Anda di halaman 1dari 15

BAB 11

HADIRNYA DEWAN PENGAWAS SYARIAH DAN DEWAN PENGAWAS NASIONAL


DI INDONESIA

A. CAPAIAN PEMBELAJARAN

1. Untuk memahami Fungsi Dewan Pengawas Syariah: Peserta didik akan


memilliki pemahaman yang baik tentang peran Dewan Pengawas Syariiah
dalam mengawasi lembaga keuangan berbasis syariah di Indonesia.
2. Untuk pengetahuan tentang Dewan Pengawas Nasional: Peserta didik dapat
mengidentifikasi peran Dewan Pengawas Nasional dalam mengoordinasikan
aktivitas Dewan Pengawas Syariah di seluruh Indonesia.
3. Untuk menyadari Pentingnya Pengawasan dalam Keuangan Syariah: Peserta
didik dapat mengungkapkan kepentingan pengawasan dalam industri keuangan
syariah untuk memastiikan kepatuhan terhadap priinsip-prinsip syariah.
4. Untuk memahami Perkembangan Industri Keuangan Syariah di Indonesia:
Peserta didik mampu menjelaskan perkembangan terkini industri keuangan
syariiah di Indonesia dan bagaimana peran Dewan Pengawas Syariah dan
Dewan Pengawas Nasional dalam perkembangan tersebut.
5. Untuk menganalisis Hukum dan Regulasi dengan Kritis: Peserta didik dapat
melakukan analisis kritis terhadap implikasi hukum dan regulasi terkait dengan
keberadaan Dewan Pengawas Syarriah dan Dewan Pengawas Nasional di
Indonesia.
6. Untuk kemampuan Memberikan Rekomendasi: Peserta didik dapat
merumuskan saran untuk perbaikan atau perubahan dalam sistem pengawasan
keuangan syariah di Indonesia berdasarkan pemahaman mereka tentang
Dewan Pengawas Syariah dan Dewan Pengawas Nasional.
7. Untuk pemahaman Terhadap Prinsip-prinsip Syariah dalam Keuangan: Peserta
didik memahami prinsip-prinsip syariah yang mendasari lembaga keuangan
syariah dan bagaimana Dewan Pengawas Syariiah berperan dalam
memastiikan kepatuhan terhadap prinsip-priinsip tersebut.
B.PEMBAHASAN

1. Pengertian Dewan Pengawas Syariah


Dewan Pengawas Syariah (DPS) memiliki peran yang sangat penting
dalam sektor keuangan syariah Indonesia. DPS memiliki fungsi utama dalam
menjamin bahwa produk dan layanan keuangan yang disediakan oleh
lembaga-lembaga keuangan syariah seperti bank syariah dan perusahaan
asuransi syariah sesuai dengan prinsip-prinsip syariah dan aturan hukum
Islam.
Departemen Pengawasan Syariah (DPS) dalam bank syariiah memiliki
peran penting dalam memastikan bahwa semua kegiiatan bank sesuai dengan
prinsip-prinsip syariah Islam. DPS bertugas menyusun kebijakan, memantau
transaksi dan produk, memberikan pelatihan kepada karyawan, dan mengelola
risiko reputasi. Kehadiran DPS membantu bank syariah menjaga kepatuhan,
melindungi reputasi, dan mengelola risiko, termasuk risiko likuiditas yang bisa
timbul jika reputasi bank terganggu. (Prabowo & Jamal, 2017)
Dewan Pengawas Syariah, khususnya dalam kerangka kerja di Indonesia,
merupakan sebuah badan independen yang bertugas mengawasi serta
memastikan kepatuhan lembaga-lembaga keuangan syariah terhadap prinsip2
syariah dalam operasional mereka. DPS memiliki peran sentral dalam menjaga
integritas dan keterbukaan industri keuangan syariah, serta memberikan
keyakinan kepada nasabah dan masyarakat bahwa produk dan layanan
keuangan yang mereka gunakan sesuai dengan ajaran Islam.

