Anda di halaman 1dari 16

AUDIT DALAM BANK SYARIAH

(Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas UAS mata kuliah Bank Syariah)

Dosen Pengampu : Luki Karunia

Disusun Oleh:

Kelompok 7

Zilva Gusri Novita 11190530000002

Aulia Qamara Rusdi 11190530000006

Muhammad Hafizh Kurniawan 11190530000029

Intan Permana Putri 11190530000176

PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH

KONSENTRASI MANAJEMEN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1443H / 2022M

i
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah SWT yang maha pengasih dan maha penyayang, yang telah
memberikan rahmat dan hidayah Nya kepada kami sehingga makalah ini selesai dengan
baik dan tepat waktu. Shalawat serta salam kami junjungkan kepada Nabi Muhammad
SAW kepada keluarganya, sahabatnya, serta umatnya.

Penulis menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
pembuatan makalah ini, dan terimakasih juga kepada Bapak Luki Karunia selaku dosen
pengampu Bank Syariah yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat kepada kami.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas UAS mata kuliah Bank Syariah yang berjudul
“Audit Dalam Bank Syariah”.

Akhir kata dari kami semoga makalah ini dapat memberikan ilmu yang bermanfaat bagi
pembaca dan tidak lupa kami ucapkan mohon maaf apabila dalam makalah ini ada
kekurangan dalam penyusunan. Dengan senang hati kami menerima kritik dan saran agar
pembuatan makalah selanjutnya lebih baik lagi.

Ciputat, 24 Juni 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................................1

A. Latar Belakang ....................................................................................................1

B. Rumusan Masalah ...............................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN ...............................................................................................3

A. Pengertian dari Audit Syariah ..............................................................................3

B. Dasar Hukum Audit Syariah..................................................................................4


C. Jenis-Jenis Audit Syariah .....................................................................................5
D. Perkembangan Audit Syariah ...............................................................................7
E. Manfaat Audit Syariah ..........................................................................................9
F. Proses atau Tahapan Audit Syariah ....................................................................10
BAB III PENUTUP ......................................................................................................12
A. Kesimpulan .........................................................................................................12
B. Saran ...................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................13

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perbankan Syariah merupakan idustri keuangan dalam bentuk perbankan yang
menjalankan prinsip syariah sebagai dasar hukumnya. Dalam operasionalnya, segala
bentuk transaksi harus memiliki laporan yang jelas dan akurat. Antar perbankan
syariah tentunya akan memiliki laporan yang berbeda-beda, tergantung dari
bagaimana operasionalnya dalam jangka waktu tertentu. Laporan keuangan ini
nantinya akan dipertanggungjawabkan oleh pihak bank syariah kepada Tim Audit
Syariah.
Audit syariah menjadi salah satu cara untuk menjaga dan memastikan integritas
lembaga keuangan syariah dalam menjalankan prinsip syariah. Audit syariah dapat
memberikan assurance kepada stakeholder serta sangat dibutuhkan untuk merespon
perkembangan industri keuangan syariah yang cepat ini. Apabila terjadi kegagalan
dalam audit syariah, akan berdampak buruk bahkan menyebabkan kegagalan dalam
pemenuhan prinsip syariah itu sendiri (Aulia: 2020: 3).
Maka dari itu, dalam makalah ini kami menjelaskan mengenai Audit Dalam Bank
Syariah yang memiliki pembahasan mengenai apa itu audit syariah dan apa saja ruang
lingkupnya.

B. Rumusan masalah
Untuk mempermudah dalam menyampaikan pembahasan, kami membuat
rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apakah pengertian dari audit syariah?
2. Bagaimana dasar hukum dari audit syariah?
3. Apa saja jenis-jenis audit syariah?
4. Bagaimana perkembangan audit syariah?
5. Apa saja tujuan dan manfaat dari audit syariah?
6. Bagaimana Proses atau Tahapan Audit Syariah?

