Anda di halaman 1dari 30

Materi Kuliah

PENERAPAN AUDIT SYARI’AH


DI LEMBAGA KEUANGAN SYARI’AH

Materi Perkuliahan untuk Program S-1


Jurusan Ekonomi dan Bisnis Islam
Program Studi Ekonomi Syari’ah

Dosen Pengampu :

Aji Fany Permana, M.A.


NIDN. : 2104048205

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) SUFYAN TSAURI


MAJENANG
2016
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i

DAFTAR ISI..................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah...........................................................................................1


B. Rumusan Masalah......................................................................................................3
C. Tujuan Masalah...........................................................................................................4

BAB II TINJAUAN TEORITIS.............................................................................................5

A. Pengertian Audit Syariah.........................................................................................5


B. Dasar Hukum Audit Syariah...................................................................................7
C. Tujuan Audit Syariah................................................................................................10
D. Filosofi Audit Syariah...............................................................................................11
E. Macam-macam Audit Syariah................................................................................11
F. Manfaat Audit Syariah..............................................................................................13
G. Kerangka Audit Syariah...........................................................................................13
H. Sebab-sebab LKS Perlu di Audit Syariah...........................................................18

BAB III PEMBAHASAN..........................................................................................................19

A. Implementasi Audit Syariah Di Lembaga Keuangan Syariah......................19


B. Peranan Pengawasan dan Kerangka Audit Syari’ah Terhadap Tata
.... Kelola Lembaga Keuangan Syariah ....................................................... 21
C. Peran dan Tanggung Jawab Auditor di Lembaga Keuangan Syariah .. 23

BAB IVPENUTUP.......................................................................................................................26

Simpulan............................................................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Lembaga keuangan syariah seperti halnya bank, memiliki karakteristik
berbeda dengan entitas konvensional. Perbedaan karakter tersebut mempengaruhi
bentuk dan standar dalam kegiatan pengawasan lembaga bank syariah termasuk
pelaksanaan auditnya. Pengawasan bank syariah yang berada dalam otoritas Bank
Indonesia dan Dewan Syariah Nasional (DSN) dilakukan dalam rangka menjaga
kepatuhan terhadap prinsip prinsip dan aturan syariah dalam operasional kegiatannya
dan pelaporannya sesuai konsep perbankan syariah serta sesuai prinsip akuntansi
bertema umum.
Bank Syariah menjadi salah satu bagian dari Lembaga Keuangan Syariah
(LKS) yang memiliki karakteristik berbeda dengan entitas konvensional. Perbedaan
karakter tersebut mempengaruhi bentuk dan standar dalam kegiatan pengawasan
lembaga bank syariah termasuk pelaksanaan auditnya. Pengawasan bank syariah yang
berada dalam otoritas Bank Indonesia (BI) dan Dewan Syariah Nasional (DSN)
dilakukan dalam rangka menjaga kepatuhan terhadap prinsip-prinsip dan aturan
syariah dalam operasional kegiatannya dan pelaporannya sesuai konsep perbankan
syariah serta sesuai prinsip akuntansi bertema umum. Dalam hal ini, Dewan
Pengawas Syariah (DPS) memiliki peran yang utama dalam pengendalian dalam
aspek syariah dan auditor memiliki peran utama dalam menguji (examination)
penyajian laporan keuangan yang fair. Adapun standar audit yang berlaku pada LKS
termasuk bank Syariah adalah standar audit yang dikeluarkan dan disahkan oleh
AAOIFI (Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial Institutions)
yang berada di Manama, Bahrain.
Lembaga Keuangan Syari’ah khususnya bank syariah bergerak di sektor
keuangan (finance) yang umumnya memiliki risiko yang tinggi dalam pengelolaan

1
2

bisnisnya. Oleh karena itu, disamping adanya pengawasan dan audit syariah,
diperlukan elemen lain yang mendukung kesuksesan perbankan syariah yaitu good
corporate governance (tata kelola perusahaan yang baik).
Tujuan corporate governance secara umum adalah untuk mewujudkan
keadilan bagi seluruh pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan (stakeholder).
Dalam mewujudkan pengawasan bank syariah yang efektif dan efisien maka BI,
DSN, dan DPS harus saling bekerja sama dalam mengemban tugasnya dengan
sebaikbaiknya. Dan untuk mewujudkan good corporate governance seluruh pihak
baik dewan direksi, manajemen bank, auditor, stakeholder dan pihak lainnya harus
saling memberikan informasi yang benar guna mendukung pertanggungjawaban
masingmasing pihak kepada otoritas yang sesuai dan kepada masyarakat yang
bermitra dengan Bank Syariah. Seluruh upaya tersebut memerlukan dukungan dari
pemerintah yang diwakili oleh BI yang telah diberikan kepercayaan dalam membuat
kebijakan berupa regulasi-regulasi yang terarah, efisien dan efektif.
Audit syariah sendiri mulai berkembang di Indonesia sejak maraknya
perbankan konvensional yang melakukan office channeling dengan membuka Unit
Usaha Syariah. Audit syariah sendiri biasanya dilakukan oleh Team Audit Sharia
Compliance yang bertugas untuk membantu pekerjaan Dewan Pengawas Syariah
(DPS) dalam memberikan pengawasan atas praktik-praktik yang terjadi sehingga
penyimpangan dari konsep perbankan syariah dapat dicegah. Tugas tersebut juga
bertujuan agar standar yang diterapkan oleh perbankan syariah sesuai dengan standar
yang telah ditentukan oleh AAOIFI (Auditing and Accounting Organization for
Islamic Financial Institutions).
Untuk menjalankan proses usahanya diperlukan adanya kerjasama dari Bank
Indonesia, Dewan Syariah Nasional dan Dewan Pengawasan syariah , agar proses
berjalannya lembaga tersebut sesuai dengan Al-Quran dan Undang-Undang Dasar 45
serta menjadikan proses usaha secara efektif dan efisien antara direksi, manajemen
lembaga, auditor dan stakeholder dalam memberikan informasi yang benar guna
3

