PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sehubungan dengan pesatnya perkembangan ekonomi di Indonesia
yang ditandai dengan munculnya lembaga keuangan baik syariah maupun
non-syariah yang berperan sebagai mediator antara pemodal dan
pengusaha. Namun terdapat banyak praktik-praktik yang dilakukan oleh
lembaga keuangan syariah tersebut tidak sesuai dengan prinsip-prinsip
syariah, salah satunya ada;ah praktik riba’ yang dilakukan dalam rangka
meraup keuntungan sebanyak mungkin serta merugikan orang lain.
1
pengawasan yang melibatkan empat pihak, yaitu: pemegang saham (dewan
komisaris), pengurus bank, dewan pengawas syariah (DPS) dan/atau dewan
syariah nasional (DSN), serta nasabah deposan. Pihak-pihak tersebut
mempunyai batasan hak, kewanangan, dan kepentingan yang berbeda untuk
menghindari konflik. Adapun di dalam karya ilmiah ini akan dibahas salah
satu dari empat pihak tersebut, yakni hal-hal mengenai dewan syariah
nasional (DSN).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah adanya dewan syariah nasional (DSN)?
2. Apa pengertian dewan syariah nasional (DSN)?
3. Apa dasar hukum dewan syariah nasional (DSN)?
4. Bagaimana peran, tugas, fungsi, serta kewenangan dewan syariah
nasional (DSN)?
5. Bagaimana mekanisme kerja dewan syariah nasional (DSN)?
C. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
1
Rahmat Ilyas, “Peran Dewan Pengawas Syariah dalam Perbankan Syariah”, Jurnal
perbankan Syariah, Vol. 2, No, 1 (April 2021), 45.
2
Situs Resmi DSN, “Dewan Syariah Nasional” https ://dsnmui.or.id/kami/sekilas/ (diakses
pada 8 september 2023, pukul 20.55).
3
1. Lokakarya Ulama Tentang Reksadana Syariah yang
diselenggarakan MUI pusat pada tanggal 29-30 juli 1997 di jakarta
merekomendasikan perlunya sebuah lembaga yang menangani
masalah-masalah yang berhubungan dengan LKS
2. Majelis Ulama Indonesia mengadakan rapat tim yang berhubungan
dengan aktivitas LKS
3. Dewan pimpinan MUI menerbitkan SK No. Kep-754/MUI/II/1999
tanggal 10 februari 1999 tentang pembentukan DSN.
B. Pengertian Dewan Syariah Nasional (DSN)
Dewan Syariah Nasional menurut Pasal 1 ayat (9) PBI adalah dewan
yang dibentuk oleh MUI yang bertugas dan memiiliki kewenangan untuk
menetapkan Fatwa tentang produk dan jasa dalam kegiatan usaha
berdasarkan prinsip Syariah. DSN bertugas menangani masalah-masalah
yang berhubungan dengan aktivitas ekonomi syariah, serta menjadi
pengawas, pengarag, serta pendorong penerapan prinsip-prinsip syariah
dalam ekonomi.3
3
Cik Basir, Sengketa Perbankan Syariah. (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2005),
Hal. 60
4
Syariah dan Pembukaan Kantor Bank yang melaksanakan kegiatan
usaha berdasarkan Prinsip Syariah oleh Bank Umum Konvensional.
4
Agus Waluyo, “Kepatuhan Bank Syariah Terhadap Fatwa Dewan Stariah Nasional Pasca
Transformasi ke dalam Hukum Positif”, Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan, Vol. 10, No. 2
(Desember 2016), 524.
5
Rahmat Ilyas, “Peran Dewan Pengawas Syariah dalam Perbankan Syariah”…45.
6
Rahmat Ilyas, “Peran Dewan Pengawas Syariah dalam Perbankan Syariah”…47.
5
asuransi, reksadana, modal ventura, dan lain sebagainya yang melakukan
aktivitas ekonomi syariah. Untuk keperluan pengawasan tersebut, DSN
membuat garis panduan produk syariah yang diambil dari sumber-sumber
hukum Islam. Garis panduan ini menjadi dasar pengawasan bagi DPS pada
lembaga-lembaga keuangan syariah dan menjadi dasar pengembangan
produk dan jasa keuangan syariah.7 Fungsi lain DSN adalah meneliti dan
memberi fatwa bagi produk-produk yang dikembangkan oleh lembaga
keuangan syariah.8
7
Ridwan Nurdin, Hukum Ekonomi Syariah Substansi dan Pendekatan, (Banda Aceh:
Sahifah, 2018), hal. 37.
