Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fiqih Muamalah Keuangan Syariah
Disusun Oleh:
1. M.Ikhsanudin (182111068)
FAKULTAS SYARIAH
2020
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,
Penyusun,
Kelompok 13
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan bisnis syariah yang saat ini berkembang pesat di Indonesia
dan dalam berbagai sektor perbankan, pasar modal, asuransi, dan jasa keuangan
yang berbasis syariah. Hal itu tidak lepas dari peran lembaga – lembaga syariah
yang ada.Di Indonesia terdapat lembaga – lembaga syariah yang mempunyai peran
yang sangat penting pada masing – masing bagiannya, perkembangan ekonomi
syariah di Indonesia didukung dengan kinerja dari lembaga –lembaga seperti
Dewan Pengawas Syariah, Dewan Syariah Nasional, Majelis Ulama Indonesia.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat diambil rumusan masalah sebagai
berikut:
PEMBAHASAN
Dewan Syariah Nasional adalah dewan yang dibentuk oleh MUI yang
bertugas menangani masalah-masalah yang berhubungan dengan aktivitas lembaga
keuangan syariah. DSN merupakan bagian dari Majelis Ulama Indonesia (MUI)
yang bertugas mengembangkan penerapan nilai-nilai syariah dalam kegiatan
perekonomian pada umumnya dan sektor keuangan pada khususnya, termasuk
usaha bank, asuransi dan reksadana. DSN merupakan satu-satunya lembaga yang
mempunyai kewenangan untuk mengeluarkan fatwa atas jenis-jenis kegiatan,
produk dan jasa keuangan syariah serta mengawasi penerapan fatwa dimaksud oleh
lembaga-lembaga keuangan syariah di Indonesia.1
Salah satu tugas pokok DSN adalah mengkaji, menggali dan merumuskan
nilai dan prinsip-prinsip hukum Islam (syariah) dalam bentuk fatwa untuk dijadikan
pedoman dalam kegiatan transaksi di lembaga keuangan syariah. Dewan Syariah
Nasional (DSN) merupakan satu-satunya badan yang berwenang mengeluarkan
fatwa syariah terhadap kegiatan, produk, dan jasa keuangan syariah.
Bank syariah dituntut agar dapat menjalankan fungsinya dengan baik sesuai
dengan ketentuan perbankan yang berlaku dan juga sesuai pula dengan prinsip
syariah. Untuk menjamin terlaksananya prinsip syariah, dalam aktivitas perbankan
syariah terdapat salah satu pihak terafiliasi, yaitu Dewan Pengawas Syariah (DPS)
yang memberikan jasanya kepada bank syariah. Dewan inilah sebagai pihak yang
bertanggung jawab atas informasi tentang kepatuhan pengelola bank akan prinsip
syariah.
1
Irwan Misbach, “KEDUDUKAN DAN FUNGSI DEWAN PENGAWAS SYARIAH DALAM MENGAWASI
TRANSAKSI LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH DI INDONESIA,” Manajemen Ide dan Inspirasi (2015):
79–93.
2
Abdul Nasser Hasibuan, Audit Bank Syariah, 1st ed. (Jakarta: Kencana, 2020).
Dikutip dari laman resmi DSN-MUI sejarah berdirinya DSN-MUI tidak
terlepas dari Lokakarya Ulama tentang Reksadana Syari’ah yang diselenggarakan
MUI Pusat pada tanggal 29-30 Juli 1997 di Jakarta. Yang saat itu
merekomendasikan perlunya sebuah lembaga yang menangani masalah-masalah
yang berhubungan dengan aktivitas lembaga keuangan syariah (LKS). Yang
kemudian ditindak lanjuti oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) untuk mengadakan
rapat Tim Pembentukan Dewan Syariah Nasional (DSN) pada tanggal 14 Oktober
1997. Yang pada akhirnya Dewan Pimpinan MUI menerbitkan SK No. Kep-
754/MUI/II/1999 tertanggal 10 Februari 1999 tentang Pembentukan Dewan
Syari’ah Nasional MUI. 3
3
DSN-MUI.Sekilas Tentang DSN-MUI. https://dsnmui.or.id/kami/sekilas/ diakses pada 27
November 2020 pukul 21.52 WIB
4
Subekty Wibowo, “PERAN MAJELIS ULAMA INDONESIA PADA MASA ORDE BARU,” CANDI 17
(2018): 80.
a. Menumbuhkembangkan penerapan nilai-nilai syariah dalam kegiatan
perekonomian pada umumnya dan keuangan khususnya.
b. Mengeluarkan fatwa atau jenis-jenis kegiatan usaha.
c. Mengeluarkan fatwa atas produk dan jasa keuangan syariah.
d. Mengawasi penerapan fatwa yang telah dikeluarkan.5
Para anggota DSN terdiri dari para ulama, praktisi, dan para pakar dalam
bidang yang terkait dengan muamalah syariah. Anggota DSN ditunjuk dan
diangkat oleh MUI dengan masa bakti sama dengan periode masa bakti pengurus
5
Hasibuan, Audit Bank Syariah.
