Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

“AUDIT DI LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH”

Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Audit dan Pengawasan Bank Syariah

Dosen Pengampu : Misdar, M.M

Disusun Oleh Klp IX :

Della Puspita 2120203861206052

Andi Riski Achmad 2120203861206056

Muh. Rifki Adrian 2120203861206110

PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PAREPARE


2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan
karunia-Nya, sehingga Penulis dapat menyelesaikan Penyusunan Makalah yang
berjudul “Audit Di Lembaga Keuangan Syariah” ini sebagai Tugas Mata Kuliah Audit
dan Pengawasan Bank Syariah yang diberikan dosen pengampu mata kuliah Audit dan
Pengawasan Bank Syariah dalam hal ini Bapak Misdar, M.M.
Namun tentunya Penulis hanya manusia biasa tidak luput dari Kesalahan dan
Kekurangan. Harapan Penulis, semoga bisa mendapat masukan atau koreksi dari
pembaca, Khususnya dari Bapak dosen pengampu dan umumnya dari Teman-teman
sekalian, sehingga di masa mendatang Penulis bisa lebih baik lagi dalam membuat
sebuah karya tulis ilmiah.

Parepare, 12 November 2023

Penulis
DAFTAR ISI

MAKALAH .......................................................................................................................................... 1
KATA PENGANTAR .......................................................................................................................... 2
DAFTAR ISI ........................................................................................................................................ 3
BAB I .................................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ................................................................................................................................ 4
A. Latar Belakang ........................................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah ...................................................................................................................... 6
C. Tujuan Masalah ......................................................................................................................... 6
BAB II .................................................................................................................................................. 7
PEMBAHASAN ................................................................................................................................... 7
A. Pengertian Audit Syariah ........................................................................................................... 7
B. Auditing Dalam Pandangan Islam ............................................................................................. 8
C. Dasar hukum audit syariah ........................................................................................................ 9
D. Praktik Audit Syariah pada Lembaga Keuangan Syariah........................................................ 10
BAB III ............................................................................................................................................... 13
PENUTUP .......................................................................................................................................... 13
A. Kesimpulan .............................................................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................................... 14
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Aktivitas akuntansi dan audit bagaikan mata pisau yang tidak dapat dipisahkan
dalam setiap kegiatan laporan keuangan. Hal tersebut juga berlaku manakala sebuah
lembaga keuangan baik itu yang berbasis syariah ataupun yang berbasis konvensional
juga harus melaksanakan audit atas laporaan keuangan sebagai perwujudan
pertanggungjawaban lembaga pada paaara penggunanya. Pengguna laporan keuangan
bias beerupa pengguna internal dan para pengguna eksternal. Namun apabila ditinjau
dari sejarah, antara audit dan akuntansi lahirnya ada yang sebagian berpendapat jika
lebih dahulu audit apabila dibandingkan dengan lahirnya akuntansi. Hal tersebut
ditandai dengan fakta sejarah bahwasanya pada saat kemajuan peradaban telah
membawa kebutuhan seseorang pada batas-batas tertentu yang dapat dipercaya untuk
mengatur aset yang dimiliki oleh pihak lain, sehingga dianggap perlu guna
melaksanakan pengecekan loyalitas seseorang, yang pada akhirnya semua jadi nampak
jelas. Negara Indonesia dengan jumlah penduduk yang mayoritas muslim, sebenarnya
merupakan peluang yang bisa dimanfaatkan oleh pengelola lembaga keuangan syariah
untuk memberikan rasa percaya kepada para calon nasabah agar mempercayakan