Karakteristik dan Fungsi Dewan Pengawas Syariah:

a. Kemandirian: DPS harus beroperasi secara independen dan tidak memiliki


keterkaitan langsung dengan lembaga keuangan yang sedang diawasinya.
Hal ini penting agar pengawasan terhadap kepatuhan syariah berjalan adil
dan tanpa bias.
b. Pengawasan Kepatuhan Syariah: DPS memegang tanggung jawab
mengawasi berbagai aspek operasional lembaga keuangan syariah,
termasuk produk, investasi, dan transaksi, demi memastikan kesesuaian
dengan prinsip-prinsip syariah.
c. Penyusunan Panduan dan Fatwa: DPS memiliki kapabilitas untuk
merumuskan panduan dan fatwa yang mengatur produk dan transaksi
keuangan syariah. Panduan tersebut berfungsi sebagai pedoman bagi
lembaga-lembaga keuangan syariah dalam mengembangkan produk dan
layanan baru.
d. Penyelesaian Sengketa: DPS juga dapat berperan dalam menyelesaikan
sengketa yang terkaiit dengan aspek keuangan syariah, seperti perbedaan
pendapat antara lembaga keuangan syariah dan nasabah mengenai produk
atau transaksi tertentu.
e. Pengawasan Berkelanjutan: DPS tidak hanya melakukan pengawasan
awal terhadap lembaga keuangan syariah, melainkan juga menjalankan
fungsi pengawasan berkelanjutan untuk memastikan lembaga-lembaga
tersebut terus mematuhi prinsip-prinsip syariah sepanjang waktu.

Hadirnya Dewan Pengawas Syariah di Indonesia memiliki dampak signifikan


dalam memperkuat industri keuangan syariah dan meningkatkan kepercayaan
masyarakat terhadap produk dan layanan keuangan yang berlandaskan syariah.

2. Fungsi Dewan Pengawas Syariah

Fungsi Dewan Pengawas Syariiah (DPS) berperan kunci dalam


mengawasi dan mengontrol aktivitas lembaga2 keuangan syariah. DPS
bertanggung jawab untuk memastiikan bahwa lembaga-lembaga ini mematuhi
prinsip-prinsip syariah dan berkontribusi pada perkembangan industri keuangan
syariah secara keseluruhan.

Lembaga keuangan perbankan merupakan salah satu kegiatan usaha


yang paling dominan dan sangat dibutuhkan dalam kegiatan perekonomian
masyarakat modern. Berdasarkan kenyataan ini, maka umat Islam merasa perlu
mendirikan lembaga perbankan yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat
Muslim untuk dapat menggunakan jasa layanan perbankan yang bebas riba.
(Ilyas, 2021)

a. Pengawasan Kepatuhan Syariah:

1) DPS memiliki peran utama dalam mengawasi dan menilai sejauh mana
lembaga-lembaga keuangan syariah mematuhi prinsip-priinsip syariah
dallam semua aspek operasional mereka, termasuk produk, investasi,
dan transaksi.
2) DPS memeriksa apakah lembaga-lembaga ini mematuhi larangan riba
(bunga), melarang praktik spekulasi, dan menerapkan prinsip keadilan
dalam distribusi risiko dan keuntungan, di antara lain.

b. Panduan dan Fatwa:

1) DPS dapat mengembangkan panduan, pedoman, atau fatwa yang


mengatur produk dan transaksi keuangan syariah. Dokumen ini menjadi
pedoman bagi lembaga-lembaga keuangan syariah untuk menciptakan
produk dan layanan yang sesuai dengan prinsiip syariah.
2) Fatwa yang dikeluarkan oleh DPS memiliki dampak hukum dan etika
yang signifikan dalam industri keuangan syariah.

c. Sertifikasi Syariah:

1) DPS berwenang memberikan sertifikasi syariah kepada produk dan


layanan keuangan yang memenuhi standar kepatuhan syariah. Ini
memberikan keyakinan kepada nasabah bahwa produk tersebut sesuai
dengan prinsip-prinsip syariah.
2) Sertifikasi syariah juga membantu lembaga-lembaga keuangan syariiah
dalam memasarkan produk mereka kepada pasar yang lebih luas.

d. Penyelesaian Sengketa:

