Kelompok 11 :
FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2021
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr.wb,
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan hidayahnya
sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Peran Dewan
Pengawas Syariah dan Dewan Syariah Nasional”. Makalah ini kami susun guna
memehuni tugas Siklus Audit. Tidak lupa pula kami sampaikan terimakasih kepada
Bapak Dr. Hardiwinoto, M.Si selaku dosen pengampu mata kuliah Perbankan Syariah.
Terlepas dari itu semua, kami menyadari seutuhnya bahwa makalah ini masih
jauh dari kata sempurna baik dari segi susunan kalimat, kata maupun tata bahasanya.
Oleh karena itu, kami terbuka menerima segala masukan dan kritik yang bersifat
membangun dari pembaca sehingga kami bisa memperbaiki Makalah ini menjadi
Makalah yang lebih baik dan benar.
Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada pembaca yang sudah
berkenan membaca makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat. Harapan
penulis semoga makalah ini dapat menambah khazah keilmuan para pembaca. Aminn.
Wassalamualaikum wr.wb
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................iii
BAB I................................................................................................................................1
PENDAHULUAN............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan.................................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................3
PEMBAHASAN...............................................................................................................3
2.1 Dewan Syari’ah Nasional...................................................................................3
2.1.1 Dasar Hukum Terbentuknya Dewan Syari’ah Nasional.................................3
2.1.2 Kedudukan, Status dan Anggota.....................................................................4
2.1.3 Tugas dan Wewenang.....................................................................................6
2.1.4 Mekanisme Kerja............................................................................................7
2.2 Dewan Pengawas Syari’ah..................................................................................8
2.2.1 Dasar Hukum Terbentuknya Dewan Pengawas Syari’ah...............................8
2.2.2 Kedudukan Dewan Pengawas Syariah............................................................9
2.2.3 Peranan, Fungsi dan Tugas Dewan Pengawas Syariah.................................11
2.2.4 Posisi Dewan Pengawas Syari’ah pada Bank Syari’ah.................................13
2.3 Hubungan Antara Dewan Syari’ah Nasional dengan Dewan Pengawas
Syari’ah........................................................................................................................16
BAB III...........................................................................................................................18
PENUTUP......................................................................................................................18
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................19
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Industri perbankan syari’ah seharusnya dijalankan berdasarkan prinsip
dan sistem syari’ah. Karena itu, kesesuaian operasi dan praktek bank syariah
dengan syari’ah merupakan landasan dasar dalam perbankan syari’ah. Untuk
tujuan itulah semua perbankan yang beroperasi dengan sistem syari’ah wajib
memiliki institusi internal yang independen, yang secara khusus bertugas
memastikan bank tersebut berjalan sesuai syariah Islam, sebagaimana yang
diamanatkan dalam UU Perbankan No: 10 tahun 1998 yang menyebutkan bahwa
bank syari’ah mesti memiliki Dewan Pengawas Syari’ah.
Dengan semakin berkembangnya lembaga-lembaga keuangan syariah di
tanah air akhir-akhir ini dan adanya Dewan Pengawas Syari’ah pada setiap
lembaga keuangan, dipandang perlu didirikan Dewan Syari’ah Nasional yang
akan menampung berbagai masalah atau kasus yang memerlukan fatwa agar
diperoleh kesamaan dalam penanganannya dari masing-masing Dewan
Pengawas Syariah yang ada di lembaga keuangan syariah. Pembentukan Dewan
Syari’ah Nasional merupakan langkah efisiensi dan koordinasi para ulama dalam
menanggapi isu-isu yang berhubungan dengan masalah ekonomi atau keuangan.
Dewan Syariah Nasional diharapkan dapat berfungsi untuk mendorong
penerapan ajaran Islam dalam kehidupan ekonomi.
Dengan demikian dalam makalah ini akan dibahas mengenai Dewan
Syari’ah Nasional dan Dewan Pengawas Syari’ah, beserta tugas dan
wewenangnya di Lembaga Keuangan Syari’ah.
1
4. Apa Tugas Dewan Syari’ah Nasional dengan Dewan Pengawas Syari’ah?
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Otoritas syari’ah tertinggi di Indonesia berada pada Dewan Syari’ah
Nasional – Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI), yang merupakan
lembaga independen dalam mengeluarkan fatwa yang berhubungan
dengan semua masalah syari’ah, baik masalah ibadah maupun mu’amalah,
termasuk masalah ekonomi, keuangan dan perbankan.