pengelolaan keuangannya kepada lembaga keuangan syariah. Pada sisi shariah
complience atau sisi kepatuhan lembaga keuangan syariah merupakan tonggak utama
dan memiliki perbedaan apabila dibandingkan dengan lembaga keuangan syariah
dengan lembaga keuangan yang lainnya. Minimnya market share perbankan syariah
hal ini menunjukkan jika masyarakat umum masih mempunyai kerag-raguan terhadap
keberadaan lembaga keuangan syariah. Menurut penelitian yang dilakukan di Bahrain
menjelaskan: “bahwa kecenderungan para nasabah memilih lembaga keuangan syariah
didorong dengan faktor agama, hal ini dikarenakan lebih pada ketaatan dalam
menjalankan perintah dan prinsip-prinsip agama Islam. Selain itu, menurut pendapat
yang dikemukakan oleh Chapra: “bahwa tingkat penerapan prinsip syariah dianggap
mengalami kegagalan dan akan membuat para nasabahnya berpindah ke bank-bank
lain senilai 85%” 1 . Kebutuhan terhadap tingkat kepastian guna memenuhi prinsip
syariah mendorong lahirnya audit, adalah audit syriah. Sebagai seorang auditor syariah
mempunyai peranan yang sangat penting 1R.E, Junusi, implementasi Syariah
Governance serta implikasinya terhadap Reputasi dan Kepercayaan Bank Syariah.
Guna memastikan tingkat pertanggungjawaban laporan keuangan dan terpenuhinya
nilai-nilai syariah. Para pengguna memiliki tingkat keyakinan dan rasa aman ketika
menginvestasikan dana mereka ke Lembaga Keuangan Syariah, selain untuk
memastikan jika dana yang dimiliki telah dikelola sesuai dengan prinsip-prinsip
syariah Islam. Di masa sekarang ini, seorang audit adalah termasuk dalam bagian
sistem keuangan secara konvensional yang lebih memprioritaskan nilai pada prinsip-
prinsip ekonomi bukan pada aspek ketaatan pada prinsip syariah Islam. Perkembangan
ilmu dan teknologi, serta aspek-aspek yang diluar ekonomi mulai mendapatkan
perhatian atau sorotan agar dinilai oleh seorang audit. Fenomena ini ditandai dengan
lnya audit lain, yaitu audit kinerja, audit lingkungan dan sosial. Penerapan audit
syariah mempunyai tantangan sendiri. Menurut pendapat Ibrahim menjelaskan bahwa
adanya gap antara ekspektasi dan audit syariah yang telah berjalan selama ini.
Terdapat faktor-faktor sebagai kendala ketika menerapkan audit yang sesuai dengan
syariat- syariat Islam diantaranya adalah ruang lingkup, kerangka kerja. Kualifikasi,
serta isu-isu terkait dengan tingkat kemandirian2 . Tantangan besar yang mungkin
muncul adalah adanya peran atas DPS (Dewan Pengawas Syariah) dalam hal ini
berperan sebagai auditor internal di lembaga keuangan syariah. Seperti yang
dikemukan oleh Razzaq jika: “Dewan Pengawas Syariah tidak mempunyai
kemampuan yang mengikat dan memaksa. Dewan Pengawas Syariah tugasnya adalah
hanya mengeluarkan fatwa-fatwa tanpa memiliki kuasa atas hukum yang memilik
kemampuan untuk mengikat dan memaksa dalam menerapkan dan proses
pengangkatan yang dipilih secara langsung oleh Lembaga Keuangan Syariah itu
sendiri, hal-hal tersebut memunculkan isu-isu independensi” . Audit syariah
diterapkan pada LKS (Lembaga Keuangan Syariah) di Indonesia, fungsinya selain
melaksanakan pencegahan yang muncul dari adanya kemungkinan resiko-resiko di
masa yang akan datang, LKS mampu untuk menilai hukum, nilai dan prinsip syariat
yang penerpannya di masing-masing lembaga keuangan. Berdasarkan penelitian yang
dihasilkan oleh Mardian dan Mardiyah menyatakan bahwa: berkaitan dengan praktik
audit Syariah di tiap-tiap LKS yang berlangsung di negara Indonesia selama ini
memiliki tujuan yaitu LKS untuk menerbitkan pendapat atau opini audit, maka laporan
atas hasil auditan telah memenuhi seluruh aspek material, yang berlaku secara umum
dan seusai dengan prinsip-prinsip Syariah yaitu, Pedoman Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK) yang diterimakan secara umum yang berlaku di negara yang
bersangkutan dan standar yang ditetapkan oleh AAOIFI”. Audit syariah sangatlah
penting dijalankan hal ini dikarenakan adanya ketidaksamaan antara LKS dengan
Lembaga-lembaga keuangan yang bersifat umum atau konvensional. Perbedaannya
adalah terletak pada adanya keterlibatan prinsip-prinsip, nilai-nilai dan hukum Syariah
pada tiap tingkatan LKS. Pada Lembaga Keuangan Syariah sistem keuangannya harus
dilakukan pemeriksaan (audit). Bentuk audit yang diterapkan tentunya berbeda jika
dibandingkan dengan audit pada Lembaga umum. Audit keuangan pada LKS
dijalankan dengan memperhatikan uji petik atas ketaatan atau kepatuhan dalam
menjalankan prinsip-prinsip Syariah di LKS. selain itu untuk menguji laporan
keuangan dari LKS yang telah disusun telah mematuhi prinsip syariah dan agar
diterimakan secara umum, baik untuk pihak internal ataupun pihak eksternal lembaga
keuangan tersebut.