1) DPS dapat berperan dalam menyelesaikan sengketa yang melibatkan


lembaga keuangan syariah dan nasabah, terutama jika sengketa
tersebut terkait dengan pelanggaran prinsip syariah dalam produk atau
transaksi.
2) DPS bertindak sebagai mediator yang kompeten dalam memahami
aspek syariah dari sengketa tersebut.

e. Pengawasan Berkelanjutan:

1) DPS tidak hanya melakukan pengawasan sekali saja, melainkan juga


menjalankan fungsi pengawasan berkelanjutan. Ini berarti mereka terus
memantau operasional lembaga-lembaga keuangan syariah untuk
memastikan bahwa kepatuhan syariah tetap terjaga sepanjang waktu.

f. Peningkatan Kualitas Industri Keuangan Syariah:

1) DPS berkontribusi pada peningkatan kualitas industri keuangan syariah


secara keseluruhan. Dengan mengawasi dan mengendalikan
operasional lembaga-lembaga syariah, DPS membantu menciptakan
lingkungan bisnis yang lebih bermutu dan transparan.

Fungsi DPS ini sangat penting untuk memastikan bahwa industri keuangan
syariah di Indonesia dapatt tumbuh dengan baik, menjaga integritasnya, dan
memberikan layanan yang sesuai dengan prinsip-priinsip syariah. Ini juga
membangun kepercayaan di antara nasabah dan masyarakat terhadap produk
dan layanan keuangan syariah yang tersedia di Indonesia.

3. Sejarah Pembentukan Dewan Pengawas Syariah

Sejarah Pembentukan Dewan Pengawas Syariah (DPS) di Indonesia


adalah elemen penting yang harus dipahami dalam konteks perannya dalam
industri keuangan syariah di negara ini. Menjelaskan sejarah pembentukan
DPS akan membantu menjelaskan bagaimana dan mengapa DPS menjadi
entitas kunci dalam pengembangan industri keuangan syariah di Indonesia, Di
bawah ini adalah penjelasan terperinci tentang sejarah pembentukan DPS:

a. Awal Perkembangan Keuangan Syariah di Indonesia:

1) Industri keuangan syariah di Indonesia dimulai pada awal tahun 1990-


an ketika bank-bank syariah pertama didirikan.
2) Pada saat itu, belum ada badan resmi yang mengawasi dan mengatur
aktivitas keuangan syariah.

b. Tahun 2004: Fatwa MUI Tentang DPS:

1) Pada thun 2004, Majelis Ullama Indonesia (MUI) mengeluarkan fatwa


yang memberikan arahan untuk mendirikan Dewan Pengawas Syariiah
sebagai badan iindependen yang bertugas mengawasi produk dan
layanan keuangan syariah di Indonesia.
2) Fatwa ini merupakan langkah awal dalam pengenalan DPS di
Indonesia.

c. 2006: Pendirian OJK dan Rencana DPS:

1) Pada tahun 2006, pemerintah Indonesia mendirikan Otoritas Jasa


Keuangan (OJK) untuk mengawasi seluruh sektor keuangan, termasuk
keuangan syariah.
2) OJK mulai merencanakan pembentukan DPS sebagai bagian dari
upaya untuk mengembangkan industri keuangan syariah yang lebih
terstruktur.

d. 2011: Peraturan OJK Terbit:

1) Pada tahun 2011, OJK menerbitkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan


Nomor 21/POJK.03/2011 yang mengatur tentang DPS. Peraturan ini
menetapkan kerangka kerja dan tugas DPS dalam mengawasi
lembaga-lembaga keuangan syariah.

e. Pembentukan DPS:

1) Setelah peraturan tersebut dikeluarkan, berbagai lembaga keuangan


syariah di Indonesia mulai membentuk Dewan Pengawas Syariah
sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
2) DPS-dps ini terdiri dari para ahli syariah yang memiliki pemahaman
yang mendalam tentang hukum Islam dan prinsip-prinsip keuangan
syariah.

f. Pengawasan yang Berkelanjutan:

1) Sejak terbentuknya, DPS telah berperan dalam mengawasi dan


memastikan kepatuhan lembaga-lembaga keuangan syariah di
Indonesia terhadap prinsip-prinsip syariah.
2) DPS juga telah menerbitkan panduan dan fatwa yang relevan untuk
memberikan pedoman bagi industri keuangan syariah di Indonesia.

