Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH PERBANKAN SYARIAH:

PERAN DEWAN PENGAWAS SYARIAH DAN DEWAN SYARIAH


NASIONAL
Dosen Pengampu : Dr. Hardiwinoto, M.Si

Kelompok 11 :

Alfina Rahmawati (E2B019014)


Umi Khulsum (E2B019015)
Anita Isnaini (E2B019045)

FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb,

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan hidayahnya
sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Peran Dewan
Pengawas Syariah dan Dewan Syariah Nasional”. Makalah ini kami susun guna
memehuni tugas Siklus Audit. Tidak lupa pula kami sampaikan terimakasih kepada
Bapak Dr. Hardiwinoto, M.Si selaku dosen pengampu mata kuliah Perbankan Syariah.

Terlepas dari itu semua, kami menyadari seutuhnya bahwa makalah ini masih
jauh dari kata sempurna baik dari segi susunan kalimat, kata maupun tata bahasanya.
Oleh karena itu, kami terbuka menerima segala masukan dan kritik yang bersifat
membangun dari pembaca sehingga kami bisa memperbaiki Makalah ini menjadi
Makalah yang lebih baik dan benar.

Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada pembaca yang sudah
berkenan membaca makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat. Harapan
penulis semoga makalah ini dapat menambah khazah keilmuan para pembaca. Aminn.

Wassalamualaikum wr.wb

Semarang, 14 Desember 2021

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................iii
BAB I................................................................................................................................1
PENDAHULUAN............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan.................................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................3
PEMBAHASAN...............................................................................................................3
2.1 Dewan Syari’ah Nasional...................................................................................3
2.1.1 Dasar Hukum Terbentuknya Dewan Syari’ah Nasional.................................3
2.1.2 Kedudukan, Status dan Anggota.....................................................................4
2.1.3 Tugas dan Wewenang.....................................................................................6
2.1.4 Mekanisme Kerja............................................................................................7
2.2 Dewan Pengawas Syari’ah..................................................................................8
2.2.1 Dasar Hukum Terbentuknya Dewan Pengawas Syari’ah...............................8
2.2.2 Kedudukan Dewan Pengawas Syariah............................................................9
2.2.3 Peranan, Fungsi dan Tugas Dewan Pengawas Syariah.................................11
2.2.4 Posisi Dewan Pengawas Syari’ah pada Bank Syari’ah.................................13
2.3 Hubungan Antara Dewan Syari’ah Nasional dengan Dewan Pengawas
Syari’ah........................................................................................................................16
BAB III...........................................................................................................................18
PENUTUP......................................................................................................................18
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................19

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Industri perbankan syari’ah seharusnya dijalankan berdasarkan prinsip
dan sistem syari’ah. Karena itu, kesesuaian operasi dan praktek bank syariah
dengan syari’ah merupakan landasan dasar dalam perbankan syari’ah. Untuk
tujuan itulah semua perbankan yang beroperasi dengan sistem syari’ah wajib
memiliki institusi internal yang independen, yang secara khusus bertugas
memastikan bank tersebut berjalan sesuai syariah Islam, sebagaimana yang
diamanatkan dalam UU Perbankan No: 10 tahun 1998 yang menyebutkan bahwa
bank syari’ah mesti memiliki Dewan Pengawas Syari’ah.
Dengan semakin berkembangnya lembaga-lembaga keuangan syariah di
tanah air akhir-akhir ini dan adanya Dewan Pengawas Syari’ah pada setiap
lembaga keuangan, dipandang perlu didirikan Dewan Syari’ah Nasional yang
akan menampung berbagai masalah atau kasus yang memerlukan fatwa agar
diperoleh kesamaan dalam penanganannya dari masing-masing Dewan
Pengawas Syariah yang ada di lembaga keuangan syariah. Pembentukan Dewan
Syari’ah Nasional merupakan langkah efisiensi dan koordinasi para ulama dalam
menanggapi isu-isu yang berhubungan dengan masalah ekonomi atau keuangan.
Dewan Syariah Nasional diharapkan dapat berfungsi untuk mendorong
penerapan ajaran Islam dalam kehidupan ekonomi.
Dengan demikian dalam makalah ini akan dibahas mengenai Dewan
Syari’ah Nasional dan Dewan Pengawas Syari’ah, beserta tugas dan
wewenangnya di Lembaga Keuangan Syari’ah.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana Dasar Hukum Terbentuknya Dewan Syari’ah Nasional dan
Dewan Pengawas Syari’ah?
2. Bagaimana Kedudukan Dewan Syari’ah Nasional dan Dewan Pengawas
Syariah?
3. Bagaimana Hubungan Antara Dewan Syari’ah Nasional dengan Dewan
Pengawas Syari’ah?