B. Rumusan Masalah
A. Apa Pengertian Audit Syariah?
B. Bagaimana Auditing Dalam Pandangan Islam?
C. Apa Dasar Hukum Audit Syariah?
D. Bagaimana Praktik Audit Syariah pada LKS?

C. Tujuan Masalah
A. Untuk Mengetahui Apa itu Audit Syariah.
B. Untuk Mengetahui Bagaimana Auditing Dalam Pandangan Islam.
C. Untuk Mengetahui Apa Saja Dasar Hukum Audit Syariah.
D. Untuk Mengetahui Bagaimana Praktik Audit Syariah pada LKS
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Audit Syariah


Audit adalah faktor penting untuk menjamin akuntabilitas perusahaan, hal ini
untuk mengeksplorasi audit Syariah yang selanjutnya memungkinkan praktisi dan
pengguna menggunakan pengetahuan yang diperoleh baik dalam audit konvensional
serta perspektif Islam1.
Arti umum Audit Syari‟ah adalah untuk melihat dan mengawasi, mengontrol
dan melaporkan transaksi, sesuai aturan dan hukum Islam yang bermanfaat, benar,
tepat waktu dan laporan yang adil untuk pengambilan keputusan. Bukan tugas yang
mudah untuk melakukan audit syariah di dalam kondisi kapitalistik dan sistem
keuangan konvensional yang kompetitif. Masalah ini lebih diperparah oleh
penurunan nilainilai moral, sosial dan ekonomi Islam di negara-negara Muslim
termasuk Malaysia dan Indonesia, di bawah tekanan progresif penjajahan dan
dominasi budaya dunia barat selama beberapa abad lalu. Hal ini menyebabkan
diabaikannya nilai sosialekonomi Islam oleh beberapa kalangan dari Lembaga
Keuangan Syari‟ah2.
Auditor syariah menghadapi tantangan besar dari para pembuat kebijakan dan
manajemen puncak yang pemikir progresif agama dan praktek yang beragam. Selain
itu kurangnya kerangka pemeriksaan syariah yang komprehensif dan kurangnya
keahlian.
Audit syari‟ah merupakan suatu proses yang sistematis untuk memperoleh bukti
yang cukup dan relevan untuk membentuk opini apakah subyek yaitu personil,
proses, kinerja keuangan serta non-keuangan konsisten dengan aturan Syariah dan
prinsip-prinsip yang diterima secara luas oleh masyarakat Islam dan melaporkan
kepada pengguna penilaian independen dan jaminan obyektif yang dirancang untuk
menambah nilai dan meningkatkan tingkat kepatuhan lembaga keuangan syariah,
dengan tujuan utama untuk memastikan sistem pengendalian internal yang efektif
dan untuk kepatuhan syari‟ah.
Audit Syariah menurut Haniffa adalah : "proses sistematis obyektif mendapatkan
dan mengevaluasi bukti mengenai asersi menurut Islam dan sosial ekonomi untuk
memastikan tingkat kesesuaian, termasuk kriteria yang ditentukan berdasarkan

