Anda di halaman 1dari 13

BAB I

Pendahuluan

A. Latar belakang masalah

Sejak diberlakukannya UU Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan,keberadaan bank


syariah dalam sistem perbankan di Indonesia sebenarnya telahdiakui dan dikenal.
Pengembangan perbankan syariah tidak hanya dikaitkan denganmasalah tuntutan
pemenuhan ketentuan agama. Akan tetapi lebih ditekankan padakeunggulan komparatif
yang dapat ditawarkan baik secara mikro bagi pengguna jasadan investor maupun secara
makro bagi sistem perekonomian secara keseluruhan.

Bukti empiris menunjukkan ketika Indonesia mengalami krisis multidimensi bank syariah
tetap eksis karena lewat sistem nisbah (persentase bagi hasil) tidakhanyut oleh tingkat suku
bunga simpanan yang melonjak sehingga beban operasionallebih rendah dari bank
konvensional. Wujud nyata keseriusan mengembangkan danmenjaga agar produk bank
syariah tetap dalam koridor syariah di Indonesia adalahmelalui lembaga pendukung, antara
lain Badan Arbitrase Syariah, Dewan Syariah Nasional yang beranggota ulama MUI, dan
pewajiban ada Dewan Pengawas Syariahdi setiap bank syariah.

B. Rumusan masalah
1. Bagaimana Pengertian Dewan Syariah Nasional (DSN) dan dewan pengawas syariah
(DPS)
2. Apa saja Tugas Dewan Syariah Nasional (DSN) dan dewan pengawas syariah (DPS)
3. Apa saja Fungsi dan Kedudukan DSN-MUI dan DPS
4. Bagaimana Hubungan antara DSN-MUI &DPS
C. Tujuan masalah
1. Ingin mengetahui Pengertian Dewan Syariah Nasional (DSN) dan dewan pengawas
syariah (DPS)
2. Ingin mengetahui Tugas Dewan Syariah Nasional (DSN) dan dewan pengawas
syariah (DPS)
3. Ingin mengetahui Fungsi dan Kedudukan DSN-MUI dan DPS
4. Ingin mengetahui Hubungan antara DSN-MUI &DPS
A. Pengertian Dewan Syariah Nasional (DSN) dan dewan pengawas syariah (DPS)

Dewan Syariah Nasional adalah dewan badan supervise/pengawasan yang berada pada
level atau lingkup nasional, yang tugas dan kewajiban utamanya adalah untuk menganalisa dan
memformulasikan prinsip-prinsip syariah salah satunya adalah dengan melalui penerbitan fatwa
sebagai panduan dalam bisnis keuangan Islam. Prinsip- prinsip syariah yang dibahas dalam
lembaga dewan ini tidaklah semata-mata terfokus pada hal-hal terkait bank semata, lebih dari itu,
meliputi semua bisnis keuangan Islam yang di terapkan di negara Indonesia, mencakup asuransi,
pasar, di dewan ini juga bertanggung jawab untuk memastikan dan mengawal bahwa berbagai
panduan tersebut diterapkan. Para anggota Dewan ini terdiri dari ahli di bidang syariah dan
praktisi di dalam ekonomi, khususnya di dalam keuangan. Untuk mendorong terciptanya
efektivitas yang lebih tinggi, dewan ini di dukung oleh anggota Team Sekretariat yang memantau
draf/naskah dan editing /menyunting dari fatwa setelah persetujuan oleh pertemuan pleno dari
para anggota dewan ini.1

Berbeda dengan negara lain, Malaysia misalnya, dewan semacam ini berada dalam
kelembagaan Bank Sentral dan memerankan fungsi advisory atau pemberian nasehat, di
Indonesia, DSN tidak berada di bawah kelembagaan Bank Idonesia. DSN merupakan bagian atau
organisasi dari Majelis Ulama Indonesia (MUI). Majelis Ulama Indonesia adalah asosiasi ulama
Islam yang mewakili berbagai organisasi Islam, seperti Nahdhatul Ulama dan Muhammadiyah2