Sejarah pembentukan DPS mencerminkan keseriusan pemerintah


Indonesia dalam memajukan industri keuangan syariah yang berkualitas dan
berintegritas. Ini juga menjadi tonggak penting dalam membentuk lingkungan
bisnis yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah dan membangun
kepercayaan masyarakat terhadap produk dan layanan keuangan syariah di
Indonesia.

4. Pengertian Dewan Pengawas Nasional

"Pengertian Dewan Pengawas Nasional Syariah" (DPNS) merujuk pada


sebuah entitas yang bertanggung jawab atas pengawasan dan pengaturan
seluruh sektor keuangan syariah di tingkat nasional. DPNS memiliki peran yang
lebih luas daripada Dewan Pengawas Syariah (DPS), yang lebih fokus pada
pengawasan individu lembaga keuangan. Berikut adalah penjelasan terperinci
tentang "Pengertian Dewan Pengawas Nasional Syariah":

Pengertian Dewan Pengawas Nasional Syariah (DPNS):

DPNS merupakan sebuah badan atau lembaga yang bertugas


mengawasi, mengatur, dan mengkoordinasikan seluruh sektor keuangan
syariah di tingkat nasional. Fungsi utama DPNS adalah membentuk kebijakan,
memastikan koherensi, dan mendukung perkembangan industri keuangan
syariah di negara tersebut.

Peran dan Fungsi DPNS:

a. Koordinasi Antar Lembaga Keuangan Syariah: DPNS berperan dalam


mengoordinasikan berbagai lembaga keuangan syariiah seperti bank
syariiah, perusahaan asuransi syariiah, dan pasar modal syariiah.
Tujuannya adalah untuk menghindari tumpang tindih dan menciptakan
sinergi antara mereka.
b. Pengaturan dan Kebijakan: DPNS memiliki kewenangan untuk
merumuskan kebijakan nasional dan regulasi untuk industri keuangan
syariah. Ini mencakup pedoman operasional, standar kepatuhan syariah,
serta peraturan yang mengatur berbagai aspek industri ini.
c. Pengawasan dan Pengendalian Risiko Sistemik: DPNS bertanggung
jawab untuk mengawasi risiko sistemik yang mungkin timbul dari aktivitas
lembaga keuangan syariah dan mengambil tindakan yang diperlukan untuk
mengurangi risiko-risiko tersebut.
d. Penyelesaian Sengketa Nasional: DPNS dapat berperan dalam
menyelesaikan sengketa yang melibatkan lembaga keuangan syariah di
tingkat nasional, terutama jika sengketa tersebut memiliki dampak sistemik.
e. Pengembangan Industri: DPNS juga berperan dalam mempromosikan
pertumbuhan dan perkembangan industri keuangan syariah secara
keseluruhan. Ini termasuk mendukung inovasi produk dan layanan syariah,
serta menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan industri ini.

Peran DPNS di Indonesia:

Di Indonesia, DPNS dapat merujuk pada entitas seperti Dewan


Pengawas Syariah Nasional (DPSN) atau badan serupa yang memiliki
kewenangan nasional dalam mengatur dan mengawasi industri keuangan
syariah. DPNS memainkan peran penting dalam menjaga koherensi dan
integritas industri keuangan syariah di Indonesia serta memastikan bahwa
lembaga-lembaga keuangan syariah di seluruh negara mematuhi prinsip-prinsip
syariah dengan baik.