1
B A B Ii, ‘Landasan Teori Audit Syariah’, 35–84.
2
Ii.
prinsip Syariah sebagaimana direkomendasikan oleh Dewan Pengawas Syariah
(DPS) dan mengkomunikasikan hasilnya kepada semua pihak ".
Sedangkan Rahman dalam Othman dkk. mendefinisikan Audit Syariah sebagai
"akumulasi dan evaluasi bukti untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian
antara informasi dan kriteria yang ditetapkan untuk tujuan syari'ah".
Hameed dalam Otthman dkk. mendefinisikan sebagai "sistematis proses obyektif
mendapatkan dan mengevaluasi bukti mengenai asersi tentang tindakan ekonomi,
agama dan lingkungan sosial dan menyesuaikan dengan Syariah, dan
mengkomunikasikan hasilnya kepada pengguna. Menurut Ibnu Qayyim Al-Jauziyah
basis syariah adalah untuk merealisasikan kemaslahatan bagi masyarakat. Terus
bermunculan pemikir-pemikir muslim untuk mengevaluasi kinerja LKS yang sejalan
dengan maqashid syariah. Dimana proses audit syariah tidak hanya pada laporan
keuangan dan halal haram saja, namun juga sampai maqashid syari‟ah. Salah satu
tujuan dari maqashid syariah adalah penyediaan dan perlindungan hal-hal mendasar
(daruriyat) dari seseorang, yang jika tidak terpenuhi maka kelangsungan hidupnya
akan terancam.

B. Auditing Dalam Pandangan Islam


Auditing dalam pandangan Islam adalah bukan sesuatu yang relatif baru. Audit
muncul setelah kemunculan lembaga keuangan syariah sekitar tahun 1980-an yang
membutuhkan fungsi audit berdasarkan pada prinsip Islam. Dalam sejarah Islam,
pada masa Nabi Muhammad SAW dan khulafah rasyidin terdapat sebuah lembaga
yang berfungsi seperti auditor, yaitu lembaga hisbah yang bertujuan untuk membantu
umat manusia dalam beribadah kepada Allah dengan memastikan bahwa hak Allah
maupun hak asasi manusia lainnya telah diperhatikan dan dilaksanakan dengan benar
menyebut lembaga hisbah ini terus ada dan berperan sampai Islam tersebar di
Spanyol menyatakan pula bahwa peran auditor syariah menyerupai peran muhtasib
dalam lembaga hisbah tradisional pada masa awal keislaman.3 Dalam Alquran pun
terdapat ayat-ayat atau dalil yang apabila ditafsirkan maka akan menunjukan bahwa
Islam mengenal fungsi audit yang ada saat ini seperti dalam QS. Al Insiqaq: 6-9, Al
Infithar: 10-12, An Naml: 20-21; dan Al-baqarah 282.
Harahap(2002) menyatakan fungsi audit dilakukan berdasarkan pada sikap
ketidakpercayaan atau kehati-hatian terhadap kemungkinan laporan yang disajikan
3
Dyah Pravitasari, ‘Audit Syariah Pada Lembaga Keuangan Syariah Guna Mewujudkan Good Corporate Governance
(Studi Multi Situs Pada Baitul Maal Wat Tamwil Di Tulungagung Dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Di Kediri)’,
Profit : Jurnal Kajian Ekonomi Dan Perbankan Syariah, 3.2 (2019), 22–37 <https://doi.org/10.33650/profit.v3i2.861>.
oleh perusahaan mengandung informasi yang tidak benar yang dapat merugikan
pihak lain yang tidak memiliki kemampuan akses terhadap sumber informasi. Dalam
fungsi ini disebut sebagai “tabayyun” atau mengecek kebenaran berita yang
disampaikan dari sumber yang kurang dipercaya sebagaimana dinyatakan dalam Al
Hujuraat (49) ayat 6. Seorang auditor memiliki kewajiban untuk menyaksikan bahwa
informasi yang disajikan dalam laporan keuangan adalah benar atau tidak. Apabila
dikomparasikan dalam konteks sistem keuangan Islami, audit syariah hadir sebagai
sebuah sistem yang memeriksa kepatuhan operasi-operasi keuangan syariah
berdasarkan hukum syariah (Shafeek, 2013). Sehingga, dapat disimpulkan Islam
telah mengenal fungsi audit sejak lama, yaitu dalam bentuk lembaga hisbah yang
memiliki tugas serupa dengan konsep audit.

