Anda di halaman 1dari 55

INDEPEDENSI DEWAN PENGAWAS SYARIAH DALAM

MENINGKATKAN KUALITAS AUDIT KEPATUHAN SYARIAH PADA


BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH ADECO KOTA LANGSA

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam


Sebagai Salah Satu Syarat Untuk
Memproleh Gelar (S.E.)

Oleh :

AL MUNANDAR
NIM 4032019059

PROGRAM STUDI MANAJEMEN KEUANGAN SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI LANGSA
TAHUN 2023/2024
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulilah Penulis panjatkan kehadirat Allah Swt. Dengan

berkat rahmat dan karunia-Nya Penulis dapat menyelesaikan penyusunan Proposal

skripsi ini. Selawat dan salam penulis sanjungkan kepada junjungan yang mulia

Nabi Muhammad Saw, yang telah berupaya keras mencerahkan umatnya sehingga

terciptalah umat yang beradab serta berilmu pengetahuan. Proposal skripsi ini

penulis beri judul “Independensi Dewan Pengawas Syariah Dalam

Meningkatkan Kualitas Audit Kepatuhan Syariah Pada Bank Pembiayaan

Rakyar Syariah Kota Langsa” Melalui lembaran ini sudah sepantasnya penulis

menyampaikan penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada

semua pihak yang memiliki kontribusi positif, sehingga proposal Skripsi ini dapat

diselesaikan sesuai dengan waktu yang direncanakan.

Terimakasih teristimewa kepada kedua orang tua penulis yang telah

memberikan dukungan moril yang tidak terhingga bagi penulis sehingga penulis

tetap semangat dalam menjalani studi ini. Kepada semua pihak tertulis diatas

sungguh tidaklah bisa penulis balas sebagaimana yang telah penulis terima.

Namun hanyalah do’a semoga kiranya Allah Swt memperhitungkan semua itu

sebagai suatu amal saleh.

Penulis telah berusaha maksimal untuk kesempurnaan proposal skripsi ini.

Namun sebagai manusia yang memiliki keterbatasan pengetahuan, penulis juga

menyadari bahwa Proposal skripsi ini masih memiliki kekurangan. Oleh karena

itu penulis dengan senang hati menerima saran dan kritik yang konstruktif demi

penyempurnaan proposal Skripsi ini.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................ii
DAFTAR ISI...............................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah...............................................................1
1.2 Identifikasi Masalah.....................................................................7
1.3 Batasan Masalah...........................................................................7
1.4 Rumusan Masalah.........................................................................7
1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian.....................................................8
1.6 Penjelasan Istilah..........................................................................9
1.7 Sistematika Pembahasan...............................................................11
BAB II LANDASAN TEORI....................................................................12
2.1 Independensi.................................................................................12
2.1.1 Pengertian Independensi.......................................................12
2.1.2 Jenis-Jenis Indenpendensi.....................................................13
2.1.3 Ancaman-Ancaman Terhadap Independensi........................15
2.1.4 Komponen Independensi......................................................16
2.1.5 Indikator Independensi.........................................................17
2.2 Dewan Pengawas Syariah.............................................................18
2.2.1 Pengertian Dewan Pengawas Syariah...................................18
2.2.2 Peran Dewan Pengawas Syariah...........................................22
2.2.3 Kedudukan Dewan Pengawas Syariah.................................24
2.2.4 Persyaratan Dewan Pengawas Syariah.................................25
2.3 Audit Kepatuhan Syariah..............................................................27
2.3.1 Indikator Audit Kepatuhan Syariah......................................31
2.4 Penelitian Terdahulu.....................................................................33
2.5 Kerangka Teori.............................................................................36
BAB III METODELOGI PENELITIAN.................................................37
3.1 Pendekatan Penelitian...................................................................37
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian........................................................38
3.3 Subjek Penelitian..........................................................................38
3.4 Sumber Data Penelitian................................................................39
3.5 Instrumen Pengumpulan Data......................................................40
3.6 Metode Keabsahan Data...............................................................42
3.7 Analisis Data.................................................................................43

iii
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................45

iv
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Bank syariah adalah sebuah institusi keuangan yang berfungsi sesuai

dengan prinsip-prinsip syariah. Bank syariah merupakan lembaga keuangan

syariah yang menghindari praktik riba (bunga), pendanaan, dan investasi dalam

kegiatan yang dianggap haram menurut ajaran Islam.1 Dalam beberapa dekade

terakhir, bank syariah telah mengalami perkembangan yang pesat sebagai pilihan

alternatif terhadap sistem perbankan konvensional, baik di dalam maupun di luar

negeri. Namun demikian, kesuksesan bank syariah dalam menjalankan

operasionalnya sesuai dengan prinsip-prinsip syariah tidak hanya bergantung pada

ketersediaan produk dan layanan yang sesuai dengan ketentuan syariah saja. Bank

syariah juga perlu memastikan kepatuhannya terhadap prinsip-prinsip syariah

melalui penerapan mekanisme pengawasan yang efisien. Peran dewan pengawas

syariah menjadi sangat signifikan dalam mengawasi kepatuhan syariah pada

lembaga keuangan syariah.

Dewan Pengawas Syariah merupakan badan independen yang bertugas

memastikan bank syariah beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. Tugas

Dewan Pengawas Syariah adalah memastikan kepatuhan bank syariah terhadap

prinsip-prinsip syariah seperti keadilan, transparansi, keberlanjutan, dan

kepatuhan terhadap peraturan syariah yang telah ditetapkan. 2 Tugas lainnya adalah

melakukan analisis mendalam terhadap semua kegiatan bank syariah, mulai dari

pengembangan produk dan layanan hingga proses pengambilan keputusan


1
Otoritas Jasa Keuangan, Prinsip dan Konsep Dasar Perbankan Syariah. 2017
2
Ilyas, R. “Peran Dewan Pengawas Syariah Dalam Perbankan Syariah”. Jps (Jurnal
Perbankan Syariah),Vol.2 No.1 ,2021, h. 42
2

investasi.3 Dalam praktiknya, Dewan Pengawas Syariah dapat mengenali dan

mencegah praktik-praktik yang bertentangan dengan prinsip syariah yang terdapat

pada perbankan syariah. Dewan Pengawas Syariah juga dapat memberikan

rekomendasi dan nasihat yang diperlukan untuk meningkatkan kepatuhan bank

syariah. Dewan Pengawas Syariah juga memainkan peran krusial dalam

memberikan arahan dan pelatihan kepada manajemen bank syariah guna

meningkatkan pemahaman tentang prinsip-prinsip syariah. Pelatihan tersebut

tentunya untuk dapat meningkatkan pengetahuan prinsip-prinsip syariah yang

berlaku pada bank syariah sehingga manajemen bank syariah dapat mengambil

keputusan yang lebih baik dan menghindari praktik yang bertentangan dengan

prinsip syariah.4

Dalam praktiknya, terdapat peran Dewan Pengawas Syariah yang tidak

dapat dilakukan secara maksimal karena adanya keterbatasan wewenang.

Penelitian yang dilakukan oleh Feri Irawan terkait Analisis Etos Kerja Dewan

Pengawas Syariah (DPS) Terhadap Pengawasan Produk Deposito Dan Rahn di

Bank Muamalat Cabang Sumbawa. Penelitian tersebut mengungkapkan bahwa

pengawasan yang dilakukan oleh Dewan Pengawas Syariah Bank Muamalat Cab.

Sumbawa memiliki keterbatasan wewenang sehingga tidak sesuai dengan konsep

pengawasan dalam manajemen syariah seperti tidak dapat melakukan kebijakan

sebagai pemimpin untuk mengatasi ketidak sesuaian produk Deposito dengan

fatwa DSN-MUI. Penelitian ini menggambarkan bahwa peran Dewan Pengawas

Syariah masih harus ditingkatkan karena bekerja sesuai dengan regulasi yang

3
Jihad, S, Optimalisasi Dewan Pengawas Syariah Terhadap Produk-Produk Bank Syariah
(Studi Kasus pada PT. BPRS Dinar Ashri Mataram), El-Tsaqafah: Jurnal Jurusan PBA, Vol.16
No.2, 2017. h. 157
4
Ansori, Problematika Dewan Pengawas Syariah Dan Solusinya. Nizham: Jurnal Studi
Keislaman, Vol.2, No. 1, 2013.
3

telah ditetapkan baik berupak Undang-undanga, Peraturan Pemerintah, Peraturan

Bank Indonesia.5

Sesuai dalam pasal 27 SK Direktur BI No. 32/36/KEP/DIR/1999, BPRS

memiliki keterbatasan dalam kegiatan usaha yang dilakukan meliputi: a).

Menghimpun dana masyarakat kedalam bentuk simpanan diantaranya 1).

Tabungan berdasarkan prinsip wadi’ah atau mudharabah 2). Deposito berjangka

berdasarkan prinsip mudharabah 3). Bentuk lain yang menggunakan prinsip

wadi’ah atau mudharabah. b). Melakukan penyaluran dana melalui: 1). Transaksi

jual beli berdasarkan prinsip: mudharabah, istisna, ijarah, salam, dan jual beli

lainnya. c). Pembiayaan bagi hasil berdasarkan prinsip: mudharabah,

musyarakah, dan bagi hasil lainnya. d). Pembiayaan lain berdasarkan prinsip:

rahn, qard.6

Pesatnya perkembangan lembaga keuangan syariah sejalan dengan

kekhawatiran yang ditimbulkan. Kekhawatiran yang dimaksud berupa terjadinya

korupsi atau penyimpangan pada perbankan syariah. Tindak pidana korupsi

merupakan salah satu kejahatan yang sangat merusak bagiperekonomian suatu

negara. Salah satu sektor yang seringkali menjadi sasaran tindak pidana korupsi

adalah sektor perbankan. Hal ini terjadi karena perbankan merupakan tempat yang

sangat potensial untuk dilakukan kegiatan korupsi, terutama dalam bentuk

penyalahgunaan wewenang atau suap. Tindak pidana korupsi dalam perbankan

dapat berdampak sangat luas, tidak hanya merugikan bank itu sendiri tetapi juga

5
Feri Irawan, “Analisis Etos Kerja Dewan Pengawas Syariah (DPS) Terhadap Pengawasan
Produk Deposito Dan Rahn Di Bank Muamalat Cabang Sumbawa,” Formosa Journal of Science
and Technology 1, no. 2, 2022 h.111–26.
6
Meriyati dan Agus Hermanto, “Sosialisasi Sejarah Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Dan
Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) Kepada Alumni Pondok Al-Iman Yang Berada Di
Palembang”, STEBIS IGM, Vol. 1 No. 2, 2021, h. 50.
4