1
4. Apa Tugas Dewan Syari’ah Nasional dengan Dewan Pengawas Syari’ah?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk Mengetahui Dasar Hukum Terbentuknya Dewan Syari’ah Nasional


dan Dewan Pengawas Syari’ah
2. Untuk Mengetahui Kedudukan Dewan Syari’ah Nasional dan Dewan
Pengawas Syariah
3. Untuk Mengetahui Hubungan Antara Dewan Syari’ah Nasional dengan
Dewan Pengawas Syari’ah
4. Untuk Mengetahui Tugas Dewan Syari’ah Nasional dengan Dewan
Pengawas Syari’ah

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Dewan Syari’ah Nasional

2.1.1 Dasar Hukum Terbentuknya Dewan Syari’ah Nasional

Dewan Syari’ah Nasional dibentuk oleh Majelis Ulama Indonesia


dengan tugas mengawasi dan mengarahkan lembaga-lembaga keuangan
syari’ah untuk mendorong penerapan nilai-nilai ajaran Islam dalam
kegiatan perekonomian dan keuangan.
Sebagaimana dalam Keputusan Dewan Syari’ah Nasional No: 01
tahun 2000 tentang Pedoman Dasar Dewan Majelis Ulama Indonesia (PD
DSN-MUI), atas pedoman Dasar dan Pedoman Rumah Tangga Majelis
Ulama Indonesia Periode 1995-2000, dan Surat Keputusan Dewan
Pimpinan Majelis Ulama Indosesia No : Kep-754/MUI/II/99 tentang
pembentukan Dewan Syari’ah Nasional. Maka dibentuklah Dewan
Syari’ah Nasional dengan dasar pemikiran sebagai berikut :

a. Dengan semakin berkembangnya lembaga-lembaga keuangan


syariah di tanah air akhir-akhir ini dan adanya Dewan Pengawas
Syariah pada setiap lembaga keuangan, dipandang perlu didirikan
Dewan Syariah Nasional yang akan menampung berbagai
masalah/kasus yang memerlukan fatwa agar diperoleh kesamaan
dalam penanganannya dari masing-masing Dewan Pengawas
Syariah yang ada di lembaga keuangan syariah.
b. Pembentukan Dewan Syariah Nasional merupakan langkah
efisiensi dan koordinasi para ulama dalam menanggapi isu-isu
yang berhubungan dengan masalah ekonomi/keuangan.
c. Dewan Syariah Nasional diharapkan dapat berfungsi untuk
mendorong penerapan ajaran Islam dalam kehidupan ekonomi.
d. Dewan Syariah Nasional berperan secara pro-aktif dalam
menanggapi perkembangan masyarakat Indonesia yang dinamis
dalam bidangn ekonomi dan keuangan.

3
Otoritas syari’ah tertinggi di Indonesia berada pada Dewan Syari’ah
Nasional – Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI), yang merupakan
lembaga independen dalam mengeluarkan fatwa yang berhubungan
dengan semua masalah syari’ah, baik masalah ibadah maupun mu’amalah,
termasuk masalah ekonomi, keuangan dan perbankan.
Keberadaan Dewan Syari’ah Nasional (DSN) di luar struktur Bank
Sentral membuat otoritas fatwa ini independen, dan diakui secara nasional
dalam mengeluarkan keputusan dan fatwa yang berkaitan dengan masalah-
masalah syari’ah yang dihadapi oleh perbankan dan Lembaga Keuangan
Syari’ah lainnya. Namun demikian, karena beragamnya urusan yang
ditangani oleh DSN dan tidak adanya spesialisasi khusus di bidang
ekonomi, keuangan, dan perbankan syari’ah, tanggapan DSN terhadap
masalah yang dihadapi oleh Lembaga Keuangan Syari’ah menjadi kurang
responsif dan terlambat memenuhi kebutuhan pasar.

2.1.2 Kedudukan, Status dan Anggota

Adapun kedudukan, status dan anggota yang dimiliki oleh Dewan


Syari’ah Nasional adalah sebagai berikut :

a. Dewan Syari’ah Nasional merupakan bagian dari Majelis Ulama


Indonesia.
b. Dewan Syari’ah Nasional membantu pihak terkait, seperti
Departement Keuangan, Bank Indonesia, dan lain-lain dalam
menyusun peraturan/ketentuan untuk Lembaga Keuangan
Syari’ah.
c. Anggota Dewan Syari’ah Nasional terdiri dari para ulama, praktisi
dan para pakar dalam bidang yang terkait dengan muamalah
syari’ah.
d. Anggota Dewan Syari’ah Nasional ditunjuk dan diangkat oleh
MUI untuk masa bakti 4 (empat) tahun.