pertanggungjawaban masing-masing terhadap masyarakat yang selama ini terjebak


dalam pemikiran konvensional.
LKS khususnya bank syariah bergerak di sektor keuangan (finance)yang
umumnya memiliki risiko yang tinggi dalam pengelolaan bisnisnya. Oleh karena itu,
disamping adanya pengawasan dan audit syariah, diperlukan elemen lain yang
mendukung kesuksesan perbankan syariah yaitu good corporate governance(tata
kelola perusahaan yang baik).Tujuan corporate governance secara umum adalah
untuk mewujudkan keadilan bagi seluruh pihak yang berkepentingan terhadap
perusahaan (stakeholder).
Dalam mewujudkan pengawasan bank syariah yang efektif dan efisien maka
BI, DSN, dan DPS harus saling bekerja sama dalam mengemban tugasnya dengan
sebaik-baiknya. Dan untuk mewujudkan good corporate governance seluruh pihak
baik dewan direksi, manajemen bank, auditor, stakeholder dan pihak lainnya harus
saling memberikan informasi yang benar guna mendukung pertanggungjawaban
masing-masing pihak kepada otoritas yang sesuai dan kepada masyarakat yang
bermitra dengan Bank Syariah. Seluruh upaya tersebut memerlukan dukungan dari
pemerintah yang diwakili oleh BI yang telah diberikan kepercayaan dalam membuat
kebijakan berupa regulasi-regulasi yang terarah, efisien dan efektif.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka perlu dikaji lebih dalam mengenai Audit
Syariah, penulis menyusun makalah mengenai Implementasi Audit Syariah di
Lembaga Keuangan Syariah.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Implementasi Audit Syariah di Lembaga Keuangan Syariah?
2. Bagaimana Peranan Pengawasan dan Kerangka Audit Syari’ah terhadap Tata
Kelola Lembaga Keuangan Syariah?
3. Bagaimana Peran dan Tanggung Jawab Auditor di Lembaga Keuangan Syariah?
4

C. Tujuan Masalah
1. Untuk Mengetahui Implementasi Audit Syariah di Lembaga Keuangan Syariah.
2. Untuk Mengetahui Peranan Pengawasan dan Kerangka Audit Syari’ah terhadap
Tata Kelola Lembaga Keuangan Syariah.
3. Untuk Mengetahui Peran dan Tanggung Jawab Auditor di Lembaga Keuangan
Syariah.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Audit Syariah


Menurut Alvin A Arens dan James K Loebbecke (1980), auditing adalah suatu
set prosedur yang sesuai dengan norma pemeriksaan akuntan yang memberikan
informasi sehingga agunan dapat menyatakan satu pendapat tentang apakah laporan
keuangan yang diperiksa disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang
1
berlaku.
Audit adalah faktor penting untuk menjamin akuntabilitas perusahaan, hal ini
untuk mengeksplorasi audit Syari‟ah yang selanjutnya memungkinkan praktisi dan
pengguna menggunakan pengetahuan yang diperoleh baik dalam audit konvensional
2
serta perspektif Islam.
Auditing merupakan salah satu bentuk atestasi. Atestasi, pengertian umumnya
merupakan suatu komunikasi dari seorang expert mengenai kesimpulannya tentang
reabilitas dari pernyataan seseorang
Auditing adalah suatu proses dengan apa seseorang yang mampu dan
independent dapat menghimpun dan mengevaluasi bukti-bukti dari keterangan yang
terukur dasri suatu kesatuan ekonomi dengan tujuan untuk mempertimbangkan dan
melaporkan tingkat kesesuaian dari keterangan yang terukur tersebut dengan kriteria
3
yang telah ditetapkan.
Untuk mengetahui dengan jelas pengertian auditing, berikut ini akan
dikemukakan definisi-definisi auditing yang diambil dari beberapa sumber.

1 Harahap, Sofyan Syafri dkk. Auditing Kontemporer, (Jakarta: Erlangga, 1994), hlm. 18.
2 Sukrisno Agoes, Auditing; Petunjuk Praktis Pemeriksaaan Akuntan oleh Akuntan Publik,
(Jakarta: Salemba Empat,2012), hlm. 2.
3 Data diunduh melalui: Http://www.fakhrurrazypi.wordpress.com, Pada 7 Mei 2017, Pukul
08.00.

5
6

Menurut Arens et al adalah: “Auditing adalah proses pengumpulan dan


pengevaluasi bukti tentang informasi yang dapat diukur mengenai suatu entitas
ekonomi yang dilakukan oleh seorang yang kompoeten dan independen untuk
menentukan dan melaporkan kesesuaian kesesuaian informasi dimaksud dan kriteria-
kriteria yang telah ditetapkan. Auditing seharusnya dilakukan oleh orang yang
independen dan kompeten”.
Sedangkan pengertian auditing menurut Mulyadi auditing adalah suatu proses
sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai
pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk
menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria
yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang
berkepentingan”
Secara umum Audit Syari‟ah adalah untuk melihat dan mengawasi,
mengontrol dan melaporkan transaksi, sesuai aturan dan hukum Islam yang
bermanfaat, benar, tepat waktu dan laporan yang adil untuk pengambilan keputusan.
Bukan tugas yang mudah untuk melakukan audit syariah di dalam kondisi kapitalistik
dan sistem keuangan konvensional yang kompetitif. Masalah ini lebih diperparah oleh
penurunan nilai-nilai moral, sosial dan ekonomi Islam di negara-negara Muslim
termasuk Malaysia dan Indonesia, di bawah tekanan progresif penjajahan dan
dominasi budaya dunia barat selama beberapa abad lalu. Hal ini menyebabkan
diabaikannya nilai sosial-ekonomi Islam oleh beberapa kalangan dari Lembaga
Keuangan Syari‟ah.
Auditing syariah lebih luas cangkupannya dari auditing konvensional, dimana
auditing syariah selain mengacu pada standar audit nasional dan internasional juga
mengacu pada prinsip-prinsip syariah. Dalam audit syariah bisa menerapkan aturan
audit nasional dan internasional selama tidak bertentangan dengan prinsip syariah.
Berdasarkan AAOIFI-GSIFI 3 menjelaskan bahwa audit syariah adalah
laporan internal syariah yang bersifat independen atau bagian dari audit internal yang
melakukan pengujian dan pengevaluasian melalui pendekatan aturan syariah, fatwa-
7

fatwa, instruksi dan lain sebagainya yang diterbitkan fatwa IFI dan lembaga supervisi
syariah. Rahman (2008) menjelaskan auditing dalam Islam adalah:
a. Proses menghitung, memeriksa dan memonitor (proses sistematis)
b. Tindakan seseorang (pekerjaan duniawi atau amal ibadah)
c. Lengkap dan sesuai syariah
d. Untuk mendapat reward dari Allah di akhirat
Dapat disimpulkan pengertian audit syariah adalah salah satu unsur melalui
pendekatan administratif dengan menggunakan sudut pandang keterwakilan. Oleh
karena itu, auditor merupakan wakil dari para pemegang saham yang menginginkan
pekerjaan (investasi) mereka sesuai dengan hukum-hukum syariat Islam.