Keberadaan Dewan Syari’ah Nasional (DSN) di luar struktur Bank
Sentral membuat otoritas fatwa ini independen, dan diakui secara nasional
dalam mengeluarkan keputusan dan fatwa yang berkaitan dengan masalah-
masalah syari’ah yang dihadapi oleh perbankan dan Lembaga Keuangan
Syari’ah lainnya. Namun demikian, karena beragamnya urusan yang
ditangani oleh DSN dan tidak adanya spesialisasi khusus di bidang
ekonomi, keuangan, dan perbankan syari’ah, tanggapan DSN terhadap
masalah yang dihadapi oleh Lembaga Keuangan Syari’ah menjadi kurang
responsif dan terlambat memenuhi kebutuhan pasar.
4
Indonesia (PRTD SN-MUI) pada pasal 1, juga dimuat mengenai
kedudukan dan status Dewan Syari’ah Nasional, diantaranya :
(1) DSN beranggotakan para ulama, praktisi dan pakar dalam bidang-
bidang yang terkait dengan perekonomian dan mu’amalah syari’ah
serta memiliki akhlak karimah.
(2) a. Anggota DSN ditunjuk dan diangkat oleh MUI untuk masa
bakti 4 (empat) tahun.
b. Setelah jangka waktu tersebut, yang bersangkutan dapat
diperimbangkan untuk diangkat kembali selama-lamanya dua
periode.
(3) a. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, DSN dibantu oleh
suatu badan yang dinamakan Badan Pelaksana Harian Dewan
Syari’ah Nasional, disingkat BPHDSN.
b. Anggota BPH-DSN ditunjuk dan diangkat oleh MUI.
(4) a. Anggota DSN berhak mendapat bantuan transport rapat.
b. Anggota BPH-DSN diberi bantuan transport bulanan.
(5) Bantuan transport anggota DSN dan BPH-DSN dibebankan pada
anggaran tahunan DSN.
(6) Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam
pasal 1 ayat (2) diatas, DSN mempunyai kewenangan untuk:
5
a. memberikan atau mencabut rekomendasi nama-nama yang
akan duduk sebagai anggota Dewan Pengawas Syari’ah
(DPS) pada suatu Lembaga Keuangan Syari’ah, dengan
memperhatikan pertimbangan dari BPH-DSN.
b. Mengeluarkan fatwa yang mengikat DPS di setiap
Lembaga Keuangan Syari’ah dan menjadi dasar tindakan
hukum pihak terkait.
c. Mengeluarkan fatwa yang menjadi landasan bagi ketentuan
yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang, seperti
Bank Indonesia dan BAPEPAM.
d. Memberikan peringatan kepada Lembaga Keuangan
Syari’ah untuk menghentikan penyimpangan dari fatwa
yang telah dikeluarkan oleh DSN.
6
4. Mengawasi penerapan fatwa yang telah dikeluarkan.
b) Dewan Syariah Nasional berwenang:
1. Mengeluarkan fatwa yang mengikat Dewan Pengawas Syariah
dimasing-masing lembaga keuangan syariah dan menjadi dasar
tindakan hukum pihak terkait.
2. Mengeluarkan fatwa yang menjadi landasan bagi
ketentuan/peraturan yang dikeluarkan oleh instansi yang
berwenang, seperti Departemen Keuangan dan Bank Indonesia.
3. Memberikan rekomendasi dan/atau mencabut rekomendasi
nama-nama yang akan duduk sebagai Dewan Pengawas Syariah
pada suatu lembaga keuangan syariah.
4. Mengundang para ahli untuk menjelaskan suatu masalah yang
diperlukan dalam pembahasan ekonomi syariah, termasuk
otoritas moneter/lembaga keuangan dalam maupun luar negeri.
5. Memberikan peringatan kepada lembaga keuangan syariah
untuk menghentikan penyimpangan dari fatwa yang telah
dikeluarkan oleh Dewan Syariah Nasional.
6. Mengusulkan kepada instansi yang berwenang untuk
mengambil tindakan apabila peringatan tidak diindahkan.
7
syariah sesuai dengan fatwa yang dikeluarkan oleh Dewan Syariah
Nasional.
8
Pengawas Syariah (DPS) pada perbankan syari’ah. Demikian juga halnya
di Indonesia, sedangkan di Bank konvensional tidak ada aturan yang
demikian. Dewan Pengawas Syari’ah merupakan satu dewan pakar
ekonomi dan ulama yang menguasai bidang fiqh mu’amalah yang berdiri
sendiri dan bertugas mengamati dan mengawasi operasional Bank dan
semua produk-produknya agar sesuai dengan ketentuanketentuan syariat
Islam. Dewan pengawas Syari’ah mesti melihat secara teliti bagaimana
bentuk-bentuk perikatan atau akad yang dilaksanakan oleh institusi
keuangan syariah.