nasabah dan masyarakat secara umum. Korupsi dalam perbankan dapat

mengakibatkan krisis kepercayaan pada lembaga perbankan, merusak kestabilan

sistem keuangan, dan membahayakan ekonomi Negara. Indonesia merupakan

salah satu negara yang sering menghadapi masalah korupsi dalam sektor

perbankan. Sejumlah kasus korupsi dalam perbankan Indonesia, seperti Bank Bali

dan Century Bank, telah menjadi sorotan publik dan menjadi bukti betapa

pentingnya penerapan fungsi pengawasan untuk mengatasi tindak korupsi dalam

perbankan.7

Maka dari itu, lembaga pengawasan, lembaga audit dan masyarakat

memiliki hak untuk terus kritis terhadap bank syariah. Sekalipun menggunakan

label atau asas syariah penyelewengan dalam beragam kadar dapat saja terjadi,

bagaimanapun pelaku operasi perbankan syariah hanyalah manusia. Berdasarkan

hasil observasi, Keberadaan Dewan Pengawas Syariah di Bank Pembiayaan

Rakyat Syariah Adeco Kota Langsa termasuk dengan berbagai regulasi yang

mengatur tentang tugas dan tanggung jawab DPS, hendaknya menjadikan bank

syariah semakin patuh terhadap ketentuan syariah. Namun pada kenyataannya,

masih saja ada sebagian masyarakat yang memberikan kritik dan bahkan

menyimpulkan bahwa mekanisme perbankan syariah tidak berbeda dengan

perbankan konvensional yaitu karena faktor standard SDM (Sumber Daya

Manusia). Alasan yang kedua, terkait dengan pemahaman SDM perbankan

syariah tentang syariah.8 Sejauh yang mereka pahami, syariah berarti sekedar

bebas riba. Adanya kesimpulan dari sebagian masyarakat tersebut, diantaranya

7
Friska Anggi Siregar, “Penerapan Hukum Tindak Pidana Korupsi Dalam Perbankan”
Jurnal Hukum, Politik Dan Ilmu Sosial (JHPIS)Vol.2, No.1 Maret 2023, h. 237
8
Hasil observasi dengan Bapak Aris Munandar selaku Masyarakat Kota Langsa, tanggal
2 september 2023.
5

disebabkan oleh kurang optimalnya peran DPS dalam melakukan fungsi audit

kepatuhan bank syariah terhadap ketentuan syariah.9

Mengetahui hal tersebut untuk menjaga kemurnian praktik dalam

perbankan syariah, maka timbul profesi nya sekaligus sebagai pembeda antara

praktik konvensional dengan yang menggunakan syariah. Adapun profesi yang

dimaksud ialah Dewan Pengawas Syariah (DPS). Urgensi DPS ialah dalam

tugasnya sebagai pengawas aktualisasi daya guna bank beserta produk yang

dimiliki supaya tidak menyimpang dari dasar aturan syariah. Namun pada

kenyataannya, Kurang optimalnya peran DPS dalam melakukan fungsi audit

(pengawasan) dapat disebabkan oleh beberapa hal diantaranya adalah DPS

sebagai lembaga independen menerima insentif dari entitas syariah yang diawasi,

dimana entitas tersebut masih memiliki hubungan administratif dalam struktur

administrasi manajemen. Selain itu, kurang optimalnya peran DPS juga

disebabkan oleh adanya anggota DPS yang merangkap sebagai anggota Dewan

Pengawas Syariah (DPS) di lembaga keuangan syariah lain, DPS yang sibuk

sebagai akademisi (dosen), atau DPS yang aktif menjadi pengurus di berbagai

organisasi kemasyarakatan.10

Dewan Pengawas Syariah hanyalah sebutan yang berlaku pada Negara

Indonesia, faktanya masing-masing negara yang turut menerapkan bank syariah

memiliki istilah lain. Adanya DPS dalam perbankan syariah itu serupa namun tak

sama dengan komite audit pada entitas konvensional. Tugas utama dari DPS

adalah menjaga pelaksanaan operasional bank dan produk- produknya agar terus

9
Observasi Awal, pada tanggal 8 September 2023
10
Fatmawati, Diah Ayu, and Usnan Usnan. "Audit Kepatuhan Syariah Melalui Peran
Dewan Pengawas Syariah Pada PT. BPRS Dana Mulia Surakarta." JIFA (Journal of Islamic
Finance and Accounting) 1.2 (2018): 19-34.
6

murni dan tidak menyalahi aturan syariah. Dalam perkara audit, saat ini sorotan

penilaian audit tidak melulu pada aspek ekonomi. Seperti munculnya

performance audit, social and environmental audit, serta audit syariah. Audit

syariah tak ubahnya penerapan audit dengan berdasarkan hukum syariah. Pada

audit syariah tantangan yang dihadapi merujuk pada empat faktor utama seperti

rancangan kegiatan, cakupan lingkungan, kompetensi dan masalah independensi.

Isu independensi timbul diantaranya karena tantangan lain yang berasal dari peran

DPS, yakni sebatas memberikan fatwa tanpa memiliki kekuatan mengikat dan

memaksa penerapannya, lebih dari itu pemilihan DPS secara langsung dilakukan

oleh Lembaga Keuangan Syariah yang bersangkutan.

Menyadari pentingnya peran DPS dalam menciptakan masyarakat atau

nasabah untuk lebih yakin dan tetap memakai jasa Bank Pembiayaan Rakyat

Syariah Adeco Kota Langsa, maka independensi DPS dalam menjalankan

tugasnya menjadi hal yang krusial. Independensi dapat disebut sebagai perilaku

bebas tidak memihak barang siapapun, factual dan bersih. Pada dasarnya

independensi DPS berawal dari kepentingan menyajikan laporan operasi lembaga

keuangan syariah yang kredibel. Dimana dalam hubungannya erat dengan

peningkatan rasa percaya para pemakai laporan operasional BPRS Adeco agar

mereka yakin bahwa operasional BPRS Adeco terbebas dari pelanggaran syariah.

Sesuai praktiknya, DPS selaku lembaga independen yang melaksanakan

pengawasan berkenaan tentang praktik bank atau lembaga keuangan syariah yang

lain memperoleh tambahan penghasilan ataupun subsidi dari entitas yang

bersangkutan atau bukan berasal dari lembaga independen diluar administratif

pada struktur organisasi entitas yang bersangkutan. Sehingga terdapat


7

kemungkinan timbulnya konflik kepentingan terhadap entitas yang diawasi.

Sebuah entitas mengharapkan pernyataan kesesuaian terhadap prinsip syariah,

adapun DPS menginginkan jabatan dan intensif yang diberikan tidak hilang. Maka

dari itu boleh jadi pada pelaporannya menyatakan hal yang bertolak belakang.11

Berdasarkan permasalahan yang telah dipaparkan di latar belakang

masalah, maka peneliti tertarik meneliti dengan judul “Indepedensi Dewan

Pengawas Syariah Dalam Meningkatkan Kualitas Audit Kepatuhan Syariah

Pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Kota Langsa”

1.2 Identifikasi Masalah

1. Masih terdapatnya bank yang belum sesuai dengan kepatuhan audit

syariah.

2. Terdapat asumsi Masyarakat berangkapan bahwa penerapan mekanisme

pembiayaan perbankan syariah belum sesuai dengan syariah.

3. Kurang optimalnya peran DPS dalam mengawasi kepatuhan audit syariah.

1.3 Batasan Masalah

Agar peneliti lebih terarah dan tidak terlalu melebar pembahasannya

sehingga dapat mencapai tujuan penelitian yang baik, maka peneliti akan

membuat batasan penelitian atau batasan masalah. Adapun batasan masalah yang

diteliti lebih lanjut tentang Indepedensi Dewan Pengawas Syariah Dalam

Meningkatkan Kualitas Audit Kepatuhan Syariah Pada Bank Pembiayaan Rakyat

Syariah Adeco Kota Langsa.

1.4 Rumusan Masalah


11
Khatibul Umam, “Urgensi Standarisasi dewan Pengawas Syariah dalam Meningkatkan
Kualitas Audit Kepatuhan Syariah”, PANGGUNG HUKUM, Jurnal Perhimpunan Mahasiswa
Hukum Indonesia Cabang Daerah Istimewa,Yogyakarta, Vol. 1 No. 2, 2015, h.116.
8

1. Bagaimana mekanisme kerja pengawasan Dewan Pengawas Syariah?

2. Apa saja kendala dalam menjalankan tugasnya mengawasi dan melakukan

audit kepatuhan syariah di BPRS Adeco?

3. Bagaimana peran indenpendensi Dewan Pengawas Syariah dalam

meningkatkan kepatuhan audit syariah?

1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.5.1 Tujuan penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan batasan


masalah, rumusan masalah diatas adapun tujuan penelitian ini sebagai
berikut:

1. Untuk mengetahui mekanisme kerja pengawasan Dewan Pengawas

Syariah pada BPRS Adeco Kota Langsa.

2. Untuk mengetahui apa saja kendala dalam menjalankan tugasnya

mengawasi dan melakukan audit kepatuhan syariah di BPRS Adeco.

3. Untuk mengetahui peran indenpendensi Dewan Pengawas Syariah

dalam meningkatkan kepatuhan audit syariah.

5.1.2 Manfaat Penelitian

Dari tujuan penelitian yang ingin dicapai, maka penelitian ini diharapkan

mempunyai manfaat bagi pihak yang terlibat, baik secara teoritis maupun

secara praktis.

1. Manfaat teoritis

Bertujuan untuk pengembangan kajian manajemen keuangan

syariahmengenai indenpendensi Dewan Pengawas Syariah akan

hubungannya untuk meningkatkan mutu kepatuhan audit syariah. Serta


9

menjadi bahan literatur bagi civitas akademik IAIN Langsa maupun

institusi pendidikan yang lain.

2. Manfaat praktis

a. Bagi Peneliti

Diharapkan penelitian yang dilakukan bisa memberikan suntikan

pemahaman dan tambahan wawasan mengenai Indenpendensi

Dewan Pengawas Syariah yang sesuai teori dan praktik yang

seharusnya dilakukan.

b. Bagi BPRS Adeco Kota Langsa

Penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan manfaat

pada BPRS Adeco Kota Langsa sebagai bahan pertimbangan

(masukan) untuk mengoptimalkan pengawasan, serta sebagai

sumbangan pemikiran terkait pengelolaan dan pengembangan

berdasarkan prinsip-prinsip syariah.

c. Bagi Akademik

Penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memperbanyak bacaan

yang selanjutnya berperan dalam menambah pemahaman dan

pengetahuan serta sebagai literatur bagi penelitian selanjutnya.

d. Bagi Penelitian Selanjutnya

Diharapkan hasil penelitian ini untuk dipergunakan menjadi bahan

referensi serta perbandingan terhadap penelitian selanjutnya.

1.6 Penjelasan Istilah

1. Independensi

Independensi adalah Sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak

dikendalikan oleh pihak lain, tidak tergantung pada orang lain.


10

Independensi juga berarti adanya kejujuran dalam diri auditor dalam

mempertimbangkan fakta dan adanyapertimbangan yang objektif tidak

memihak dalam diri auditor dalam merumuskan dan menyatakan

pendapatnya.12

2. Dewan Pengawas Syariah

Dewan pengawas syariah (DPS) adalah dewan komisaris yang

bersifat independen, yang dibentuk oleh Dewan Syariah Nasional dan

ditempatkan pada lembaga keuangan syariah yang melakukan kegiatan

usaha berdasarkan prinsip syariah, dengan tugas yang diatur oleh dewan

syariah nasional. Tugas utama DPS Bank Syariah adalah mengawasi

kegiatan operasional Bank sehari-hari agar selalu sesuai dengan ketentuan-

ketentuan syariah, khususnya yang tertuang dalam guidelines dan fatwa-

fatwa DSN. Dari hasil pengawasan tersebut DPS akan membuat

pernyataan secara berkala tentang kesesuain operasi bank dengan prinsip

syariah, yang biasanya dimuat dalam laporan tahunan bank yang

bersangkutan. Selain itu,

DPS juga meneliti dan merekomendasi produk baru dari bank yang

diawasinya dari segi kesesuaian dengan prinsip syariah, terutama dengan

guidelines dan fatwa-fatwa yang dikeluarkan oleh DSN. 13 Dapat

disimpulkan bahwa Dewan Pengawas Syariah merupakan unsur penting

yang harus ada di setiap Lembaga Keuangan Syariah, karena peran dan

fungsi DPS ini sangat berpengaruh terhadap jalannya lembaga keuangan

syariah supaya tidak melenceng dari prinsip-prinsip syariah.