1
C. Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah diatas, dapat dijelaskan bahwa tujuan dari penulisan
makalah ini adalah untuk mengetahui:
1. Pengertian dari audit syariah
2. Dasar Hukum audit syariah
3. Jenis-jenis audit syariah
4. Perkembangan audit syariah
5. Tujuan dan manfaat audit syariah
6. Proses atau tahapan audit syariah

2
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Audit Syariah


Pengertian audit syariah adalah “secara periodik penilaian-penilaian yang mandiri
dan dirancang penjaminan guna memberi tambahan nilai nilai tambah dan
menambahkan tingkat ketepatan pada operasional kegiatan pada lembaga keuangan
syariah, dan bertujuan untuk memastikan system pengendalian intern yang sesuai
dengan prinsip-prinsip syariah”. (Dyah: 2019: 27).
Audit Syariah menurut Haniffa (Dyah: 2019: 28) adalah: "audit syariah
merupakan kegiatan atau suatu proses yang sistematis dan obyetif guna memperoleh
dan melakukan evaluasi atas bukti tentang pernyataanpernyataan sesuai dengan Islam,
social ekonomi guna memastikan tingkat ketepatan temasuk persyaratan yang
ditetapkan sesuai dengan prinsip-prinsip syariah oleh Dewan Pengawas Syariah
selanjutnya menyampaikan hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
Menurut pendapat yang dikemukakan oleh Rahman dalam Othman dkk (Dyah:
2019: 28) menjelaskan bahwa audit berbasis syariah adalah: “kumpulan-kumpulan
dan hasil dari evaluasi atas informasi guna menetapkan dan menyampaikan hasilnya
sesuai dengan level antara informasi dan kriteria-kriteria yang telah diputuskan guna
mewujudkan tujuan syariah".
Audit syariah diterapkan pada LKS (Lembaga Keuangan Syariah) di Indonesia,
yang memiliki fungsi selain melaksanakan pencegahan yang muncul dari adanya
kemungkinan resiko-resiko di masa yang akan datang, LKS mampu untuk menilai
hukum, nilai dan prinsip syariah yang penerpannya di masing-masing lembaga
keuangan.
Audit syariah sangatlah penting dijalankan, hal ini dikarenakan adanya
ketidaksamaan antara LKS dengan Lembaga-lembaga keuangan yang bersifat umum
atau konvensional. Perbedaannya adalah terletak pada adanya keterlibatan prinsip-
prinsip, nilai-nilai dan hukum Syariah pada tiap tingkatan LKS. Pada Lembaga
Keuangan Syariah sistem keuangannya harus dilakukan pemeriksaan (audit). Bentuk
audit yang diterapkan tentunya berbeda jika dibandingkan dengan audit pada
Lembaga umum (konvensional). Audit keuangan pada LKS dijalankan dengan

3
memperhatikan uji petik atas ketaatan atau kepatuhan dalam menjalankan prinsip-
prinsip Syariah di LKS. Selain itu untuk menguji laporan keuangan dari LKS yang
telah disusun telah mematuhi prinsip syariah dan agar diterimakan secara umum, baik
untuk pihak internal ataupun pihak eksternal lembaga keuangan tersebut. (Dyah:
2019: 25).