9
Dengan demikian, kedudukan DPS sangat diperlukan pada suatu
Lembaga Keuangan Syari’ah, agar praktek-praktek yang dilakukan oleh
perbankan dalam menerapkan prinsip Islam dapat diawasi dan
dimonitoring oleh DPS. Begitupun dengan jabatan yang dimiliki DPS,
sehingga DPS diletakkan setingkat dengan Dewan Komisaris pada setiap
Bank yang memakai konsep Islami, baik itu Bank konvensional maupun
lembaga-lembaga keuangan syari’ah lainnya. Posisi yang demikian
bertujuan agar Dewan Pengawas Syariah lebih berwibawa dan mempunyai
kebebasan pandangan dalam memberikan bimbingan dan pengarahan
kepada semua direksi di Bank tersebut dalam perkara-perkara yang
berkaitan dengan aplikasi produk perbankan syari’ah.
Dewan Pengawas Syari’ah (DPS) di perbankan syari’ah memiliki
peran penting dan strategis dalam penerapan prinsip syari’ah di Bank
syari’ah. DPS bertanggung jawab untuk memastikan semua produk dan
prosedur Bank syari’ah sesuai dengan prinsip syari’ah. Karena pentingnya
peran DPS tersebut, maka dua Undang-Undang di Indonesia
mencantumkan keharusan adanya DPS tersebut di perusahaan syari’ah dan
lembaga perbankan syari’ah, yaitu Undang-Undang UU No. 40 Tahun
2007 tentang Perseroan Terbatas dan UU No. 21 Tahun 2008 tentang
Perbankan Syari’ah. Dengan demikian, secara yuridis, Dewan Pengawas
Syari’ah (DPS) di lembaga perbankan menduduki posisi yang kuat, karena
keberadaannya sangat penting dan strategis.
10
mengawasi kegiatan Perseroan agar sesuai dengan prinsip
syari’ah.
11
Dalam laporan tahunan (annual report) institusi syariah, maka
laporan dari Dewan Pengawas Syariah mesti dibuat dengan
jelas.
c. Dewan Pengawas Syariah wajib membuat laporan tentang
perkembangan dan aplikasi sistem keuangan syariah di institusi
keuangan syariah khususnya bank syariah yang berada dalam
pengawasannya, sekurang-kurangnnya enam bulan sekali.
Laporan tersebut diberikan kepada Bank Indonesia yang berada
di Ibu kota provinsi dan atau Bank Indonesia di Ibu kota negara
Indonesia-Jakarta.
d. Dewan Pengawas Syariah juga berkewajiban meneliti dan
membuat rekomendasi jika ada inovasi produk-produk baru dari
bank yang diawasinya. Dewan inilah yang melakukan
pengkajian awal sebelum produk yang baru dari bank syariah
tersebut diusulkan, diteliti kembali dan difatwakan oleh Dewan
Syariah Nasional (DSN).
e. Membantu sosialisasi perbankan atau institusi keuangan syariah
kepada masyarakat.
f. Memberikan masukan (input) bagi pengembangan dan
kemajuan institusi kewangan syariah.
12
b. Melakukan pengawasan, baik secara aktif maupun secara pasif,
teruma dalam pelaksanaan fatwa DSN serta memberikan
pengarahan/pengawasan atas produk/jasa dan kegiatan usaha
agar sesuai dengan prinsip syari’ah.
c. Sebagai mediator antara lembaga keuangan syari’ah dengan
DSN dalam mengkomunikasi usul dan saran pengembangan
produk dan jasa dari lembaga keuangan syari’ah yang
memerlukan kajian dan fatwa dari DSN.
(2) DPS berfungsi sebagai perwakilan DSN yang ditempatkan pada
lembaga keuangan syari’ah wajib:
a. Mengikuti fatwa DSN.
b. Merumuskan permasalahan yang memerlukan pengesahan
DSN.
c. Melaporkan kegiatan usaha serta perkembangan lembaga
keuangan syari’ah yang diawasinya kepada DSN sekurang-
kurangnya satu kali dalam setahun.
(3) Setiap calon anggota DPS dipilih dari para ulama, praktisi dan
pakar di bidangnya masing-masing yang berdomisisli dan tidak
berjauhan dengan lokasi lembaga keuangan syari’ah yang
bersangkutan.
(4) Calon DPS dapat diajukan oleh lembaga keuangan syari’ah
bersangkutan, sekurangkurangnya satu orang disertai
rekomendasi dari Majelis Ulama Indonesia untuk mendapat
pengukuhan DSN.
(5) Untuk mngefektifkan pelaksanaan tugas dan fungsi DPS pada
lembaga keuangan syari’ah, setiap anggota DPS diberikan
bantuan uang transport yang dibebankan pada lembaga
keuangan syari’ah yang bersangkutan.