C. Dasar hukum audit syariah


a. Al Quran
1) Surat Al-Infithar (82): Ayat 10-12
Artinya : “Padahal sesungguhnya bagi kamu ada (malaikat-malaikat) yang
mengawasi (pekerjaanmu) yang mulia (di sisi Allah) dan
mencatat (pekerjaanpekerjaanmu itu) mereka mengetahui apa
yang kamu kerjakan”.
Pada surat Al-Infithar ayat 10 sampai ayat 12 diatas dijelaskan bahwa para
malaikat penjaga yang mulia itu senantiasa mengawasi kalian, maka
janganlah kalian melakukan keburukan, karena mereka pasti mencatat semua
perbuatan kalian . Auditor selalu dalam pengawasan Allah yang akan dicatat
semua perbuatannya oleh Malaikat, maka auditor akan melakukan tugasnya
sebagai penilai kewajaran laporan keuangan akan bersikap jujur dan adil.
Akuntan muslim harus berupaya untuk selalu menghindari pekerjaan yang
tidak disukai oleh Allah SWT karena takut mendapat hukuman di akhirat.
2) Dalam surat Al A‟ raaf (7) ayat 85
Artinya : “Sesungguhnya telah datang kepadamu bukti yang nyata dari
Tuhanmu. Maka sempurnakanlah takaran dan timbangan dan
janganlah kamu kurangkan bagi manusia barang-barang
takaran dan timbangannya, dan janganlah kamu membuat
kerusakan di muka bumi sesudah Tuhan memperbaikinya. Yang
demikian itu lebih baik bagimu jika betul-betul kamu orang-
orang yang beriman”.
Sebab turunnya ayat dimana Nabi Syu’aib memberi nasihat kepada
keturunan Madyan dalam hal bermu’amalah dengan manusia, agar mereka
menyempurnakan takaran dan timbangan, serta tidak merugikan hak-hak
orang lain. Beliau menasihati mereka agar tidak menghianati manusia
berkenaan dengan harta mereka, dengan mengambilnya secara curang, yaitu
dengan mengurangi takaran dan timbangan serta penipuan. Para auditor sudah
selayaknya menuliskan dan menilai kewajaran dari laporan keuangan
kliennya sesuai dengan yang terjadi, tidak curang, dan tidak ada yang
disembunyikan. Auditor melihat dari bukti-bukti transaksi yang dicocokkan
dengan laporan keuangan apakah sudah sesuai standar audit syariah, dan
apakah sistem yang dilakukan dalam perusahan sudah sesuai dengan standar
audit syariah. Bila laporan keuangan dan sistem belum sesuai dengan standar
audit syariah maka dikeluarkan laporan auditor tidak wajar. Namun, bila
laporan dan sistem perusahaan sudah sesuai dengan standar audit syariah
maka dikeluarkan laporan kewajaran tanpa pengecualian4.
b. Al Hadis
1) Hadis riwayat Abu Dawud, dari Abu Hurairah, Rasul Saw bersabda:
Artinya : “Aku jadi yang ketiga antara dua orang yang berserikat selama
yang satu tidak khianat kepada yang lainnya, apabila yang satu
berkhianat kepada pihak yang lain, maka keluarlah aku darinya”.
2) Hadis Nabi Riwayat Tirmidzi dari Amr Bin Auf :
Artinya : “Perdamaian dapat dilakukan diantara kaum muslimin kecuali
perdamaian yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan
yang haram ; dan kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat
mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang halal atau
menghalalkan yang haram”.