2. Dasar Hukum Audit Syariah


1. Al-Qur’an
Surat Al-A’raf (7): Ayat 85
َ‫ض بَ ْعد‬ َ ْ ‫اس ا َ ْشيَ ۤا َءهُ ْم َو ََل ت ُ ْف ِّسد ُْوا فِّى‬
ِّ ‫اَل ْر‬ َ َّ‫سوا الن‬ ُ ‫قَدْ َج ۤا َءتْ ُك ْم بَ ِّينَةٌ مِّ ْن َّر ِّب ُك ْم فَا َ ْوفُوا ْال َك ْي َل َو ْالمِّ يْزَ انَ َو ََل ت َ ْب َخ‬
‫ص ََلحِّ َه ۗا ٰذ ِّل ُك ْم َخي ٌْر لَّ ُك ْم ا ِّْن ُك ْنت ُ ْم ُّمؤْ مِّ نِّي َْن‬
ْ ِّ‫ا‬
Artinya: ... Sesungguhnya telah datang kepadamu bukti yang nyata dari
Tuhanmu. Maka sempurnakanlah takaran dan timbangan dan janganlah kamu
kurangkan bagi manusia barang-barang takaran dan timbangannya, dan
janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi sesudah Tuhan
memperbaikinya. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika betul-betul kamu
orang-orang yang beriman.
Sebab turunnya ayat dimana Nabi Syu‟aib memberi nasihat kepada
keturunan Madyan dalam hal bermu’amalah dengan manusia, agar mereka
menyempurnakan takaran dan timbangan, serta tidak merugikan hak-hak orang
lain, agar tidak menghianati manusia berkenaan dengan harta mereka, dengan
mengambilnya secara curang, yaitu dengan mengurangi takaran dan timbangan
serta penipuan. (Tim Ahli Tafsir, 2006: 624). Para auditor sudah selayaknya
menuliskan dan menilai kewajaran dari laporan keuangan kliennya sesuai dengan
yang terjadi, tidak curang, dan tidak ada yang disembunyikan. Auditor melihat
dari bukti-bukti transaksi yang dicocokkan dengan laporan keuangan apakah
sudah sesuai standar audit syariah, dan apakah sistem yang dilakukan dalam
perusahan sudah sesuai dengan standar audit syariah. Semua laporan auditor harus
dipublikasikan sesuai dengan pelaksanaannya agar tidak merugikan pihak lain.

4
2. Hadist
Hadist Nabi Dikeluarkan ibnu majah dari ibadah ibnu shamit dalam
sunannya/Kitab Al-Ahkam: Nomor Hadis 1332 dan diriwayatkan oleh Ahmad
dari Ibnu Abas, dan Malik dari Yahya). Artinya: Rasulullah s.a.w. menetapkan:
Tidak boleh membahayakan/merugikan orang lain dan tidak boleh (pula)
membalas bahaya (kerugian yang ditimbulkan oleh orang lain) dengan bahaya
(perbuatan yang merugikannya).

3. Undang-undang
Acounting and Auditing Standards for Islamic Financial Institution (AAOIFI).
AAOIFI Telah menyusun:
- Tujuan dan konsep akuntansi keuangan untuk lembaga keuangan
- Standar Akuntansi untuk lembaga keuangan, khususnya bank
- Tujuan dan standar auditing untuk lembaga keuangan
- Kode etik untuk akuntan dan auditor lembaga keuangan
Prinsip umum audit AAOIFI: (Sofyan, 2008: 160)
- Auditor lembaga keuangan Islam harus mematuhi “Kode etik professi
akuntan” yang dikeluarkan oleh AAOIFI dan The International Federation of
Accountans yang tidak bertentangan dengan aturan dan prinsip Islam.
- Auditor harus melakukan auditnya menurut standar yang dikeluarkan oleh
Auditing Standard for Islamic Financial Institutions (ASIFIs).
- Auditor harus merencanakan dan melaksanakan audit dengan kemampuan
professional, hati-hati dan menyadari segala keadaaan yang mungkin ada yang
menyebabkan laporan keuangan salah saji.

3. Jenis-Jenis Audit Syariah

Menurut Mulyadi (2002:30) audit terdiri dari tiga golongan yaitu “audit laporan
keuangan (financial statement audit), audit operasional (operasional audit) dan audit
kepatuhan (compliance audit)”.

a. Audit Laporan Keuangan (Financial Statement Audit)


Audit laporan keuangan bertujuan untuk menentukan apakah laporan
keuangan telah disajikan wajar, sesuai dengan kriteria-kriteria tertentu. Kriteria

