Makalah
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Profesi Hukum Ekonomi Syariah
Dosen Pengampu:
Oleh :
Assalamualaikum Wr . Wb.
Karena itu, sebagai penulis saya mengharapkan dengan sangat dan dengan
tangan terbuka segala bentuk kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan makalah ini selanjutnya. Penulis berharap semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat kepada orang-orang yang membacanya, terutama
kepada penulis sendiri.
II
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................II
DAFTAR ISI....................................................................................................III
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang......................................................................................1
B. Rumusan masalah.................................................................................2
D. Metode Penulisan.................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Profesi................................................................................3
A. Kesimpulan...................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................15
III
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Dengan demikian dalam makalah ini akan dibahas mengenai Dewan Syari’ah
Nasional beserta tugas dan wewenangnya di Lembaga Keuangan Syari’ah.
1
B. Rumusan Masalah
D. Metode Penulisan
Metode penulisan makalah ini adalah kajian pustaka yang berupa Metode
Kepustakaan (Library Research) dan Metode Penelusuran Internet (web
search).
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Profesi
Istilah profesi telah dimengerti oleh banyak orang bahwa suatu hal yang
berkaitan dengan bidang yang sangat dipengaruhi oleh pendidikan dan keahlian,
sehingga banyak orang yang bekerja tetap sesuai. Tetapi dengan keahlian saja
yang diperoleh dari pendidikan kejuruan, juga belum cukup disebut profesi.
Tetapi perlu penguasaan teori sistematis yang mendasari praktek pelaksanaan, dan
hubungan antara teori dan penerapan dalam praktek.
Selain itu, suatu profesi juga membutuhkan penguasaan teori secara sistematis
yang menjadi dasar dari penerapan praktiknya. Oleh karena itulah, meskipun
suatu pekerjaan membutuhkan pendidikan dan keahlian, pekerjaan tersebut tidak
serta-merta dapat disebut profesi apabila belum memiliki dasar teori yang
sistematis.
Dewan Syariah Nasional adalah dewan yang dibentuk oleh MUI yang
bertugas menangani masalah-masalah yang berhubungan dengan aktivitas
lembaga keuangan syariah1.
DSN merupakan bagian dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang bertugas
mengembangkan penerapan nilai-nilai syariah dalam kegiatan perekonomian pada
umumnya dan sektor keuangan pada khususnya, termasuk usaha bank, asuransi
dan reksadana. DSN merupakan satu-satunya lembaga yang mempunyai
1
Briefcase Book Eduksi Profesional Syariah, Sistem dan Mekanisme Pengawasan Syariah,
(Jakarta : Renaisan, 2005), h. 13
3
kewenangan untuk mengeluarkan fatwa atas jenis-jenis kegiatan, produk dan jasa
keuangan syariah serta mengawasi penerapan fatwa dimaksud oleh lembaga-
lembaga keuangan syariah di Indonesia.
2
Tim Penulis Dewan Syari’ah Nasional Majelis Ulama Indonesia, Himpunan Fatwa Dewan
Syari’ah Nasional, (Jakarta: Pointermasa, 2003), Cet 2., hlm. 279.
4
d) Dewan Syariah Nasional berperan secara pro-aktif dalam menanggapi
perkembangan masyarakat Indonesia yang dinamis dalam bidangn
ekonomi dan keuangan.3
Adapun kedudukan, status dan anggota yang dimiliki oleh Dewan Syari’ah
Nasional adalah sebagai berikut :
3
Ibid., 281.
4
Ascarya, ed, Akad dan Produk Bank Syari’ah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007)., hlm.
206.
5
c) Anggota Dewan Syari’ah Nasional terdiri dari para ulama, praktisi dan
para pakar dalam bidang yang terkait dengan muamalah syari’ah.
d) Anggota Dewan Syari’ah Nasional ditunjuk dan diangkat oleh MUI untuk
masa bakti 4 (empat) tahun.5
2) Anggota DSN ditunjuk dan diangkat oleh MUI untuk masa bakti 4 (empat)
tahun.
5
Op.cit., hlm 283.
6
Ibid., hlm. 286.
7
Ibid., hlm. 286-288
6
3) Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, DSN dibantu oleh suatu badan
yang dinamakan Badan Pelaksana Harian Dewan Syari’ah Nasional,
disingkat BPH-DSN.
7
dan mengeluarkan fatwa atas jenis-jenis kegiatan, produk, dan jasa keuangan
syari’ah, serta mengawasi penerapan fatwa dimaksud oleh lembaga-lembaga
keuangan syari’ah. Kemudian memberikan atau mencabut rekomendasi nama-
nama yang akan duduk sebagai anggota Dewan Pengawas Syari’ah (DPS) pada
suatu Lembaga Keuangan Syari’ah.
8
Majelis Ulama Indonesia. 2009. Tentang Dewan Syari’ah Nasional.
8
5) Memberikan peringatan kepada lembaga keuangan syariah untuk
menghentikan penyimpangan dari fatwa yang telah dikeluarkan oleh
Dewan Syariah Nasional.
4) Melakukan rapat pleno paling tidak satu kali dalam tiga bulan atau
bilamana diperlukan.
9
Ibid.
10
Dikutip oleh Jaih Mubarok dalam Perkembangan Fatwa Ekonomi Syariah,(Bandung:Pustaka
Bani Quraisy,2004), hal. 14 dari Lampiran Keputusan MUI No. Kep-98/MUI/III/2001 tentang
Susunan Pengurus DSN MUI masa bakti Tahun 2000-2005, tentang Pedoman DSN-MUI (bagin-
V,A).