D. Praktik Audit Syariah pada Lembaga Keuangan Syariah


Audit syariah adalah sebuah proses pemeriksaan sistematis atas kepatuhan
seluruh aktivitas LKS terhadap prinsip syariah yang meliputi laporan keuangan,
produk, penggunaan IT, proses operasi, pihak-pihak yang terlibat dalam aktivitas
bisnis LKS, dokumentasi dan kontrak, kebijakan dan prosedur serta aktvitas lainnya
yang memerlukan ketaatan terhadap prinsip syariah5.

4
Ii.
5
Qonita Mardiyah and Sepky Mardian, ‘Praktik Audit Syariah Dilembaga Keuangan Syariah’, Akuntabilitas, VIII.1
Tujuan utama auditing LKS adalah untuk memberikan opini atas laporan
keuangan yang disiapkan manajemen (perusahaan), dalam semua aspek material telah
sesuai dengan hukum dan prinsip syariah, AAOIFI, dan standar akuntansi nasional
negara bersangkutan. Dengan kata lain audit dalam LKS tidak hanya terbatas pada
peraturan umum audit financial tetapi juga pandangan syariah (Hanifa, 2010).
Indonesia belum memiliki kerangka kerja pelaksanaan audit syariah yang
sesuai dengan harapan semestinya. Namun, telah memiliki panduan audit syariah
tersendiri yang mengakomodir prinsip dan hukum syariah untuk melaksanakan audit
laporan keuangan LKS, dengan adanya PSAK syariah yang dikeluarkan IAI (Ikatan
Akuntan Indonesia). Meskipun kerangka kerja tersebut masih berupa panduan dan
bukan standar baku yang khusus mengatur pelaksanaan audit syariah secara
komprehensif sebagaimana yang telah dimiliki standar audit konvensional serta belum
secara lengkap mengatur pemeriksaan semua aspek yang memiliki resiko kepatuhan
syariah dalam LKS disebabkan hal yang sama terjadi pula pada kerangka kerja DPS
yang saat ini hanya berupa pedoman yang dikeluarkan BI melalui Surat Edaran Bank
Indonesia.
Dalam Audit Syariah Hanifah (2010), menjabarkan bahwa dalam audit syariah
terdapat beberapa pemain kunci yang memiliki peranannya masing-masing yaitu:
a) DPS (Dewan Pengawas Syariah) dan Internal Auditor
DPS merupakan pihak yang memainkan peran kunci dalam keseluruhan audit
dan kerangka tata kelola perusahaan dalam LKS. DPS berperan untuk
merumuskan kebijakan dan pedoman yang harus diikuti oleh manajemen
dalam kegiatan mereka, termasuk persetujuan atas produk yang dikeluarkan
dan juga melakukan shariah review, yang merupakan pemeriksaan untuk
memastikan bahwa kegiatan yang dilakukan oleh LKS tidak bertentangan
dengan prinsip-prinsip syariah. Dalam menjalankan peran sebagai shariah
review DPS dibantu oleh auditor internal sebagai pelaksana harian. Yacoob
(2012) berpendapat bahwa internal auditor dapat menjalankan fungsi auditor
syariah bila memiliki pengetahuan dan keahlian syariah yang memadai. Tujuan
utamanya adalah untuk memastikan sistem pengendalian intern yang baik dan
efektif yang mengikuti syariah secara ketat6.

