yang ditimbulkan oleh orang lain) dengan bahaya (perbuatan yang merugikannya).

3. Undang-Undang Acounting and Auditing Standards for Islamic Financial Institution

(AAOIFI). Dimana AAOIFI telah menyusun :

1. Tujuan dan konsep akuntansi keuangan untuk lembaga keuangan.

2. Standar Akuntansi untuk lembaga keuangan, khususnya bank.

3. Tujuan dan standar auditing untuk lembaga keuangan

4. Kode etik untuk akuntan dan auditor lembaga keuangan5

3. Jenis-Jenis Audit Syariah

Adapun jenis-jenis Audit syariah yaitu :

1. Auditor Internal

Internal Audit menurut Sawyer (2005:10) adalah sebuah penilaian yang sistematis dan

obyektif yang dilakukan auditor internal terhadap operasi dan kontrol yang berbeda-beda

dalam organisasi untuk menentukan apakah hal- hal sebagai berikut :6

1. Informasi keuangan dan operasi telah akurat dan dapat diandalkan

2. Risiko yang dihadapi perusahaan telah diidentifikasi dan diminimalisasi


3. Peraturan eksternal serta kebijakan dan prosedur internal yang bisa diterima telah

diikuti.

4. Kriteria operasi yang memuaskan telah dipenuhi.

5. Sumber daya telah digunakan secara efisien dan ekonomis.

6. Tujuan organisasi telah dicapai secara efektif

Pemeriksaan yang dilakukan auditor internal lebih rinci dibandingkan dengan

pemeriksaan yang dilakukan oleh auditor eksternal. Internal auditor tidak memberikan opini

terhadap kewajaran laporan keuangan karena auditor internal merupakan orang dalam

5
Dece.
6
Abdi Saputra, ‘Pengaruh Sistem Internal , Kontrol , Audit Internal Dan Penerapan Good Corporate Governance
Terhadap Kecurangan ( FRAUD ) Perbangkan ( Studi Kasus Pada Bank Syariah Anak Perusahaan BUMN Di
Medan )’, Riset Dan Jurnal Akuntansi, 1.1 (2017), 48–55.

6
perusahaan yang tidak independen. Laporan internal auditor mencangkup pemeriksaan

mengenai kecurangan dan penyimpangan, kelemahan pengendalian internal , dan

rekomendasi perbaikan. Audit internal dibagi menjadi : 7

1. Komite Audit dan Tata Lembaga Keuangan Islam.

Komite ini bertanggung jawab untuk fungsi-fungsi berikut, sistem pengendalian

internal, dan penggunaan rekening investasi terbatas, kepatuhan syari'ah, rekening

sementara dan tahunan dan praktek akuntansi dan audit.

2. Dewan Pengawas Syariah

Bertanggung jawab untuk mengeluarkan fatwa, merumuskan kebijakan sesuai dengan

syari'at, dan memberikan dukungan syari'ah dengan produk dan jasa dari Lembaga

Keuangan Islam. Peran dasar mereka adalah sebagai persetujuan atau stamping otoritas.

Fungsi utama dewan Syariah adalah sebagai penasihat dan pemberi sran kepada Direksi

Bursa sebagai penyelenggara Pasar Komoditas Syariah mengenai hal-hal yang berkaitan

dengan aspek syariah dalam penyelenggaraan Pasar Komoditas Syariah Auditor internal

bertanggung jawab untuk melakukan audit internal dan untuk memastikan Lembaga

Keuangan Islam mematuhi syari'at dan semua transaksi dan kontrak yang dilaksanakan

dalam kerangka syari'at. Beberapa Lembaga Keuangan Islam juga memiliki petugas syari'at

mereka sebagai unit bekerja sama dengan auditor internal atau mereka adalah bagian dari
auditor internal

2. Auditor Eksternal
Auditor eksternal bertanggung jawab untuk memberikan pendapat mereka apakah
transaksi dan kontrak yang dalam syari'at kebijakan, peraturan Dimana auditor internal dan
eksternal juga bertanggung jawab untuk menguji kepatuhan syari'ah lembaga keuangan
syari‟ah Selain itu, masih ada perdebatan berlangsung pada siapa harus melakukan audit
syari'ah. Studi Kasim menemukan bahwa beberapa responden lebih suka praktek syari'at
audit yang akan dilakukan oleh orang-orang yang memenuhi syarat dalam syari'at saja.
Lainnya ingin audit syari'ah menjadi tanggung jawab auditor internal atau departemen
syari'ah lembaga keuangan syari‟ah masing-masing atau anggota komite syari'at.8
7
Dece.
8
Dece.