12
Mulyadi, Auditing, Edisi ke 6 Buku 1, Jakarta: Salemba Empat, 2015, h.26
13
Muhammad Ridwan Basalamah dan Mohammad Rizal, Perbankan Syariah, (Malang:
Empatdua Media, 2018), h. 19.
11

3. Audit Kepatuhan Syariah

Audit syari’ah merupakan suatu proses yang sistematis untuk

memperoleh bukti yang cukup dan relevan untuk membentuk opini apakah

subyek yaitu personil, proses, kinerja keuangan serta non-keuangan

konsisten dengan aturan Syariah dan prinsip-prinsip yang diterima secara

luas oleh masyarakat Islam dan melaporkan kepada pengguna. 14 Penilaian

independen dan jaminan obyektif yang dirancang untuk menambah nilai

dan meningkatkan tingkat kepatuhan lembaga keuangan syari’ah, dengan

tujuan utama untuk memastikan sistem pengendalian internal yang efektif

dan untuk kepatuhan syari’ah.

4. BPR Syariah

Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) adalah lembaga

keuangan Bank yang dibawahi oleh dewan kebijakan moneter, yang

melakukan kegiatan ekonominya berdasarkan prinsip Islam atau syariah,

tanpa menghalalkan adanya riba atau suku bunga yang berorientasi pada

masyarakat di tingkat desa ataupun kecamatan. Bank Pembiayaan Rakyat

Syariah (BPRS) didirikan berdasarkan UU No 7 tahun 1992 tentang

perbankan dan Peraturan pemerintah (PP) no.72 tahun 1992 tentang bank

berdasarkan prinsip bagi hasil. Serta berdadarkan pada butir 4 pasal 1 UU.

No 10 tahun 1998, pengganti UU no 7 tahun 1992 tentang Perbankan

disebutkan bahwa Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) adalah bank

yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah, yang

14
Zurina Shafii, Nor Aishah Mohd Ali and Nawal Kasim , “Shariah audit in Islamic
banks: an insight to the future shariah auditor labour market in Malaysia Audit Syariah di bank
syariah” , Procedia Social and behavioral science, 2014, h. 2
12

dalam kegiatannya tidak memberikan jasa lalu lintas pembayaran. Bank

Pembiayaan Rakyat (BPR) yang melakukan kegiatan usaha berdasrkan

prinsip Syariah selanjutnya diatur menurut surat keputusan Direktur Bank

Indonesia No.32/36/KEP/DIR/1999. Tanggal 12 Mei 1999 tentang Bank

Perkreditan Rakyat berdasarkan prinsip Syari’ah.15

1.7 Sistematika Pembahasan

Agar penelitian ini bisa disajikan secara sistematis, maka penelitian skripsi

menyusun ke dalam tiga bab yang berkelanjutan dan berkaitan satu sama lain,

dengan sistematika penelitian sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN, menguraikan dasar penyusunan proposal yang

meliputi latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan masalah,

tujuan masalah dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI, menguraikan tentang kajian teori yang digunakan

sebagai landasan teori.

BAB III METODE PENELITIAN, menguraikan tentang pendekatan penelitian,

lokasi dan waktu penelitian, subjek penelitian, sumber data penelitian,

instrumen pengumpulan data, metode keabsahan data, dan analisis hasil

penelitian.

BAB IV HASIL PENELITIAN, menguraikan tentang gambaran umum bank

syariah , hasil pembahasan dan analisis hasil penelitian.

BAB V PENUTUP, menguraikan tentang kesimpulan dan saran.

BAB II
15
Lestari, Iin Fitri, and Ulfi Kartika Oktaviana. "Peranan komite audit dan dewan
pengawas syariah terhadap kualitas laporan keuangan (studi kasus pada BPRS di Jawa Timur)." El
Dinar 8.1 (2020), h. 29-36.
13

LANDASAN TEORI

2.1 Idenpendensi

2.1.1 Pengertian Idenpendensi

Menurut Fitrawansyah, independensi adalah sebagai berikut:

“Independensi artinya bebas dari pengaruh baik terhadap manajemen yang

bertanggung jawab atas penyusunan laporan maupun terhadap para pengguna

laporan tersebut.16 Sedangkan menurut Mulyadi, independensi adalah Sikap

mental yang bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain, tidak

tergantung pada orang lain. Independensi juga berarti adanya kejujuran dalam diri

auditor dalam mempertimbangkan fakta dan adanyapertimbangan yang objektif

tidak memihak dalam diri auditor dalam merumuskan dan menyatakan

pendapatnya.17

Sedangkan independensi menurut Arens dalam Romasi. dapat diartikan

dengan mengarahkan sudut pandang yang tidak menyimpang. Auditor selain

harus independent dalam fakta, juga harus independen dalam penampilan. 18

Independensi dalam fakta (independence in fact) ialah suatu kondisi pikiran yang

berpeluang mengungkapkan sebuah keputusan secara profesional tanpa

terpengaruh, memungkinkan tindakan individu dilakukan secara berintegritas,

serta menerapkan objektivitas dan skeptisme profesional.

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa independensi

adalah sikap mental yang tidak bisa dipengaruhi, tidak tergantung pada pihak lain

16
Fitrawansyah, Fraud Auditing Edisi Pertama, Mitra Wacana Media Jakarta, 2014, h. 47
17
Mulyadi, Auditing, Edisi ke 6 Buku 1, Jakarta: Salemba Empat, 2015, h.26
18
Romasi Lumban Gaol. "Pengaruh kompetensi, independensi dan integritas auditor
terhadap kualitas audit." Jurnal Riset Akuntansi & Keuangan (2017): h. 47-70.
14

dan memiliki sikap kejujuran dalam diri auditor untuk mempertimbangkan fakta

dan bukti audit yang ditemukan.

2.1.2 Jenis-jenis Independensi

Menurut Sukrisno Agoes mengemukakan bahwa jenis independensi bagi

internal auditor ada 3 (tiga) jenis, yaitu sebagai berikut :19

1. Independensi dalam Fakta (Independence in Fact)

Akuntan publik seharusnya independen, sepanjang dalam menjalankan

tugasnya memberikan jasa profesional, bisa menjaga integritas dan selalu menaati

kode etik, profesi akuntan publik dan standar profesional akuntan publik. Artinya

auditor harus mempunyai kejujuran yang tinggi, keterkaitan yang erat dengan

objektivitas.

2. Independensi dalam Penampilan (Independence in Appearance)

Akuntan publik adalah independen karena merupakan pihak diluar

perusahaan sedangkan auditor internal tidak independen karena merupakan

pegawai perusahaan. Artinya pandangan pihak lain terhadap diri auditor

sehubungan dengan pelaksanaan audit.

3. Independensi dalam Pikiran (Independence in Mind)

Misalnya seorang auditor mendapatkan temuan audit yang memiliki

indikasi pelanggaran atau korupsi yang memerlukan audit adjustment yang

material. Kemudian dia berpikir untuk menggunakan audit findings tersebut untuk

memeras auditee. Walaupun baru dipikirkan, belum dilaksanakan, In mind auditor

sudah kehilangan independensinya”.


19
Sukrisno Agoes, Auditing Edisi Keempat, Buku I Jakarta: Salemba Empat, 2014, h. 34
15

Menurut Randal J. Elder, Mark S. Beasley, dan Alvin A. Arens yang dialih

bahasakan Amir Abadi Jusuf jenis independensi adalah sebagai berikut:20

1. Independensi dalam fakta

Independensi dalam fakta akan muncul ketika auditor secara nyata

menjaga sikap objektif selama melakukan audit.

2. Independensi dalam penampilan

Independensi dalam penampilan merupakan interprestasi orang lain

terhadap independensi auditor tersebut.

Dari definisi diatas, dapat di simpulkan bahwa jenis independensi yaitu

independen dalam fakta seharusnya independen dalam menjalankan tugasnya

memberikan jasa professional, independensi dalam penampilan yaitu pandangan

pihak lain terhadap diri auditor sehubungan dengan pelaksanaan audit,

independensi dalam pikiran seorang auditor mendapatkan temuan audit yang

memiliki indikasi pelanggaran atau korupsi yang memerlukan audit adjusment

yang material.

2.1.3 Ancaman-ancaman terhadap Independensi

Setiap kewajiban atau independen dari pemilikan kepentingan dalam

perusahaan yang diauditnya. Di samping itu, auditor tidak hanya berkewajiban


20
Randal J. Elder, Mark S. Beasley, dan Alvin A. Arens Abadi Jusuf, Auditing dan Jasa
Assurance, Jilid 1 Edisi Keduabelas, Jakarta: Salemba Empat, 2015, h.74
16

memperhatikan sikap mental independen, tetapi ia harus pula menghindari

keadaan-keadaan yang dapat mengakibatkan masyarakat meragukan

independensinya. Dengan demikian, di samping auditor harus benar-benar

independen, ia masih juga harus menimbulkan persepsi di kalangan masyarakat

bahwa ia benar-benar independen. Sikap mental independen auditor menurut

persepsi masyarakat inilah yang tidak mudah pemerolehannya.21

Ada lima faktor yang mengancam independensi, yaitu:22

1. Kepemilikan finansial yang signifikan

2. Pemberian jasa non-audit kepada klien

3. Imbalan jasa audit

4. Tindakan hukum

5. Pergantian auditor

Dapat ditarik kesimpulan ancaman terhadap independensi dapat

mengakibatkan masyarakat meragukan independensinya jika tidak memperhatikan

sikap mental independen. Dengan demikian auditor harus benar-benar independen

dan harus menimbulkan persepsi dikalangan masyarakat bahwa ia benar-benar

independen.

2.1.4 Komponen Independensi

Menurut Harjanto terdapat empat komponen independensi auditor, yaitu

sebagai berikut :23

21
Mulyadi, Sistem Akuntansi, Cetakan Keempat. Jakarta : Salemba Empat, 2015, h.27
22
Winda Kurnia "Pengaruh kompetensi, independensi, tekanan waktu, dan etika auditor
terhadap kualitas audit." Jurnal Akuntansi Trisakti 1.2 (2014): 49-67.
23
Harjanto, Pengaruh Kompetensi, Independensi, Objektivitas, Akuntabilitas Dan Integritas
Terhadap Kualitas Audit Dengan Etika Auditor Sebagai Variabel Moderasi ( Studi Empiris Kap Di
Semarang ). Skripsi, UNDIP Semarang, 2014, h.27
17

1. Lama Hubungan Dengan Klien (Audit Tenure)

Hubungan yang lama antara auditor dengan klien mempunyai potensi

untuk menjadikan auditor puas pada apa yang telah dilakukan, melakukan

prosedur audit yang kurang tegas dan selalu tergantung pada pernyataan

manajemen.