Majelis Ulama Indonesia (MUI) jika dilihat dari penjelasan di atas, berarti sebuah
lembaga yang bersifat non governmental (non pemerintah). Meski demikian, MUI ini adalah
satu-satunya asosiasi ulama yang mendapatkan pengakuan yang tinggi dari pemerintah. Sebagai
kesimpulan dari apa yang telah jelas di depan, maka pendirian lembaga DSN merupakan aspirasi
dari rakyat ( public-initiated) dan bukannya aspirasi pemerintah (government-initiated). Di
karenakan mulai berdirinya perbankan syariah di Indonesia, maka MUI kemudian mendrikan
atau membentuk DSN. Inisiatif dari MUI untuk membentuk sebuah badan syariah, dapat dilihat
sebagai sebuah respons yang fair dikarenakan memang dalam faktanya bahwa MUI ini juga
terlibat dalam rancangan pendirian bank-bank Islam (Syariah) diIndonesia

1
Agus triyanta, Hukum Perbankan Syariah , Setara Press(Malang;2016),H.140-141

2
Ibid hlm 141
Di Indonesia, kerangka hukum terkait dengan peranan dari dewan Syariah, sama halnya
dengan tugas dan tanggung jawab dari para anggotanya,masih perlu dilengkapi dan ditingkatkan.
Sebagimana telah menjadi jelas dalam penjelasan dimuka, DSN bukanlah badan atau lembaga
pemerintahan,dan karenanya Bank Indonesia sebagai bank sentral tidak memiliki otoritas untuk
mengatur termasuk dengan cara mengeluarkan aturan yang mengikat terhadap badan ini beserta
anggotanya.

DPS merupakan suatu badan yang di dirikan dan di tempatkan pada bank yang
melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah untuk memastikan bahwa operasional
bank syariah tidak menyimpang dari prinsip-prinsip syariah. Bank Indonesia selanjutnya
menetapkan bahwa keanggotaan DPS harus mendapatkan rekomendasi dari DSN yang didirikan
oleh Majelis Ulama Indonesia. Dengan demikian peranan DPS dan DSN menjadi sangat penting
dari aspek pengawasan syariah. DPS memastikan kegiatan operasional, produk dan jasa bank
syariah senantiasa sesuai prinsip syariah sedangkan DSN merupakan lembaga yang memberikan
rekomendasi anggota DPS yang memiliki keahlian dan kompetensi syariah yang memadai serta
menerbitkan fatwa produk dan jasa bank syariah yang bersifat nasional sehingga dapat dijadikan
pedoman yang seragam bagi DPS.3

Barangkali, dengan adanya pandangan tentang kurangnya kandungan materi(content) dari


garis panduan tentang tugas dan tanggung jawab dari DPS, kode etik dari Dewan Syariah yang
diterbitkan oleh Islamic Financial Service Board (IFSB) barangkali perlu dipertimbangkan.
Meski demikian, Ketua DSN dengan penuh kehati-hatian mempertimbangkan tentang bagaimana
standar atau kode etik tersebut dapat di adopsi di Indonesia. Menurutnya, hal itu tentu saja harus
mempertimbangkan praktik operasional internal dari bank syariah di Indonesia, dan juga
mempertimbangkan berbagai hal terkait dengan pandangan mazhab dimana perbankan syariah
Indonesia mengafiliasikan diri.4

Struktur yang berkaitan dengan hubungan yang bersifat tetap dalam sebuah organisasi
telah diputuskan secara tetap seperti yang dilakukan terhadap pekerjaan- pekerjaan dalam
organisasi yang dirancang dan bagaimana pekerjaan itu diatur dalam pedoman organisasi.

3
. Maslihati Nur Hidayati, Dewan Pengawas Syariah dalam Sistem Hukum Perbankan: Studi tentang
PengawasanBank Berlandaskan pada Prinsip-prinsip Islam, Lex Jurnalica Vol. 6 No. 1, Desember 2008.
4
Ibid hlm 142
Struktur merupakan cara menempatkan manusia sebagai bagian dari organisasi pada hubungan
yang relative tetap yang sangat menentukan pola-pola interaksi, koordinasi dan tingkah laku
yang berorientasi pada tugas.

