Dosen Pengampu :
KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
BAB IVPENUTUP.......................................................................................................................26
Simpulan............................................................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
bisnisnya. Oleh karena itu, disamping adanya pengawasan dan audit syariah,
diperlukan elemen lain yang mendukung kesuksesan perbankan syariah yaitu good
corporate governance (tata kelola perusahaan yang baik).
Tujuan corporate governance secara umum adalah untuk mewujudkan
keadilan bagi seluruh pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan (stakeholder).
Dalam mewujudkan pengawasan bank syariah yang efektif dan efisien maka BI,
DSN, dan DPS harus saling bekerja sama dalam mengemban tugasnya dengan
sebaikbaiknya. Dan untuk mewujudkan good corporate governance seluruh pihak
baik dewan direksi, manajemen bank, auditor, stakeholder dan pihak lainnya harus
saling memberikan informasi yang benar guna mendukung pertanggungjawaban
masingmasing pihak kepada otoritas yang sesuai dan kepada masyarakat yang
bermitra dengan Bank Syariah. Seluruh upaya tersebut memerlukan dukungan dari
pemerintah yang diwakili oleh BI yang telah diberikan kepercayaan dalam membuat
kebijakan berupa regulasi-regulasi yang terarah, efisien dan efektif.
Audit syariah sendiri mulai berkembang di Indonesia sejak maraknya
perbankan konvensional yang melakukan office channeling dengan membuka Unit
Usaha Syariah. Audit syariah sendiri biasanya dilakukan oleh Team Audit Sharia
Compliance yang bertugas untuk membantu pekerjaan Dewan Pengawas Syariah
(DPS) dalam memberikan pengawasan atas praktik-praktik yang terjadi sehingga
penyimpangan dari konsep perbankan syariah dapat dicegah. Tugas tersebut juga
bertujuan agar standar yang diterapkan oleh perbankan syariah sesuai dengan standar
yang telah ditentukan oleh AAOIFI (Auditing and Accounting Organization for
Islamic Financial Institutions).
Untuk menjalankan proses usahanya diperlukan adanya kerjasama dari Bank
Indonesia, Dewan Syariah Nasional dan Dewan Pengawasan syariah , agar proses
berjalannya lembaga tersebut sesuai dengan Al-Quran dan Undang-Undang Dasar 45
serta menjadikan proses usaha secara efektif dan efisien antara direksi, manajemen
lembaga, auditor dan stakeholder dalam memberikan informasi yang benar guna
3
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Implementasi Audit Syariah di Lembaga Keuangan Syariah?
2. Bagaimana Peranan Pengawasan dan Kerangka Audit Syari’ah terhadap Tata
Kelola Lembaga Keuangan Syariah?
3. Bagaimana Peran dan Tanggung Jawab Auditor di Lembaga Keuangan Syariah?
4
C. Tujuan Masalah
1. Untuk Mengetahui Implementasi Audit Syariah di Lembaga Keuangan Syariah.
2. Untuk Mengetahui Peranan Pengawasan dan Kerangka Audit Syari’ah terhadap
Tata Kelola Lembaga Keuangan Syariah.
3. Untuk Mengetahui Peran dan Tanggung Jawab Auditor di Lembaga Keuangan
Syariah.
BAB II
TINJAUAN TEORI
1 Harahap, Sofyan Syafri dkk. Auditing Kontemporer, (Jakarta: Erlangga, 1994), hlm. 18.
2 Sukrisno Agoes, Auditing; Petunjuk Praktis Pemeriksaaan Akuntan oleh Akuntan Publik,
(Jakarta: Salemba Empat,2012), hlm. 2.
3 Data diunduh melalui: Http://www.fakhrurrazypi.wordpress.com, Pada 7 Mei 2017, Pukul
08.00.
5
6
fatwa, instruksi dan lain sebagainya yang diterbitkan fatwa IFI dan lembaga supervisi
syariah. Rahman (2008) menjelaskan auditing dalam Islam adalah:
a. Proses menghitung, memeriksa dan memonitor (proses sistematis)
b. Tindakan seseorang (pekerjaan duniawi atau amal ibadah)
c. Lengkap dan sesuai syariah
d. Untuk mendapat reward dari Allah di akhirat
Dapat disimpulkan pengertian audit syariah adalah salah satu unsur melalui
pendekatan administratif dengan menggunakan sudut pandang keterwakilan. Oleh
karena itu, auditor merupakan wakil dari para pemegang saham yang menginginkan
pekerjaan (investasi) mereka sesuai dengan hukum-hukum syariat Islam.