2. Tekanan dari Klien

Dalam menjalankan fungsinya, auditor sering mengalami konflik

kepentingan dengan manajemen perusahaan. Manajer mungkin ingin operasi

perusahaan atau kinerjanya tampak berhasil yakni tergambar melalui laba tinggi

dengan maksud untuk menciptakan penghargaan

3. Telaah dari Rekan Auditor (Peer Review)

Mengembangkan kebijakan dan prodedur yang memadai bagi kelima

unsur pengendalian mutu dan mengikuti kebijakan serta prosedur tersebut dalam

praktek. Review diadakan setiap 3 tahun.

4. Jasa Non Audit

Pemberian jasa selain audit dapat menjadi ancaman Potensial bagi

independensi auditor karena manajemen dapat meningkatkan tekanan pada auditor

agar bersedia mengeluarkan laporan yang dikehendaki oleh manajemen yaitu

wajar tanpa pengecualian.

2.1.5 Indikator Independensi


18

Menurut Simamora dalam penelitian Priska Mariana terdapat 4 prinsip

indikator profesionalisme yang harus dimiliki seorang auditor dalam menjalankan

profesinya, yaitu:24

1. Tanggung jawab profesi

2. Integritas

3. Objektivitas

4. Perilaku Profesional

Dari indikator profesionalisme auditor diatas dapat diuraikan penjelasannya

sebagai berikut:

1. Tanggung jawab profesi

Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai profesional,

setiap anggota harus senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan

profesional dalam semua kegiatan yang dilakukannya.

2. Integritas

Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik, setiap

anggota harus memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan integritas

setinggi mungkin.

3. Objektivitas

Setiap anggota harus menjaga objektivitasnya dan bebas dari

benturan kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya.

4. Perilaku

24
Priska Mariana Br. Manurung, “Pengaruh Sikap Independensi Auditor Dan
Profesionalisme Auditor Terhadap Kualitas Audit (Survey Pada Kantor Akuntan Publik Arms Di
Kota Bandung)” Other thesis, Universitas Komputer Indonesia, 2020, h. 18
19

Profesional setiap anggota harus berperilaku yang konsisten

dengan reputasi profesi yang baik dan menjauhi tindakan yang dapat

mendiskreditkan profesi.

Berdasarkan uraian diatas, dapat dikatakan bahwa profesionalisme

merupakan sikap seseorang yang melakukan pekerjaannya secara profesional.

Seorang auditor internal yang profesional mampu bekerja tanpa adanya tekanan

dari berbagai pihak untuk mengerjakan tugasnya dan mampu menyelesaikan tugas

dengan efektif dan efisien

2.2 Dewan Pengawas Syariah

2.2.1 Pengertian Dewan Pengawas Syariah

Kata “dewan” dari kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) ialah majlis atau

suatu badan yang didalamnya terdapat beberapa orang yang bertugas memutuskan

sesuatu dengan melalui diskusi atau musyawarah. 25 Pengawas berasal dari kata

“awas” yang mempunyai arti dapat melihat dengan baik, tajam dalam

penglihatan.26

Sedangkan syariah ialah suatu tatanan atau aturan islam yang menetapkan

peraturan hidup seorang muslim baik hubungan antara manusia dengan Allah,

hubungan manusia dengan sesama manusia dan hubungan manusia dengan alam

sekitar sesuai dengan yang diajarkan dalam Al-Quran dan Hadis.

Berdasarkan keterangan yang ada di atas, maka dapat di simpulkan bahwa

Dewan Pengawas Syariah (DPS) ialah suatu badan yang mempunyai tugas untuk

melakukan pengawasan terhadap segala aktivitas di dalam lembaga keuangan

syariah agar sesuai dengan ketentuan syariah.


25
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, cet. 4
(Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2012), h.322
26
Neneng Nurhasanah, Neneng Nurhasanah, “Pengawasan Islam dalam Operasional
Lembaga Keuangan Syariah Mimbar,” 29, No.1, (2013),h.13
20

Pengawasan pada bank syariah dimaksudkan untuk mewujudkan suatu

tatanan perbankan yang kondusif, selektif, sesuai ketetapan resmi dan menjamin

hak masyarakat pemakai jasa serta istiqomah dalam jalur prinsip syariah.

Pengawasan terhadap perbankan syariah pada dasarnya dalam dua sistem

diantaranya:27

1. Pengawasan pada bidang finansial, ketaatan pada perbankan dan

selektivitas.

2. Pengawasan praktik kerja bank berdasarkan prinsip syariah

Fungsi pengawasan perbankan syariah berada dalam wewenang dan

tanggung jawab Dewan Syariah Nasional, dimana diantara tugas pokoknya ialah

mempelajari, menggali dan menyatakan fatwa yang diambil dari prinsip- prinsip

hukum Islam sebagai panduan dalam bertransaksi pada lembaga keuangan

syariah. Melalui bahasa lain Dewan Syariah Nasional bersifat menyeluruh selama

pengawasannya atau dilakukan secara nasional. Adapun dalam praktiknya,

pengawasan yang dilakukan secara langsung berada pada kendali perpanjangan

tangan Dewan Syariah Nasional yang mana disebut sebagai Dewan Pengawas

Syariah.28

Tersebut dalam pasal 32 UU Nomor 21 tahun 2008, bahwasanya DPS

sepatutnya dibentuk pada bank-bank syariah dan bank konvensional yang

mempunyai unit-unit usaha syariah, dipilih berdasarkan Rapat Umum Pemegang

Saham sesuai anjuran Majelis Ulama Indonesia. Keberadaan DPS penting untuk

mengevaluasi kepatuhan terhadap prinsip syariah dan meminimalisir serta

27
Rusdiana dan Saptaji, Auditing Syariah Akuntabilitas Sistem Pemeriksaan Laporan
Keuangan, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2018), h. 198-199
28
Ibid., h. 188
21

menghindari adanya kemungkinan penyimpangan yang dilakukan demi mencapai

tujuan lembaga. Berdasarkan surat keputusan MUI No. Kep-98/MUI/2001, tugas

dan wewenang dari DPS adalah sebagai berikut:29

1. Secara periodik melakukan pengawasan terhadap lembaga yang berada

pada pengawasannya

2. Berkewajiban mengemukakan ide-ide untuk peningkatan hasil kerja

lembaga keuangan syariah yang diawasi kepada pimpinan dan DSN.

3. Sekurang-kurangnya 2 kali untuk masa 1 tahun anggaran DPS mengcover

kemajuan hasil kerja dan praktik lembaga yang diawasi.

4. Menyatakan persoalan-persoalan yang membutuhkan pembahasan DSN.

Dewan Pengawas Syariah dalam kedudukannya pada Lembaga Keuangan

Syariah sejajar dengan Dewan Komisaris, hal tersebut demi menjaga keefektifan

dari tiap opini yang dikemukakan oleh Dewan Pengawas Syariah, oleh sebab itu

penetapan dari DPS beserta anggotanya dilakukan dan dipilih dalam Rapat Umum

Pemegang Saham, setelah mendapatkan rekomendasi dari Dewan Syariah

Nasional (DSN) MUI. Dewan Pengawas Syariah mengontrol perkembangan

operasional lembaga keuangan syariah dalam setiap harinya agar senantiasa

selaras dengan prinsip-prinsip syariah sehingga praktik syariah pada lembaga

keuangan syariah dapat terjamin dan akan tercipta rasa nyaman yang dirasakan

nasabah atas terealisasinya prinsip syariah.30

29
Khaerul Umam, Manajemen Perbankan Syariah, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2013), h.
382
30
R. Suhaimi, “Independensi Dewan Pengawas Syariah Sebagai Pengawas Kepatuhan
Syariah Di Lembaga Keuangan Syariah”, Ar-Ribhu: Manajemen Ekonomi dan Keuangan Syariah,
Vol. 1, No. 1, 2020, h. 237
22

Keberadaan DPS bertindak sebagai filter awal sebelum suatu produk

diteliti kembali dan difatwakan oleh DSN. Setidaknya setiap enam bulan sekali

DPS menelaah operasional lembaga keuangan Syariah dan mengevaluasi kegiatan

maupun produk tersebut. Sampai kegiatan operasional lembaga keuangan Syariah

dapat dipastikan oleh DPS telah sinkron dengan fatwa yang dikeluarkan oleh

DSN, untuk kemudian hasil pengawasan tersebut disampaikan kepada kepala

direksi, komisaris dan DSN. Berdasarkan laporan dari DPS pada masing-masing

lembaga keuangan syariah, DSN dapat memberikan teguran apabila lembaga

terkait bertolak dari garis panduan yang telah ditetapkan. Apabila lembaga yang

berkaitan tidak memperhatikan teguran yang diberikan, sangsi dapat diajukan

DSN kepada lembaga yang memiliki otoritas, seperti Bank Indonesia dan

Departemen Keuangan, untuk memberikan sangsi.

Menurut Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 8/19/DPbs, tanggal 24

Agustus 2006 Perihal Pedoman Pengawasan Syariah dan Tata Cara Pelaporan

Hasil Pengawasan, DPS memiliki tugas, wewenang, dan tanggung jawab antara

lain:31

1. Memastikan dan mengawasi kesesuaian kegiatan operasional bank

terhadap fatwa yang dikeluarkan DSN

2. Menilai aspek syariah terhadap pedoman operasional dan produk yang

dikeluarkan bank

3. Memberikan opini dari aspek syariah terhadap pelaksanaan operasional

bank secara keseluruhan dalam laporan publikasi bank

31
Zata Atikah Amani dan Rifqi Muhammad, “Studi Independensi DPS Perbankan Syariah
Indonesia”, BISNIS: Jurnal Bisnis dan Manajemen Islam, Vol. 9 No. 1, 2021, h.8
23

4. Mengkaji produk dan jasa baru yang belum ada fatwa untuk dimintakan

fatwa kepada DSN

5. Menyampaikan laporan hasil pengawasan syariah

2.2.2 Peran Dewan Pengawas Syariah

Dewan Pengawas Syariah mempunyai peran yang sangat penting dalam

lembaga keuangan syariah, agar lembaga keuangan syariah dalam memberikan

pelayanan kepada nasabah atau anggotanya tidak bertentangan dengan ketentuan

syariah. Karena pelayanan yang diberikan tidak sekedar hanya bertujuan untuk

memperoleh laba seperti yang di lakukan oleh lembaga keuangan konvensional,

namun lembaga keuangan syariah dalam operasionalnya menerapkan prinsip

syariah yang sesuai dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Adapun peran Dewan

Pengawas Syariah didalam lembaga keuangan syariah adalah sebagai berikut:32

1. Dewan Pengawas Syariah memberikan pengawasan pada lembaga

keuangan syariah yang berada dibawah pengawasannya secara periodik.

2. Dewan Pengawas Syariah berhak memberikan satan dan masukan

mengenai pengembangan lembaga keuangan syariah kepada pengurus

lembaga yang bersangkutan dan kepada DSN.

3. Dewan Pengawas Syariah berkewajiban membeikan laporan mengenai

operasional lembaga keuangan syariah yang di awasinya kepada DSN

paling sedikit 2 kali dalam 1 tahun anggaran.