Struktur dan organisasi merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Hal ini karena
organisasi merupakan kerangka hubungan yang berstruktur yang untuk menjalankan fungsi
tertentu. Konsekuensi dari hubungan ini adalah adanya hierarki,yaitu adanya pimpinan, bawahan
dan staf.

Struktur DSN adalah struktur dewan yang dibentuk oleh Majelis UlamaIndonesia. Dalam
melaksanakan tugas dan fungsinya, DSN dibantu oleh suatu badanyang disebut Badan Pelaksana
Harian Dewan Syariah Nasional (BPH-DSN).5 Secara umum, pengurus DSN-MUI dapat
dibedakan menjadi dua bagian yaitu:

1. Pengurus yang bersifat umum (Pengurus Pleno)

Pimpinan dan anggota pleno 2005-2010 yang ditetapkan pada tanggal 13 Juli2007 terdiri
dari 37 orang yang meliputi ketua, ketua pelaksana, empat orangwakil ketua, sekretaris, dua
orang wakil sekretaris dan anggota

2. Badan Pelaksanaan Harian

Badan Pelaksana Harian DSN terdiri dari ketua, tiga wakil ketua, sekretaris,dua wakil
sekretaris, bendahara dan anggota. Badan Pelaksana Harian (BPH) DSN pada periode 2005-2010
terdiri dari 21 orang yang meliputi 1 orang ketua,1 orang ketua pelaksana, 3 wakil ketua, 1
sekretaris, 2 wakil sekretaris, 1 orang bendahara dan 13 orang anggota kelompok kerja (Pokja)
perbankan dan pegadaian, kelompok kerja asuransi dan perniagaan serta kelompok kerja pasar
modal dan program.

Perbedaan antara susunan Pengurus Pleno dengan Badan Pelaksana Harian DSN(BPH-
DSN) terletak pada ketua pelaksana, wakil ketua, bendahara dan kelompok.Dalam Pengurus
Pleno terdapat ketua dan ketua pelaksana, sedangkan dalam Badan Pelaksana Harian hanya
terdapat ketua. Dalam Pengurus Pleno terdapat 4 wakil ketua, sedangkan dalam Badan Pelaksana
Harian hanya ada 3 wakil ketua. Dalam Pengurus Pleno juga terdapat 2 wakil skretaris,
5
Soemitra Andri, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah (Jakarta:Kencana Prenadamedia Group, 2009), hlm. 43.
sedangkan di Badan Pelaksna Harian hanya terdapat 2 wakil sekretaris. Dalam Pengurus Pleno
tidak ada bendahara sedangkan dalam Badan Pelaksana Harian terdapat bendahara.

Pengurus Badan Pelaksana Harian (BPH) adalah organisasi yang secara teknis
menjlankan tugas-tugas DSN-MUI. BPH terdiri dari para ahli hukum Islam dan paraahli bidang
ekonomi dan keuangan Islam baik dalam bidang perbankan, asuransi, pasar modal, pegadaian
dan perniagaan lain yang islami. BPH bertanggung jawab langsung kepada Pengurus Pleno DSN.
Pelaksanaan tugas BPH terbagi menjadi tiga kelompok kerja yang masing-masing diketuai oleh
seorang kordinator. Mereka adalah kelompok kerja bidang perbankan dan pegadaian, kelompok
kerja bidang ansuransi dan bisnis syariah, kelompok kerja bidang pasar modal dan program.6