6
Imam Abdul Hadi. KEDUDUKAN DAN WEWENANG LEMBAGA FATWA (DSN-MUI) PADA BANK
SYARIAH. Economic: Jurnal Ekonomi dan Hukum Islam, Vol. 1, No. 2 2011
7
Ibid.,
MUI pusat, yakni 5 (lima) tahun. Sedangkan dalam buku Petunjuk Pelaksanaan
Pembukaan Kantor Bank Syariah, yang diterbitkan oleh Bank Indonesia, dikatakan
bahwa masa bakti DSN adalah 4 tahun.8
Adapun wewenang yang diberikan oleh MUI kepada DSN adalah sebagai berikut9 :
8
Misbach, “KEDUDUKAN DAN FUNGSI DEWAN PENGAWAS SYARIAH DALAM MENGAWASI
TRANSAKSI LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH DI INDONESIA.”
9
c. Peran lain DPS juga harus meneliti dan merekomendasikan produk baru
dari setiap lembaga keuangan syariah yang diawasinya.
Fungsi Dewan Pengawas Syariah (DPS):
10
Waldi Nopriansyah, Hukum Bisnis Di Indonesia, 1st ed. (Jakarta: Prenadamedia Group, 2019).
11
Askar Abubakar dan Asdin, KONSEP DASAR DEWAN SYARIAH NASIONAL (DSN). IAIN Parepare
12
Jaih Mubarok.Perkembangan Fatwa Ekonomi Syariah,(Bandung:Pustaka Bani Quraisy,2004),
hal. 14
a. Mengesahkan rancangan fatwa yang diusulkan oleh Badan Pelaksana
Harian DSN dalam rapat pleno.
b. Menetapkan, mengubah atau mencabut berbagai fatwa dan pedoman
kegiatan lembaga keuangan syari’ah dalam rapat pleno.
c. Mengesahkan atau mengklarifikasi hasil kajian terhadap usulan atau
pertanyaan mengenai suatu produk atau jasa lembaga keuangan syari’ah
dalam rapat pleno.
d. Melakukan rapat pleno paling tidak satu kali dalam tiga bulan atau
bilamana diperlukan. 5
e. Setiap tahunnya membuat suatu pernyataan yang dimuat dalam laporan
tahunan (annual report) bahwa lembaga keuangan syari’ah yang
bersangkutan telah/tidak memenuhi segenap ketentuan syari’ah sesuai
dengan fatwa yang dikeluarkan oleh Dewan Syari’ah Nasional (DSN).
13
Misbach. Loc.cit.
b. Berkewajiban mengajukan usul-usul pengembangan lembaga keuangan
syari’ah kepada pimpinan lembaga yang bersangkutan dan kepada
Dewan Syari’ah Nasional.
c. Melaporkan perkembangan produk dan operasional lembaga keuangan
syari’ah yang diawasinya kepada DSN sekurang-kurangnya dua kali
dalam satu tahun anggaran.
d. Merumuskan permasalahan-permasalahan yang memerlukan
pembahasan DSN
6. Pola hubungan DPS dengan DSN-MUI
Dalam struktur organisasi bank syariah wajib ada sebuah lembaga yang
disebut Dewan Pengawas Syariah (DPS). DPS berkedudukan di kantor pusat dan
fungsinya adalah mengawasi kegiatan usaha bank agar sesuai dengan prinsip
syariah yang dalam menjalankan fungsinya wajib mengikuti fatwa Dewan Syariah
Nasional (DSN). Sebagaimana yang telah dikemukakan bahwa DPS adalah dewan
yang ditempatkan oleh Dewan Syariah Nasional (DSN) pada bank yang beroperasi
berdasarkan prinsip syariah. Keberadaan DPS pada setiap kantor pusat Bank
Syariah merupakan sebuah keharusan karena fungsi lembaga inilah yang
membedakan antara Bank Konvensional dengan Bank Syariah.
Tugas dan fungsi DPS diatur di dalam Keputusan Dewan Syariah Nasional
Nomor 03 Tahun 2000 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Penetapan Anggota Dewan
Pengawas Syariah Pada Lembaga Keuangan Syariah. Yaitu sebagai berikut:
14
Khotibul Umah, Corporate Action Pembentukan Bank Syariah(Akuisi,Konversi, Dan Spin Off), 1st
ed. (Yogyakarta: UGM Press, 2018).