32
Bagya Agung Prabowo dan Jasri Bin Jamal, “Peran Dewan Pengawas Syariah Terhadap
Praktik Kepatuhan Syariah dalam Perbankkan Syariah di Indonesia”, Jurnal Hukum Ius
QuiaIustum Faculty of Law 24, No. 1, (2017), h.121.
24

4. Dewan Pengawas Syariah merumuskan permasalahan-permasalahan yang

membutuhkan saran dari DSN.33

Peran Dewan Pengawas Syariah berdasarkan pada Peraturan Menteri

Koperasi dan Usaha Kecil Menengah No: 11/PER/M.KUKM/XII/2017 mengenai

Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah dalam

Koperasi adalah:

1. Memberikan saran dan nasehat untuk pengawas dan pengurus serta

memberikan pengawasan pada operasional KSPPS supaya sesuai dengan

ketentuan syariah.

2. Memastikan dan memberikan penilaian pemenuhan kepatuhan syariah

dalam pedoman kegiatan dan produk yang telah di keluarkan oleh KSPPS.

3. Memberikan pengawasan terhadapa perkembangan produk baru.

4. Meminta fatwa dari DSN – MUI terhadap produk yang belum ada

fatwanya

5. Memberikan evaluasi secara berkala pada produk simpanan maupun

pembiayaan syariah.

6. Memberikan laporan atas pelaksanaan tugas pengawasannya kepada DSN

– MUI minimal 1 (satu) tahun sekali.34

Mekanisme kerja Dewan Pengawas Syariah (DPS) dapat di ilustrasikan

pada gambar berikut:

Gambar 2.1
Mekanisme Dewan Pengawas Syariah
33
Burhanuddin S, koperasi syariah dan peraturannya di Indonesia, cet.2, (Malang: UIN-
Maliki Press, 2013), h.167
34
Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah RI,”11/PER/M.KUKM/XII/2017
Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah,” (2017).
25

2.2.3 Kedudukan Dewan Pengawas Syariah

Secara struktural keorganisasian, keberadaan Dewan Pengawas Syariah

teletak pada dua struktur organisasi, yaitu:

1. Organisasi Perusahaan

Kedudukan Dewan Pengawas Syariah pada struktur organisasi perusahaan

sepadan dengan Dewan Komisaris yang mempunyai jalur koordinasi dengan

Direksi

2. Organisasi Dewan Syariah Nasional (DSN) – MUI

Kedudukan Dewan Pengawas Syariah pada struktur organisasi DSN –

MUI, Dewan Pengawas Syariah posisinya di bawah DSN – MUI yang

mempunyai tugas untuk memberi pengawasan terhadap pelaksanaan fatwa dan

keputusan DSN – MUI pada Lembaga Keuangan Syariah. Sehingga Dewan

Pengawas Syariah mempunyai kewajiban utuk bertanggung jawab kepada DSN –

MUI dalam menjalankan tugasnya.35

2.2.4 Persyaratan Anggota Dewan Pengawas Syariah

35
Dinas Koperasi, Usaha Kecil Dan Menengah Kabupaten Gunung kidul,” Dewan
Pengawas Syariah, 9 september, 2023.
26

Persyaratan anggota Dewan Pengawas Syariah (DPS), dalam Peraturan

Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah yaitu:

1. Berasal dari dalam anggota maupun dari luar anggota koperasi.

2. Belum pernah di hukum karena melakukan kesalahan yang merugikan

koperasi atau merugikan yang berkaitan dengan sektor keuangan dalam

waktu lima tahun sebelum melakukan pengangkatan.

3. Tidak memiliki hubungan keluarga sedarah dan semenda hingga derajat

kesatuan dengan pengurus.

4. Dewan Pengawas Syariah Koperasi Sekunder boleh berasal dari Anggota

Koperasi primer atau dari luar Anggota Koperasi36

Ketentuan anggota Dewan Pengawas Syariah dalam Peraturan Menteri

Koperasi dan Usaha Kecil Menengah adalah sebagai berikut:

1. Dewan Pengawas Syariah di tetapkan dalam RAT.

2. Dewan Pengawas Syariah minimal harus 2 (dua) dan salah satunya wajib

mempunyai sertifikat pendidikan dan pelatihan Dewan Pengawas Syariah

dari DSN- MUI atau sertifikat standar lainnya dari lembaga yang telah

memperoleh lisensi sesuai dengan keputusan peraturan perundang-

undangan.

3. Dewan Pengawas Syariah yang di anggkat tidak dari anggota di tetapkan

untuk masa jabatan 2 tahun dan bisa di perpanjang berdasarkan keputusan

dalam RAT.

4. Dewan Pengawas Syariah memiliki tanggung jawab kepada rapat anggota.

5. Dewan Pengawas Syariah di berhentikan dari anggota dalam RAT.


36
Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah RI,”11/PER/M.KUKM/XII/
2017,” Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah.
27

6. Dewan Pengawas Syariah boleh merangkap jabatan pada KSPPS lain.37

Syarat wajib dalam diri anggota Dewan Pengawas Syariah adalah:

1. Integritas

a. Mempunyai perilaku yang terpuji.

b. Mempunyai pendirian yang kuat dalam mematuhi peraturan perundang-

undangan yang ada.

c. Mempunyai kemauan yang tinggi dalam pengembangan operasional

lembaga keuangan yang sehat.

d. Bukan termasuk dalam daftar tidak lulus sesuai dengan ketentuan yang di

tetapkan oleh Bank Indonesia.

2. Kompetensi

a. Pihak-pihak yang tentunya memiliki banyak pengetahuan dan pengalaman-

pengalaman dibidang syariah mu’amalah dan pengetahuan dalam bidang

perbankkan atau lembaga keuangan secara menyeluruh.

3. Reputasi Keuangan

a. Tidak termasuk dalam cicilan / pembiayaan macet.

b. Belum pernah di nyatakan bangkrut atau menjadi pimpinan yang di

nyatakan bersalah yang menjadikan suatu perusahaan dianggap bangkrut,

dalam kurun waktu lima tahun terakhir sebelum dipilih menjadi Dewan

Pengaas Syariah.38

37
Ibid., 2017
38
Ahmad Ifham Sholihin, Buku Pintar Ekonomi Syariah, (Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama,2013), h. 240.
28

2.3 Audit Kepatuhan Syariah

Kepatuhan Syariah ialah prinsip syariah yang membangun pada setiap

aktivitas sebagai bentuk kerakteristik suatu lembaga yang harus dilakukan secara

menyeluruh. Kepatuhan syariah menurut pandangan masyarakat ialah kunci dari

integritas dan kredibilitas suatu lembaga keuangan syariah. Ketaatan berkenaan

atas fatwa DSN selaku bentuk dasar aturan syariah secara operasional disebut oleh

Adrian Sutedi sebagai kepatuhan syariah. Hakikat kepatuhan Syariah adalah

sebagai berikut:39

1. Pelengkapan segala prinsip Syariah dalam setiap kegiatan yang dilakukan

sebagai wujud karakteristik lembaga, termasuk lembaga bank Syariah.

Semua lembaga keuangan Syariah harus melengkapi unsur kepatuhan

berkenaan dengan prinsip Syariah yang telah ditetapkan

2. Kepatuhan Syariah pada operasional bank Syariah mensyaratkan adanya

pengawasan yang ekstensif dan pengambilan tindakan secara tegas apabila

melakukan ketidakpatuhan Syariah.

3. Ketidakpatuhan terhadap unsur Syariah baik operasional maupun

peraturan yang ditetapkan berakibat pada menghilangnya ciri khas bank

Syariah sehingga dapat mengurangi kredibilitas entitas tersebut

4. Ketidakpatuhan terhadap prinsip Syariah mengakibatkan citra bank

Syariah menjadi negative dan berkemungkinan untuk dilupakan, baik bagi

nasabah potensial atau nasabah yang sebelumnya telah memakai jasa bank

Syariah.

39
Rusdiana dan Saptaji, Auditing Syariah Akuntabilitas Sistem Pemeriksaan Laporan
Keuangan, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2018), h. 192
29

Arti penting kepatuhan syariah berkaitan atas kewajiban pengawasan

mengenai aktualisasi kepatuhan tersebut. Pengawasan kepatuhan syariah ialah

perbuatan untuk menjamin pedoman dasar lembaga keuangan syariah, dalam hal

ini adalah prinsip syariah sudah dilaksanakan secara tepat dan inklusif. Dengan

melakukan pengawasan, dihajatkan seluruh aktualisasi aktivitas lembaga

keuangan syariah tidak melenceng dari ketetapan syariah. Secara harfiah, makna

kepatuhan Syariah dalam lembaga keuangan Syariah adalah implementasi prinsip-

prinsip Islam, Syariah dan kebiasaan dalam transaksi keuangan dan perbankan

serta bisnis lain yang berkaitan. Kepatuhaan syariah atau dalam bahasa lain

disebut Sharia Compliance yaitu salah satu indikator pertanggungjawaban untuk

memberi keyakinan bahwa lembaga keuangan syariah telah melakukan kegiatan

operasional berlandaskan prinsip syariah.

Dalam peraturan Bank Indonesia Nomor: 13/2/Pbi/2011 tentang

pelaksanaan fungsi kepatuhan bank umum pada bab 1 No. 6 ditegaskan bahwa

fungsi kepatuhan ialah sekelompok perbuatan atau langkah-langkah yang bersifat

ex-ante (preventif) untuk menegaskan bahwa kebijakan, ketentuan, system, dan

prosedur serta kegiatan usaha bank telah sinkron dengan ketentuan Bank

Indonesia dan peraturan perundang-undangan yang digunakan termasuk prinsip

Syariah bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah, serta meyakinkan

kepatuhan bank terhadap keterikatan yang terjalin diantara Bank Indonesia dan /

atau otoritas pengawas lain yang berwenang.40

Kebutuhan audit sebagai bentuk pengawasan dan evaluasi adalah dalam

pemeriksaan pembukuan keuangan secara berkala dengan pemeriksaan

keefektifan dari lalu lintas dana dan evaluasi kewajaran laporan yang dihasilkan.
40
Rusdiana dan Saptaji, Auditing Syariah Akuntabilitas Sistem Pemeriksaan Laporan
Keuangan, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2018), h. 198
30

Audit kepatuhan Syariah secara khusus dapat diartikan sebagai rangkaian kegiatan

yang bertujuan untuk meyakinkan bahwa kegiatan- kegiatan dari lembaga

keuangan Islam telah bebas dari pelanggaran syariat atau pemeriksaan secara

merata berkenaan dengan aktivitas bank Syariah. Tujuan audit Syariah ialah

menetapkan koherensi anatara operasional bank dengan pedoman manajemen

yaitu prinsip dan aturan Syariah yang berlaku.

Pentingnya audit kepatuhan syariah ialah memastikan Halal Assurance

System (HAS) dan menguatkan system pengendalian internal lembaga keuangan

syariah demi meminimalisir penipuan dan kekeliruan dalam kegiatan perusahaan.