5
tertentu tersebut adalah prinsip akuntansi yang berlaku umum. Prinsip akuntansi
yang berlaku umum di Indonesia dimuat dalam Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK) yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI).
Menurut Mulyadi (2002:72) “Asersi (assertion) adalah pernyataan manajemen
yang terkandung di dalam komponen laporan keuangan”. Asersi dari laporan
keuangan ini merupakan informasi yang ada dalam laporan keuangan. Bukti audit
yang tersedia dapat berupa dokumen, catatan dan bahan bukti yang berasal dari
sumber-sumber diluar perusahaan. Hasil akhir audit dalam bentuk opini auditor,
yang dihasilkan oleh akuntan publik sebagai auditor independent. Adapun
pengguna laporan keuangan yang dihasilkan oleh akuntan independen tersebut
biasanya untuk pihak ekstren perusahaan, seperti analisis keuangan, kreditor,
supplier, investor, dan pemerintah.
Didalam laporan keuangan dapat terjadi kemungkinan adanya
“information risk”, resiko ini menunjukkan kemungkinan informasi yang
digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan usaha tidak tepat. Resiko
informasi tersebut disebabkan karena adanya kemungkinan tidak akuratnya
laporan keuangan organisasi yang bersangkutan. Selain itu kondisi masyarakat
yang kompleks menjadi penyebab terdapat kemungkinan pemngambil keputusan
memperoleh informasi yang tidak dapat dipercaya dan tidak dapat diandalkan.

b. Audit Operasional (Operational Audit)


Menurut Mulyadi (2002:32) “audit operasional merupakan review secara
sistematik kegiatan organisasi, atau bagian daripadanya, dalam hubungannya
dengan tujuan tertentu”. Audit operasional merupakan penelaahan atas bagian
manapun dari prosedur dan metode operasi suatu organisasi untuk menilai
efisiensi dan efektifitasnya. Umumnya, pada saat selesainya audit operasional,
auditor akan memberikan sejumlah saran kepada menejemen untuk memperbaiki
jalannya operasi perusahaan. Perkembangan bisnis membuat pemegang saham
sudah tidak dapat mengikuti semua kegiatan operasi perusahaan sehari-harinya,
sehingga mereka membutuhkan auditor manajemen yang profesional untuk
membantu mereka dalam mengandalikan operasional perusahaan.

6
Perbedaan utama audit laporan keuangan dan audit operasional adalah
pada tujuan pengujian. Audit laporan keuangan menekankan pada apakah
informasi laporan keuangan disajikan wajar sesuai prinsip akuntansi yang berlaku
umum. Sedangkan audit operasional menekankan pada ekonomiasasi, efisiensi,
dan efektivitas yang mencakup beranekaragam aktivitas yang luas, yang
berhubungan dengan performa masa yang akan datang.

c. Audit Kepatuhan (Compliance Audits)


Menurut Mulyadi (2002:31), “Audit kepatuhan adalah audit yang
tujuannya untuk menentukan apakah yang diaudit sesuai dengan kondisi atau
peraturan tertentu. Hasil audit kepatuhan umumnya dilaporkan kepada pihak yang
berwenang membuat kriteria”. Manajemen bertanggung jawab untuk menjamin
bahwa entitas yang dikelolanya mematuhi peraturan perundang-undangan yang
berlaku atas aktivitasnya. Tanggung jawab ini mencakup pengidentifikasian
peraturan yang berlaku dan penyusunan pengendalian intern yang didesain untuk
memberikan keyakinan memadai bahwa entitas tersebut mematuhi peraturan.
Tanggung jawab auditor adalah menguji dan melaporkan kepatuhan terhadap
peraturan perundang-undangan bervariasi sesuai dengan syarat perikatan. Auditor
harus menerapkan kemahiran profesionalnya secara cermat dan seksama untuk
memastikan bahwa auditor dan manajemen memahami tipe perikatan yang harus
dilaksanakan auditor.
Hasil audit kepatuhan berupa pernyataan temuan atau tingkat kepatuhan.
Hasil audit kepatuhan dilaporkan kepada pemberi tugas yaitu pimpinan
organisasi, karena pimpinan organisasi yang paling berkepentingan atas
dipatuhinya prosedur dan peraturan yang telah ditetapkan.