Dalam Keputusan Dewan Syari’ah Nasional No: 02 tahun 2000


tentang Pedoman Rumah Tangga Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama

4
Indonesia (PRTD SN-MUI) pada pasal 1, juga dimuat mengenai
kedudukan dan status Dewan Syari’ah Nasional, diantaranya :

(1) DSN berkedudukan di ibukota Negara Republik Indonesia dan


merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari keberadaan Majelis
Ulama Indonesia (MUI)
(2) DSN merupakan satu-satunya badan yang berwenang dan
mempunyai tugas utama untuk mengeluarkan fatwa atas jenis-
jenis kegiatan, produk, dan jasa keuangan syari’ah serta
mengawasi penerapan fatwa dimaksud oleh lembaga-lembaga
keuangan syari’ah di Indonesia.

Secara jelasnya mengenai Keanggotaan, Hak dan Kewenangan,


dinyatakan pada pasal 2 Keputusan Dewan Syari’ah Nasional No: 02 tahun
2000, diantaranya :

(1) DSN beranggotakan para ulama, praktisi dan pakar dalam bidang-
bidang yang terkait dengan perekonomian dan mu’amalah syari’ah
serta memiliki akhlak karimah.
(2) a. Anggota DSN ditunjuk dan diangkat oleh MUI untuk masa
bakti 4 (empat) tahun.
b. Setelah jangka waktu tersebut, yang bersangkutan dapat
diperimbangkan untuk diangkat kembali selama-lamanya dua
periode.
(3) a. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, DSN dibantu oleh
suatu badan yang dinamakan Badan Pelaksana Harian Dewan
Syari’ah Nasional, disingkat BPHDSN.
b. Anggota BPH-DSN ditunjuk dan diangkat oleh MUI.
(4) a. Anggota DSN berhak mendapat bantuan transport rapat.
b. Anggota BPH-DSN diberi bantuan transport bulanan.
(5) Bantuan transport anggota DSN dan BPH-DSN dibebankan pada
anggaran tahunan DSN.
(6) Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam
pasal 1 ayat (2) diatas, DSN mempunyai kewenangan untuk:

5
a. memberikan atau mencabut rekomendasi nama-nama yang
akan duduk sebagai anggota Dewan Pengawas Syari’ah
(DPS) pada suatu Lembaga Keuangan Syari’ah, dengan
memperhatikan pertimbangan dari BPH-DSN.
b. Mengeluarkan fatwa yang mengikat DPS di setiap
Lembaga Keuangan Syari’ah dan menjadi dasar tindakan
hukum pihak terkait.
c. Mengeluarkan fatwa yang menjadi landasan bagi ketentuan
yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang, seperti
Bank Indonesia dan BAPEPAM.
d. Memberikan peringatan kepada Lembaga Keuangan
Syari’ah untuk menghentikan penyimpangan dari fatwa
yang telah dikeluarkan oleh DSN.

Sebagaimana yang telah dilihat dalam pasal-pasal keputusan Dewan


Syari’ah Nasional diatas, tergambarlah suatu cakupan mengenai
kedudukan dan peran DSN dalam kelembagaan yang independen dalam
memutuskan perkara-perkara yang berkaitan dengan kegiatan pada
Lembaga Keuangan Syari’ah. Disamping itu DSN juga dibantu oleh BPH-
DSN dalam mengimplementasikan dan mengeluarkan fatwa atas jenis-
jenis kegiatan, produk, dan jasa keuangan syari’ah, serta mengawasi
penerapan fatwa dimaksud oleh lembaga-lembaga keuangan syari’ah.
Kemudian memberikan atau mencabut rekomendasi nama-nama yang akan
duduk sebagai anggota Dewan Pengawas Syari’ah (DPS) pada suatu
Lembaga Keuangan Syari’ah.

2.1.3 Tugas dan Wewenang

a) Dewan Syariah Nasional bertugas:


1. Menumbuh-kembangkan penerapan nilai-nilai syariah dalam
kegiatan perekonomian pada umumnya dan keuangan pada
khususnya.
2. Mengeluarkan fatwa atas jenis-jenis kegiatan keuangan.
3. Mengeluarkan fatwa atas produk dan jasa keuangan syariah.