85. dan (kami telah mengutus) kepada penduduk Mad-yan saudara mereka,
Syu'aib. ia berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan
4
Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah,dari Teori ke Praktek (Jakarta: Gema Insani,
2001), Hlm. 209.
5Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur'an Terjemahan, (Jakarta: PT. syamil. Cipta
Media, 2005).
8
152. dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang
lebih bermanfaat, hingga sampai ia dewasa. dan sempurnakanlah takaran dan
timbangan dengan adil. Kami tidak memikulkan beban kepada sesorang
melainkan sekedar kesanggupannya. dan apabila kamu berkata, Maka
hendaklah kamu Berlaku adil, Kendatipun ia adalah kerabat(mu), dan penuhilah
janji Allah. yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu ingat.
6. Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang Fasik membawa
suatu berita, Maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu
musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan
kamu menyesal atas perbuatanmu itu.
82. Maka Apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran? kalau kiranya Al-
Quran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang
banyak di dalamnya.
2. Hadist
a. Hadis riwayat Abu Dawud, dari Abu Hurairah, Rasul Saw bersabda:
Artinya : Aku jadi yang ketiga antara dua orang yang berserikat selama yang
satu tidak khianat kepada yang lainnya, apabila yang satu berkhianat kepada
pihak yang lain, maka keluarlah aku darinya.
c. Hadis Nabi Dikeluarkan ibnu majah dari ibadah ibnu shamit dalam
sunannya/Kitab Al-Ahkam : Nomor Hadis 1332 dan diriwayatkan oleh
Ahmad dari Ibnu Abas, dan Malik dari Yahya)
10
3. Undang-Undang
Acounting and Auditing Standards for Islamic Financial Institution
(AAOIFI). Dimana AAOIFI telah menyusun :
1) Tujuan dan konsep akuntansi keuangan untuk lembaga keuangan.
2) Standar Akuntansi untuk lembaga keuangan, khususnya bank.
3) Tujuan dan standar auditing untuk lembaga keuangan.
4) Kode etik untuk akuntan dan auditor lembaga keuangan.
6
Muhamad Nadratuzzaman, Produk Keuangan Islam di Indonesia dan Malaysia, (PT
Gramedia: Jakarta, 2012), hlm. 168.
13
pedoman. Dimana auditor internal dan eksternal juga bertanggung jawab untuk
menguji kepatuhan syari'ah lembaga keuangan syari‟ah
Selain itu, masih ada perdebatan berlangsung pada siapa harus melakukan
audit syari'ah. Studi Kasim menemukan bahwa beberapa responden lebih suka
praktek syari'at audit yang akan dilakukan oleh orang-orang yang memenuhi syarat
dalam syari'at saja. Lainnya ingin audit syari'ah menjadi tanggung jawab auditor
internal atau departemen syari'ah lembaga keuangan syari‟ah masing-masing atau
anggota komite syari'at.
bagi manajemen dalam mengoperasikan bank syariah. Hal-hal yang dilakukan pada
7
audit bank syariah meliputi:
a. pengungkapan kewajaran penyajian laporan keuangan dan unsur kepatuhan
syariah,
b. memeriksa akunting dalam aspek produk, baik sumber dana ataupun pembiayaan.
c. pemeriksaan distribusi profit
d. pengakuan pendapatan cash basis secara riil
e. pengakuan beban secara accrual basis
f. dalam hubungan dengan bank koresponden depositori, pengakuan pendapatan
dengan bagi hasil.
g. pemeriksaan atas sumber dan penggunaan zakat
h. ada tidaknya transaksi yang mengandung unsur-unsur yang tidak sesuai dengan
syariah
Hal-hal di atas adalah unsur-unsur yang harus ada dalam audit syariah,
meskipun demikian prosedur audit yang telah ada tetap memiliki peran dalam audit
pada perbankan syariah. Prosedur audit secara umum antara lain:
a. prosedur analitis/mempelajari dan membandingkan data yang memiliki hubungan
b. menginspeksi/pemeriksaan dokumen, catatan dan pemeriksaan fisik atas sumber-
sumber berwujud,
c. mengkonfirmasi/pengajuan pertanyaan pada pihak intern atau ekstern untuk
mendapat informasi
d. menghitung dan menelusur dokumen
e. mencocokkan ke dokumen.