B. Dasar Hukum Audit Syariah


Banyak sekali pesan tentang audit dan kontrol dalam ajaran Islam. Berikut ini
adalah beberapa nash Al-qur’an yang dapat dijadikan para bankir dan praktisi
4
keuangan
5
1. Al-Qur’an
Q.s Al-A’raaf (7) ayat 85:

85. dan (kami telah mengutus) kepada penduduk Mad-yan saudara mereka,
Syu'aib. ia berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan

4
Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah,dari Teori ke Praktek (Jakarta: Gema Insani,
2001), Hlm. 209.
5Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur'an Terjemahan, (Jakarta: PT. syamil. Cipta
Media, 2005).
8

bagimu selain-Nya. Sesungguhnya telah datang kepadamu bukti yang nyata


dari Tuhanmu. Maka sempurnakanlah takaran dan timbangan dan janganlah
kamu kurangkan bagi manusia barang-barang takaran dan timbangannya, dan
janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi sesudah Tuhan
memperbaikinya. yang demikian itu lebih baik bagimu jika betul-betul kamu
orang-orang yang beriman".

Q.s Al-An’aam (6) ayat 152:

152. dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang
lebih bermanfaat, hingga sampai ia dewasa. dan sempurnakanlah takaran dan
timbangan dengan adil. Kami tidak memikulkan beban kepada sesorang
melainkan sekedar kesanggupannya. dan apabila kamu berkata, Maka
hendaklah kamu Berlaku adil, Kendatipun ia adalah kerabat(mu), dan penuhilah
janji Allah. yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu ingat.

Q.s Al-Hujuraat (49) ayat 6 :


9

6. Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang Fasik membawa
suatu berita, Maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu
musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan
kamu menyesal atas perbuatanmu itu.

Q.s An-Nisa (4) Ayat 82:

82. Maka Apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran? kalau kiranya Al-
Quran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang
banyak di dalamnya.

2. Hadist
a. Hadis riwayat Abu Dawud, dari Abu Hurairah, Rasul Saw bersabda:
Artinya : Aku jadi yang ketiga antara dua orang yang berserikat selama yang
satu tidak khianat kepada yang lainnya, apabila yang satu berkhianat kepada
pihak yang lain, maka keluarlah aku darinya.

b. Hadis Nabi Riwayat Tirmidzi dari „Amr Bin Auf :


Artinya : Perdamaian dapat dilakukan diantara kaum muslimin kecuali
perdamaian yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang
haram ; dan kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat mereka kecuali
syarat yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram.

c. Hadis Nabi Dikeluarkan ibnu majah dari ibadah ibnu shamit dalam
sunannya/Kitab Al-Ahkam : Nomor Hadis 1332 dan diriwayatkan oleh
Ahmad dari Ibnu Abas, dan Malik dari Yahya)
10

Artinya: Rasulullah s.a.w. menetapkan Tidak boleh


:
membahayakan/merugikan orang lain dan tidak boleh (pula) membalas
bahaya (kerugian yang ditimbulkan oleh orang lain) dengan bahaya
(perbuatan yang merugikannya).

3. Undang-Undang
Acounting and Auditing Standards for Islamic Financial Institution
(AAOIFI). Dimana AAOIFI telah menyusun :
1) Tujuan dan konsep akuntansi keuangan untuk lembaga keuangan.
2) Standar Akuntansi untuk lembaga keuangan, khususnya bank.
3) Tujuan dan standar auditing untuk lembaga keuangan.
4) Kode etik untuk akuntan dan auditor lembaga keuangan.

1) Auditor lembaga keuangan Islam harus mematuhi “Kode etik professi


akuntan” yang dikeluarkan oleh AAOIFI dan The International Federation of
Accountans yang tidak bertentangan dengan aturan dan prinsip Islam.
2) Auditor harus melakukan auditnya menurut standar yang dikeluarkan oleh
Auditing Standard for Islamic Financial Institutions (ASIFIs).
3) Auditor harus merencanakan dan melaksanakan audit dengan kemampuan
professional, hati-hati dan menyadari segala keadaaan yang mungkin ada yang
menyebabkan laporan keuangan salah saji.

C. Tujuan Audit Syariah


1. Untuk memastikan kesesuaian seluruh operasional bank dengan prinsip dan aturan
syariah yang digunakan sebagai pedoman bagi manajemen dalam mengoperasikan
bank syariah
2. Untuk menilai tingkat penyelesaian (progress of completness) dari suatu tindakan
3. Untuk memperbaiki (koreksi) kesalahan
4. Memberikan reward (ganjaran baik) atas keberhasilan pekerjaan
11

5. Memberikan punishment (ganjaran buruk) untuk kegagalan pekerjaan

D. Filosofi Audit Syariah


Audit dalam perspektif Islam mengandung filosofi-filosofi berikut ini:
1. Hal ini didasarkan pada keyakinan bahwa Allah hanya pemilik segala sesuatu,
percaya pada hari setelah pertanggungjawaban di hadapan Allah.
2. Hal ini didasarkan pada moral: Seperti; takut Allah, kejujuran, kepercayaan, janji,
kerjasama, dan pengampunan. Dalam konteks ini, Allah berfirman:
"Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan,
memberi bantuan kepada kerabat, dan Dia melarang (melakukan) perbuatan keji,
kemungkaran, dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu
dapat mengambil pelajaran.27" (AL-Nahl-90).
3. Prinsip-prinsip Audit dalam Islam yang dilakukan dari sumber-sumber hukum
Islam seperti Quran dan Sunnah. Prinsip-prinsip ini yang sempurna, permanen dan
komprehensif
4. Audit dalam Islam hanya berurusan dengan transaksi yang sah, dan menghindari
transaksi jahat dan melanggar hukum.
5. Audit dalam Islam tidak menjalin pada aspek perilaku manusia yang bekerja di
perusahaan dan memotivasi dan insentif dia ke jalan yang lurus sesuai dengan
hukum Islam.
6. Kerangka Audit dalam Islam lebih luas, itu berarti aspek

E. Macam-Macam Audit Syariah


Adanya kebutuhan untuk memastikan kepatuhan yang tepat untuk prinsip-
prinsip audit yang syari'ah dalam operasi dan kegiatan, peran masing-masing pelaku
utama dalam audit dari lembaga keuangan Syari‟ah sangat penting. Pelaku audit
lembaga keuangan syari‟ah adalah :
a. Auditor Internal
12