6
4. Mengawasi penerapan fatwa yang telah dikeluarkan.
b) Dewan Syariah Nasional berwenang:
1. Mengeluarkan fatwa yang mengikat Dewan Pengawas Syariah
dimasing-masing lembaga keuangan syariah dan menjadi dasar
tindakan hukum pihak terkait.
2. Mengeluarkan fatwa yang menjadi landasan bagi
ketentuan/peraturan yang dikeluarkan oleh instansi yang
berwenang, seperti Departemen Keuangan dan Bank Indonesia.
3. Memberikan rekomendasi dan/atau mencabut rekomendasi
nama-nama yang akan duduk sebagai Dewan Pengawas Syariah
pada suatu lembaga keuangan syariah.
4. Mengundang para ahli untuk menjelaskan suatu masalah yang
diperlukan dalam pembahasan ekonomi syariah, termasuk
otoritas moneter/lembaga keuangan dalam maupun luar negeri.
5. Memberikan peringatan kepada lembaga keuangan syariah
untuk menghentikan penyimpangan dari fatwa yang telah
dikeluarkan oleh Dewan Syariah Nasional.
6. Mengusulkan kepada instansi yang berwenang untuk
mengambil tindakan apabila peringatan tidak diindahkan.

2.1.4 Mekanisme Kerja

Dalam menerapkan kerjanya, maka Dewan Pengawas Syari’ah harus


memperhatikan aspek-aspek sebagaimana yang telah ditetapkan oleh MUI,
diantaranya:

a. Dewan Syariah Nasional mensahkan rancangan fatwa yang


diusulkan oleh Badan Pelaksana Harian DSN.
b. Dewan Syariah Nasional melakukan rapat pleno paling tidak satu
kali dalam tiga bulan, atau bilamana diperlukan.
c. Setiap tahunnya membuat suatu pernyataan yang dimuat dalam
laporan tahunan (annual report) bahwa lembaga keuangan syariah
yang bersangkutan telah/tidak memenuhi segenap ketentuan

7
syariah sesuai dengan fatwa yang dikeluarkan oleh Dewan Syariah
Nasional.

2.2 Dewan Pengawas Syari’ah

2.2.1 Dasar Hukum Terbentuknya Dewan Pengawas Syari’ah

Dewan Pengawas Syari’ah adalah bagian dari Lembaga Keuangan


Syari’ah yang bersangkutan, yang menempatkannya atas persetujuan
Dewan Syari’ah Nasional. Sebagaimana dalam Keputusan Dewan
Pengawas Syari’ah No: 03 tahun 2000 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Penetapan Anggota Dewan Pengawas Syari’ah Pada Lembaga Keuangan
Syari’ah, bahwa kehadiaran Dewan Pengawas Syari’ah pada Lembaga
Keuangan Syari’ah mutlak diperlukan, sebagai wakil DSN yang
ditempatkan pada Lembaga Keuangan Syari’ah. Oleh karena itu, DSN
perlu menetapkan keputusan tentang petunjuk pelaksanaan penetapan
anggota Dewan Pengawas Syari’ah pada Lembaga Keuangan Syari’ah.
Dewan Pengawas Syariah (DPS) berkewajiban secara langsung
melihat pelaksanaan suatu lembaga keuangan syariah agar tidak
menyimpang dari ketentuan yang telah difatwakan oleh Dewan Syariah
Nasional (DSN) Majelis Ulama Indonesia (MUI). DPS melihat secara
garis besar dari aspek manajemen dan administrasi harus sesuai dengan
syari’ah, dan yang paling utama sekali mengesahkan dan mengawasi
produk-produk perbankan syari’ah agar sesuai dengan ketentuan syariah
dan undangundang yang berlaku.
Dalam Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia ayat 2 dan 3 pasal 19
tanggal 12 Mei 1999, disebutkan bahwa :

“Bank wajib memiliki Dewan Pengawas Syariah yang berkedudukan


di kantor pusat bank (Head Office). Persyaratan sebagai anggota
Dewan Pengawas Syariah diatur dan ditetapkan oleh Dewan Syariah
Nasional.”