7. Pola hubungan DPS,DSN-MUI dengan OJK
Pelaksanaan fungsi pengaturan dan pengawasan perbankan syariah dari
aspek pelaksanaan prinsip kehati-hatian dan tata kelola yang baik dilaksanakan oleh
OJK sebagaimana halnya pada perbankan konvensional, namun dengan pengaturan
dan sistem pengawasan yang disesuiakan dengan kekhasan sistem operasional
perbankan syariah. Masalah pemenuhan prinsip syariah memang hal yang unik
bank syariah, karena hakikinya bank syariah adalah bank yang menawarkan produk
yang sesuai dengan prinsip syariah. Kepatuhan pada prinsip syariah menjadi sangat
fundamental karena hal inilah yang menjadi alasan dasar eksistensi bank syariah.
Selain itu, kepatuhan pada prinsip syariah dipandang sebagai sisi kekuatan bank
syariah. Dengan konsisten pada norma dasar dan prinsip syariah maka
kemaslhahatan berupa kestabilan sistem, keadilan dalam berkontrak dan
terwujudnya tata kelola yang baik dapat berwujud.15
15
Ojk.Perbankan Syariah dan Kelembagaannya.
https://www.ojk.go.id/id/kanal/syariah/tentang-syariah/Pages/PBS-dan-
Kelembagaan.aspx diakses pada sabtu 5 Desember 2020. Pukul 15.16 WIB
memperoleh fatwa. Selain fungsi-fungsi itu, dalam perbankan syariah juga
diarahkan memiliki fungsi internal audit yang fokus pada pemantauan kepatuhan
syariah untuk membantu DPS, serta dalam pelaksanaan audit eksternal yang
digunakan bank syariah adalah auditor yang memiliki kualifikasi dan kompetensi
di bidang syariah.16
Secara umum terdapat bentuk usaha bank syariah terdiri atas Bank Umum
dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS), dengan perbedaan pokok BPRS
dilarang menerima simpanan berupa giro dan ikut serta dalam lalu lintas sistem
pembayaran. Secara kelembagaan bank umum syariah ada yang berbentuk bank
syariah penuh (full-pledged) dan terdapat pula dalam bentuk Unit Usaha Syariah
(UUS) dari bank umum konvensional. Pembagian tersebut serupa dengan bank
konvensional, dan sebagaimana halnya diatur dalam UU perbankan, UU Perbankan
Syariah juga mewajibkan setiap pihak yang melakukan kegiatan penghimpunan
dana masyarakat dalam bentuk simpanan atau investasi berdasarkan prinsip syariah
harus terlebih dahulu mendapat izin OJK.17
16
Ibid.
17
Ibid.
18
Ariyatu Ni’mati Rahmatika dan Septian Ragil Anandita. DSN MUI DAN OTORITAS JASA
KEUANGAN SERTA PEREKONOMIAN (STUDI LITERATUR DAN FENOMENOLOGI). Jurnal Bisnis &
Akuntansi Volume 8, No.2,September 2018
8. Fatwa DSN di Bidang Perbankan.
Sejauh ini DSN-MUI telah mengeluarkan fatwa sebanyak 53. Berikut
adalah fatwa DSN-MUI :19
19
AHYAR A. GAYO, LAPORAN AKHIR PENELITIAN HUKUM TENTANG KEDUDUKAN FATWA MUI
DALAM UPAYA MENDORONG PELAKSANAAN EKONOMI SYARIAH, (BPHN PUSLITBANG. 2011)
halaman 46
19. Fatwa DSN No. 23/DSN-MUI/III/2002 tentang Potongan Pelunasan
dalam Murabahah;
20. Fatwa DSN No. 24/DSN-MUI/III/2002 tentang Safe Deposit Box;
21. Fatwa DSN No. 26/DSN-MUI/III/2002 tentang Rahn Emas;
22. Fatwa DSN No. 27/DSN-MUI/III/2002 tentang al-Ijarah alMuntahiyah
bi al- Tamlik;
23. Fatwa DSN No. 28/DSN-MUI/III/2002 tentang Jual Beli Mata Uang (Al
Sharf);
24. Fatwa DSN No. 29/DSN-MUI/III/2002 tentang Pembiayaan
Pengurusan Haji Lembaga Keuangan Syariah;
25. Fatwa DSN No. 30/DSN-MUI/VI/2002 tentang Pembiayaan Rekening
Koran Syariah;
26. Fatwa DSN No. 31/DSN-MUI/VI/2002 tentang Pengalihan Utang;
27. Fatwa DSN No. 34/DSN-MUI/IX/2002 tentang Letter of Credit (L/C)