5. Peran Dewan Pengawas Nasional

Peran Dewan Pengawas Nasional (DPNS) mengatur dan mengawasi


secara komprehensif sektor keuangan syariah di tingkat nasional di Indonesia.
DPNS memiliki tanggung jawab strategis dalam merumuskan kebijakan,
melakukan pengawasan, dan mendukung perkembangan industri keuangan
syariah. Berikut adalah penjelasan yang lebih mendalam tentang peran DPNS:

a. Pengaturan dan Kebijakan:

1) Salah satu fungsi utama DPNS adalah merumuskan kebijakan dan


regulasi yang terkait dengan industri keuangan syariah di tingkat
nasional. Ini mencakup penerbitan pedoman operasional, peraturan
kepatuhan syariah, dan regulasi yang mengatur berbagai aspek industri
ini.
2) DPNS berperan penting dalam menciptakan kerangka hukum yang
jellas dan stabil bagii lembaga-lembaga keuangan syariiah di seluruh
negeri.
b. Koordinasi antar Lembaga Keuangan Syariah:

1) DPNS memiliki tanggung jawab untuk mengkoordinasikan berbagai


lembaga keuangan syariah, seperti bank syariah, perusahaan asuransi
syariah, dan pasar modal syariah. Tujuannya adalah untuk menghindari
tumpang tindih dan menciptakan sinergi di antara mereka.
2) Koordinasi ini membantu memastikan bahwa lembaga-lembaga
keuangan syariah dapat beroperasi secara efisien dan sesuai dengan
prinsip-prinsip syariah yang telah ditetapkan.

c. Pengawasan dan Pengendalian Risiko Sistemik:

1) DPNS memiliki tugas untuk mengawasi risiko-risiko sistemik yang


mungkin timbul dari aktivitas lembaga keuangan syariah. Hal ini
bertujuan untuk mencegah terjadinya krisis keuangan yang dapat
mengganggu stabilitas sistem keuangan.
2) DPNS mengambiil langkah-langkah yang diiperlukan untuk mengurangi
risiko-risiko sistemik ini dan memastikan bahwa lembaga-lembaga
keuangan syariah memiliki tata kelola yang baik.

d. Penyelesaian Sengketa Nasional:

1) DPNS juga dapat berperan dalam menyelesaikan sengketa yang


melibatkan lembaga keuangan syariah di tingkat nasional. Ini mencakup
sengketa antara lembaga keuangan syariah dan nasabahnya atau
sengketa antara lembaga keuangan syariah yang melibatkan aspek
syariah tertentu.
2) Tujuannya adalah untuk memastikan adanya keadilan dan kepatuhan
terhadap prinsip-prinsip syariah.

e. Pengembangan Industri Keuangan Syariah:

1) DPNS berperan dalam mempromosikan pertumbuhan dan


pengembangan industri keuangan syariah secara keseluruhan. Ini
melibatkan dukungan terhadap inovasi produk dan layanan syariah
serta menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan industri
ini.
2) DPNS bekerja sama dengan pemangku kepentingan terkait untuk
mengidentifikasi peluang dan tantangan dalam industri keuangan
syariah.

6. Perkembangan Industri Keuangan Syariah di Indonesia

Secara keseluruhan, kebijakan perkembangan perbankan syariiah di


Indonesia bellum mencapai target yang diharapkan. Berdasarkan Global Islamic
Financial Report (GIFR) thun 2014, Indonesia mengalami penurunan peringkat
dari urutan keempat pada tahun 2011 menjadi urutan ketujuh. Meskipun memiliki
potensi besar dan kondisi yang mendukung untuk perkembangan industri
keuangan syariah setelah negara-negara seperti Iran, Malaysia, dan Saudi Arabia,
namun jika kita meninjau beberapa faktor seperti jumlah bank syariah, lembaga
keuangan non-bank syariah, dan ukuran aset keuangan syariah yang memiliki
pengaruh besar dalam indeks tersebut, dapat disimpulkan bahwa perkembangan
perbankan syariah di Indonesia stagnan dan belum menunjukkan perkembangan
yang signifikan dari tahun ke tahun. (Syukron, 2013)

"Perkembangan Industri Keuangan Syariah di Indonesia" mengacu pada


kemajuan dan pertumbuhan sektor keuangan yang berbasis pada prinsip-prinsip
syariah di Indonesia. Konsep ini menjadi sangat relevan karena memberikan latar
belakang dan konteks untuk peran Dewan Pengawas Syariah (DPS) dan Dewan
Pengawas Nasional Syariah (DPNS). Berikut adalah penjelasan yang lebih rinci
tentang perkembangan industri keuangan syariah di Indonesia:

a. Awal Perkembangan:

1) Anda dapat memulai dengan memberikan gambaran singkat tentang asal-


usul perkembangan industri keuangan syariah di Indonesia. Ini bisa
mencakup pengaruh Islam dalam budaya dan ekonomi Indonesia.

b. Regulasi Awal:

1) Jelaskan langkah pertama dalam pengembangan industri keuangan syariah


di Indonesia, termasuk pembentukan regulasi awal yang mendukungnya. Ini
bisa mencakup pendirian lembaga pengawasan pertama yang terkait
dengan syariah.
c. Pertumbuhan Sektor Keuangan Syariah:

1) Diskusikan pertumbuhan berbagai sektor keuangan syariiah di Indonesiia,


seperti bank syariah, asuransi syariah, pasar modal syariah, dan lainnya.
Jelaskan bagaimana sektor-sektor ini berkembang dan berkontribusi pada
ekonomi Indonesia.

d. Peran DPS dan DPNS:

1) Terangkan bagaimana Dewan Pengawas Syariah (DPS) dan Dewan


Pengawas Nasional Syariah (DPNS) berperan dallam mengawasi dan
mengatur industri keuangan syariah. Ini termasuk peran mereka dalam
menjaga kepatuhan terhadap prinsip-prinsip syariah.

e. Dampak Positif:

1) Diskusikan dampak positif dari perkembangan industri keuangan syariiah di


Indonesiia, seperti inklusi keuangan yang lebih luas, pertumbuhan ekonomi,
dan kontribusi pada pembangunan berkelanjutan.

Penjelasan mengenai perkembangan industrii keuangan syariiah di


Indonesiia akan memberikan kerangka kerja yang penting untuk memahami
peran Dewan Pengawas Syariiah (DPS) dan Dewan Pengawas Nasional
Syariiah (DPNS) dallam mengatur dan mengawasi industri ini.
C. KESIMPULAN

Secara keseluruhan, kehadiran Dewan Pengawas Syariah dan Dewan


Pengawas Nasional di Indonesia memiliki dampak positif yang signifikan pada sektor
keuangan syariah. Pertama, peran penting yang mereka mainkan adalah dalam
menjaga agar lembaga keuangan berbasis syariah tetap patuh terhadap prinsip-prinsip
syariah, yang pada gilirannya meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap produk
dan layanan keuangan syariah. Kedua, peran pengawasan ini berkontribusi pada
perkembangan yang lebih terstruktur dan transparan dalam industri keuangan syariah
di Indonesia. Terakhir, kehadiran Dewan Pengawas Syariah dan Dewan Pengawas
Nasional juga memberikan kesempatan bagi mahasiswa dan para profesional untuk
memahami prinsip-prinsip syariah dalam konteks keuangan, meningkatkan
keterampilan analisis kritis mereka, dan mempersiapkan diri untuk berperan aktif dalam
sektor ini di masa mendatang.

Kaitannya dengan ini, pencapaian pembelajaran yang telah disebutkan


sebelumnya menjadi sangat relevan. Mahasiswa dan para profesional yang telah
mendapatkan pendidikan yang memadai mengenai peran dan fungsi Dewan
Pengawas Syariah serta Dewan Pengawas Nasional akan lebih siap untuk
berpartisipasi dalam pertumbuhan sektor keuangan syariah yang berkembang pesat di
Indonesia. Mereka juga akan memiliki pemahaman yang lebih mendalam tentang
prinsip-prinsip syariah dalam konteks keuangan, yang membantu memastikan bahwa
praktik-praktik keuangan dijalankan sesuai dengan nilai-nilai syariah yang
mendasarinya. Kesadaran akan pentingnya pengawasan dan kepatuhan terhadap
prinsip-prinsip syariah akan terus mendorong pertumbuhan yang positif dalam industri
keuangan syariah di masa depan.
D. LATIHAN SOAL