4. Perkembangan Audit Syariah


Di Indonesia Praktik Audit Syariah sudah berkembang menjadi, perbangkan
Syariah modern secara resmi di mulai pada tahun 1991, berjalanan dengan
dijalankannya UU Perbangkan Nomor 7 Tahun 1992 yang meliputi ketentuan untuk
mengembangkan bebas bunga perbangkan. Bank Syariah Pertama di Indonesia adalah

7
Bank muamalat, Bank Muamalat, beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip hukum
Syariah, yang melarang pengisian bunga pinjaman dan membayar bunga deposito

Menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Keuangan syariah saat ini mengalami
perkembangan yang cukup pesat. Sektor jasa keuangan syariah di Indonesia terdiri
atas 3 sub sektor yaitu Perbankan Syariah, Industri Keuangan Non-Bank (IKNB)
Syariah (terdiri atas Asuransi, Perusahaan Pembiayaan, Dana Pensiun, Lembaga
Keuangan Mikro Syariah, dan Lembaga Jasa Keuangan Syariah Khusus), dan Pasar
Modal Syariah (terdiri atas Sukuk Negara, Sukuk Korporasi, dan Reksa Dana
Syariah). Sesuai dengan data yang dikeluarkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK),
total aset keuangan syariah per Juni 2021 (tidak termasuk saham syariah) mencapai
Rp1.885,65 triliun.
Kasim dkk. menyatakan bahwa kurangtepatnya praktek audit dari lembaga
keuangan syari‟ah adalah masalah utama yang dihadapi saat ini dalam kerangka audit
syari‟ah. Indonesia dan Malaysia, mengambil inisiatif dalam memproduksi Pedoman
Audit Syariah untuk perusahaan lembaga keuangan syari‟ah. Lembaga keuangan
syariah khususnya, harus memastikan bahwa sistem keuangan Islam secara
keseluruhan adalah syariah compliant. Dalam rangka mencapai tujuan syariah
khususnya prinsip keadilan sosial, ruang lingkup audit dalam perspektif Islam harus
lebih luas dibandingkan dengan lingkup audit konvensional. Menurut Haniffa ini
penting untuk melindungi dan memperbaiki kondisi kehidupan manusia dalam semua
dimensi.
Dikutip dari pendapat Kasim dkk. Mengenai pengembangan program audit
syari‟ah yang sistematis dan menyeluruh, yaitu daftar seluruh prosedur audit syari'ah,
termasuk dokumentasi hukum untuk prosedur operasional dan sebagainya. Audit
syari'ah perlu ditulis dalam bahasa yang dapat dengan mudah dipahami oleh
stakeholder potensial. Masukan mereka diperlukan setelah periode pengujian program
audit syari'ah.
Menurut Yaacob & Donglah (2012) perkembangan sektor jasa keuangan syariah,
pada sektor keuangan syariah harus memiliki sistem check and balance yang tepat
dalam bentuk audit syariah yang disesuaikan dengan tujuan dan fungsi syariahnya,

8
Menurut Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial
Institution (AAOIFI) audit syariah adalah laporan internal syariah yang bersifat
independen atau bagian dari audit internal yang melakukan pengujian dan
pengevaluasian sejauh mana kepatuhan syariah diterapkan oleh Lembaga Keuangan
Islam (LKI). Audit syariah berfungsi sebagai mekanisme tata kelola keuangan islam,
karena memastikan bahwa LKI beroperasi sesuai dengan syariat islam.

5. Tujuan dan Manfaat Audit Syariah


Audit syariah memiliki tujuan untuk memastikan keselarasan operasional
lembaga keuangan syariah yang dipakai manajemen menjadi pedomannya dalam
mengoperasikan perusahaan. Beberapa hal yang dijalankan audit syariah adalah
memeriksa accounting terkait produk, baik pembiayaan atau sumber dana,
pengungkapan unsur kepatuhan syariah serta kewajaran penyajian laporan keuangan.
Pengakuan pendapatan cash basis secara nyata, pemeriksaan distribusi profit.
Pengakuan pendapatan dengan bagi hasil, pengakuan beban secara accrual basis.
Pemeriksaan terkait penggunaan serta sumber zakat bertujuan untuk memerikasa ada
ataukah tidak transaksi yang melanggar syariah.