B. Tugas Dewan Syariah Nasional (DSN) dan dewan pengawas syariah (DPS)
1. Tugas Dewan Syariah Nasional (DSN)
Salah satu tugas lembaga DSN-MUI adalah menggali, mengkaji dan merumuskan
nilai dan prinsip-prinsip hukum Islam (syariah) dalam bentuk fatwa untuk dijadikan
paduan dalam kegiatan dan urusan ekonomi pada umumnya dan khususnya terhadap
urusan dan kegiatan transaksi LKS, yaitu untuk menjalan kanoperasional LKS dan
mengawasi pelaksana dan implementasi fatwa. Untuk melaksanakan tugas ulama
tersebut, DSN-MUI memiliki otoritas sebagai berikut:
a. Mengeluarkan fatwa yang mengikat Dewan Pengawas Syariah di masing-masing
Lembaga Keuangan Syariah dan menjadi dasar tindakan hukum pihak kredit.
b. Mengeluarkan fatwa yang menjadi landasan bagi ketentuan atau peraturan yang
dikeluarkan oleh institusi yang berhak seperti Kementrian Keuangan dan Bank
Indosnesia
c. Memberikan dukungan dan atau mencabut dan menyokong nama-nama yanga kan
duduk sebagai Dewan Pengawas Syariah pada suatu Lembaga Keuangan Syariah
d. Mengundang para ahli untuk menjelaskan suatu masalah yang diperluakan dalam
pembahasan ekonomi syariah termasuk otoritas moneter atau lembaga keuangan
dalam maupun luar negeri.

6
Ibib hlm 86-87
e. Memberikan rekomendasi kepada Lembaga Keuangan Syariah untuk
menghentikan penyimpangan dari fatwa yang telah di keluarkan oleh Dewan
Syariah Nasional.
f. Mengusulkan kepada institusi yang berhak untuk mengambil tindakan apabila
perintah tidak didengar
DSN-MUI adalah satu-satunya lembaga yang diberi amanat oleh Undang-
Undang untuk menetapkan fatwa tentang ekonomi dan keuangan syariah. Selain
itu DSN-MUI merupakan organisasi yang di dirikan untuk memberikan ketentuan
hukum Islam kepada LKS dalam menjalankan aktivitasnya. Bagi LKS ketentuan
hukum itu sangat penting dan menjadi dasar hukum utama dalam menjalankan
opersinya. Tanpa ada ketentuan hukum, termasuk aspek hukum Islam akan
menyulitkan LKS dalam menjalankan seluruh aktivitasnya.
Dengan demikian, pengakuan terhadap fatwa-fatwa DSN-MUI sebagai
satu-satunya panduan dalam menjalankan operasional LKS tidak terlepas dari
usaha untuk memperkecil perbedaan interpretasi syariah yang dapat berujung
pada perbedaan penetapan hukum terhadap suatu kasus yang berlaku. Hal ini
perlukarena domain penetapan hukum Islam (fiqh) dan karakter fiqh yang elastis
adalah luas dan sangat bergantung pada factor-faktor yang mempengaruhi
ketetapan hukum Islam.7
-Mekanisme dan Tata Kerja DSN-MUI
Dalam mekanisme kerja DSN terdapat tiga unsur yang di perhatikan yaitu
Pleno DSN, Badan Pelaksana Harian DSN dan Dewan Pengawas
Syariah.Mekanisme kerja yang berkaitan dengan DSN yaitu:
a. Pleno DSN mengesahkan rancangan fatwa yang disusulkan oleh Badan
Pelaksana Harian DSN.
b. DSN melakukan musyawarah pleno paling tidak satu kali dalam tiga bulan
atau apabila diperlukan.
c. DSN membuat laporan tahunan yang berisi pernyataan yang dimuat dalam
laporan tahunan (annual report) mengenai Lembaga Keuangan Syariah yang

7
Gita Danupranata, Manajemen Perbankan Syariah, ( Jakarta; Salemba Empat, 2012), hlm. 167.
telah atau tidak memenuhi seluruh ketentuan syariah sesuai dengan fatwa
yang dikeluarkan oleh Dewan Syariah Nasional.

Tata kerja yang mengatur tentang pola kerja DSN yaitu:

a. DSN menyelenggarakan musyawarah pleno sekali dala tiga bulan atau pada
masa yang dianggap perlu.
b. Bahan, waktu dan tempat musyawarah ditentukan BPH-DSN dengan
persetujuan ketua dan sekretaris.
c. Surat undangan musyawarah disampaikan sekurang-kurangnya 3 (tiga) hari
sebelum musyawarah dilaksanakan.
d. .Surat undangan musyawarah ditandatangani oleh ketua dan sekretaris