Salah satu perbedaan yang mendasar dalam struktur organisasi Bank


konvensional dan Bank Syari’ah adalah kewajiban memposisikan Dewan

8
Pengawas Syariah (DPS) pada perbankan syari’ah. Demikian juga halnya
di Indonesia, sedangkan di Bank konvensional tidak ada aturan yang
demikian. Dewan Pengawas Syari’ah merupakan satu dewan pakar
ekonomi dan ulama yang menguasai bidang fiqh mu’amalah yang berdiri
sendiri dan bertugas mengamati dan mengawasi operasional Bank dan
semua produk-produknya agar sesuai dengan ketentuanketentuan syariat
Islam. Dewan pengawas Syari’ah mesti melihat secara teliti bagaimana
bentuk-bentuk perikatan atau akad yang dilaksanakan oleh institusi
keuangan syariah.

2.2.2 Kedudukan Dewan Pengawas Syariah

Di indonesia, otoritas masalah keagamaan berada dibawah Majelis


Ulama Indonesia (MUI). Dengan berkembangnya lembaga keuangan Islam
di Indonesia, maka berkembang pula jumlah DPS. Untuk mengantisipasi
agar tidak terjadi kebingungan dikalangan umat akibat banyak dan
beragamnya DPS, MUI sebagai payung dari lembaga dan organisasi
keislaman di Indonesia menganggap perlu dibentuknya suatu Dewan
Syari’ah yang bersifat nasional dan membawahi seluruh lembaga
keuangan. Pada bulan Juli 1997 dalam acara Lokakarya Reksadana
Syari’ah dihasilkan rekomendasi pembentukan Dewan Syari’ah Nasional
(DSN). Lembaga ini didirikan pada tahun yang sama dan merupakan
badan otonom MUI yang diketuai secara eks-oficio oleh Ketua MUI.
Sedangkan untuk kegiatan sehari-hari DSN dilaksanakan oleh Badan
Pelaksana Harian DSN. Bagi perusahaan yang akan membuka Bank Islam
atau cabang syari’ah dari Bank konvensional atau lembaga keuangan
syari’ah lainnya, mereka harus mengajukan rekomendasi anggota DPS
kepada DSN.
DPS biasanya diletakkan pada posisi setingkat dengan Dewan
Komisaris pada setiap Bank. Ini untuk menjamin efektivitas dari setiap
opini yang dikeluarkan oleh DPS. Karena itu biasanya penetapan anggota
DPS dilakukan oleh Rapat Umum Pemegang Saham, setelah para anggota
DPS itu mendapat rekomendasi dari Dewan Syari’ah Nasional.

9
Dengan demikian, kedudukan DPS sangat diperlukan pada suatu
Lembaga Keuangan Syari’ah, agar praktek-praktek yang dilakukan oleh
perbankan dalam menerapkan prinsip Islam dapat diawasi dan
dimonitoring oleh DPS. Begitupun dengan jabatan yang dimiliki DPS,
sehingga DPS diletakkan setingkat dengan Dewan Komisaris pada setiap
Bank yang memakai konsep Islami, baik itu Bank konvensional maupun
lembaga-lembaga keuangan syari’ah lainnya. Posisi yang demikian
bertujuan agar Dewan Pengawas Syariah lebih berwibawa dan mempunyai
kebebasan pandangan dalam memberikan bimbingan dan pengarahan
kepada semua direksi di Bank tersebut dalam perkara-perkara yang
berkaitan dengan aplikasi produk perbankan syari’ah.
Dewan Pengawas Syari’ah (DPS) di perbankan syari’ah memiliki
peran penting dan strategis dalam penerapan prinsip syari’ah di Bank
syari’ah. DPS bertanggung jawab untuk memastikan semua produk dan
prosedur Bank syari’ah sesuai dengan prinsip syari’ah. Karena pentingnya
peran DPS tersebut, maka dua Undang-Undang di Indonesia
mencantumkan keharusan adanya DPS tersebut di perusahaan syari’ah dan
lembaga perbankan syari’ah, yaitu Undang-Undang UU No. 40 Tahun
2007 tentang Perseroan Terbatas dan UU No. 21 Tahun 2008 tentang
Perbankan Syari’ah. Dengan demikian, secara yuridis, Dewan Pengawas
Syari’ah (DPS) di lembaga perbankan menduduki posisi yang kuat, karena
keberadaannya sangat penting dan strategis.

Menurut UU No 40 Tahun 2007 Pasal 109 :


(1) Perseroan yang menjalankan kegiatan usaha berdasarkan prinsip
syari’ah selain mempunyai Dewan Komisaris wajib mempunyai
Dewan Pengawas Syari’ah.
(2) Dewan Pengawas Syari’ah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terdiri atas seorang ahli syari’ah atau lebih yang diangkat oleh
RUPS atas rekomendasi Majelis Ulama Indonesia.
(3) Dewan Pengawas Syari’ah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
bertugas memberikan nasihat dan saran kepada Direksi serta

10
mengawasi kegiatan Perseroan agar sesuai dengan prinsip
syari’ah.