Secara operasional tujuan audit syariah yakni:

1. Memberikan ganjaran buruk (punishment) atas ketidakberhasilan pekerjaan


2. Memberikan ganjaran baik (reward) untuk kesuksesan pekerjaan.
3. Untuk mengkoreksi kesalahan.
4. Untuk menilai progress of completeness (tingkat penyelesaian) dari sabuah
tindakan.

Sedangkan Manfaat Audit Syariah sebagai berikut ini:


1. Kelengkapan, guna menjamin bahwa seluruh transaksi sudah tercatat atau sudah
disertakan dalam jurnal yang sebenarnya.
2. Klasifikasi, guna menjamin bahwa transaksi dalam jurnal dikelompokkan secara
tepat.
3. Penilaian, guna menjamin bahwa sudah diterapkannya dengan benar berbagai
prinsip akuntansi yang berlaku umum.

9
4. Keberadaan, guna menjamin bahwa seluruh kewajiban serta asset yang tercatat
terjadi pada suatu tanggal serta mempunyai keberadaan, sehingga pencatatan
transaksi bukan fiktif.
5. Akurasi, guna menjamin bahwa saldo atau transaksi yang ada sudah dicatat
dengan benar jumlahnya, dicatat dengan tepat, dikalifikasikan, serta dihitung
dengan benar.

Menurut Sofyan (2008: 218) menjelaskan bahwa terdapat beberapa manfaat dari audit
syariah, diantaranya :

1. Audit diperlukan untuk meningkatkan kepercayaan pengguna laporan keuangan


terhadap laporan keuangan apakah telah disusun sesuai peraturan yang berlaku
atau tidak.
2. Untuk menetapkan standar dan memberikan pedoman Lembaga Keuangan
syari’ah mengenai tujuan dan prinsip umum pelaksanaan audit atas laporan
keuangan yang disajikan oleh lembaga keuangan Islam yang beroperasi sesuai
dengan prinsip dan aturan syari’ah.
3. Agar auditor mampu menyatakan suatu pendapat apakah laporan keuangan yang
disusun oleh lembaga keuangan syari’ah, dari semua aspek yang bersifat material,
benar dan wajar sesuai dengan aturan dan prinsip syari’ah, standar akuntansi
AAOIFI, serta standar dan praktek akuntansi nasional yang berlaku pada negara
itu.

6. Proses atau Tahapan Audit Syariah


Proses audit syariah terdiri dari perencanaan, eksekusi, pelaporan, dan tindak
lanjut.
1. Tahap Perencanaan
Pada proses perencanaan auditor harus memiliki pemahaman terhadap semua
elemen, pilar, dan ketentuan penting dari setiap kontrak keuangan syariah yang
digunakan dalam bisnis keuangan syariah saat ini. Setelah memahami proses
bisnis, teknik yang sesuai, dan ruang lingkup audit, barulah auditor dapat
merancang rencana audit yang tepat.

10
2. Tahap Eksekusi
Selanjutnya adalah tahap eksekusi, auditor akan melakukan kerja lapangan audit
atau melaksanakan rencana audit yang telah direncanakan pada tahap sebelumnya,
yakni tahap perencanaan. Keputusan penting pada tahap eksekusi adalah
pemilihan teknik yang tepat untuk digunakan dalam mengumpulkan bukti audit.

3. Tahap Pelaporan
Setelah melakukan kerja lapangan audit, maka auditor membuat laporan atas audit
yang dilakukannya. Laporan audit tersebut dipublikasikan dan harus mencakup
tujuan audit syariah, proses dan prosedur yang digunakan dalam melaksanakan
audit syariah, pendapat dari auditor tentang ruang lingkup kepatuhan syariah, hasil
yaitu pelanggaran menyeluruh terhadap nilai syariah oleh Islamic Finance
Institutions (IFI), serta konsekuensi dan saran untuk peningkatan lembaga
keuangan syariah yang diaudit.