.Musyawarah pleno yang diselenggarakan DSN tersebut adalah dengan


tugasuntuk:

a. Menetapkan, mengubah atau mencabut berbagai farwa dan pedoman


kegiatanLKS.
b. Mengesahkan atau menjernihkan hasil kajian terhadap usulan atau pernyataan
mengenai suatu produk atau jasa LKS.
c. Bahan musyawarah sebagaimana yang dimaksud pada nomor 1 dan 2
disiapkan dan diajukan oleh BPH-DSN. Kemudian DSN menerbitkanlaporan
tahunan secara teratur dan disertai pernyataan resmi LKS yang bersangkutan
telah atau tidak memenuhi ketentuan syariah. 8
2. Tugas dewan pengawas syariah (DPS)
Tugas dan tanggung jawab Dewan Pengawas Syariah:
a. DPS mengawasi pengembangan semua produk untuk memastikan tidak adanya
fitur yang melanggar syariah.
b. DPS menganalisa segala situasi yang belum pernah terjadi sebelumnya yang tidak
didasari fatwa di transaksi perbankan untuk memastikan kepatuhan dan
kesesuaiannya kepada syariah.

8
Ibib hlm 90-92
c. DPS menganalisis segala kontrak dan perjanjian mengenai transaksi-transaksi di
bank syariah untuk memastikan kepatuhan kepada syariah.9
d. DPS memastikan koreksi pelanggaran dengan segera (jika ada) untuk mematuhi
syariah. Jika ada pelanggaran, anggota DPS harus mengoreksi penyimpangan itu
dengan segera agar disesuaikan dengan prinsip-prinsipsyariah.
e. DPS memberikan supervisi untuk program pelatihan syariah bagi staf BankIslam.
f. DPS menyusun sebuah laporan tahunan tentang neraca bank syariah tentang
kepatuhan kepada syariah. Dengan pernyataaan ini seorang DPS memastikan
kesyariahan laporan keuangan perbankan syariah.
g. DPS melakukan supervisi dalam pengembangan dan penciptaan investasi yang
sesuai syariah dan produk pembiayaan yang inovatif.
Untuk menjalankan tugas-tugas tersebut, maka DPS mesti memenuhi kualifikasi
tertentu. Artinya, untuk menjadi DPS tidak sembarang orang,sebagaimana terjadi
selama ini. Seorang DPS seharusnya adalah sarjana(ilmuwan) yang memiliki reputasi
tinggi dengan pengalaman luas dibidang hukum, ekonomi, dan sistem perbankan dan
khusus dalam bidang hukum dan keuangan.
Mengacu pada kualifikasi DPS tersebut diatas, maka bank-bank syariah
diIndonesia perlu melakukan restrukturisasi, perbaikan dan perubahan ke arah yang
lebih baik dan mengangkat DPS dari kalangan ilmuwan ekonomi Islam yang
berkompeten di bidangnya. Hal ini mutlak perlu dilakukan agar perannya bisa
optimal dan menimbulkan citra positif bagi pengembangan bank syariah diIndonesia
Di antara cara menjamin bahwa operasional bank Islam tidak keluar dari tuntunan
syariah adalah: (a) Mengangkat pimpinan bank yang sedikit banyakmenguasai fiqh
muamalah. (b) Pembentukan Dewan Pengawas Syarih (DPS) untuk mengawasi
operasional bank menurut syariah.DPS adalah suaru dewan yang sengaja dibentuk
untuk mengawasi perjalanan bank Islam sehingga senantiasa sesuai dengan tuntunan
syariah.

-Mekanisme Kerja DPS

a. DPS melakukan pengawasan secara periodik pada LKS yang berada dalam
pengawasannya
9
Ibid hlm 100
b. DPS berkewajiban mengajukan usul-usul pengembangan LKS kepada pimpinan
LKS bersangkutan dan kepada DSN.

c. DPS melaporkan perkembangan produk dan operasional LKS yang diawasinya


kepada DSN sekurang-kurangnya dua kali dalam satu tahunan anggaran.

d. DPS merumuskan permasalahan yang memerlukan pembahasan DSN.