Seharusnya Halal Assurance System (HAS) masuk ke dalam produk islam atau

layanan dari waktu perkembangannya. Dengan pembentukan Halal Assurance

System (HAS) pada tahap awal, manajemen dapat menghemat biaya hukum di

masa yang akan datang, yang mungkin ada apabila elemen-elemen dari rencana

usaha/ kontrak perlu modifikasi demi kepatuhan prinsip-prinsip syariah. Ada

beberapa metode pendekatan audit kepatuhan syariah yang diperlukan untuk

mengamati proses HAS bagi lembaga keuangan syariah. Pendekatan tersebut

antara lain:41

1. Pendekatan prinsip halal dan haram

Salah satu cara audit kepatuhan syariah ialah dengan mengawasi

secara teliti kehalalan dan meniadakan keharaman.

2. Pendekatan akad

Unsur-unsur halal dan haram berkesinambungan dengan

instrument finansial yang dinilai berdasarkan legalitas akad atau kontrak

islami. Akad dapat dimaknai sebagai mediator antara permohonan (ijab)

41
Ibid., h.199
31

dengan penerimaan (qabul). Adapun perikatan terjadi apabila empat

prinsip akad telah terpenuhi, antara lain yakni pembeli dan penjual, harga,

objek akad, dan ijab qabul.

3. Pendekatan dokumentasi legal

Tujuan dokumentasi legal ialah sebagai sarana pemberi rasa aman

dalam melakukan transaksi, yakni hak-hak, kewajiban, dan tanggung

jawab yang mana secara gamblang telah dijabarkan pada kontrak. Untuk

memberikan keyakinan bahwa keseluruhan akad produk perbankan syariah

telah tunduk tanpa kecuali terhadap prinsip-prinsip syariah. Badan

kebijakan pemantauan syariah menetapkan elemen-elemen yang dilarang

dalam perjanjian antara lain seperti:

a. Keterpaksaan (ikrah)

b. Kekeliruan dan kesalahan (ghalat/khata‟) untuk pihak-pihak yang

terlibat dan objek akad

c. Ketidaksetaraan (ghubn) baik yang ditampakkan serius maupun

tidak

d. Muslihat (taghrir) yang bersifat verbal maupun non verbal

e. Barang/asset yang illegal

f. Tujuan/motivasi yang illegal

4. Pendekatan maqasid syariah

Prinsip untuk senantiasa memiliki tujuan dan arah hukum syariah

disebut dengan istilah maqasid syariah. Diantara tujuan maqasid syariah

ialah

menyediakan dan melindungi hal-hal mendasar (daruriyat) seseorang,

yang apabila tidak dipenuhi maka akan mengancam keberlangsungan


32

hidupnya. Diantara kebutuhan dasar seseorang dalam hukum Islam yaitu

agama (din), jiwa (nafs), keluarga/keturunan (nasl), akal („aql), dan harta

(mal).

5. Pendekatan laporan keuangan

Tujuan pelaporan keuangan ialah mempersiapkan informasi

mengenai

keadaan finansial, kondisi perusahaan dan pergerakan posisi keuangan

perusahaan. Hal-hal tersebut diperlukan untuk meniadakan unsur-unsur

ketidakpastian (gharar) dalam kontrak finansial lewat pelaporan yang

factual dari transaksi yang terjadi. Oleh sebab itu, pelaporan keuangan

harus dapat dipahamim andal, dan bisa dibandingkan (dengan laporan

tahun sebelumnya) sesuai standar yang ditetapkan oleh International

Financial Reporting Standard (IFRS).

3.3.1 Indikator Audit Kepatuhan Syariah

Ada beberapa indikator yang dapat digunakan sebagai ukuran

secara kualitatif untuk menilai kepatuhan syariah di lembaga keuangan

syariah. Indikator-indikator tersebut merupakan prinsip-prinsip umum

yang menjadi acuan bagi manajemen Lembaga Keuangan Syariah

dalam mengoperasikan Lembaga Keuangan Syariah. Kepatuhan

syariah dinilai berdasarkan pada indikator-indikator berikut ini, apakah

operasional Lembaga Keuangan Syariah telah dilaksanakan sesuai

dengan indikator umum kepatuhan syariah tersebut. Indikator-

indikator tersebut antara lain sebagai berikut:42


42
Desi Noviana Eka Putri. Analisis Pengungkapan Shariah Compliance Pada
Pelaksanaan Good Corporate Governance Bank Umum Syariah Di Indonesia Tahun 2017. Diss.
UIN Raden Intan Lampung, 2019, h. 38
33

1. Akad atau kontrak yang digunakan untuk pengumpulan dan

penyaluran dana sesuai dengan prinsip-prinsip dan aturan

syariah yang berlaku

2. Dana zakat dihitung dan dibayar serta dikelola sesuai

dengan aturan dan prinsip-prinsip syariah. Seluruh transaksi

dan aktivitas ekonomi dilaporkan secara wajar sesuai

dengan standar akuntansi syariah yang berlaku.

3. Lingkungan kerja dan corporate culture sesuai dengan

syariah.

4. Bisnis dan usaha yang dibiayai tidak bertentangan dengan

syariah.

5. Terdapat dewan pengawas syariah sebagai pengarah syariah

atas keseluruhan aktivitas operasional lembaga keuangan

syariah

6. Sumber dana berasal dari sumber dana yang sah dan halal

menurut syariah.

2.4 Penelitian Terdahulu

No. Penelitian Hasil Penelitian Perbedaan dan


Persamaan
1. Diah Ayu Penelitian tersebut Perbedaan penulis
Fatmawati, “udit menghasilkan bahwa dengan penelitian
Kepatuhan Syariah pelaksanaan peran DPS sebelumnya berbeda
Melalui Peran pada PT. BPRS Dana tempat lokasi dan
Dewan Mulia Surakarta belum waktu penelitian.
34

Pengawas Syariah optimal. Peran DPS yang Persamaan dalam


Pada PT. BPRS kurang optimal dalam penelitian ini yaitu,
Dana Mulia melakukan audit sama-sama meneliti
Surakarta.” dikarenakan kesibukan tentang pengawasan
(2018)43 DPS diluar tugasnya pada Dewan Pengawas
BPRS Dana Mulia Syariah.
Surakarta dan hanya satu
DPS yang betindak aktif
dalam kegiatan
pengawasan operasional
di BPRS Dana Mulia
Surakarta.
2. Tri Martini, Menghasilkan bahwa Perbedaan penulis
“Independensi tingkat independensi dengan penelitian
Pengawasan pengawasan dari dewan sebelumnya berbeda
Dewan Pengawas pengawasan syariah tempat lokasi dan
Syariah Pada BMT, dipengaruhi oleh waktu penelitian.
Baitul Maal wat faktor antara lain: Persamaan dalam
Tamwil (Studi pemilihan dan penelitian ini yaitu,
pada Baituttamwil penetapan DPS dilakukan sama-sama meneliti
TAMZIS Jawa secara mandiri melalui tentang pengawasan
Tengah)”. (2011).44 Rapat Anggota selain itu Dewan Pengawas
apabila dilihat dari sisi Syariah.
organisatoris DPS
termasuk kedalam satuan
pengurus
organisasi dan tidak
berdiri sendiri, serta tidak
adanya pengawasan pada
aspek
syariah kegiatan
operasional BMT yang
dilakukan Kementrian
Koperasi dan
UKM selaku lembaga
otoritas sehingga
mengakibatkan tidak
optimalnya
kinerja Dewan Pengawas
Syariah, dan selain itu
DPS di BMT menerima
upah
atas hasil kerjanya
pembagian Sisa Hasil

43
Diah Ayu Fatmawati, “Audit Kepatuhan Syariah Melalui Peran Dewan Pengawas
Syariah Pada PT. BPRS Dana Mulia Surakarta.” (2018)
44
Tri Martini, “Independensi Pengawasan Dewan Pengawas Syariah Pada Baitul Maal
wat Tamwil (Studi pada Baituttamwil TAMZIS Jawa Tengah)”. (2011)
35

Usaha (SHU) dan bukan


berasal dari
gaji/honorarium bulanan.
3. Meki Supianto, mengahsilkan bahwa Perbedaan penulis
“Analisis mekanisme pengawasan dengan penelitian
Pengawasan DPS DPS di BPRS Safir sebelumnya berbeda
Terhadap Produk Bengkulu sudah tempat lokasi dan
Deposito dan Rahn melakukan tugasnya waktu penelitian.
di PT. BPRS sesuai mekanisme dari Persamaan dalam
Safir Kota Undang-Undang penelitian ini yaitu,
Bengkulu” Perbankan Syariah No. 21 sama-sama meneliti
(2017).45 Tahun 2008. Namun tentang pengawasan
dalam tinjauan Dewan Pengawas
manajemen syariah, Syariah.
praktik pengawasan yang
dilakukan DPS terhadap
produk deposito dan rahn
di PT. BPRS Safir Kota
Bengkulu belum sesuai
dengan teori.
4. Iin Emy Prastiwi, hasil bahwa secara Penelitian yang
“Pengaruh Fee dan signifikan pengaruh dilakukan penulis
Religiusitas independensi disebabkan yaitu melakukan
Terhadap oleh fee dan Religiusitas peneitian di Bank
Independensi DPS. Dimana Syariah Kota Langsa,
Dewan Pengawas independensi DPS sedangkan peneliti
Syariah Dalam mempengaruhi Good melakukan penelitian
Mewujudkan Good Corporate Governance pada Baitul Maal Wat
Corporate dari Tamwil. Persamaan
Governance Untuk BMT di Sukoharjo dan nya yaitu peneliti dan
Meningkatkan Karanganyar. Pengaruh penulis sama meneliti
Kinerja Baitul signifikan pada arah tentang Dewan
Maal Wat Tamwil negative terjadi diantara Pengawas Syariah
(Studi Pada BMT independensi DPS dengan
di Sukoharjo dan kinerja BMT. Secara
Karanganyar.” signifikan Good
(2016).46 Corporate Governance
mempengaruhi kinerja
BMT. Independensi DPS
dan Good Corporate
Governance sama-sama
mempengaruhi kinerja
BMT
45
Meki Supianto, “Analisis Pengawasan DPS Terhadap Produk Deposito dan Rahn di
PT. BPRS Safir Kota Bengkulu” (2017).

46
Iin Emy Prastiwi, “Pengaruh Fee dan Religiusitas Terhadap Independensi Dewan
Pengawas Syariah Dalam Mewujudkan Good Corporate Governance Untuk Meningkatkan
Kinerja Baitul Maal Wat Tamwil (Studi Pada BMT di Sukoharjo dan Karanganyar).” (2016)
36

5. Iin Fitri Lestari, Memperoleh hasil bahwa Penelitian yang


Peranan Komite peranan Komite Audit dilakukan penulis
Audit Dan Dewan memiliki pengaruh positif yaitu melakukan
Pengawas Syariah dan signifikan terhadap peneitian di Kota
Terhadap Kualitas kualitas laporan Langsa, sedangkan
Laporan Keuangan keuangan. peneliti melakukan
(Studi Kasus pada Sedang Dewan Pengawas penelitian di BPRS di
BPRS di Jawa Syariah tidak berperan jawa timur. Persamaan
Timur), (2020).47 secara langsung terhadap nya yaitu peneliti dan
kualitas laporan keuangan penulis sama meneliti
yang dihasilkan oleh tentang Dewan
BPRS. Hal tersebut Pengawas Syariah
dikarenakan diantaranya
yaitu kurangnya
pengawasan yang
dilakukan oleh
DPS di BPRS. DPS
sering tidak memeriksa
secara berkala transaksi-
transaksi
yang dilakukan BPRS
dengan nasabah.