7
4. Manfaat Audit Syariah
1. Audit diperlukan untuk meningkatkan kepercayaan pengguna laporan keuangan
keuangan apakah telah disusun sesuai peraturan yang berlaku atau tidak.
2. Untuk menetapkan standar dan memberikan pedoman Lembaga Keuangan syari’ah

mengenai tujuan dan prinsip umum pelaksanaan audit atas laporan keuangan yang

disajikan oleh lembaga keuangan Islam yang beroperasi sesuai dengan prinsip dan

aturan syari’ah.
3. Agar auditor mampu menyatakan suatu pendapat apakah laporan keuangan yang
disusun oleh lembaga keuangan syari‟ah, dari semua aspek yang bersifat material,
benar dan wajar sesuai dengan aturan dan prinsip syari‟ah, standar akuntansi AAOIFI,
serta standar dan praktek akuntansi nasional yang berlaku pada negara itu.9

5. Kerangka Audit Syariah

1. Hal-hal yang dilakukan pada audit bank syariah meliputi:

a. Pengungkapan kewajaran penyajian laporan keuangan dan unsur kepatuhan syariah,

b. Memeriksa akunting dalam aspek produk, baik sumber dana ataupun pembiayaan.

c. Pemeriksaan distribusi profit

d. Pengakuan pendapatan cash basis secara riil

e. Pengakuan beban secara accrual basis

f. Dalam hubungan dengan bank koresponden depositori, pengakuan pendapatan dengan

bagi hasil.

g. Pemeriksaan atas sumber dan penggunaan zakat

h. Ada tidaknya transaksi yang mengandung unsur-unsur yang tidak sesuai dengan syariah

Hal-hal di atas adalah unsur-unsur yang harus ada dalam audit syariah, meskipun

demikian prosedur audit yang telah ada tetap memiliki peran dalam audit pada

perbankan syariah.

2. Prosedur audit secara umum antara lain:

a. Prosedur analitis/mempelajari dan membandingkan data yang memiliki hubungan

b. Menginspeksi/pemeriksaan dokumen, catatan dan pemeriksaan fisik atas sumbersumber

berwujud,
9
Dece.

8
c. Mengkonfirmasi/pengajuan pertanyaan pada pihak intern atau ekstern untuk mendapat

informasi

d. Menghitung dan menelusur dokumen

e. Mencocokkan ke dokumen. AAOIFI (Accounting and Auditing Organization for Islamic

Financial Institutions) sebagaimana telah disebutkan sebelumnya mengeluarkan dan

mensahkan standar audit yang berlaku pada lembaga keuangan syariah termasuk bank

yang kemudian banyak diacu di berbagai negara.

Standar Auditing AAOIFI untuk audit pada lembaga keuangan syariah sendiri mencakup

lima standar, yaitu tujuan dan prinsip (objective and principles of auditing), laporan auditor

(auditor’s report), ketentuan keterlibatan audit (terms of audit engagement), lembaga

pengawas syariah (shari’a supervisory board), tinjauan syariah (shari’a review).

Adapun penjelasan singkat dari kelima standar tersebut adalah Pertama terkait tujuan dan
prinsip. Tujuan dari sebuah audit laporan keuangan yaitu untuk memungkinkan auditor
menyampaikan opini atas laporan keuangan tertentu dalam semua hal yang material dan
sesuai dengan aturan dan prinsip Islam, AAOIFI, standar akuntansi nasional yang relevan,
serta praktek di negeri yang mengoperasikan lembaga keuangan. Adapun prinsip etika profesi
meliputi, kebenaran, integritas, dapat dipercaya, keadilan dan kewajaran, kejujuran,
independen,objekivitas, kemampuan professional, bekerja hati-hati,menjaga kerahasiaan,
perilaku professional dan menguasai standar teknis10.

Kedua terkait laporan auditor Elemen dasar dari laporan auditor (judul, alamat, paragraf

pembukaan atau pengenalan, cakupan paragraf (gambaran dari audit), acuan ASIFI dan

standar nasional yang relevan atau praktek, Uraian pekerjaan yang dilakukan auditor,

Paragraf opini berisi sebuah ungkapan opini tentang laporan keuangan, Tanggal Laporan,

Alamat Auditor dan Tanda Tangan Auditor).