C. Fungsi dan Kedudukan DSN-MUI dan DPS

1. Fungsi dan Kedudukan DSN-MUI

Fungsi utama Dewan Syariah Nasional adalah mengawasi produk- produk lembaga
keuangan syariah agar sesuai dengan syariah Islam. Dewan ini bukan hanya mengawasi bank
syariah, tetapi juga lembaga-lembaga lain seperti asuransi,reksa dana,modal ventura, dan
sebagainya. Untuk keperluan pengawasan tersebut, Dewan Syariah Nasional membuat garis
panduan produk syariah yang diambil dari sumber-sumber hukum Islam. Garis panduan ini
menjadi dasar pengawasan bagi Dewan Pengawasan Syariah pada lembaga- lembaga keuangan
syariah dan menjadi dasar pengembangan produk- produknya.10

Fungsi lain dari Dewan Syariah Nasional adalah meneliti dan memberi fatwa bagi
produk-produk yang di kembangkan oleh lembaga keuangan syariah. Produk-produk baru
tersebut harus diajukan oleh manajemen setelahdirekomendasikan oleh Dewan Pengawas
Syariah dan lembaga yang bersangkutan.

Selain itu, Dewan Syariah Nasional bertugas meberikan rekomendasi paraulama yang
akan ditugaskan sebagai Dewan Syariah Nasional pada suatulembaga keuangan syariah. 11 Dewan
Syariah Nasional dapat member tegura kepada lembaga keuangan syariah jika lembaga yang
bersangkutan menyimpang dari garis panduan yang telahditetapkan. Hal ini dilakukan Dewan
Syariah Nasional telah menerima laporandari Dewan Pengawas Syariah pada lembaga yang
brsangkutan mengenai hatltersebut.12

2. Fungsi dan Kedudukan DSN-MUI

10
Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah,(Jakarta: Gema Insani, 2001), hlm. 182

11
ibid
12
ibid
a. Memberikan nasihat dan usulan kepada direksi, pimpinan usaha syariah dan pimpinan kantor
cabang Lembaga Keuangan Syariah mengenai hal-hal yang berhubungan dengan aspek syariah.

b. Melakukan pengawasan, baik secara aktif maupun pasif, terutama dalam pelaksanaan fatwa
DSN serta memberikan pengarahan/pengawasan atau produk/jasa dan kegiatan usaha agar sesuai
dengan prinsip syariah.

c. Sebagai mediator antara Lembaga Keuangan Syariah dengan DSN dalammengkomunikasikan


usulan dan pengembangan produk dan jasa dariLembaga Keuangan Syariah yang memerlukan
kajian fatwa dari DSN.DPS berfungsi sebagai perwakilan DSN yang ditempatkan di Lembaga

Keuangan Syariah dengan memerankan tugas, yaitu:

a. Wajib mengikuti fatwa DPS


b. Merumuskan permasalahan yang memerlukan pengesahan DSN
c. Melaporkan kegiatan usaha serta perkembangan Lembaga Keuangan Syariah yang
diawasinya kepada DSN sekurang-kurangnya sekali dalam setahun.
C. Hubungan antara DSN-MUI &DPS
Dalam melakukan kegiatan usaha sebagaimana diatur dalam pasal 28 dan
29Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 32/34/KEP/DIR Tahun 1999 tentang Bank
Umum Berdasarkan Syariah, bank wajib memperhatikan fatwa Dewan Syariah Nasional
(DSN) sebelum melaksanakan kegiatannya. Namun apabila dalam hal bankakan
melakukan kegiatan usahanya ternyata kegiatan atau produk tersebut belumdifatwakan
oleh DSN, maka bank wajib meminta persetujuan DSN sebelummelaksanakan
kegiatannya.
fungsi utama DSN adalah mengawasi produk-produk lembaga keuangan
syariah(LKS) agar sesuai dengan syariah Islam dan juga mengawasi lembaga-lembaga
lainseperti asuransi, reksadana, modal ventura dan sebagainya. Untuk keperluan
tersebut,DSN membuat garis panduan produk syariah yang diambil dari sumber-
sumberhukum Islam. Garis panduan ini menjadi dasar pengawasan bagi Dewan
PengawasSyariah (DPS) pada lembaga-lembaga keuangan syariah dan menjadi dasar
pengembangan produk-produknya.
Anggota DSN terdiri dari para ulama, praktisi dan pakar dalam bidang-
bidangyang terkait dengan perekonomian dan syariah muamalah. Anggota DSN
ditunjukdan diangkat untuk masa bakti lima tahun, sama dengan periode masa bakti
pengurusMUI pusat.
Dalam pelaksanaan tugasnya, DSN dibantu oleh Badan Pelaksana Harian
(BPH)DSN yang melaksanakan langsung tugas DSN sehari-hari. BPH melakukan
penelitian, penggalian dan pengkajian. Kemudian setelah dianggap memadai, hasil
pengkajian tersebut dituangkan dalam bentuk Rancangan Fatwa DSN. Rancanganfatwa
ini selanjutnya dibawa dalam rapat pleno DSN untuk dibahas kemudiandiputuskan
menjadi Fatwa DSN13