Pemeriksaan yang dilakukan auditor internal lebih rinci dibandingkan


dengan pemeriksaan yang dilakukan oleh auditor eksternal. Internal auditor tidak
memberikan opini terhadap kewajaran laporan keuangan karena auditor internal
merupakan orang dalam perusahaan yang tidak independen. Laporan internal
auditor mencangkup pemeriksaan mengenai kecurangan dan penyimpangan,
kelemahan pengendalian internal , dan rekomendasi perbaikan.50 Audit internal
dibagi menjadi :
1) Komite Audit dan Tata Lembaga Keuangan Islam. Komite ini bertanggung
jawab untuk fungsi-fungsi berikut, sistem pengendalian internal, dan
penggunaan rekening investasi terbatas, kepatuhan syari'ah, rekening
sementara dan tahunan dan praktek akuntansi dan audit.
2) Dewan Pengawas Syariah bertanggung jawab untuk mengeluarkan fatwa,
merumuskan kebijakan sesuai dengan syari'at, dan memberikan dukungan
syari'ah dengan produk dan jasa dari Lembaga Keuangan Islam. Peran dasar
mereka adalah sebagai persetujuan atau stamping otoritas.
Fungsi utama dewan Syariah adalah sebagai penasihat dan pemberi sran
kepada Direksi Bursa sebagai penyelenggara Pasar Komoditas Syariah
mengenai hal-hal yang berkaitan dengan aspek syariah dalam
6
penyelenggaraan Pasar Komoditas Syariah
3) Auditor internal bertanggung jawab untuk melakukan audit internal dan untuk
memastikan Lembaga Keuangan Islam mematuhi syari'at dan semua transaksi
dan kontrak yang dilaksanakan dalam kerangka syari'at. Beberapa Lembaga
Keuangan Islam juga memiliki petugas syari'at mereka sebagai unit bekerja
sama dengan auditor internal atau mereka adalah bagian dari auditor internal.
b. Auditor Eksternal
Auditor eksternal bertanggung jawab untuk memberikan pendapat mereka
apakah transaksi dan kontrak yang dalam syari'at kebijakan, peraturan dan

6
Muhamad Nadratuzzaman, Produk Keuangan Islam di Indonesia dan Malaysia, (PT
Gramedia: Jakarta, 2012), hlm. 168.
13

pedoman. Dimana auditor internal dan eksternal juga bertanggung jawab untuk
menguji kepatuhan syari'ah lembaga keuangan syari‟ah
Selain itu, masih ada perdebatan berlangsung pada siapa harus melakukan
audit syari'ah. Studi Kasim menemukan bahwa beberapa responden lebih suka
praktek syari'at audit yang akan dilakukan oleh orang-orang yang memenuhi syarat
dalam syari'at saja. Lainnya ingin audit syari'ah menjadi tanggung jawab auditor
internal atau departemen syari'ah lembaga keuangan syari‟ah masing-masing atau
anggota komite syari'at.

F. Manfaat Audit Syariah


1. Audit diperlukan untuk meningkatkan kepercayaan pengguna laporan keuangan
terhadap laporan keuangan apakah telah disusun sesuai peraturan yang berlaku
atau tidak.
2. Untuk menetapkan standar dan memberikan pedoman Lembaga Keuangan
syari’ah mengenai tujuan dan prinsip umum pelaksanaan audit atas laporan
keuangan yang disajikan oleh lembaga keuangan Islam yang beroperasi sesuai
dengan prinsip dan aturan syari’ah.
3. Agar auditor mampu menyatakan suatu pendapat apakah laporan keuangan yang
disusun oleh lembaga keuangan syari‟ah, dari semua aspek yang bersifat material,
benar dan wajar sesuai dengan aturan dan prinsip syari‟ah, standar akuntansi
AAOIFI, serta standar dan praktek akuntansi nasional yang berlaku pada negara
itu.

G. Kerangka Audit Syariah


Audit syariah dapat dimaknai sebagai suatu proses untuk memastikan bahwa
aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh institusi keuangan Islam tidak melanggar
syariah atau pengujian kepatuhan syariah secara menyeluruh terhadap aktivitas bank
syariah. Tujuan audit syariah adalah untuk memastikan kesesuaian seluruh
operasional bank dengan prinsip dan aturan syariah yang digunakan sebagai pedoman
14

bagi manajemen dalam mengoperasikan bank syariah. Hal-hal yang dilakukan pada
7
audit bank syariah meliputi:
a. pengungkapan kewajaran penyajian laporan keuangan dan unsur kepatuhan
syariah,
b. memeriksa akunting dalam aspek produk, baik sumber dana ataupun pembiayaan.
c. pemeriksaan distribusi profit
d. pengakuan pendapatan cash basis secara riil
e. pengakuan beban secara accrual basis
f. dalam hubungan dengan bank koresponden depositori, pengakuan pendapatan
dengan bagi hasil.
g. pemeriksaan atas sumber dan penggunaan zakat
h. ada tidaknya transaksi yang mengandung unsur-unsur yang tidak sesuai dengan
syariah
Hal-hal di atas adalah unsur-unsur yang harus ada dalam audit syariah,
meskipun demikian prosedur audit yang telah ada tetap memiliki peran dalam audit
pada perbankan syariah. Prosedur audit secara umum antara lain:
a. prosedur analitis/mempelajari dan membandingkan data yang memiliki hubungan
b. menginspeksi/pemeriksaan dokumen, catatan dan pemeriksaan fisik atas sumber-
sumber berwujud,
c. mengkonfirmasi/pengajuan pertanyaan pada pihak intern atau ekstern untuk
mendapat informasi
d. menghitung dan menelusur dokumen
e. mencocokkan ke dokumen.
AAOIFI (Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial
Institutions) sebagaimana telah disebutkan sebelumnya mengeluarkan dan mensahkan
standar audit yang berlaku pada lembaga keuangan syariah termasuk bank yang

7
Minarni, KONSEP PENGAWASAN, KERANGKA AUDIT SYARIAH, NGKA AUDIT
SYARIAH, DAN TATA KELOLA LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH DAN TATA KELOLA LEMBAGA
KEUANGAN SYARIAH, Jurnal Ekonomi Islam, Hlm. 34.
15