Terkait ruang lingkup paragraf,laporan auditor harus menggambarkan cakupan audit

dengan menyatakan bahwa audit telah dilaksanakan sesuai ASIFI dan standar nasional yang

relevan atau praktek telah sesuai dan tidak melanggar aturan dan prinsip Syariah. Ruang

lingkup mengacu pada kemampuan auditor untuk melaksanakan prosedur audit yang

10
Dece.

9
dianggap penting dalam hal itu. Hal ini meyakinkan para pembaca bahwa audit telah berjalan

sesuai ketetapan standar maupun praktek.

Disamping itu juga telah sesuai dengan standar auditing nasional atau praktek mengikuti
negara tempat auditor berada, hal ini terlihat dalam alamat auditor.Laporan itu termasuk
sebuah pernyataan bahwa audit telah direncanakan dan dilaksanakan untuk memperoleh
jaminan layak mengenai apakah laporan keuangan bebas dari pernyataan salah yang material.

Ketiga terkait ketentuan keterlibatan audit. Auditor dan klien harus menyetujui ketentuan

perjanjian. Istilah setuju perlu disampaikan dalam surat penugasan audit sesuai kontrak. Isi

dasar surat perjanjian adalah dokumen surat penunjukan dan menegaskan tanggung jawab

auditor untuk klien dan bentuk setiap laporan yang akan diberikan oleh auditor.

Keempat berkaitan dengan shari’a supervisory board yang intinya berisi penunjukan,

komposisi dan laporan DPS.

Kelima berkaitan dengan tujuan Syariah (shari’a review). Shari'ah review merupakan

sebuah pengujian yang luas dari kepatuhan Syariah sebuah LKS, dalam seluruh kegiatannya.

Pengujian ini meliputi penunjukan, persetujuan, kebijakan, produk, transaksi,

memorandum (surat peringatan), dan anggaran dasar dari perserikatan, laporan keuangan,

laporan (khususnya audit internal dan pengawasan bank central), sirkulasi, dll. Tujuan dari

sebuah shari'a review adalah untuk memastikan bahwa seluruh aktivitas yang

diselenggarakan dalam LKS tidak bertentangan dengan Syariah.

DPS bertanggung jawab untuk membuat dan mengungkapkan sebuah opini dari suatu

Lembaga Keuangan Syariah terhadap kepatuhannya pada Syariah.

3. Laporan auditor harus menggambarkan, antara lain:

a. Pengujian, pada sebuah uji dasar, bukti yang mendukung sejumlah laporan keuangan dan

pengungkapan.

b. Menilai/menaksir prinsip akuntansi yang digunakan dalam persiapan laporan keuangan.

c. Menilai perkiraan signifikan yang dibuat oleh manajemen dalam persiapan laporan

keuangan.

10
d. Mengevaluasi presentasi laporan keuangan secara keseluruhan.

Secara ringkas, audit Syariah terdiri dari tiga tahap, yaitu perencanaan, pengujian dan

pelaporan. Dengan kerangka ini dan penjelasan di atas, maka nampak sejumlah perbedaan

audit syariah dan audit konvensional, yaitu11

NO Audit Syariah Audit Konvensional

1 Obyeknya LKS atau Lembaga Keuangan Bank Obyeknya Lembaga Keuangan Bank
maupun Non Bank yang beroperasi dengan maupun Non Bank yang tidak
prinsip Syariah beroperasi berdasarkan prinsip
Syariah

2 Mengharuskan adanya peran DPS Tidak ada peran Dewan Pengawas


Syariah (DPS)

3 Audit dilakukan oleh Auditor bersertifikasi Audit dilakukan oleh Auditor Umum
SAS (Sertifikasi Akuntansi Syariah) tanpa ketentuan bersertifikasi SAS

4 Standar Audit AAOIFI Standar Auditing IAI

5 Opini berisi tentang Shari'a Compliance atau Opini berisi tentang kewajaran atau
tidaknya LKS tidaknya atas penyajian laporan
keuangan perusahaan

4. Kerangka audit syariah antara lain memenuhi unsur sebagai berikut:

a. Audit syariah dilakukan dengan tujuan untuk menguji kepatuhan perbankan syariah

pada prinsip dan aturan syariah dalam produk dan kegiatan usahanya sehingga auditor

syariah dapat memberikan opini yang jelas apakah bank syariah yang telah diaudit

tersebut shari'ah compliance atau tidak.

b. Audit syariah diselenggarakan dengan acuan standar audit yang telah ditetapkan oleh

AAOIFI.

c. Audit syariah dilakukan oleh auditor bersertifikasi SAS (Sertifikasi Akuntansi Syariah)

11
Minarni.

11
d. Hasil dari audit syariah berpengaruh kuat terhadap keberlangsungan usaha perbankan
Syariah dan kepercayaan seluruh pihak atas keberadaan LKS12

6. Sebab-sebab LKS (Lembaga Keuangan Syariah) Perlu di Audit Syariah

Hal-hal yang menyebabkan mengapa perusahaan atau Lembaga Keuangan Syariah

dalam menjalankan bisnisnya perlu diaudit :

1. Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi keuangan. Dalam

pencatatannya dapat terjadi kesalahan baik yang tidak sengaja atau yang tidak disengaja.