(2015), 1–17.
6
Misbah Misbah, Mustakim Muchlis, and Roby Aditiya, ‘Peran Audit Syariah Dalam Pengawasan Praktik Shariah
Compliance Pada Lembaga Keuangan Syariah’, ISAFIR: Islamic Accounting and Finance Review, 3.1 (2022), 152–64
<https://doi.org/10.24252/isafir.v3i1.29823>.
b) Auditor Eksternal
Auditor eksternal memiliki peran yang unik dalam audit syariah, bukan hanya
berperan dalam melakukan audit keuangan tetapi juga melakukan shariah
compliance test untuk memastikan kepatuhan shariah dari perusahaan atau
LKS. Proses audit tersebut dilakukan secara terstruktur, dimulai dengan
perencanaan audit dan diakhir dengan pemberian opini oleh auditor terkait
laporan keuangan yang disiapkan telah sesuai fatwa, AAOIFI serta standar dan
praktik akuntansi yang berlaku dalam negeri yang bersangkutan.
c) Framework Audit Syariah
Framework (kerangka kerja) audit merupakan aturan, arahan dan acuan
seorang auditor dalam melaksanakan audit sehingga hasil audit berkualitas,
dapat dipertanggungjawabkan dan sesuai dengan aturan yang berlaku sehingga
dapat diperbandingkan dan digunakan oleh para stakeholder dalam mengambil
keputusan. Apabila framework tersebut dikombinasikan dengan prinsip dan
aturan syariah yang berlaku, maka audit syariah dapat dilaksanakan
sebagaimana mestinya. Hal tersebut disebabkan konsep audit syariah
dilaksanakan untuk mengukur sejauh mana organisasi mematuhi aturan dan
regulasi yang diberikan oleh Allah SWT dan bukan sekedar untuk memastikan
keadilan dan kebenaran laporan keuangan yang disiapkan manajemen.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Audit syariah merupakan suatu proses yang sistematis untuk memperoleh bukti
yang cukup dan relevan untuk membentuk opini apakah subyek yaitu personil, proses,
kinerja keuangan serta non-keuangan konsisten dengan aturan Syariah dan prinsip-
prinsip yang diterima secara luas oleh masyarakat Islam dan melaporkan kepada
pengguna penilaian independen dan jaminan obyektif yang dirancang untuk
menambah nilai dan meningkatkan tingkat kepatuhan lembaga keuangan syariah.
Auditing dalam pandangan Islam adalah bukan sesuatu yang relatif baru. Audit
muncul setelah kemunculan lembaga keuangan syariah sekitar tahun 1980-an yang
membutuhkan fungsi audit berdasarkan pada prinsip Islam. Dalam sejarah Islam, pada
masa Nabi Muhammad SAW dan khulafah rasyidin terdapat sebuah lembaga yang
berfungsi seperti auditor, yaitu lembaga hisbah yang bertujuan untuk membantu umat
manusia dalam beribadah kepada Allah dengan memastikan bahwa hak Allah maupun
hak asasi manusia lainnya telah diperhatikan dan dilaksanakan dengan benar.
Dasar hukum audit ada dua yaitu Al-Quran dan Hadist sebagai berikut :
 Al Quran
1) Surat Al-Infithar (82): Ayat 10-12
2) Dalam surat Al A‟ raaf (7) ayat 85
 Al Hadis
1) Hadis riwayat Abu Dawud, dari Abu Hurairah
2) Hadis Nabi Riwayat Tirmidzi dari Amr Bin Auf

Dalam Audit Syariah Hanifah (2010), menjabarkan bahwa dalam audit


syariah terdapat beberapa pemain kunci yang memiliki peranannya masing-
masing yaitu:
a) DPS (Dewan Pengawas Syariah) dan Internal Auditor
b) Auditor Eksternal
c) Framework Audit Syariah
DAFTAR PUSTAKA

Ii, B A B, ‘Landasan Teori Audit Syariah’, 35–84

Mardiyah, Qonita, and Sepky Mardian, ‘Praktik Audit Syariah Dilembaga Keuangan
Syariah’, Akuntabilitas, VIII.1 (2015), 1–17

Misbah, Misbah, Mustakim Muchlis, and Roby Aditiya, ‘Peran Audit Syariah Dalam
Pengawasan Praktik Shariah Compliance Pada Lembaga Keuangan Syariah’, ISAFIR:
Islamic Accounting and Finance Review, 3.1 (2022), 152–64
<https://doi.org/10.24252/isafir.v3i1.29823>

Pravitasari, Dyah, ‘Audit Syariah Pada Lembaga Keuangan Syariah Guna Mewujudkan Good
Corporate Governance (Studi Multi Situs Pada Baitul Maal Wat Tamwil Di Tulungagung
Dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Di Kediri)’, Profit : Jurnal Kajian Ekonomi Dan
Perbankan Syariah, 3.2 (2019), 22–37 <https://doi.org/10.33650/profit.v3i2.861>

Anda mungkin juga menyukai