2.5 Kerangka Teori

Gambar 2.2
Kerangka Teori

Indenpendensi Dewan Pengawas


Syariah

1. Tanggung Jawab Profesi


2. Integritas
47 3. Objektivitas
Iin Fitri Lestari, Peranan Komite Audit Dan Dewan Pengawas Syariah Terhadap
4. Perilaku profesional
Kualitas Laporan Keuangan (Studi Kasus pada BPRS di Jawa Timur), (2020)
37

Audit Kepatuhan Syariah

Bank Pembiayaan Rakyat


Syariah Adeco Kota Langsa

Dalam penelitian ini, peneliti mencoba untuk menganalisis mengenai

Indenpendensi Dewan Pengawas Syariah dalam mengawasi implementasi

kepatuhan audit syariah pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Adeco Kota

Langsa. Selain itu penulis juga mencoba untuk mengkaji faktor-faktor apa saja

yang menjadi penghambat dalam pengawasan terhadap kepatuhan audit syariah

dan bagaimana solusi dalam upaya penyelesaian hambatan-hambatan tersebut.

Dengan demikian sehingga penulis dapat menarik suatu kesimpulan dan

memberikan saran-saran sebagai rekomendasi baik bagi pihak Dewan Pengawas

Syariah maupu Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Adeco Kota Langsa.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) yakni

pengamatan langsung ke objek yang akan diteliti untuk mendapatkan data yang

relevan.48 Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kualitatif deskriptif. Pendekatan kualitatif deskriptif digunakan untuk memahami


48
Sugiyono. Metode Penelitian Administrasi, (Bandung: Alfabeta, 2017), h. 17.
38

fenomena di lokasi penelitian secara menyeluruh dan mendalam sehingga momen-

momen dalam penelitian kualitatif adalah unik dan nyata serta kesimpulan yang

dihasilkan tidak dimaksudkan untuk digeneralisasikan pada populasi yang lebih

sesuai dengan situasi yang berbeda. Tetapi hasil penelitian kualitatif dapat saja

ditransfer pada situasi tertentu yang karakteristiknya sama atau relatif sama. 49

Sesuai dengan karakteristiknya dalam penelitian kualitatif deskriptif ini berusaha

untuk mendeskripsikan, menjelaskan, memaparkan, dan menggambarkan secara

sistematis serta akurat mengenai fakta-fakta dari objek yang diteliti.

Penelitian lapangan pada dasarnya merupakan proses untuk menemukan

secara khusus dan realistis apa yang sedang terjadi pada suatu waktu di tengah

masyarakat. Penelitian ini dilakukan pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah

Adeco Kota Langsa. Penelitian ini dilakukan untuk memvisualkan tentang

mekanisme pengawasan dan independensi Dewan Pengawas Syariah dalam

meningkatkan kualitas audit kepatuhan syariah pada Bank Pembiayaan Rakyat

Syariah Adeco Kota Langsa.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

a. Lokasi Penelitian

Dalam penelitian ini lokasi yang di ambil oleh penulis pada BPRS

Adeco Kota Langsa.

b. Waktu penelitian

Waktu Dalam penelitian yang dilakukan oleh penulis dilaksanakan

pada bulan agustus tahun 2023 sampai dengan selesai.

49
Basrowi dan Suwandi, “Memahami Penelitian Kualitatif”, (Jakarta: Rineka Cipta 2006),
h.22
39

3.3 Subjek Penelitian

Subjek penelitian menurut Suharsimi Arikonto adalah memberi batasan

subjek penelitian sebagai benda, hal atau orang tempat data untuk variabel

penelitian melekat, dan yang di permasalahkan. Dalam sebuah penelitian, subjek

penelitian mempunyai peran yang sangat strategis karena pada subjek penelitian

itulah data tentang variabel yang penelitian amati.50

Pada penelitian kualitatif responden atau subjek penelitian disebut dengan

istilah informan, yaitu orang yang memberikan informasi tentang data yang

diinginkan peneliti berkaitan dengan penelitian yang sedang dilaksanakan.

Adapun subjek dalam penelitian ini adalah Dewan Pengawas Syariah Kota

Langsa, Staff/karyawan BPR Syariah Adeco Kota Langsa dan masyarakat.

3.4 Sumber Data Penelitian

Sumber yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua macam yaitu

primer dan sekunder.

1. Data Primer

Data primer adalah data dalam bentuk verbal atau kata-kata yang

diucapkan secara lisan, gerak gerik atau perilaku yang dilakukan oleh

subjek yang dapat dipercaya, subjek penelitian atau (informan) yang

diberkaitan dengan variabel yang diteliti. 51 Sumber data dari penelitian ini

berasal dari lokasi penelitian. yang diperoleh melalui wawancara kepada

pihak yang bersangkutan. Sumber data primer adalah Pimpinan/Direksi


50
Suharsimi Arikunto. “Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik” (Jakarta: Rineka
Cipta. 2016),. h.26.

51
Ibid, h.22
40

Bank BPR Syariah Adeco Kota Langsa dan Staf yang ada keterkaitan nya

dengan penelitian yang sedang dilakukan dengan menggunakan daftar

pertanyaan yang disusun oleh penelitian dan Dewan Pengawas Syariah

Kota Langsa serta Masyarakat dalam mencari informasi yang berkaitan

mengenai mekanisme idenpendensi pengawasan Dewan Pengawas Syariah

pada BPR Syariah Adeco Kota Langsa.

Tabel 3.1
Daftar Informan

No. Nama Jabatan


1 Bapak Abdul Hamid, MA DPS Kota Langsa
2 Bapak Fakhrizal DPS Kota Langsa
3 Bapak Mukhlis, S.E, M.H Direktur BPRS Adeco Langsa
4 Pegawai BPRS Adeco Langsa
5 Aris Munandar Masyarakat
6 Indra Masyarakat

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti dari orang lain

atau sumber sekunder jadi bukan asli. Data dalam bentuk yang sudah jadi

yang diperoleh dari pihak yang ada hubungannya dengan penelitian ini

yaitu dengan menelaah buku-buku, jurnal maupun informasi sesuai dengan

masalah yang diteliti. Hal ini dilakukan melalui studi pustaka membantu

menemukan teori-teori yang mendukung penelitian ini.

3.5 Instrumen Pengumpulan Data

Adapun dalam pengumpulan data yang digunakan penulis dalam

penelitian ini adalah:

1. Observasi
41

Observasi yaitu teknik yang menuntut adanya pengamatan dari

peneliti baik secara langsung ataupun tidak langsung terhadap objek

penelitiannya52. Observasi ialah pengamatan dan pencatatan yang

sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti. Observasi menjadi salah

satu teknik pengumpulan data apabila sesuai dengan tujuan penelitian,

direncanakan dan dicatat secara sistematis, serta dapat dikontrol keandalan

dan kesahihannya. Observasi yang dilakukan oleh peneliti pencatatan

informasi secara langsung dan penulis terlibat langsung untuk

mendapatkan data yang sesuai dalam penelitian.

2. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yang

dilakukan oleh dua pelaku, yaitu pihak pewawancara yang mengajukan

pertanyaan dan yang diwawancarai yang memberikan jawaban atas

pertanyaan itu. Wawancara berguna untuk mendapatkan data dari tangan

pertama (primer), teknik pengumpulan lainnya, dan menguji hasil

pengumpuan data lainnya. Dengan mewawancarai Dewan Pengawas Syariah

Kota Langsa dan staf/ karyawan BPRS Adeco Kota Langsa dan masyarakat

Kota Langsa.

3. Dokumentasi

Yaitu penelitian yang mengunakan barang-barang tertulis sebagai

sumber data, misalnya buku-buku, majalah, dokumen, jurnal, peraturan-

peraturan dan lain-lain.53 Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang

52
Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2017), h. 199
53
Hartno. Metodologi Penelitian, (Yogyakarta: Nusa Media, 2011), h. 62
42

sudah berlalu. Metode ini merupakan suatu cara pengumpulan data yang

menghasilkan catatan-catatan penting yang berhubungan dengan masalah

yang diteliti. Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data yang sudah

tersedia dalam catatan dokumen yang berfungsi sebagai data pendukung dan

pelengkap bagi data primer yang diperoleh melalui observasi dan wawancara

mendalam.

3.6 Metode Keabsahan Data

Pemeriksaan terhadap keabsahan data pada dasarnya, selain

digunakan untuk menyanggah balik yang dituduhkan kepada penelitian

kualitatif yang mengatakan tidak ilmiah, juga merupakan sebagai unsur

yang tidak terpisahkan dari penelitian kualitatif.54 Dalam pengujian

keabsahan data, metode penelitian kualitatif menggunakan istilah yang

berbeda dengan penelitian kuantitatif. Adapun uji keabsahan data dalam

penelitian kualitatif ini menggunakan metode triangulasi. Triangulasi

dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari

berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu. Dengan

demikian terdapat triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan

data, dan waktu.55

1. Triangulasi Sumber

Untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara

mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber.

54
Sugiyono, Metode Penelitiaan: Kualitatif, Kuantitatif, dan R & D. (Bandung: Alfabeta,
2015), hal. 335
55
Sugiyono. “Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D”. (Bandung: Penerbit
Alfabeta, 2013). h. 274.
43

Data yang diperoleh dianalisis oleh peneliti sehingga menghasilkan

suatu kesimpulan.

2. Triangulasi Teknik

Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan

dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan

teknik yang berbeda. Misalnya data diperoleh dengan wawancara,

lalu dicek dengan observasi, dokumentasi, atau kuesioner. Bila

dengan tiga teknik pengujian kredibilitas data tersebut,

menghasilkan data yang berbeda-beda, maka peneliti melakukan

diskusi lebih lanjut kepada sumber data yang bersangkutan atau

yang lain, untuk memastikan data mana yang dianggap benar.56

3. Triangulasi Waktu

Data yang dikumpulkan dengan teknik wawancara di pagi hari

pada saat narasumber masih segar, belum banyak masalah, akan

memberikan data yang lebih valid sehingga lebih kredibel. Untuk

itu dalam rangka pengujian kredibilitas data dapat dilakukan

dengan cara melakukan pengecekan dengan wawancara, observasi

atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda. Bila hasil

uji menghasilkan data yang berbeda, maka dilakukan secara

berulang-ulang sehingga sampai ditemukan kepastian datanya.57

3.7 Analisis Data

Dalam penelitian kualitatif data diperoleh dari berbagai sumber dengan

menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam (triagulasi) yang

56
Ibid, h.274
57
Ibid, h. 274
44

dilakukan secara terus menerus sampai datanya jenuh. Setelah data terkumpul

maka data harus dianalisis.58 Analisis data merupakan proses mencari dan

menyusun secara sistematis data yang diperoleh melalui hasil wawancara,

observasi serta dokumentasi dan bahan-bahan lainnya, sehingga dapat mudah

dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain.

1. Reduksi Data (Data Reduction)

Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak,

kompleks, dan rumit, sehingga perlu adanya reduksi data. Mereduksi data

merupakan merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada

hal-hal penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah

dieduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah

peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya

bila diperlukan. Reduksi data berlangsung selama proses penelitian sampai

tersusunnya laporan akhir penelitian.