1. Apakah peranan utama yang dimainkan oleh Dewan Pengawas Syariiah dalam
mengawasii industri keuangan syariiah di Indonesiia?
2. Mengapa pentingnya keberadaan Dewan Pengawas Nasional dalam
pengawasan aktivitas Dewan Pengawas Syariiah di Indonesia?
3. Bagaimana Dewan Pengawas Syariiah dan Dewan Pengawas Nasional turut
berperan dalam mendorong perkembangan industri keuangan syariah?
DAFTAR PUSTAKA

Ilyas, R. (2021). Peran Dewan Pengawas Syariah Dalam Perbankan Syariah. JPS (Jurnal
Perbankan Syariah), 2(1), 42–53. https://doi.org/10.46367/jps.v2i1.295
Prabowo, B. A., & Jamal, J. Bin. (2017). Peranan Dewan Pengawas Syariah terhadap
Praktik Kepatuhan Syariah dalam Perbankan Syariah di Indonesia. Jurnal Hukum IUS
QUIA IUSTUM, 24(1), 113–129. https://doi.org/10.20885/iustum.vol24.iss1.art6
Syukron, A. (2013). Dinamika perkembangan perbankan syariah di Indonesia. Economic:
Journal of Economic and Islamic Law, 3(2), 28–53.
Iqbal. & Llewen, N. T. (2015). "IslLamic BankiInk and Fiinance; New Perspectiives Profit-
Shariing & Riskk." Edwardo Ellgar Publiishing.
Hasan, (2007). "Chalenges in Isllamic Fiinance: An Overview Pasific Bain France Journal,
28, 1-7.
El-Qorii, M. (2019). "Islami Finence Gearr Up." Internatiional -Monetary Fund.
PROFIL PENULIS

Muhamad Yuladi Firichal, Lahir pada tanggal 12


Februari 2000 di Tangerang, Banten, Berasal
dari keluarga yang berkultur Jawa dan Santri,
setelah menyelesaikan pendidikan SMA, Yuladi
melanjutkan pendidikannya ke pondok pesantren
yang ada di Jawa Timur dan setelah itu
melakukan tugas pengabdian mengajar pada
suatu Yayasan di Kota Dumai Provinsi Riau
selama 2 Tahun.
Pada tahun 2022, Yuladi melanjutkan pendidikan
S1 di Universitas Pamulang dan saat ini sudah
menempuh semester ke 2, dan di waktu hari lain
pembelajaran Kuliah, Yuladi juga bekerja di
suatu perusahaan PT penyedia jasa pelatihan UKM yang sudah mengajar atau
menjadi Narasumber di Dinas PPKUKM maupun Dinas KPKP yang ada di
Provinsi DKI Jakarta dan juga sudah menjadi Narasumber Pelatihan
Pengolahan Pangan di Disperindag Kab.Belitung Timur. Karya pertamanya
yang berjudul “Penerapan Sistem syariah di Bank BCA” dan Tulisan di buku ini
adalah karya kedua, semoga karya ini bisa bermanfaat bagi pembacanya.
Terimakasih atas antusiasnya semoga kita semua sukses selalu.

Penulis Bernama lengkap NASIR tempat lahir renah


sungai besar 03 agustus 1999 ia adalah anak pertama
dari dua bersaudara,ia alumni MAS NURUL YAQIN
sebuah pondok pesantren nurul yaqin di provinsi
jambi jurusan IPS lulusan tahun 2020 dan sekarang
menempuh Pendidikan di perguruan tinggi universitas
pamulang prodi ekonomi syariah,dan sedang
menjalani semester ke 2 Selain menempuh
Pendidikan di perguruan tinggi ia juga mengambil
kegiatan sampingan seperti bekerja sebagai salah
satu karyawan di roti Maryam salman di sebuah
perusahaan roti Maryam salman yang berada di stasiun sudimara. Karya
pertamanya yang berjudul “Perilaku Penjual di Pasar Ciputat dalam Perspektif
Islam” dan Tulisan ini adalah Karya Kedua yang ditulis, semoga karya ini bisa
bermanfaat bagi pembacanya. Terimakasih atas antusiasnya semoga kita
semua sukses selalu.

Anda mungkin juga menyukai