13
Maslihati Nur Hidayati, Dewan Pengawas Syariah dalam Sistem Hukum Perbankan: Studi tentang
PengawasanBank Berlandaskan pada Prinsip-prinsip Islam,Lex Jurnalica Vol. 6 No. 1, Desember 2008.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dewan Syariah Nasional adalah dewan /badan supervise/pengawasan yang berada pada
level atau lingkup nasional, yang tugas dan kewajiban utamanya adalah untukmenganalisa dan
memformulasikan prinsip-prinsip syariah saah satunya adalahdengan melalui penerbitan fatwa
sebagai panduan dalam bisnis keuangan Islam. DPSmerupakan suatu badan yang didirikan dan
ditempatkan pada bank yang melakukankegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah untuk
memastikan bahwa operasional bank syariah tidak menyimpang dari prinsip-prinsip syariah.
DPS dan DSN menjadi sangat penting dari aspek pengawasan syariah. DPSmemastikan
kegiatan operasional, produk dan jasa bank syariah senantiasa sesuai prinsip syariah sedangkan
DSN merupakan lembaga yang memberikan rekomendasianggota DPS yang memiliki keahlian
dan kompetensi syariah yang memadai sertamenerbitkan fatwa produk dan jasa bank syariah yang
bersifat nasional sehinggadapat dijadikan pedoman yang seragam bagi DPS.
Peran utama para ulama dalam Dewan Pengawas Syaraiah adalah mengawasi jalannya
operasional bank sehari-hari agar selalu sesuai dengan ketentuan-ketentuansyariah. Hal ini karena
transaksi-transaksi yang berlaku dalam bank syariah sangatkhusus jika dibanding bank
konvensional. Karena itu, diperlukan garis panduan(guidelines)yang mengaturnya. Garis panduan
ini disusun dan ditentukan olehDewan Syariah Nasional.
Daftar pusaka

Andri, Soemitra,Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta:Kencana PrenadamediaGroup, 2009.

Antonio,Muhammad Syafi’I,Bank Syariah,Jakarta: Gema Insani, 2001.

Danupranata, Gita,Manajemen Perbankan Syariah,akarta; Salemba Empat, 2012.

Gandapradja, Permadi,Dasar dan Prinsip Pengawasan Bank , Jakarta: Gramedia

PustakaUtama, 2004.

Triyanta, Agus,Hukum Perbankan Syariah, Malang; Setara Press, 2016.

Agustianto. “Optimalisasi Dewan Pengawas Syariah (2)”,

http://id.scribd.com/doc/4685583/optimalisasi-dewan-pengawas-syariah-2-agustiantoMaslihati Nur
Hidayati, Dewan Pengawas Syariah dalam Sistem Hukum Perbankan:Studi tentang Pengawasan Bank
Berlandaskan pada Prinsip-prinsip Islam, Lex Jurnalica Vol. 6 No. 1, Desember 2008.

Peraturan Ketua Bapepam-LK No. PER-03/BL/2007 tentang Kegiatan PerusahaanPembiayaan


Berdasarkan Prinsip Syariah Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 (2)Pasal 47 (1) Peraturan Bank Indonesia No.
11/33/PBI/2009 Tentang Pelaksanaan GoodCorporate Governance Bagi Bank Umum Syariah dan Unit
Usaha Syariah.

Anda mungkin juga menyukai