2. Penyajian Data (Data Display)

Dalam penelitian kualitatif penyajian data dilakukan dalam bentuk

uraian singkat dengan teks bersifat naratif. Dengan mendisplay data maka

akan mudah memahami apa yang terjadi dan merencanakan kerja

selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami. Penyajian data dalam

penelitian ini merupakan gambaran seluruh informasi yang akan di teliti.

3. Penarikan Kesimpulan Dan Verifikasi (Conclusion Drawing And

Verification)

58
A. Rukajat, Pendekatan Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif. (Bandung: Deepublish,
2018), h. 63
45

Langkah ketiga dalam menganalisis data kualitatif adalah

penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang di

kemukakan masih bersifat sementara dan akan berubah bila tidak

ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap

pengumpulan data berikutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Otoritas Jasa Keuangan, Prinsip dan Konsep Dasar Perbankan Syariah. 2017
Ilyas, R. “Peran Dewan Pengawas Syariah Dalam Perbankan Syariah”. Jps (Jurnal
Perbankan Syariah),Vol.2 No.1 ,2021.
Jihad, S, Optimalisasi Dewan Pengawas Syariah Terhadap Produk-Produk Bank
Syariah (Studi Kasus pada PT. BPRS Dinar Ashri Mataram), El-Tsaqafah:
Jurnal Jurusan PBA, Vol.16 No.2, 2017.

Ansori, Problematika Dewan Pengawas Syariah Dan Solusinya. Nizham: Jurnal


Studi Keislaman, Vol.2, No. 1, 2013.

Feri Irawan, “Analisis Etos Kerja Dewan Pengawas Syariah (DPS) Terhadap
Pengawasan Produk Deposito Dan Rahn Di Bank Muamalat Cabang
Sumbawa,” Formosa Journal of Science and Technology 1, no. 2, 2022.

Meriyati dan Agus Hermanto, “Sosialisasi Sejarah Bank Perkreditan Rakyat


(BPR) Dan Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) Kepada Alumni
Pondok Al-Iman Yang Berada Di Palembang”, STEBIS IGM, Vol. 1 No.
2, 2021.

Fatmawati, Diah Ayu, and Usnan Usnan. "Audit Kepatuhan Syariah Melalui
Peran Dewan Pengawas Syariah Pada PT. BPRS Dana Mulia Surakarta."
JIFA (Journal of Islamic Finance and Accounting) 1.2 (2018).
46

Khatibul Umam, “Urgensi Standarisasi dewan Pengawas Syariah dalam


Meningkatkan Kualitas Audit Kepatuhan Syariah”, PANGGUNG
HUKUM, Jurnal Perhimpunan Mahasiswa Hukum Indonesia Cabang
Daerah Istimewa,Yogyakarta, Vol. 1 No. 2, 2015.

Mulyadi, Auditing, Edisi ke 6 Buku 1, Jakarta: Salemba Empat, 2015.

Zurina Shafii, Nor Aishah Mohd Ali and Nawal Kasim , “Shariah audit in Islamic
banks: an insight to the future shariah auditor labour market in Malaysia
Audit Syariah di bank syariah” , Procedia Social and behavioral science,
2014.

Lestari, Iin Fitri, and Ulfi Kartika Oktaviana. "Peranan komite audit dan dewan
pengawas syariah terhadap kualitas laporan keuangan (studi kasus pada
BPRS di Jawa Timur)." El Dinar 8.1 (2020).

Fitrawansyah, Fraud Auditing Edisi Pertama, Mitra Wacana Media Jakarta, 2014.

Mulyadi, Auditing, Edisi ke 6 Buku 1, Jakarta: Salemba Empat, 2015.

Romasi Lumban Gaol. "Pengaruh kompetensi, independensi dan integritas auditor


terhadap kualitas audit." Jurnal Riset Akuntansi & Keuangan (2017).

Sukrisno Agoes, Auditing Edisi Keempat, Buku I Jakarta: Salemba Empat, 2014.

Randal J. Elder, Mark S. Beasley, dan Alvin A. Arens Abadi Jusuf, Auditing dan
Jasa Assurance, Jilid 1 Edisi Keduabelas, Jakarta: Salemba Empat, 2015.

Mulyadi, Sistem Akuntansi, Cetakan Keempat. Jakarta : Salemba Empat, 2015.

Harjanto, Pengaruh Kompetensi, Independensi, Objektivitas, Akuntabilitas Dan


Integritas Terhadap Kualitas Audit Dengan Etika Auditor Sebagai
Variabel Moderasi ( Studi Empiris Kap Di Semarang ). Skripsi, UNDIP
Semarang, 2014.

Priska Mariana Br. Manurung, “Pengaruh Sikap Independensi Auditor Dan


Profesionalisme Auditor Terhadap Kualitas Audit (Survey Pada Kantor
47

Akuntan Publik Arms Di Kota Bandung)” Other thesis, Universitas


Komputer Indonesia, 2020.

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa,


cet. 4 (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2012).

Neneng Nurhasanah, Neneng Nurhasanah, “Pengawasan Islam dalam Operasional


Lembaga Keuangan Syariah Mimbar,” 29, No.1, (2013).

Rusdiana dan Saptaji, Auditing Syariah Akuntabilitas Sistem Pemeriksaan


Laporan Keuangan, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2018).

Khaerul Umam, Manajemen Perbankan Syariah, (Bandung: CV Pustaka Setia,


2013).

R. Suhaimi, “Independensi Dewan Pengawas Syariah Sebagai Pengawas


Kepatuhan Syariah Di Lembaga Keuangan Syariah”, Ar-Ribhu:
Manajemen Ekonomi dan Keuangan Syariah, Vol. 1, No. 1, 2020

Zata Atikah Amani dan Rifqi Muhammad, “Studi Independensi DPS Perbankan
Syariah Indonesia”, BISNIS: Jurnal Bisnis dan Manajemen Islam, Vol. 9
No. 1, 2021.

Bagya Agung Prabowo dan Jasri Bin Jamal, “Peran Dewan Pengawas Syariah
Terhadap Praktik Kepatuhan Syariah dalam Perbankkan Syariah di
Indonesia”, Jurnal Hukum Ius QuiaIustum Faculty of Law 24, No. 1,
(2017).

Burhanuddin S, koperasi syariah dan peraturannya di Indonesia, cet.2, (Malang:


UIN-Maliki Press, 2013).

Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah


RI,”11/PER/M.KUKM/XII/2017 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha
Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah,” (2017).

Dinas Koperasi, Usaha Kecil Dan Menengah Kabupaten Gunung kidul,” Dewan
Pengawas Syariah, 9 september, 2023.
48

Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah


RI,”11/PER/M.KUKM/XII/2017,” Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha
Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah.

Ahmad Ifham Sholihin, Buku Pintar Ekonomi Syariah, (Jakarta: Gramedia


Pustaka Utama,2013).

Rusdiana dan Saptaji, Auditing Syariah Akuntabilitas Sistem Pemeriksaan


Laporan Keuangan, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2018).

Desi Noviana Eka Putri. Analisis Pengungkapan Shariah Compliance Pada


Pelaksanaan Good Corporate Governance Bank Umum Syariah Di
Indonesia Tahun 2017. Diss. UIN Raden Intan Lampung, 2019.

Diah Ayu Fatmawati, “Audit Kepatuhan Syariah Melalui Peran Dewan


Pengawas Syariah Pada PT. BPRS Dana Mulia Surakarta.” (2018)

Tri Martini, “Independensi Pengawasan Dewan Pengawas Syariah Pada Baitul


Maal wat Tamwil (Studi pada Baituttamwil TAMZIS Jawa Tengah)”.
(2011)

Meki Supianto, “Analisis Pengawasan DPS Terhadap Produk Deposito dan Rahn
di PT. BPRS Safir Kota Bengkulu” (2017).

Iin Emy Prastiwi, “Pengaruh Fee dan Religiusitas Terhadap Independensi Dewan
Pengawas Syariah Dalam Mewujudkan Good Corporate Governance
Untuk Meningkatkan Kinerja Baitul Maal Wat Tamwil (Studi Pada BMT
di Sukoharjo dan Karanganyar).” (2016)

Iin Fitri Lestari, Peranan Komite Audit Dan Dewan Pengawas Syariah Terhadap
Kualitas Laporan Keuangan (Studi Kasus pada BPRS di Jawa Timur),
(2020)

Sugiyono. Metode Penelitian Administrasi, (Bandung: Alfabeta, 2017)

Suharsimi Arikunto. “Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik” (Jakarta:


Rineka Cipta. 2016).
49

A. Rukajat, Pendekatan Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif. (Bandung:


Deepublish, 2018)

Draft Pertanyaan Wawancara Pada BPRS Adeco Kota Langsa

1. Apakah akad yang digunakan dalam pengumpulan dan penyaluran dana

sudah sesuai dengan prinsip-prinsip syariah?


50

2. Apakah menurut Bapak/Ibu dana zakat yang dihitung, dibayar, serta

dikelola sudah sesuai dengan aturan dan prinsip-prinsip syariah?

3. Apakah lingkungan kerja di BPRS Adeco sesuai dengan syariah?

4. Apakah bisnis dan usaha yang dibiayai tidak bertentangan dengan syariah?

5. Apakah ada pengawasan Dewan Pengawas Syariah sebagai pengarah

syariah atas keseluruhan aktivitas operasional BPRS Adeco Kota Langsa?

6. Apakah sumber dana berasal dari sumber dana yang sah dan halal menurut

syariah?

Draft Pertanyaan Wawancara Dewan Pengawas Syariah

1. Sejak kapan Bapak menjabat sebagai Dewan Pengawas Syariah BPRS

Adeco Kota Langsa?

2. Apa saja yang diawasi oleh Dewan Pengawas Syariah di BPRS Adeco

Kota Langsa?

3. Bagaimana kinerja khusus dalam mengawasi kegiatan operasional sebagai

Dewan Pengawas Syariah di BPRS Adeco Kota Langsa?

4. Menurut Bapak bagaimana kegiatan operasional yang berada di BPRS

Adeco Kota Langsa?

5. Apa target kerja dari Dewan Pengawas Syariah setiap Tahunnya?

6. Apa saja faktor yang menjadi kendala dalam pelaksanaan tugas di BPRS

Adeco Kota Langsa dalam mengawasi audit kepatuhan syariah?

7. Bagaimana menurut Bapak solusi untuk menghadapi kendala tersebut?

Draft Pertanyaan Kepada Masyarakat

1. Bagaimana menurut Bapak/ibu dengan Pembiayaan Bank Syariah?


51

2. Apakah menurut bapak/Ibu Bank pembiayaan Syariah sudah

melaksanakan kepatuhan syariah sesuai dengan prinsip-prinsip syariah?

3. Jika belum, apa solusi Bapak/ibu agar pelaksanaan kepatuhan syariah

berjalan secara optimal?

4. Menurut Bapak/Ibu apakah Dewan Pengawas Syariah sudah menjalankan

peran dan fungsinya?

5. Apa harapan dan Saran Bapak/Ibu terhadap mekanisme pembiayaan bank

syariah yang sesuai dengan aturan dan prinsip bank syariah?

Anda mungkin juga menyukai