13
tersebut dalam menjawab tantangan ke depan. Posisi Dewan Pengawas
Syariah (DPS) secara garis besar dapat dilihat pada tabel berikut:
14
STRUKTUR ORGANISASI BANK SYARIAH
(BANK SYARIAH MANDIRI)
15
STRUKTUR ORGANISASI
UNIT USAHA SYARIAH DI BANK KONVENSIONAL
16
Berdasarkan peraturan yang diberlakukan di negara Indonesia, Bank
Umum syariah, Unit Usaha Syariah (UUS) dan BPRS wajib mempunyai
dewan pengawas syariah yang berkedudukan di kantor pusat Bank Umum
Syariah, UUS dan BPRS. Syarat-syarat anggota Dewan Pengawas Syariah
diatur dan ditetapkan oleh Dewan Syariah Nasional. Dewan ini berfungsi
mengawasi kegiatan usaha BPRS agar sesuai dengan prinsip syariah dengan
berpedoman kepada fatwa Dewan Syariah Nasional.
Disisi lain, Dewan Syariah Nasional dapat memberikan teguran kepada
institusi keuangan syariah jika suatu institusi keuangan syariah telah
menyimpang dari garis panduan yang telah ditetapkan oleh Dewan Syariah
Nasional setelah terlebih dahulu menerima laporan dari Dewan Pengawas
Syariah di institusi keuangan syariah tersebut. Jika institusi keuangan syariah
tidak mempedulikan teguran yang diberikan oleh Dewan Syariah Nasional,
maka dapat diusulkan kepada institusi yang mempunyai kuasa untuk
memberikan sanksi, misalnya Bank Indonesia dan Departemen atau Jabatan
Keuangan Republik Indonesia. Hukuman yang diberikan bertujuan agar bank
syariah tersebut tidak lagi melakukan berbagai tindakan yang tidak sesuai
dengan syariat Islam.
17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dewan Syari’ah Nasional dibentuk oleh Majelis Ulama Indonesia dengan
tugas mengawasi dan mengarahkan lembaga-lembaga keuangan syari’ah
untuk mendorong penerapan nilai-nilai ajaran Islam dalam kegiatan
perekonomian dan keuangan. Otoritas syari’ah tertinggi di Indonesia berada
pada Dewan Syari’ah Nasional – Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI), yang
merupakan lembaga independen dalam mengeluarkan fatwa yang
berhubungan dengan semua masalah syari’ah, baik masalah ibadah maupun
mu’amalah, termasuk masalah ekonomi, keuangan dan perbankan.
Dewan Pengawas Syari’ah adalah bagian dari Lembaga Keuangan
Syari’ah yang bersangkutan, yang menempatkannya atas persetujuan Dewan
Syari’ah Nasional. Peranan Dewan Pengawas Syari’ah sangat strategis dalam
penerapan prinsip syariah di lembaga perbankan syariah. Menurut Surat
Keputusan DSN MUI No.Kep98/MUI/III/2001 tentang Susunan Pengurus
DSN MUI bahwa DSN memberikan tugas kepada DPS untuk (1) melakukan
pengawasan secara periodik pada lembaga keuangan syariah, (2) mengajukan
usul-usul pengembangan lembaga keuangan syariah kepada pimpinan
lembaga yang bersangkutan dan kepada DSN; (3) melaporkan perkembangan
produk dan operasional lembaga keuangan syariah yang diawasinya kepada
DSN sekurangkurangnya dua kali dalam satu tahun anggaran; (4)
merumuskan permasalahan yang memerlukan pembahasan dengan DSN.
Untuk melakukan pengawasan tersebut, anggota DPS harus memiliki
kualifikasi keilmuan yang integral, yaitu ilmu fiqh muamalah dan ilmu
ekonomi keuangan Islam modern. Kesalahan besar perbankan syari’ah saat
ini adalah mengangkat DPS karena kharisma dan kepopulerannya di tengah
masyarakat, bukan karena keilmuannya di bidang ekonomi dan perbankan
syari’ah.
18
DAFTAR PUSTAKA
Ascarya, ed, Akad dan Produk Bank Syari’ah, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2007.
Setyanto, Budi, et al. Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam, Jakarta: Kencana, 2006.
Cet. 1.
Sudarsono, Heri. “Hukum Islam,” Peran dan Fungsi Dewan Pengawas Syariah
(Shari’a Supervisory Board) Dalam Perbankan Syariah di Indonesia. Vol. IV.
No. 2, Desember 2005.
Surat Edaran dari Bank Indonesia kepada Bank-bank syariah di Indonesia pada bulan
Februari 2005.
Tim Pengembangan Perbankan Syari’ah Institut Bankir Indonesia, Konsep, Produk dan
Implementasi Operasional, Jakarta: Djambatan, 2003. Cet I.
Tim Penulis Dewan Syari’ah Nasional Majelis Ulama Indonesia, Himpunan Fatwa
Dewan Syari’ah Nasional, Jakarta: Pointermasa, 2003. Cet 2.
19