kemudian banyak diacu di berbagai negara. Standar Auditing AAOIFI untuk audit
pada lembaga keuangan syariah sendiri mencakup lima standar, yaitu tujuan dan
prinsip (objective and principles of auditing), laporan auditor (auditor’s report),
ketentuan keterlibatan audit (terms of audit engagement), lembaga pengawas syariah
(shari’a supervisory board), tinjauan syariah (shari’a review). Adapun penjelasan
8
singkat dari kelima standar tersebut adalah sebagai berikut:
Pertama terkait tujuan dan prinsip. Tujuan dari sebuah audit laporan keuangan
yaitu untuk memungkinkan auditor menyampaikan opini atas laporan keuangan
tertentu dalam semua hal yang material dan sesuai dengan aturan dan prinsip Islam,
AAOIFI, standar akuntansi nasional yang relevan, serta praktek di negeri yang
mengoperasikan lembaga keuangan. Adapun prinsip etika profesi meliputi,
kebenaran, integritas, dapat dipercaya, keadilan dan kewajaran, kejujuran,
independen,objekivitas, kemampuan professional, bekerja hati-hati,menjaga
kerahasiaan, perilaku professional dan menguasai standar teknis.
Kedua terkait laporan auditor. Elemen dasar dari laporan auditor (judul,
alamat, paragraf pembukaan atau pengenalan, cakupan paragraf (gambaran dari
audit), acuan ASIFI dan standar nasional yang relevan atau praktek, Uraian pekerjaan
yang dilakukan auditor, Paragraf opini berisi sebuah ungkapan opini tentang laporan
keuangan, Tanggal Laporan, Alamat Auditor dan Tanda Tangan Auditor). Terkait
ruang lingkup paragraf,laporan auditor harus menggambarkan cakupan audit dengan
menyatakan bahwa audit telah dilaksanakan sesuai ASIFI dan standar nasional yang
relevan atau praktek telah sesuai dan tidak melanggar aturan dan prinsip Syariah.
Ruang lingkup mengacu pada kemampuan auditor untuk melaksanakan prosedur
audit yang dianggap penting dalam hal itu. Hal ini meyakinkan para pembaca bahwa
audit telah berjalan sesuai ketetapan standar maupun praktek. Disamping itu juga
telah sesuai dengan standar auditing nasional atau praktek mengikuti negara tempat
auditor berada, hal ini terlihat dalam alamat auditor.Laporan itu termasuk sebuah

8 Ibid, Hlm. 34
16

pernyataan bahwa audit telah direncanakan dan dilaksanakan untuk memperoleh


jaminan layak mengenai apakah laporan keuangan bebas dari pernyataan salah yang
material.
9
Laporan auditor harus menggambarkan, antara lain:
a. pengujian, pada sebuah uji dasar, bukti yang mendukung sejumlah laporan
keuangan dan pengungkapan.
b. menilai/menaksir prinsip akuntansi yang digunakan dalam persiapan laporan
keuangan.
c. menilai perkiraan signifikan yang dibuat oleh manajemen dalam persiapan laporan
keuangan.
d. mengevaluasi presentasi laporan keuangan secara keseluruhan.
Ketiga terkait ketentuan keterlibatan audit. Auditor dan klien harus
menyetujui ketentuan perjanjian. Istilah setuju perlu disampaikan dalam surat
penugasan audit sesuai kontrak. Isi dasar surat perjanjian adalah dokumen surat
penunjukan dan menegaskan tanggung jawab auditor untuk klien dan bentuk setiap
laporan yang akan diberikan oleh auditor.
Keempat berkaitan dengan shari’a supervisory board yang intinya berisi
penunjukan, komposisi dan laporan DPS.
Kelima berkaitan dengan tujuan Syariah (shari’a review). Shari'ah review
merupakan sebuah pengujian yang luas dari kepatuhan Syariah sebuah LKS, dalam
seluruh kegiatannya. Pengujian ini meliputi penunjukan, persetujuan, kebijakan,
produk, transaksi, memorandum (surat peringatan), dan anggaran dasar dari
perserikatan, laporan keuangan, laporan (khususnya audit internal dan pengawasan
bank central), sirkulasi, dll. Tujuan dari sebuah shari'a review adalah untuk
memastikan bahwa seluruh aktivitas yang diselenggarakan dalam LKS tidak
bertentangan dengan Syariah. DPS bertanggung jawab untuk membuat dan

9 Ibid, Hlm. 35.


17

mengungkapkan sebuah opini dari suatu Lembaga Keuangan Syariah terhadap


kepatuhannya pada Syariah.
Secara ringkas, audit Syariah terdiri dari tiga tahap, yaitu perencanaan,
pengujian dan pelaporan. Dengan kerangka ini dan penjelasan di atas, maka nampak
10
sejumlah perbedaan audit syariah dan audit konvensional, yaitu:

No Audit Syariah Audit Konvensional

1. Obyeknya LKS atau Lembaga Obyeknya Lembaga Keuangan


Keuangan Bank maupun Non Bank Bank maupun Non Bank yang tidak
yang beroperasi dengan prinsip beroperasi berdasarkan prinsip
Syariah Syariah

2. Mengharuskan adanya peran DPS Tidak ada peran Dewan Pengawas


Syariah (DPS)

3. Audit dilakukan oleh Auditor Audit dilakukan oleh Auditor


bersertifikasi SAS (Sertifikasi Umum tanpa ketentuan
Akuntansi Syariah) bersertifikasi SAS

4. Standar Audit AAOIFI Standar Auditing IAI

5. Opini berisi tentang Shari'a Opini berisi tentang kewajaran atau


Compliance atau tidaknya LKS tidaknya atas penyajian laporan
keuangan perusahaan

Dari paparan di atas dapat dipahami bahwa kerangka audit syariah antara lain
memenuhi unsur sebagai berikut:
a. audit syariah dilakukan dengan tujuan untuk menguji kepatuhan perbankan syariah
pada prinsip dan aturan syariah dalam produk dan kegiatan usahanya sehingga

10 Ibid, Hlm. 36.


18

auditor syariah dapat memberikan opini yang jelas apakah bank syariah yang telah
diaudit tersebut shari'ah compliance atau tidak.
b. audit syariah diselenggarakan dengan acuan standar audit yang telah ditetapkan
oleh AAOIFI.
c. audit syariah dilakukan oleh auditor bersertifikasi SAS (Sertifikasi Akuntansi
Syariah)
d. hasil dari audit syariah berpengaruh kuat terhadap keberlangsungan usaha
perbankan Syariah dan kepercayaan seluruh pihak atas keberadaan LKS.

H. Sebab-sebab LKS Perlu di Audit Syariah


Hal-hal yang menyebabkan mengapa perusahaan atau Lembaga Keuangan
Syariah dalam menjalankan bisnisnya perlu diaudit :
1. Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi keuangan. Dalam
pencatatannya dapat terjadi kesalahan baik yang tidak sengaja atau yang tidak
disengaja. Bila disengaja, ini merupakan indikasi adanya kecurangan dari
perusahaan.
2. Perusahaan dalam membuat laporan keuangan sesuai dengan kepentingannya agar
terlihat asetnya banyak dan labanya besar sehingga dapat menarik investor
memberikan dananya agar dikelola perusahaan.
3. Adanya perusahaan yang membesarkan biaya sehingga laba terlihat kecil, hal ini
untuk mengurangi pajak dan zakat.
4. Adanya ketidak percayaan publik terhadap perusahaan sehingga diperlukan
auditor sebagai pihak ketiga diluar lingkungan perusahaan yang independen yang
dapat menilai kewajaran perusahaan.
BAB III