Bila disengaja, ini merupakan indikasi adanya kecurangan dari perusahaan.

2. Perusahaan dalam membuat laporan keuangan sesuai dengan kepentingannya agar

terlihat asetnya banyak dan labanya besar sehingga dapat menarik investor memberikan

dananya agar dikelola perusahaan.

3. Adanya perusahaan yang membesarkan biaya sehingga laba terlihat kecil, hal ini untuk

mengurangi pajak dan zakat.


4. Adanya ketidak percayaan publik terhadap perusahaan sehingga diperlukan auditor
sebagai pihak ketiga diluar lingkungan perusahaan yang independen yang dapat menilai
kewajaran perusahaan13

BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan

a. Audit syariah adalah salah satu unsur melalui pendekatan administratif dengan

menggunakan sudut pandang keterwakilan. Oleh karena itu, auditor merupakan wakil

dari para pemegang saham yang menginginkan pekerjaan (investasi) mereka sesuai

dengan hukum-hukum syariat Islam

12
Dece.
13
Dece.

12
b. Dasar hukum audit syariah terkandung dalam Al-Qur’an, hadist, UUD serta dalam

Acounting and Auditing Standards for Islamic Financial Institution (AAOIFI)

c. Tujuan audit syariah secara garis besar adalah Untuk memastikan kesesuaian seluruh

operasional bank dengan prinsip dan aturan syariah yang digunakan sebagai pedoman

bagi manajemen dalam mengoperasikan bank syariah

d. Jenis audit syariah terbagi atas audit eksternal dan internal diaman audit internal

memiliki Komite Audit dan Tata Lembaga Keuangan Islam dan Dewan Pengawas

Syariah (DPS).

e. Manfaat audit syariah secara umum adalah untuk meningkatkan kepercayaan pengguna

laporan keuangan terhadap laporan keuangan apakah telah disusun sesuai peraturan yang

berlaku atau tidak.

f. Kerangka audit Syariah Terbagi atas Pertama terkait tujuan dan prinsip, Kedua terkait

laporan auditor Elemen dasar dari laporan auditor , Ketiga terkait ketentuan keterlibatan

audit, Keempat berkaitan dengan shari’a supervisory board yang intinya berisi

penunjukan, komposisi dan laporan DPS. Kelima berkaitan dengan tujuan Syariah

(shari’a review).

g. Audit syariah sangat berperan penting sebagai Laporan keuangan merupakan salah satu

sumber informasi keuangan, Perusahaan dalam membuat laporan keuangan sesuai,


Adanya perusahaan yang membesarkan biaya sehingga laba terlihat kecil, hal ini untuk

mengurangi pajak dan zakat, Adanya ketidak percayaan publik terhadap perusahaan

sehingga diperlukan auditor sebagai pihak ketiga diluar lingkungan perusahaan yang

independen

2. Saran
Penyusun menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih belum sempurna.
Penulis sangat membutuhkan kritik dan saran yang sifatnya membangun, untuk
kesempurnaan makalah ini dan penyusun juga berharap pembaca dapat mengambil
manfaat dan meningkatkan wawasan serta pengetahuan tentang Audit dan Kontrol Bank
Syariah.

13
DAFTAR PUSTAKA

Dece, ‘Akhmad Mujahidin, Pengawas LKS Cet. Ke-4, (Depok: RajaGrafindo Persada, 2017),
h.47 1’, 2019, 1–21
<https://www.academia.edu/39155382/MAKALAH_AUDIT_BANK_SYARIAH>

Minarni, Minarni, ‘Audit Syariah, Dan Tata Kelola Lembaga Keuangan Syariah’, La_Riba,
7.1 (2013), 29–40 <https://doi.org/10.20885/lariba.vol7.iss1.art3>

Saputra, Abdi, ‘Pengaruh Sistem Internal , Kontrol , Audit Internal Dan Penerapan Good
Corporate Governance Terhadap Kecurangan ( FRAUD ) Perbangkan ( Studi Kasus
Pada Bank Syariah Anak Perusahaan BUMN Di Medan )’, Riset Dan Jurnal Akuntansi,

14
1.1 (2017), 48–55

15

Anda mungkin juga menyukai