8
Rahmat Ilyas, “Peran Dewan Pengawas Syariah dalam Perbankan Syariah”…45.
9
Rahmat Ilyas, “Peran Dewan Pengawas Syariah dalam Perbankan Syariah”…48.
10
Irwan Misbach, “Kedudukan dan fungsi Dewan pengawas Syariah dalam Mengawasi
Transaksi Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia”, Jurnal Alauddin Makassar, 83.
6
a) Menumbuh kembangkan penerapan nilai-nilai syari’ah dalam
kegiatan perekonomian pada umumnya dan keuangan pada
khususnya.
b) Mengeluarkan fatwa atas jenis-jenis kegiatan keuangan syariah.
c) Mengeluarkan fatwa atas produk dan jasa keuangan syari’ah.
d) Mengawasi penerapan fatwa yang telah dikeluarkan.
4. Wewenang DSN
Wewenang yang diberikan oleh MUI kepada DSN adalah sebagai
berikut:
a) Mengeluarkan fatwa yang mengikat Dewan Pengawas Syariah
di masing-masing lembaga keuangan syariah dan menjadi dasar
Tindakan hukum pihak terkait.
b) Mengeluarkan fatwa yang menjadi landasan bagi
ketentuan/peraturan yang dikeluarkan oleh instansi berwenang,
seperti Depkeu dan BI.
c) Memberikan rekomendasi dan/atau mencabut rekomendasi
nama-nama yang akan duduk sebagai Dewan Pengawas Syariah
pada suatu Lembaga keuangan syariah.
d) Mengundang para ahli menjelaskan suatu masalah yang
diperlukan dalam pembahasan ekonomi syariah termasuk
otoritas moneter/Lembaga keuangan dalam dan luar negeri.
e) Memberikan peringatan kepada lembaga keuangan syariah
f) Menghentikan penyimpangan dari fatwa yang telah dikeluarkan
Dewan Syariah Nasional.
g) Mengusulkan kepada instansi berwenang untuk mengambil
tindakan apabila peringatan tidak diindahkan. 11
11
Dikutip oleh Jaih Mubarok dalam Perkembangan Fatwa Ekonomi Syariah,(Bandung:
Pustaka Bani Quraisy,2004),hal. 13 dari Lampiran Keputusan MUI No. Kep-98/MUI/III/2001
tentang Susunan Pengurus DSN MUI masa bakti Tahun 2000-2005, tentang Pedoman DSN-MUI
(bagin-IV,2). Lihat Petunjuk Pelaksanaan Pembukaan Kantor Bank Syariah, hal 22-23.
7
E. Mekanisme DSN
12
Dikutip oleh Jaih Mubarok dalam Perkembangan Fatwa Ekonomi
Syariah,(Bandung:Pustaka Bani Quraisy,2004), hal. 14 dari Lampiran Keputusan MUI No. Kep-
98/MUI/III/2001 tentang Susunan Pengurus DSN MUI masa bakti Tahun 2000-2005, tentang
Pedoman DSN-MUI (bagin-V,A)
8
2) Sekretariat yang dipimpin oleh sekretaris paling lambat setelah
satu hari kerja setelah menerima usulan atau pernyataan,
menyampaikan permasalahan tersebut kepada ketua
3) Ketua Badan Pelaksana Harian DSN bersama anggota dan staf
ahli selambat-lambatnya 20 hari kerja setelah usulan atau
pernyataan itu ada, membuat memorandum khusus yang berisi
telah dan pembahasan pernyataan atau usulan yang ada
4) Ketua Badan Pelaksana Harian DSN membawa hasil
pembahasan tersebut ke dalam rapat pleno DSN untuk mendapat
pengesahan
5) Fatwa atau memorandum DSN ditandatangani oleh Ketua dan
Sekretaris DSN.13
c) Mekanisme kerja berkaitan dengan dewan pengawas syariah (DPS)
1) DPS melakukan pengawasan secara periodik pada lembaga
keuangan syariah yang berada di bawah pengawasannya
2) DPS berkewajiban mengajukan usul-usul pengembangan
lembaga keuangan syariah pada pimpinan lembaga yang
bersangkutan dan kepada DSN
3) DPS melaporkan perkembangan produk dan operasional
lembaga keuangan syariah yang diawasinya kepada DSN
sekurang-kurangnya dua kali dalam satu tahun anggaran
4) DPS merumuskan permasalahan-permasalahan yang
memerlukan pembahasan DSN.14
13
Dikutip oleh Ridwan Nurdin dalam Hukum Ekonomi Syariah, (Banda Aceh:Sahifah,
2018), hal. 39-40 dari Lampiran Keputusan MUI No. Kep-98/MUI/III/2001 tentang Sususan
Pengurus DSN MUI masa bakti Tahun 2000-2005, tentang Pedoman DSN-MUI (bagin V, B).
