Anda di halaman 1dari 2

Nama : Ahmad Arwani_2B

NPM : 4321600053

TUGAS EKONOMI DAN BISNIS SYARIAH

Artikel Tentang Badan Pengawasan Bisnis Syariah.

Dewan Pengawas Syariah adalah lembaga yang mengawasi aktivitas keuangan syariah di
Indonesia agar berjalan sesuai dengan prinsip atau syariat Islam. Prinsip syariah yang dimaksud
adalah kegiatan dalam penghimpunan dana, pembiayaan dan kegiatan jasa yang tidak mengandung
unsur riba, maisir, gharar, haram, dan zalim.

Keuangan syariah memiliki peluang yang cukup menjanjikan di mana Indonesia adalah
negara dengan jumlah pemeluk agama Islam terbesar di dunia. Maka dari itu, diperlukan variasi
produk dalam keuangan syariah dan juga pengawasan yang ketat oleh lembaga independen. Sejalan
dengan perkembangan lembaga-lembaga keuangan syariah,ulama semakin tertuntut untuk turut
serta dalam memberikan masukan untuk kemajuan lembaga tersebut.

Majelis Ulama Indonesia (MUI) membentuk Dewan Syariah Nasional (DSN) yang dianggap
sebagai langkah efisien untuk mengkoordinasikan ulama dalam menanggapi isu-isu yang
berhubungan dengan masalah ekonomi atau keuangan. Dewan Syariah Nasional (DSN) adalah
dewan yang dibentuk oleh Majelis Ulama Indonesia yang bertugas dan memiliki kewenangan untuk
menetapkan fatwa tentang produk dan jasa dalam kegiatan usaha bank yang melaksanakan Kegiatan
Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah. DSN juga merupakan bagian dari Majelis Ulama Indonesia dan
membantu pihak terkait, seperti Departemen keuangan, Bank Indonesia, dan lain-lain dalam
menyusun peraturan atauketentuan untuk lembaga keuangan syariah. DSN diharapkan berfungsi
sebagai pendorong penerapan ajaran Islam dalamkehidupan ekonomi. Oleh karena itu, DSN
berperan serta secara proaktif dalam menanggapi perkembangan masyarakat Indonesia dalam
bidang ekonomi dan keuangan.

Dewan Pengawasan Syariah (DPS) adalah lembaga pengawasan syariah yang bertugas
mengawasi operasional dan praktik LKS agar tetap konsisten dan berpegang teguh kepada prinsip
syariah. Secara rinci, tugas Dewan Pengawas Syariah antara lain menilai dan memastikan
pemenuhan prinsip syariah atas pedoman operasional dan produk yang dikeluarkan lembaga
keuangan syariah, melakukan pengawasan baik secara aktif maupun secara pasif, sebagai mediator
antara lembaga keuangan syariah dan DSN dalam mengkomunikasikan antara usul dan saran
pengembangan produk dan jasa dari lembaga keuangan syariah yang memerlukan kajian dan fatwa
dari DSN. Fungsi lain DPS adalah meminta fatwa kepada Dewan Syariah Nasional (DSN) untuk produk
baru bank yang belum ada fatwanya, merumuskan permasalahan yang memerlukan pengesahan
DSN, melaporkan kegiatan usaha serta perkembangan lembaga keuangan syariah yang diawasinya
kepada DSN sekurang-kurangnya satu kali dalam setahun.

Peran Dewan Pengawasan Syariah (DPS), DPS berperan sebagai pengawas dari lembaga
keuangan syariah yang mengawasi setiap operasional kegiatan pebankan syariah baik itu bank
syariah, asuransi syariah, pasar modal syariah dan lain-lain, sehingga semua lembaga keuangan
syariah dapat berjalan sesuai dengan tuntutan syariat Islam.

Dasar hukum Dewan Pengawas Syariah (DPS) terdapat dalam Pasal 32 Undang-Undang
nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah yang menjelaskan bahwa:
1. Dewan Pengawas Syariah wajib dibentuk di Bank Syariah dan Bank Umum Konvensional yang
memiliki UUS.

2. Dewan Pengawas Syariah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diangkat Oleh Rapat Umum
Pemegang Saham atas rekomendasi Majelis Ulama Indonesia.

3. Dewan Pengawas Syariah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertugas Memberikan nasihat dan
saran kepada direksi serta mengawasi kegiatan Bank agar sesuai dengan Prinsip Syariah.

4. Ketentuan lebih lanjut mengenai pembentukan Dewan Pengawas Syariah Sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Bank Indonesia.

Pengawasan bank syariah memiliki dua sistem, yaitu pengawasan dari aspek:

1. kondisi keuangan, kepatuhan pada ketentuan perbankan secara umum dan prinsip kehati-hatian
bank.

2. Pemenuhan prinsip syariah dalam kegiatan operasional bank. Berkaitan dengan hal itu maka
struktur pengawasan perbankan syariah lebih bersifat multilayer yang secara ideal akan terdiri dari
sistem pengawasan internal yang dilaksanakan oleh DPS, yang lebih bersifat mengatur ke dalam dan
dilakukan agar ada mekanisme dan sistem kontrol untuk kepentingan manajemen dan sistem
pengawasan eksternal yang dilakukan oleh DSN yang pada dasarnya untuk memenuhi kepentingan
nasabah dan kepentingan publik secara umum.

Anda mungkin juga menyukai