PEMBAHASAN

A. Implementasi Audit Syariah di Lembaga Keuangan Syariah


Audit syariah adalah sebuah proses pemeriksaan sistematis atas kepatuhan
Seluruh aktivitas LKS terhadap prinsip syariah yang meliputi laporan keuangan,
produk, penggunaan IT, proses operasi, pihak-pihak yang terlibat dalam aktivitas
bisnis LKS, dokumentasi dan kontrak, kebijakan dan prosedur serta aktivitas lainnya
yang memerlukan ketaatan terhadap prinsip syariah
Kerangka kerja dalam pelaksanaan audit merupakan hal yang sangat penting.
Kerangka kerja berfungsi sebagai acuan bagi auditor melaksanakan pemeriksaan pada
perusahaan. Sehingga tidak semua aspek harus diperiksa oleh auditor hanya yang
memiliki resiko dan yang terkait yang harus diuji. Namun kerangka kerja audit yang
ada saat ini adalah kerangka kerja audit yang berdasarkan pada standar maupun
aturan untuk perusahaan konvensional. Landasan utama audit konvensional hanya
berorientasi pada hukum-hukum yang berasal dari konsensus masyarakat baik
nasional maupun internasional. Sedangkan audit Syariah memiliki landasan hukum
tambahan yaitu aspek Syariah berupa hukum dan prinsip Islam yang berasal dari
Allah SWT. Aspek religiusitas ini tidak diakomodir oleh standar audit konvensional
sehingga audit Syariah memerlukan standar acuan yang berbeda dan Kerangka kerja
audit Syariah haruslah memiliki acuan tersendiri.
Kegiatan audit pada LKS terdiri dari tiga lapis, pertama Auditor internal
melakukan pengujian pada laporan keuangan LKS memastikan kesesuaian dengan
standar akuntansi yang berlaku umum dan tidak terjadi salah saji material; kedua,
auditor eksternal melaksanakan pengujian atas hasil kinerja Auditor internal tersebut
dan ketiga, auditor eksternal yang memiliki sertifikasi melakukan pemeriksaan untuk

19
20

memastikan produk dan transaksi LKS telah Sesuai dengan prinsip dan aturan syariah
yang berkenaan dengan laporan keuangan.
Dalam praktiknya, menyangkut pada audit Syariah di luar aspek laporan
keuangan saat ini, merupakan tanggung jawab Dewan Pengawas Syariah (DPS).
Sedangkan mengenai Kerangka kerja pelaksanaan tugas DPR sebagai auditor Syariah
hingga saat ini masih belum dimiliki. Kerangka besar tugas dan wewenang DPS
memang telah diatur melalui UU No. 21/2008 dan peraturan Bank Indonesia terkait
akan tetapi aturan tersebut belum memberikan arahan prosedur yang jelas bagi
pekerjaan DPS. Sehingga belum terjadi standarisasi pemeriksaan yang dilakukan oleh
DPS. Dengan demikian pemeriksaan yang dilakukan antara DPS yang satu dengan
DPS yang lain bisa saja berbeda satu sama lain. Adapun Kerangka kerja DPR diatur
dalam panduan surat edaran Bi No. 8/19/DPBS tanggal 24 Agustus 2006 perihal
pedoman pengawasan syariah dan tata cara pelaporan hasil pengawasan bagi DPS.
Laporan hasil pengawasan Syariah beserta kertas kerja pengawasan yang telah
disusun oleh DPS, sesuai dengan peraturan ini, disampaikan kepada direksi,
komisaris, DSN dan juga Bi. Selain itu dalam surat edaran tersebut juga dibahas
mengenai laporan hasil pengawasan.
Pada dasarnya lembaga keuangan syariah belum memiliki Kerangka kerja
pelaksanaan audit syariah yang sesuai dengan harapan Semestinya. Namun, telah
memiliki panduan audit Syariah tersendiri yang mengakomodir prinsip dan hukum
syariah untuk melaksanakan audit laporan keuangan LKS, dengan adanya PSAK
Syariah yang dikeluarkan IAI (ikatan akuntan indonesia). Meskipun Kerangka kerja
tersebut masih berupa panduan dan bukan standar baku yang khusus mengatur
pelaksanaan audit syariah secara komprehensif sebagaimana yang telah dimiliki
standar audit konvensional serta belum secara lengkap mengatur pemeriksaan semua
aspek yang memiliki resiko kepatuhan syariah dalam LKS disebabkan hal yang sama
terjadi pula pada kerangka kerja DPR yang saat ini hanya berupa pedoman yang
dikeluarkan BI melalui surat edaran Bank Indonesia
21

B. Peranan Pengawasan dan Kerangka Audit Syari’ah Terhadap Tata Kelola


Lembaga Keuangan Syari’ah
Corporate Governance adalah sistem hak, proses, dan kontrol secara
keseluruhan yang ditetapkan secara internal dan eksternal atas manajemen sebuah
entitas bisnis dengan tujuan untuk melindungi kepentingan-kepentingan semua
11
stakeholder.
Untuk memenuhi terlaksananya good corporate governance, diperlukan
sebuah standar sebagai berikut:
1. Dewan Pengawas Syariah: Penunjukan, komposisi dan Laporan
2. Evaluasi terhadap Syariah
3. Evaluasi internal terhadap Syariah
4. Komite Audit dan Tata Kelola untuk LKS
5. Independensi dari DPS
6. Pernyataan atas Prinsip-prinsip tata kelola untuk LKS
7. Evaluasi Tanggung jawab sosial perusahaan
Selain standar dalam corporate governance LKS, diperlukan juga sebuah
standar etis terhadap sumber daya insani yang meliputi kode etik bagi akuntan dan
auditor pada LKS dan kode etik bagi karyawan LKS. Terdapat tiga bagian berkaitan
dengan kode etik bagi akuntan dan auditor pada LKS, yaitu: (a) landasan syariah etika
seorang akuntan (integritas, prinsip manusia sebagai khalifah di muka bumi,
keikhlasan, kesalehan, kebenaran dan niat mengerjakan tugas dengan sempurna, takut
pada Allah dalam segala hal, tanggung jawab manusia terlebih dahulu sebelum pada
Allah); (b) prinsip-prinsip etika bagi akuntan (kepercayaan, legitimasi, obyektivitas,
kompetensi profesi dan skill, perilaku berdasar keimanan, perilaku professional dan
standar teknis); dan (c) aturan moral bagi akuntan.