Berdasarkan Undang-Undang tersebut, setiap perusahaan yang


berbadan hukum Perseroan Terbatas wajib mempunyai Dewan Pengawas
Syari’ah. Sejalan dengan itu, Undang-Undang No 21 Tahun 2008 Pasal 32
menyebutkan :

(1) Dewan Pengawas Syari’ah wajib dibentuk di Bank Syari’ah dan


Bank Umum Konvensional yang memiliki UUS.
(2) Dewan Pengawas Syari’ah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diangkat oleh Rapat Umum Pemegang Saham atas rekomendasi
Majelis Ulama Indonesia.
(3) Dewan Pengawas Syari’ah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
bertugas memberikan nasihat dan saran kepada direksi serta
mengawasi kegiatan Bank agar sesuai dengan Prinsip Syari’ah.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pembentukan Dewan
Pengawas Syari’ah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
dengan Peraturan Bank Indonesia.

Berdasarkan kedua Undang-Undang tersebut kedudukan DPS sudah


jelas dan mantap serta sangat menentukan pengembangan bank syariah
dan perusahaan syari’ah.

2.2.3 Peranan, Fungsi dan Tugas Dewan Pengawas Syariah

Dewan Pengawas Syariah (DPS) mempunyai peranan yang sangat


penting dalam perbankan atau institusi keuangan syariah yaitu:

a. Membuat persetujuan garis panduan operasional produk


perbankan syariah tersebut sesuai dengan ketentuan yang telah
disusun oleh Dewan Syariah Nasional (DSN).
b. Membuat pernyataan secara berkala pada setiap tahun tentang
bank syariah yang berada dalam pengawasannya bahwa bank
yang diawasinya telah berjalan sesuai dengan ketentuan syariah.

11
Dalam laporan tahunan (annual report) institusi syariah, maka
laporan dari Dewan Pengawas Syariah mesti dibuat dengan
jelas.
c. Dewan Pengawas Syariah wajib membuat laporan tentang
perkembangan dan aplikasi sistem keuangan syariah di institusi
keuangan syariah khususnya bank syariah yang berada dalam
pengawasannya, sekurang-kurangnnya enam bulan sekali.
Laporan tersebut diberikan kepada Bank Indonesia yang berada
di Ibu kota provinsi dan atau Bank Indonesia di Ibu kota negara
Indonesia-Jakarta.
d. Dewan Pengawas Syariah juga berkewajiban meneliti dan
membuat rekomendasi jika ada inovasi produk-produk baru dari
bank yang diawasinya. Dewan inilah yang melakukan
pengkajian awal sebelum produk yang baru dari bank syariah
tersebut diusulkan, diteliti kembali dan difatwakan oleh Dewan
Syariah Nasional (DSN).
e. Membantu sosialisasi perbankan atau institusi keuangan syariah
kepada masyarakat.
f. Memberikan masukan (input) bagi pengembangan dan
kemajuan institusi kewangan syariah.

Dalam Keputusan Dewan Syari’ah Nasional No: 02 tahun 2000


tentang Pedoman Rumah Tangga Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama
Indonesia (PRTD SN-MUI) pada pasal 4 mengenai fungi dan tugas DPS,
diantaranya:

(1) DPS pada setiap Lembaga Keuangan mempunyai tugas poko


sebagai berikut:
a. Memberikan nasehat dan saran kepada direksi, pimpinan unit
usaha syari’ah dan pimpinan kantor cabang lembaga keuangan
syari’ah mengenai hal-hal yang berkaitan dengan aspek
syari’ah.