14
Dikutip oleh Ridwan Nurdin dalam Hukum Ekonomi Syariah, (Banda Aceh: Sahifah,
2018), hal. 40-41 dari Lampiran Keputusan MUI No. Kep-98/MUI/III/2001 tentang Sususan
Pengurus DSN MUI masa bakti Tahun 2000-2005, tentang Pedoman DSN-MUI (bagin V, C).
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. MUI membentuk suatu dewan syariah yang berskala nasional yang
bernama dewan syariah nasional (DSN), berdiri pada tanggal 10
Februari 1999 sesuai dengan surat keputusan (SK) MUI nomor kep-
754/MUI/II/1999.
2. Dewan Syariah Nasional menurut Pasal 1 ayat (9) PBI adalah dewan
yang dibentuk oleh MUI yang bertugas dan memiiliki kewenangan
untuk menetapkan Fatwa tentang produk dan jasa dalam kegiatan usaha
berdasarkan prinsip Syariah.
3. Undang-undang nomor 21 tahun 2008 tentang perbankan syariah pasal
32 maupun undang-undang nomor 40 tahun 2007 tentang perseroan
terbatas pasal 109 yang pada intinya bahwa DPS wajib dibentuk di bank
syariah maupun perseroan yang menjalankan kegiatan usaha
berdasarkan prinsip syariah. DPS tersebut hanya dapat diangkat jika
telah mendapatkan rekomendasi DSN MUI.
4. Peran : Dewan syariah merupakan sebuah lembaga yang berperan
dalam menjamin ke-islaman keuangan syariah diseluruh dunia. Di
Indonesia peran ini dijalankan oleh DSN yang dibentuk oleh Majelis
Ulama Indonesia (MUI).
Fungsi : Fungsi utama DSN adalah mengawasi produk-produk lembaga
kuangan syariah agar sesuai dengan syariah Islam.
Tugas : Tugas pokok Dewan Syari’ah Nasional, diantaranya adalah:
(a)Menumbuh kembangkan penerapan nilai-nilai syari’ah dalam
kegiatan perekonomian pada umumnya dan keuangan pada khususnya.
(b)Mengeluarkan fatwa atas jenis-jenis kegiatan keuangan syariah,
(c)Mengeluarkan fatwa atas produk dan jasa keuangan syari’ah,
(d)Mengawasi penerapan fatwa yang telah dikeluarkan.
10
Wewenang : (a) Mengeluarkan fatwa yang mengikat Dewan
Pengawas Syariah di masing-masing lembaga keuangan syariah dan
menjadi dasar Tindakan hukum pihak terkait, (b) Mengeluarkan
fatwa yang menjadi landasan bagi ketentuan/peraturan yang
dikeluarkan oleh instansi berwenang, seperti Depkeu dan BI, (c)
Memberikan rekomendasi dan/atau mencabut rekomendasi nama-nama
yang akan duduk sebagai Dewan Pengawas Syariah pada suatu
Lembaga keuangan syariah, (d) Mengundang para ahli menjelaskan
suatu masalah yang diperlukan dalam pembahasan ekonomi syariah
termasuk otoritas moneter/Lembaga keuangan dalam dan luar negeri,
(e) Memberikan peringatan kepada lembaga keuangan syariah, (f)
Menghentikan penyimpangan dari fatwa yang telah dikeluarkan Dewan
Syariah Nasional, (g) Mengusulkan kepada instansi berwenang untuk
mengambil tindakan apabila peringatan tidak diindahkan.
5. Dalam mekanisme kerja DSN terdapat tiga unsur yang perlu diperhatikan,
yakni: DSN, Badan Pelaksana Harian DSN, dan Dewan Pengawas Syariah
(DPS).
11
DAFTAR PUSTAKA
12