11
Data diunduh melalui:
https://www.academia.edu/22570342/PERANAN_PENGAWASAN_DAN_KERANGKA_AUDIT_S
YARI_AH_TERHADAP_TATA_KELOLA_LEMBAGA_KEUANGAN_SYARI_AH, Pada 8 Mei
2017, Pukul 14.01.
22

Dari paparan di atas menjadi jelas bahwa Bank Indonesia (BI), Dewan Syariah
Nasional (DSN) dan Dewan Pengawas Syariah (DPS) adalah pihak-pihak yang
berperan dalam pengawasan Lembaga Keuangan Syariah (Bank Syariah). Dalam
menjalankan fungsinya BI dan DSN lebih berperan dalam pengawasan, sedangkan
DPS lebih berperan dalam pengendalian bank syariah. Kegiatan audit pada Bank
Syariah terdiri dari tiga lapis, yaitu lapis pertama, audit internal yang dilakukan oleh
auditor internal bank syariah yang bertugas dalam menguji (examination) kesesuaian
laporan keuangan Bank Syariah yang sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku
dan tidak ada salah saji yang bersifat material, lapis kedua, Audit eksternal yang
dilakukan oleh auditor dari luar bank syariah seperti BI atau akuntan publik yang
tugasnya menguji kembali keakuratannya dari hasil audit internal, dan lapis ketiga,
audit Syariah yang dilakukan oleh auditor bersertifikasi atau memiliki gelar
Sertifikasi Akuntansi Syariah (SAS) yang bertugas untuk memastikan bahwa produk
dan transaksi bank syariah telah sesuai dengan prinsip dan aturan syariah.
Dalam kerangka tata kelola perusahaan (corporate governance) audit eksternal
berfungsi untuk memberikan opini pembanding atas audit internal dalam menjaga
kepatuhan terhadap prinsip-prinsip standar akuntansi dan auditing, kesesuaiaan
dengan prinsip syariah, dan lain-lain. Dalam prakteknya, audit eksternal dilakukan
secara insidental (sewaktu-waktu), sedangkan audit internal dilakukan secara rutin
karena fungsinya terkait dengan pengendalian di dalam perusahaan (Bank Syariah).
Auditor eksternal berperan untuk memastikan bahwa laporan keuangan bank telah
disajikan secara profesional dan sesuai dengan standar laporan keuangan dan
memastikan bahwa keuntungan ataupun kerugian yang diungkapkan dalam laporan
keuangan benar-benar merefleksikan kondisi bank sebenarnya serta memastikan
bahwa profit yang dihasilkan bukan dari usaha yang bertentangan dengan Syariah.
Auditor eksternal dalam hasil auditnya akan memberikan opini atau pendapat apakah
hal-hal yang telah diaudit di Bank Syariah terutama laporan keuangannya telah
disajikan secara wajar dan menggunakan prinsip dan standar akuntansi yang diterima
umum.
23

Idealisme semacam ini kadang sulit diwujudkan dalam artian peraturan terkait
audit syariah yang ada belum tentu dipatuhi di lapangan. Adapun auditor syariah akan
menunjukkan hasil auditnya dengan memberikan opini apakah Bank Syariah yang
diaudit dinyatakan shari'a compliance atau tidak. Apabila terjadi suatu kesalahan
ataupun pelanggaran dalam kegiatan audit di Bank Syariah maka pihak yang harus
bertanggung jawab adalah manajemen bank Syariah, sedangkan tanggung jawab
auditor terletak pada opini yang diberikan. Kegiatan Pengawasan dan audit pada bank
Syariah adalah satu rangkaian yang saling mendukung dalam kegiatan tata kelola
perusahaan (corporate governance) yang harus dilakukan sesuai standar dan
memperhatikan kode etik. Seluruh kegiatan ini dilakukan dengan tujuan utama yaitu
menjaga kepercayaan masyarakat terhadap Lembaga Keuangan Syariah (Perbankan
Syariah) dalam melaksanakan prinsip dan aturan Syariah pada produk dan
operasional usahanya.

C. Peran dan Tanggung Jawab Auditor di Lembaga Keuangan Syariah


Audit kepatuhan syariah memiliki implikasi penting bagi legitimasi suatu
perusahaan dalam Lembaga Keuangan Syariah. Kegiatan audit syariah tentu saja
berbeda dengan kegiatan audit konvensional, kegiatan audit syariah yang dilakukan
oleh seseorang yang memiliki pengetahuan dan keterampilan yang mencukupi terkait
dengan fungsi audit syariah. Tujuannya untuk memastikan sistem pengendalian
internal yang efektif sesuai dengan prinsip syariah. Perbankan syariah juga dapat
merekrut pihak eksternal untuk melakukan audit syariah pada kegiatan operasional
perbankan mereka. Sedangkan yang dilakukan oleh audit konvensional bertujuan
untuk memberikan informasi kepada pengguna yang berguna untuk membuat dan
mengevaluasi keputusan tentang alokasi sumber daya yang langka dalam ekonomi
12
kapitalis.

12 Data diunduh melalui: http://www.penajampaserutara.com/peran-dan-tanggung-jawab-


auditor-di-lembaga-keuangan-syariah-dalam-mengeluarkan-opini/, Pada 7 Mei 2017, Pukul 22.10.
24

Hubungan antara permintaan audit syariah dan peran auditor syariah di


lembaga keuangan syariah dengan meninjau Auditing and Accounting Organization
for Islamic Financial Institutions dalam prespektif Islam. Tidak ada keraguan bahwa
audit konvensional berpengaruh signifikan pada kerangka kerja audit yang digunakan
dalam Lembaga Keuangan Syariah. Praktik audit konvensional telah mengalami
metamorfosis untuk memenuhi stakeholder dalam sistem ekonomi Islam. Hal tersebut
menjadi tanggung jawab auditor dalam lembaga keuangan syariah
Ketika mengandaikan bahwa tidak adanya kerangka audit syariah yang tepat
dan keselarasan standar dengan kebutuhan sistem ekonomi islam yang bisa meredam
masa depan industri keuangan Islam. Lembaga keuangan syariah harus bisa
memenuhi harapan para stakeholder dengan memilih audit profesional yang
kompeten untuk berkerja dengan kebijakan dan sistem yang transparan. Maka dari itu
upaya untuk membangun peran dan tanggung jawab auditor dari perspektif islam.
Terkadang ekspestasi pengguna laporan keuangan melebihi apa yang menjadi
tanggung jawan auditor. Besarnya tuntutan yang berasal dari masyarakat terhadap
profesionalisme auditor menunjukkan expectation gap yang terjadi ketika ada
kesenjangan harapan antara publik dan auditor terhadap peran dan tanggung jawab
auditor. Munculnya expectation gap ini dipengaruhi oleh pemahaman auditor
mengenai pemahaman konsep audit syariah. Independensi dan kualifikasi seorang
auditor syariah juga berpengaruh terhadap expectation gap pada lembaga keuangan
syaraiah.
Adapun auditor untuk membuat opini atas hasil audit suatu
perusahaan/lembaga dapat fokus melihat peran dan tanggung jawabnya. Menurut
Radiah Othaman dan Rashid Ameer di dalam jurnalnya mereka menegaskan bahwa
peran dan tanggung jawab auditor yaitu, Ketaatan aturan dan strandar yang berasal
dari kerangka syariah yang mengatur transaksi ekonomi, Melaporkan sejauh entitas
syariah tersebut berpegang pagang konsep ihsan di atas opersinya, Melaporkan bahwa
zakat telah dihitung dengan benar dan dibayarkan ke dana zakat publik, Memantau
apakah dalam entitas syariah tersebut menggunakan dana yang ditunjukan untuk
25

kegiatan konvensional bercampur dengan dana untuk kegiatan syariah dan


Menyelidiki proses uji kelayakan untuk rektrukturisasi pinjaman bank, pemulihan
mekanisme, dan resolusi sengketa tanpa prasangka.