12
b. Melakukan pengawasan, baik secara aktif maupun secara pasif,
teruma dalam pelaksanaan fatwa DSN serta memberikan
pengarahan/pengawasan atas produk/jasa dan kegiatan usaha
agar sesuai dengan prinsip syari’ah.
c. Sebagai mediator antara lembaga keuangan syari’ah dengan
DSN dalam mengkomunikasi usul dan saran pengembangan
produk dan jasa dari lembaga keuangan syari’ah yang
memerlukan kajian dan fatwa dari DSN.
(2) DPS berfungsi sebagai perwakilan DSN yang ditempatkan pada
lembaga keuangan syari’ah wajib:
a. Mengikuti fatwa DSN.
b. Merumuskan permasalahan yang memerlukan pengesahan
DSN.
c. Melaporkan kegiatan usaha serta perkembangan lembaga
keuangan syari’ah yang diawasinya kepada DSN sekurang-
kurangnya satu kali dalam setahun.
(3) Setiap calon anggota DPS dipilih dari para ulama, praktisi dan
pakar di bidangnya masing-masing yang berdomisisli dan tidak
berjauhan dengan lokasi lembaga keuangan syari’ah yang
bersangkutan.
(4) Calon DPS dapat diajukan oleh lembaga keuangan syari’ah
bersangkutan, sekurangkurangnya satu orang disertai
rekomendasi dari Majelis Ulama Indonesia untuk mendapat
pengukuhan DSN.
(5) Untuk mngefektifkan pelaksanaan tugas dan fungsi DPS pada
lembaga keuangan syari’ah, setiap anggota DPS diberikan
bantuan uang transport yang dibebankan pada lembaga
keuangan syari’ah yang bersangkutan.

2.2.4 Posisi Dewan Pengawas Syari’ah pada Bank Syari’ah

Masing-masing Bank atau institusi keuangan syariah mempunyai


struktur organisasi yang tersendiri sesuai dengan kebutuhan dari institusi

13
tersebut dalam menjawab tantangan ke depan. Posisi Dewan Pengawas
Syariah (DPS) secara garis besar dapat dilihat pada tabel berikut:

STRUKTUR ORGANISASI BANK UMUM SYARIAH

*Note : Inilah adalah struktur organisasi yang sederhana,


untuk lebih lengkapnya bisa dilihat pada masing-masing Bank Syariah
yang memiliki cirri-ciri khas tersendiri

14
STRUKTUR ORGANISASI BANK SYARIAH
(BANK SYARIAH MANDIRI)

*SUMBER: Annual Report Bank Syariah Mandiri Tahun 2002

STRUKTUR ORGANISASI BPRS

*Sumber data: BPRS Hasanah, Pekanbaru, Riau, tahun 2002.

15
STRUKTUR ORGANISASI
UNIT USAHA SYARIAH DI BANK KONVENSIONAL

Berdasarkan struktur organisasi perbankan syari’ah diatas, maka dapat


diketahui bagaimana kedudukan Dewan Pengawas Syariah dalam satu
perbankan syariah, Bank Umum Syariah, Unit Usaha Syariah (UUS) dan
Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS). Dewan pengawas syariah dalam
struktur organisasi Bank Syari’ah diletakkan pada posisi setingkat dengan
Dewan Komisaris pada setiap Bank Syari’ah. Posisi yang demikian
bertujuan agar Dewan Pengawas Syariah lebih berwibawa dan mempunyai
kebebasan opini dalam memberikan bimbingan dan pengarahan kepada
semua direksi di bank tersebut dalam hal-hal yang berhubungan dengan
aplikasi produk perbankan syariah. Oleh sebab itu penetapan anggota
Dewan Pengawas Syariah dilakukan oleh rapat umum pemegang saham
perseroan dari suatu Bank Syariah setelah nama-nama anggota Dewan
Pengawas Syariah tersebut mendapat mengesahan dari Dewan Syariah
Nasional.

2.3 Hubungan Antara Dewan Syari’ah Nasional dengan Dewan


Pengawas Syari’ah

Dengan adanya Dewan Pengawas Syariah pada setiap Bank Umum


Syariah yang berpusat di ibu kota negara Indonesia-Jakarta, maka tidak
menolak kemungkinan timbulnya berbagai perbedaan pendapat tentang
beberapa produk perbankan syariah antara satu Bank Syariah dengan Bank
Syariah yang lain. Hal in akan membingungkan para nasabah untuk
menyatukan persepsi umat Islam terhadap perbankan syariah di Indonesia.
Oleh sebab itu didirikanlah Dewan Syariah Nasional yang mengetuai semua
institusi keuangan syariah di Indonesia.