Impor Syariah;
28. Fatwa DSN No. 35/DSN-MUI/IX/2002 tentang Letter of Credit (L/C)
Ekspor Syariah;
29. Fatwa DSN No. 36/DSN-MUI/X/2002 tentang Sertifikat Wadi’ah Bank
Indonesia (SWBI);
30. Fatwa DSN No. 37/DSN-MUI/X/2002 tentang Pasar Uang Antarbank
Berdasarkan Prinsip Syariah;
31. Fatwa DSN No. 38/DSN-MUI/X/2002 tentang Sertifikat Investasi
Mudharabah AntarBank (Sertifikat IMA);
32. Fatwa DSN No. 42/DSN-MUI/V/2004 tentang Syariah Charge Card;
33. Fatwa DSN No. 43/DSN-MUI/III/2004 tentang Ganti Rugi (Ta'widh);
34. Fatwa DSN No. 44/DSN-MUI/VIII/2004 tentang Pembiayaan
Multijasa;
35. Fatwa DSN No. 46/DSN-MUI/II/2005 tentang Potongan Tagihan
Murabahah (Khashm Fi Al Murabahah);
36. Fatwa DSN No. 47/DSN-MUI/II/2005 tentang Penyelesaian Piutang
Murabahah bagi Nasabah Tidak Mampu Membayar;
37. Fatwa DSN No. 48/DSN-MUI/II/2005 tentang Penjadwalan Kembali
tentang Tagihan Murabahah;
38. Fatwa DSN No. 49/DSN-MUI/II/2005 tentang Konversi Akad
Murabahah;
39. Fatwa DSN No. 50/DSN-MUI/III/2006 tentang Akad Mudharabah
Musytarakah;
40. Fatwa DSN No. 54/DSN-MUI/X/2006 tentang Syariah Card;
41. Fatwa DSN No. 55/DSN-MUI/V/2007 tentang Pembiayaan Rekening
Koran Syariah Musyarakah;
42. Fatwa DSN No. 56/DSN-MUI/V/2007 tentang Ketentuan Review Ujrah
pada Lembaga Keuangan Syariah;
43. Fatwa DSN No. 57/DSN-Mul/V/2007 tentang Letter of Credit (L/C)
dengan Akad Kafalah bil Ujrah;
44. Fatwa DSN No. 58/DSN-MUI/V/2007 tentang Hawalah bil Ujrah;
45. Fatwa DSN No. 60/DSN-MUI/V/2007 tentang Penyelesaian Piutang
dalam Ekspor;
46. Fatwa DSN No. 62/DSN-MUI/XII/2007 tentang Akad Ju'alah;
47. Fatwa DSN No. 63/DSN-MUI/X/11/2007 tentang Sertifikat Bank
Indonesia Syariah (SBIS);
48. Fatwa DSN No. 64/DSN-MUI/XII/2007 tentang Sertifikat Bank
Indonesia Syariah Ju'alah (SBIS Ju'alah);
49. Fatwa DSN No. 73/DSN-MUI/XI/2008 tentang Musyarakah
Mutanaqasih.
50. Fatwa DSN No. 74/DSN-MUI/I/2000 tentang Penjaminan Syariah.
51. Fatwa DSN No. 77/DSN-MUI/V/2010 tentang Jual beli Emas Secara
Tidak Tunai.
52. Fatwa DSN No. 78/DSN-MUI/IX/2010 tentang Mekanisme dan
Instrumen Pasar Uang Antar Bank Berdasarkan Prinsip Syariah.
53. Fatwa DSN No. 79/DSN-MUI/III/2011 tentang Qardh Dengan
Menggunakan Dana Nasabah.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
DSN-MUI merupakan lembaga independen dalam mengeluarkan fatwa
sebagai rujukan yang berhubungan dengan masalah ekonomi, keuangan dan
perbankan. Peran DSN-MUI sangat penting utntuk meningkatkan perbankan
syariah dan menjaga kepatuhan bank syariah terhadap hukum Islam serta dalam
mengembangkan penerapan nilai-nilai syariah dalam kegiatan perekonomian pada
umumnya dan sektor keuangan pada khususnya, termasuk usaha bank, asuransi dan
reksadana. Para anggota DSN terdiri dari para ulama, praktisi, dan para pakar dalam
bidang yang terkait dengan muamalah syariah. Anggota DSN ditunjuk dan
diangkat oleh MUI dengan masa bakti sama dengan periode masa bakti pengurus
MUI pusat, yakni 5 (lima) tahun/
Abdul Nasser Hasibuan, 2020.Audit Bank Syariah, 1st ed. Jakarta: Kencana
AHYAR A. GAYO, 2011.LAPORAN AKHIR PENELITIAN HUKUM
TENTANG KEDUDUKAN FATWA MUI DALAM UPAYA MENDORONG
PELAKSANAAN EKONOMI SYARIAH, BPHN PUSLITBANG
Ariyatu Ni’mati Rahmatika dan Septian Ragil Anandita. DSN MUI DAN OTORITAS
JASA KEUANGAN SERTA PEREKONOMIAN (STUDI LITERATUR DAN FENOMENOLOGI).
Jurnal Bisnis & Akuntansi Volume 8, No.2,September 2018