13
Aturan dan Tanggung Jawab Auditor Syari’ah

Sejauh ini kita telah melihat bahwa audit syari’ah adalah salah satu pilar
utama dari tata kelola LKS. Mereka ingin memastikan kepatuhan dari LKS terhadap
seluruh persyaratan yang ditetapkan syari’ah. Fungsi audit syari’ah dilakukan oleh
auditor internal yang cukup memiliki ilmu pengetahuan dan kemampuan tentang
syari’ah. Tujuan pokok mereka adalah untuk memastikan gaung dan penerapan
sistem pengendalian internal telah mengikuti syari’ah sepenuhnya. Internal auditor
juga dapat menggunakan tenaga ahli di bidang keuangan Islam dalam membantu
melakukan audit selama tujuan audit tidak dilanggar. LKS dapat menunjuk pihak
eksternal untuk melakukan audit.
Standar auditing AAOIFI menyatakan bahwa ketika ada permintaan untuk
memeriksa kepatuhan terhadap aturan dan prinsip syari’ah, auditor eksternal harus
mendapatkan bukti yang tepat dan cukup sehingga bisa membantu auditor memberi
alasan yang jelas terkait apakah LKS sudah atau belum sesuai dengan prinsip serta
aturan syari’ah (fatwa, aturan dan pedoman yang dikeluarkan oleh DPS). Seorang
auditor bertanggungjawab untuk membuat dan memberi opini tentang laporan
keuangan LKS, sebagaimana yang telah dijelaskan pada Standar Tata Kelola untuk
LKS (GSIFI No.1) yang dikeluarkan oleh AAOIFI. Lebih lanjut dinyatakan bahwa
auditor harus mumpuni dalam ilmu syari’ah; meskipun begitu, dia tidak mesti
memiliki ilmu yang mendalam seperti anggota SSB (DPS). Yang perlu digarisbawahi,
auditor syari’ah tidak bertanggung jawab atas pencegahan atas fraud dan kesalahan;
meskipun begitu, mereka tidak terlepas dari kekurangan atas kelalaian dan kesalahan
selama proses audit.

13 Data diunduh melalui: http://introphy.blogspot.co.id/2014/11/terjemahan-issues-and-


challenges-of.html?m=1, Pada 8 Mei 2017, Pukul 13.10.
BAB IV

PENUTUP

Simpulan

1. Pelaksanaan Audit Syariah di Lembaga Keuangan Syariah telah dilaksanakan


dengan mengedepankan nilai-nilai Islam dan juga memiliki panduan audit Syariah
tersendiri yang mengakomodir prinsip dan hukum syariah untuk melaksanakan
audit laporan keuangan LKS, dengan adanya PSAK Syariah yang dikeluarkan IAI
(ikatan akuntan indonesia)
2. Pihak-pihak yang berperan dalam pengawasan Lembaga Keuangan Syariah (Bank
yariah). Bank Indonesia (BI), Dewan Syariah Nasional (DSN) dan Dewan
Pengawas Syariah (DPS). Dalam menjalankan fungsinya BI dan DSN lebih
berperan dalam pengawasan, sedangkan DPS lebih berperan dalam pengendalian
bank syariah.
3. peran dan tanggung jawab auditor yaitu, Ketaatan aturan dan strandar yang
berasal dari kerangka syariah yang mengatur transaksi ekonomi, Melaporkan
sejauh entitas syariah tersebut berpegang pagang konsep ihsan di atas opersinya,
Melaporkan bahwa zakat telah dihitung dengan benar dan dibayarkan ke dana
zakat publik, Memantau apakah dalam entitas syariah tersebut menggunakan dana
yang ditunjukan untuk kegiatan konvensional bercampur dengan dana untuk
kegiatan syariah dan Menyelidiki proses uji kelayakan untuk rektrukturisasi
pinjaman bank, pemulihan mekanisme, dan resolusi sengketa tanpa prasangka.

26
1

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Harahap, Sofyan Syafri dkk. Auditing Kontemporer. Jakarta: Erlangga. 1994.

Departemen Agama Republik Indonesia. Al-Qur'an Terjemahan. Jakarta: PT.


syamil. Cipta Media. 2005.

Muhamad Nadratuzzaman. Produk Keuangan Islam di Indonesia dan Malaysia.


PT Gramedia: Jakarta. 2012.

Muhammad Syafi’I Antonio. Bank Syariah,dari Teori ke Praktek. Jakarta: Gema


Insani. 2001.

Sukrisno Agoes. Auditing; Petunjuk Praktis Pemeriksaaan Akuntan oleh Akuntan


Publik. Jakarta: Salemba Empat. 2012.

Jurnal

Minarni. KONSEP PENGAWASAN, KERANGKA AUDIT SYARIAH, NGKA


AUDIT SYARIAH, DAN TATA KELOLA LEMBAGA KEUANGAN
SYARIAH DAN TATA KELOLA LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH. Jurnal
Ekonomi Islam.

Internet

Data diunduh melalui: Http://www.fakhrurrazypi.wordpress.com, Pada 7 Mei


2017, Pukul 08.00.

Data diunduh melalui: http://sebi-community.blogspot.co.id/2013/09/audit-dalam-


islam_30.html?m=1, Pada 7 Mei 2018, Pukul 21.07.

Data diunduh melalui: http://www.penajampaserutara.com/peran-dan-tanggung-


jawab-auditor-di-lembaga-keuangan-syariah-dalam-mengeluarkan-opini/,
Pada 7 Mei 2017, Pukul 22.10.
2

Data diunduh melalui: http://introphy.blogspot.co.id/2014/11/terjemahan-issues-


and-challenges-of.html?m=1, Pada 8 Mei 2017, Pukul 13.10.

Data diunduh melalui: https://www.academia.edu/22570342/PERANAN_


PENGAWASAN_DAN_KERANGKA_AUDIT_SYARI_AH_TERHADAP
_TATA_KELOLA_LEMBAGA_KEUANGAN_SYARI_AH , Pada 8 Mei
2017, Pukul 14.01.

Anda mungkin juga menyukai