16
Berdasarkan peraturan yang diberlakukan di negara Indonesia, Bank
Umum syariah, Unit Usaha Syariah (UUS) dan BPRS wajib mempunyai
dewan pengawas syariah yang berkedudukan di kantor pusat Bank Umum
Syariah, UUS dan BPRS. Syarat-syarat anggota Dewan Pengawas Syariah
diatur dan ditetapkan oleh Dewan Syariah Nasional. Dewan ini berfungsi
mengawasi kegiatan usaha BPRS agar sesuai dengan prinsip syariah dengan
berpedoman kepada fatwa Dewan Syariah Nasional.
Disisi lain, Dewan Syariah Nasional dapat memberikan teguran kepada
institusi keuangan syariah jika suatu institusi keuangan syariah telah
menyimpang dari garis panduan yang telah ditetapkan oleh Dewan Syariah
Nasional setelah terlebih dahulu menerima laporan dari Dewan Pengawas
Syariah di institusi keuangan syariah tersebut. Jika institusi keuangan syariah
tidak mempedulikan teguran yang diberikan oleh Dewan Syariah Nasional,
maka dapat diusulkan kepada institusi yang mempunyai kuasa untuk
memberikan sanksi, misalnya Bank Indonesia dan Departemen atau Jabatan
Keuangan Republik Indonesia. Hukuman yang diberikan bertujuan agar bank
syariah tersebut tidak lagi melakukan berbagai tindakan yang tidak sesuai
dengan syariat Islam.

17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dewan Syari’ah Nasional dibentuk oleh Majelis Ulama Indonesia dengan
tugas mengawasi dan mengarahkan lembaga-lembaga keuangan syari’ah
untuk mendorong penerapan nilai-nilai ajaran Islam dalam kegiatan
perekonomian dan keuangan. Otoritas syari’ah tertinggi di Indonesia berada
pada Dewan Syari’ah Nasional – Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI), yang
merupakan lembaga independen dalam mengeluarkan fatwa yang
berhubungan dengan semua masalah syari’ah, baik masalah ibadah maupun
mu’amalah, termasuk masalah ekonomi, keuangan dan perbankan.
Dewan Pengawas Syari’ah adalah bagian dari Lembaga Keuangan
Syari’ah yang bersangkutan, yang menempatkannya atas persetujuan Dewan
Syari’ah Nasional. Peranan Dewan Pengawas Syari’ah sangat strategis dalam
penerapan prinsip syariah di lembaga perbankan syariah. Menurut Surat
Keputusan DSN MUI No.Kep98/MUI/III/2001 tentang Susunan Pengurus
DSN MUI bahwa DSN memberikan tugas kepada DPS untuk (1) melakukan
pengawasan secara periodik pada lembaga keuangan syariah, (2) mengajukan
usul-usul pengembangan lembaga keuangan syariah kepada pimpinan
lembaga yang bersangkutan dan kepada DSN; (3) melaporkan perkembangan
produk dan operasional lembaga keuangan syariah yang diawasinya kepada
DSN sekurangkurangnya dua kali dalam satu tahun anggaran; (4)
merumuskan permasalahan yang memerlukan pembahasan dengan DSN.
Untuk melakukan pengawasan tersebut, anggota DPS harus memiliki
kualifikasi keilmuan yang integral, yaitu ilmu fiqh muamalah dan ilmu
ekonomi keuangan Islam modern. Kesalahan besar perbankan syari’ah saat
ini adalah mengangkat DPS karena kharisma dan kepopulerannya di tengah
masyarakat, bukan karena keilmuannya di bidang ekonomi dan perbankan
syari’ah.

18
DAFTAR PUSTAKA
Ascarya, ed, Akad dan Produk Bank Syari’ah, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2007.

Majelis Ulama Indonesia. 2009. Tentang Dewan Syari’ah Nasional.


http://www.mui.or.id/index.php?option=com_content&view=article&id=55:tentang-
dewan-syariah-nasional&catid=39:dewan-syariah-nasional&Itemid=58. 2 Juni
2011

Setyanto, Budi, et al. Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam, Jakarta: Kencana, 2006.
Cet. 1.

Sudarsono, Heri. “Hukum Islam,” Peran dan Fungsi Dewan Pengawas Syariah
(Shari’a Supervisory Board) Dalam Perbankan Syariah di Indonesia. Vol. IV.
No. 2, Desember 2005.

Surat Edaran dari Bank Indonesia kepada Bank-bank syariah di Indonesia pada bulan
Februari 2005.

Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 32/36/KEP/DIR, tentang Bank


Perkreditan Rakyat Syariah Berdasarkan Prinsip Syariah dan Surat
Keputusan Direksi Bank Indonesia. No. 32/34/KEP/DIR, tentang Bank
Umum Berdasarkan Prinsip Syariah.

Tim Pengembangan Perbankan Syari’ah Institut Bankir Indonesia, Konsep, Produk dan
Implementasi Operasional, Jakarta: Djambatan, 2003. Cet I.

Tim Penulis Dewan Syari’ah Nasional Majelis Ulama Indonesia, Himpunan Fatwa
Dewan Syari’ah Nasional, Jakarta: Pointermasa, 2003. Cet 2.

19

Anda mungkin juga menyukai