AAOIFI (Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial
Institutions) sebagaimana telah disebutkan sebelumnya mengeluarkan dan mensahkan
standar audit yang berlaku pada lembaga keuangan syariah termasuk bank yang
7
Minarni, KONSEP PENGAWASAN, KERANGKA AUDIT SYARIAH, NGKA AUDIT
SYARIAH, DAN TATA KELOLA LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH DAN TATA KELOLA LEMBAGA
KEUANGAN SYARIAH, Jurnal Ekonomi Islam, Hlm. 34.
15
kemudian banyak diacu di berbagai negara. Standar Auditing AAOIFI untuk audit
pada lembaga keuangan syariah sendiri mencakup lima standar, yaitu tujuan dan
prinsip (objective and principles of auditing), laporan auditor (auditor’s report),
ketentuan keterlibatan audit (terms of audit engagement), lembaga pengawas syariah
(shari’a supervisory board), tinjauan syariah (shari’a review). Adapun penjelasan
8
singkat dari kelima standar tersebut adalah sebagai berikut:
Pertama terkait tujuan dan prinsip. Tujuan dari sebuah audit laporan keuangan
yaitu untuk memungkinkan auditor menyampaikan opini atas laporan keuangan
tertentu dalam semua hal yang material dan sesuai dengan aturan dan prinsip Islam,
AAOIFI, standar akuntansi nasional yang relevan, serta praktek di negeri yang
mengoperasikan lembaga keuangan. Adapun prinsip etika profesi meliputi,
kebenaran, integritas, dapat dipercaya, keadilan dan kewajaran, kejujuran,
independen,objekivitas, kemampuan professional, bekerja hati-hati,menjaga
kerahasiaan, perilaku professional dan menguasai standar teknis.
Kedua terkait laporan auditor. Elemen dasar dari laporan auditor (judul,
alamat, paragraf pembukaan atau pengenalan, cakupan paragraf (gambaran dari
audit), acuan ASIFI dan standar nasional yang relevan atau praktek, Uraian pekerjaan
yang dilakukan auditor, Paragraf opini berisi sebuah ungkapan opini tentang laporan
keuangan, Tanggal Laporan, Alamat Auditor dan Tanda Tangan Auditor). Terkait
ruang lingkup paragraf,laporan auditor harus menggambarkan cakupan audit dengan
menyatakan bahwa audit telah dilaksanakan sesuai ASIFI dan standar nasional yang
relevan atau praktek telah sesuai dan tidak melanggar aturan dan prinsip Syariah.
Ruang lingkup mengacu pada kemampuan auditor untuk melaksanakan prosedur
audit yang dianggap penting dalam hal itu. Hal ini meyakinkan para pembaca bahwa
audit telah berjalan sesuai ketetapan standar maupun praktek. Disamping itu juga
telah sesuai dengan standar auditing nasional atau praktek mengikuti negara tempat
auditor berada, hal ini terlihat dalam alamat auditor.Laporan itu termasuk sebuah
8 Ibid, Hlm. 34
16
Dari paparan di atas dapat dipahami bahwa kerangka audit syariah antara lain
memenuhi unsur sebagai berikut:
a. audit syariah dilakukan dengan tujuan untuk menguji kepatuhan perbankan syariah
pada prinsip dan aturan syariah dalam produk dan kegiatan usahanya sehingga
auditor syariah dapat memberikan opini yang jelas apakah bank syariah yang telah
diaudit tersebut shari'ah compliance atau tidak.
b. audit syariah diselenggarakan dengan acuan standar audit yang telah ditetapkan
oleh AAOIFI.
c. audit syariah dilakukan oleh auditor bersertifikasi SAS (Sertifikasi Akuntansi
Syariah)
d. hasil dari audit syariah berpengaruh kuat terhadap keberlangsungan usaha
perbankan Syariah dan kepercayaan seluruh pihak atas keberadaan LKS.
PEMBAHASAN
19
20
memastikan produk dan transaksi LKS telah Sesuai dengan prinsip dan aturan syariah
yang berkenaan dengan laporan keuangan.