4. Tahap Tindak Lanjut


Selanjutnya adalah tahap tindak lanjut yang bertujuan untuk memastikan bahwa
manajemen telah menerapkan tindakan dan mengatasi semua masalah. Bagian
terpenting dalam tahap tindak lanjut ini adalah memastikan manajemen mampu
memenuhi tenggat waktu dan telah dilakukan perbaikan yang sesuai.

11
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Audit Syariah menurut Haniffa (Dyah: 2019: 28) adalah: "audit syariah
merupakan kegiatan atau suatu proses yang sistematis dan obyetif guna memperoleh
dan melakukan evaluasi atas bukti tentang pernyataanpernyataan sesuai dengan Islam,
social ekonomi guna memastikan tingkat ketepatan temasuk persyaratan yang
ditetapkan sesuai dengan prinsip-prinsip syariah oleh Dewan Pengawas Syariah.
Dasar hukum yang memperbolehkan adanya audi syariah berdsasarkan Ahli
Tafsir terdapat pada Al-Qur’an surah Al-A’raf ayat 85 dan Hadist yang diriwayatkan
oleh Ibnu Majah.
Audit syariah dibagi menjadi tiga jenis, yang pertama adalah audit laporan
keuangan, kemudian audit operasional, serta audit kepatutan.
Di Indonesia Praktik Audit Syariah sudah berkembang menjadi, perbangkan
Syariah modern secara resmi di mulai pada tahun 1991, berjalanan dengan
dijalankannya UU Perbangkan Nomor 7 Tahun 1992.
Audit syariah memiliki tujuan untuk memastikan keselarasan operasional
lembaga keuangan syariah yang dipakai manajemen menjadi pedomannya dalam
mengoperasikan perusahaan. Selain itu, audit syariah memiliki manfaat untuk
meningkatkan kepercayaan pengguna laporan keuangan terhadap laporan keuangan
apakah telah disusun sesuai peraturan yang berlaku atau tidak.
Dalam proses pelaksanaan audit, tentunya terdapat beberapa proses atau tahapan
yang harus dilakukan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. Beberapa
tahapan dalam audit syariah diantaranya terdiri dari perencanaan, eksekusi, pelaporan,
dan tindak lanjut.

2. Saran
Demikian makalah ini kami buat dengan sebaik-baiknya, namun kami menyadari
akan kekurangan dan kesalahan dalam penulisan makalah ini. Untuk itu kritik dan
saran yang membangun kami butuhkan guna perbaikan kami di penulisan
berikutnya.

12
DAFTAR PUSTAKA

Dyah Pravitasari. (2019). Audit Syariah Pada Lembaga Keuangan Syariah Guna
Mewujudkan Good Corporate Governance (Studi Multi Situs Pada Baitul Maal Wat
Tamwil Di Tulungagung Dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Di Kediri). Jurnal
Kajian Ekonomi dan Perbankan, No.3, Vol.1, hlm. 28.

Kasim, Nawal. Sanusi, Zuraidah Mohd. Mutmainah, Tatik. Handoyo, Sigit. (2013).
Assessing the current practice of Auditing in Islamic Financial Institutions in
Malaysia and Indonesia, International Journal of Trade, Economics and Finance,
Vol. 4, No. 6, hlm. 1 dan 6.

Mulyadi. (2002). Auditing. Buku Dua, Edisi Keenam. (Jakarta: Salemba Empat).

Sofyan. (2008). Kerangka Teori Dan Tujuan Akuntansi Syariah. (Jakarta: Pustaka
Quantum).

Tim Ahli Tafsir. (2006). Shahih Tafsir Ibnu Katsir Jilid 3. (Jakarta: Pustaka Ibnu katsir).

13

Anda mungkin juga menyukai