9
Untuk melaksanakan pekerjaan-pekerjaan harian DSN tersebut dibebankan
kepada Badan Pelaksana Harian (BPH). Adapun mengenai mekanisme kerja BPH
adalah sebagai berikut11:
2) Sekretariat yang dipimpin oleh sekretaris paling lambat 1 (satu) hari kerja
setelah menerima usulan/pertanyaan harus menyampaikan permasalahan
kepada ketua BPH.
11
Dikutip oleh Jaih Mubarok dalam Perkembangan Fatwa Ekonomi Syariah,(Bandung : Pustaka
Bani Quraisy, 2004), hal. 14 dari Lampiran Keputusan MUI No. Kep-98/MUI/III/2001 tentang
Susunan Pengurus DSN MUI masa bakti Tahun 2000-2005, tentang Pedoman DSN-MUI (bagin
V,B).
10
kesamaan dalam penangannya dari masing-masing Dewan Pengawas Syariah
yang ada di lembaga keuangan syariah12.
1) Pembentukan Syariah Nasional merupakan langkah efisiensi dan
koordinasi para ulama dalam menanggapi isu-isu yang berhubungan
dengan masalah ekonomi/keuangan
2) Dewan Syariah Nasional diharapkan dapat berfungsi untuk mendorong
penerapan ajaran Islam dalam kehidupan ekonomi.
3) Dewan Syariah Nasional berperan secara pro-aktif dalam menanggapi
perkembangan masyarakat Indonesia yang dinamis dalam bidang ekonomi
dan keuangan.13
12
Ahmad Rajafi, Masa Depan Hukum Bisnis Islam di Indonesia , (Yogyakarta PT. Lkis Printing
Cemerlang 2013),H.58-59
13
Ahmad Rajafi, Masa Depan Hukum Bisnis Islam di Indonesia , (Yogyakarta PT. Lkis Printing
Cemerlang 2013), H. 59
14
Jurnal Al-Adalah, Vol.10, No 1 (2011) : Volume X. No. 1 Januari 2011
15
Jurnal Al-Adalah, Vol 10, No 1 (2011) : Volume X. No. 1 Januari 2011
11
b) Giro berdasarkan wadiah
Berdasarkan giro ini Dewan berfatwa dengan menggunakan dalil tentang
amanah yaitu Q.S Al-Baqarah:283
c) Giro berdasarkan mudharabah
Dalam menetapkan hukum giro berdasarkan mudharabah ini, Dewan
menggunakan metode ta’lili dengan bersandar kepada illat qiyasi untuk
menganalogikan giro dengan mudharabah.
2. Fatwa Tentang Murabahah
Fatwa mendefinisikan murabahah sebagai “ menjual suatu barang dengan
menegaskan harga belinya kepada pembeli dan pembeli membayarnya
dengan harga yang lebih sebagai laba. Dalam menetapkan kebolehan
murabahah ini Dewan menggunakan metode bayani dengan berdalil Q.s
Al-Baqarah: 27516
3. Fatwa Tentang Pembiyaan Mudharabah
Dalam menetapkan mudharabah ini Dewan menggunakan metode bayani
dengan bersandar kepada hadis:
“Abbas ibn Abd al-mutahlib jika menyerahkan harta sebagai
mudharabah, ia mensyaratkan kepada mudharibnya agar tidak
mengarungi lautan dan tidak menuruni lembah, serta tidak membeli
haram ternak. Jika persyaratan itu di langgar, ia (mudharib) harus
menanggung resikonya. Ketika persyaratan yang ditetapkan Abbas itu
didengar Rasulullah, beliau membenarkannya”. (Thabrani dari Ibn
Abbas)17.
4. Fatwa tentang Ijarah
Dalam menetapkan hukum kebolehan ijarah ini, Dewan menggunakan
motode bayani dengan berdalil pada Q.S Al-Baqarah:23318
5. Fatwa Tentang Hawalah
16
Jurnal Al-Adalah, Vol 10, No 1 (2011) : Volume X. No. 1 Januari 2011
17
Jurnal Al-Adalah, Vol 10, No 1 (2011) : Volume X. No. 1 Januari 2011
18
Jurnal Al-Adalah, Vol 10, No 1 (2011) : Volume X. No. 1 Januari 2011
12
Dalam menetapkan status hukum hawalah ini dewan menggunakan
metode bayani dengan ber-istidlal kepada hadis:
Menunda pembayaran bagi orang yang mampu adalah suatu kedzaliman.
Dan jika salah seorang dari kamu diikutkan (dihawalahkan) kepada orang
yang mampu, terimalah hawalah itu”19.
6. Fatwa Tentang Wakalah
Dalam menetapkan fatwa tentang wakalah ini, Dewan menggunakan
metode bayani dengan ber-istidlal kepada dua ayat Al-Quran pertama,
tentang kisah Ashhab al-Kahfi Q.s al-Kahfi 18:19 dimana ayat ini
mengungkapkan perginya salah seorang Ashhab Al-kahfi yang bertindak
untuk dan atas nama rekan-rekannhya sebagai wakil mereka dalam
memilih dan membeli makanan.20
19
Jurnal Al-Adalah, Vol 10, No 1 (2011) : Volume X. No. 1 Januari 2011
20
Jurnal Al-Adalah, Vol 10, No 1 (2011) : Volume X. No. 1 Januari 2011.
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
14
DAFTAR PUSTAKA
Ascarya, ed, Akad dan Produk Bank Syari’ah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2007)
15