Dalam praktiknya, menyangkut pada audit Syariah di luar aspek laporan
keuangan saat ini, merupakan tanggung jawab Dewan Pengawas Syariah (DPS).
Sedangkan mengenai Kerangka kerja pelaksanaan tugas DPR sebagai auditor Syariah
hingga saat ini masih belum dimiliki. Kerangka besar tugas dan wewenang DPS
memang telah diatur melalui UU No. 21/2008 dan peraturan Bank Indonesia terkait
akan tetapi aturan tersebut belum memberikan arahan prosedur yang jelas bagi
pekerjaan DPS. Sehingga belum terjadi standarisasi pemeriksaan yang dilakukan oleh
DPS. Dengan demikian pemeriksaan yang dilakukan antara DPS yang satu dengan
DPS yang lain bisa saja berbeda satu sama lain. Adapun Kerangka kerja DPR diatur
dalam panduan surat edaran Bi No. 8/19/DPBS tanggal 24 Agustus 2006 perihal
pedoman pengawasan syariah dan tata cara pelaporan hasil pengawasan bagi DPS.
Laporan hasil pengawasan Syariah beserta kertas kerja pengawasan yang telah
disusun oleh DPS, sesuai dengan peraturan ini, disampaikan kepada direksi,
komisaris, DSN dan juga Bi. Selain itu dalam surat edaran tersebut juga dibahas
mengenai laporan hasil pengawasan.
Pada dasarnya lembaga keuangan syariah belum memiliki Kerangka kerja
pelaksanaan audit syariah yang sesuai dengan harapan Semestinya. Namun, telah
memiliki panduan audit Syariah tersendiri yang mengakomodir prinsip dan hukum
syariah untuk melaksanakan audit laporan keuangan LKS, dengan adanya PSAK
Syariah yang dikeluarkan IAI (ikatan akuntan indonesia). Meskipun Kerangka kerja
tersebut masih berupa panduan dan bukan standar baku yang khusus mengatur
pelaksanaan audit syariah secara komprehensif sebagaimana yang telah dimiliki
standar audit konvensional serta belum secara lengkap mengatur pemeriksaan semua
aspek yang memiliki resiko kepatuhan syariah dalam LKS disebabkan hal yang sama
terjadi pula pada kerangka kerja DPR yang saat ini hanya berupa pedoman yang
dikeluarkan BI melalui surat edaran Bank Indonesia
21
11
Data diunduh melalui:
https://www.academia.edu/22570342/PERANAN_PENGAWASAN_DAN_KERANGKA_AUDIT_S
YARI_AH_TERHADAP_TATA_KELOLA_LEMBAGA_KEUANGAN_SYARI_AH, Pada 8 Mei
2017, Pukul 14.01.
22
Dari paparan di atas menjadi jelas bahwa Bank Indonesia (BI), Dewan Syariah
Nasional (DSN) dan Dewan Pengawas Syariah (DPS) adalah pihak-pihak yang
berperan dalam pengawasan Lembaga Keuangan Syariah (Bank Syariah). Dalam
menjalankan fungsinya BI dan DSN lebih berperan dalam pengawasan, sedangkan
DPS lebih berperan dalam pengendalian bank syariah. Kegiatan audit pada Bank
Syariah terdiri dari tiga lapis, yaitu lapis pertama, audit internal yang dilakukan oleh
auditor internal bank syariah yang bertugas dalam menguji (examination) kesesuaian
laporan keuangan Bank Syariah yang sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku
dan tidak ada salah saji yang bersifat material, lapis kedua, Audit eksternal yang
dilakukan oleh auditor dari luar bank syariah seperti BI atau akuntan publik yang
tugasnya menguji kembali keakuratannya dari hasil audit internal, dan lapis ketiga,
audit Syariah yang dilakukan oleh auditor bersertifikasi atau memiliki gelar
Sertifikasi Akuntansi Syariah (SAS) yang bertugas untuk memastikan bahwa produk
dan transaksi bank syariah telah sesuai dengan prinsip dan aturan syariah.
Dalam kerangka tata kelola perusahaan (corporate governance) audit eksternal
berfungsi untuk memberikan opini pembanding atas audit internal dalam menjaga
kepatuhan terhadap prinsip-prinsip standar akuntansi dan auditing, kesesuaiaan
dengan prinsip syariah, dan lain-lain. Dalam prakteknya, audit eksternal dilakukan
secara insidental (sewaktu-waktu), sedangkan audit internal dilakukan secara rutin
karena fungsinya terkait dengan pengendalian di dalam perusahaan (Bank Syariah).
Auditor eksternal berperan untuk memastikan bahwa laporan keuangan bank telah
disajikan secara profesional dan sesuai dengan standar laporan keuangan dan
memastikan bahwa keuntungan ataupun kerugian yang diungkapkan dalam laporan
keuangan benar-benar merefleksikan kondisi bank sebenarnya serta memastikan
bahwa profit yang dihasilkan bukan dari usaha yang bertentangan dengan Syariah.
Auditor eksternal dalam hasil auditnya akan memberikan opini atau pendapat apakah
hal-hal yang telah diaudit di Bank Syariah terutama laporan keuangannya telah
disajikan secara wajar dan menggunakan prinsip dan standar akuntansi yang diterima
umum.
23
Idealisme semacam ini kadang sulit diwujudkan dalam artian peraturan terkait
audit syariah yang ada belum tentu dipatuhi di lapangan. Adapun auditor syariah akan
menunjukkan hasil auditnya dengan memberikan opini apakah Bank Syariah yang
diaudit dinyatakan shari'a compliance atau tidak. Apabila terjadi suatu kesalahan
ataupun pelanggaran dalam kegiatan audit di Bank Syariah maka pihak yang harus
bertanggung jawab adalah manajemen bank Syariah, sedangkan tanggung jawab
auditor terletak pada opini yang diberikan. Kegiatan Pengawasan dan audit pada bank
Syariah adalah satu rangkaian yang saling mendukung dalam kegiatan tata kelola
perusahaan (corporate governance) yang harus dilakukan sesuai standar dan
memperhatikan kode etik. Seluruh kegiatan ini dilakukan dengan tujuan utama yaitu
menjaga kepercayaan masyarakat terhadap Lembaga Keuangan Syariah (Perbankan
Syariah) dalam melaksanakan prinsip dan aturan Syariah pada produk dan
operasional usahanya.
13
Aturan dan Tanggung Jawab Auditor Syari’ah
Sejauh ini kita telah melihat bahwa audit syari’ah adalah salah satu pilar
utama dari tata kelola LKS. Mereka ingin memastikan kepatuhan dari LKS terhadap
seluruh persyaratan yang ditetapkan syari’ah. Fungsi audit syari’ah dilakukan oleh
auditor internal yang cukup memiliki ilmu pengetahuan dan kemampuan tentang
syari’ah. Tujuan pokok mereka adalah untuk memastikan gaung dan penerapan
sistem pengendalian internal telah mengikuti syari’ah sepenuhnya. Internal auditor
juga dapat menggunakan tenaga ahli di bidang keuangan Islam dalam membantu
melakukan audit selama tujuan audit tidak dilanggar. LKS dapat menunjuk pihak
eksternal untuk melakukan audit.
Standar auditing AAOIFI menyatakan bahwa ketika ada permintaan untuk
memeriksa kepatuhan terhadap aturan dan prinsip syari’ah, auditor eksternal harus
mendapatkan bukti yang tepat dan cukup sehingga bisa membantu auditor memberi
alasan yang jelas terkait apakah LKS sudah atau belum sesuai dengan prinsip serta
aturan syari’ah (fatwa, aturan dan pedoman yang dikeluarkan oleh DPS). Seorang
auditor bertanggungjawab untuk membuat dan memberi opini tentang laporan
keuangan LKS, sebagaimana yang telah dijelaskan pada Standar Tata Kelola untuk
LKS (GSIFI No.1) yang dikeluarkan oleh AAOIFI. Lebih lanjut dinyatakan bahwa
auditor harus mumpuni dalam ilmu syari’ah; meskipun begitu, dia tidak mesti
memiliki ilmu yang mendalam seperti anggota SSB (DPS). Yang perlu digarisbawahi,
auditor syari’ah tidak bertanggung jawab atas pencegahan atas fraud dan kesalahan;
meskipun begitu, mereka tidak terlepas dari kekurangan atas kelalaian dan kesalahan
selama proses audit.
PENUTUP
Simpulan
26
1
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Jurnal
Internet