Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

“DPS, DSN, dan DK”


Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Lembaga Keuangan Syariah dan dipresentasikan
di lokal MBS-2C

Dosen Pembimbing :

DR. H.SYUKRI ISKA, M.AG.,


FATIMAH SETIA WARDHANI,SE.Sy., ME

Oleh:

JIHAN JUNITA
NIM: 2130404082

JURUSAN MANAJEMEN BISNIS SYARI`AH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI BATUSANGKAR

T.A 2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga pemakalah dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat
waktu. Shalawat dan salam semoga senantiasa kita ucapkan kepada junjungan nabi besar yakni
nabi Muhammad SAW yang telah membawa umatnya dari alam kegelapan menuju jalan yang
terang benderang seperti saat ini.

Adapun judul dari makalah ini adalah “DPS, DSN, dan DK”. Makalah Lembaga
Keuangan Syari`ah ini dibuat berdasarkan kepada panduan-panduan dan garis-garis besar
program pengajaran yang diberikan oleh Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Batusangkar.

Akhir kata sebagai pemakalah tentunya memerlukan beberapa masukan agar bisa lebih
baik lagi kedepannya dalam menyelesaikan sebuah makalah. Terima kasih atas saran dan juga
masukannya.

Rambatan, 19 Juni 2022

Pemakalah

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..........................................................................................................i

DAFTAR ISI.........................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ............................................................................................1


B. Rumusan Masalah ......................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan ........................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian DPS, DSN, dan DK..................................................................................2


B. Tugas, Fungsi, dan Wewenang DPS, DSN, dan DK ................................................4
C. Hubungan DPS, DSN, dan DK ..................................................................................8

BAB III PENUTUP

A. Simpulan ....................................................................................................................9
B. Saran ..........................................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Lembaga keuangan secara garis besar dibedakan menjadi dua yaitu lembaga
keuangan konvensional dan lembaga keuangan syariah. Lembaga keuangan syariah
memiliki aturan yang lebih khusus jika dibandingkan dengan lembaga konvensional.
Salah satu aturannya yaitu segala macam transaksi yang dilakukan di lembaga keuangan
syariah harus sesuai dengan syariat dan tidak boleh bertentangan dengan hal tersebut.
Sehingga pelaksanaan kepatuhan syariah di Lembaga Keuangan Syariah harus senantiasa
diawasi oleh Dewan Pengawas Syariah. Walaupun sejauh ini fungsi pengawasan yang
dilakukan Dewan Pengawas Syariah belumlah maksimal.
Terkait dengan kepatuhan tersebut, juga ada beberapa peraturan-peraturan yang
harus ditaati sebagaimana ditentukan oleh beberapa pihak, diantaranya Dewan Syariah
Nasional. Sehingga antara Dewan Pengawas Syariah dengan Dewan Syariah Nasional
saling bekerja sama sehingga membentuk suatu kesatuan guna lembaga keuangan
syariah. Di Indonesia ada DSN-MUI yang mana telah mengeluarkan beberapa fatwa
untuk mengatur keberlangsungan pelaksanaan akad-akad yang terdapat dalam Lembaga
Keuangan Syariah, dimana Bank Pembiayaan Rakyat Syariah juga terdapat di dalamnya.
DK atau Dewan Komisaris untuk Bank Pembiayaan Rakyat Syariah merujuk pada
pengawas sebagaimana yang termuat dalam undang-undang.
.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian DPS, DSN, dan DK?
2. Bagaimana tugas,fungsi, dan wewenang dari DPS, DSN, dan DK?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dari DPS, DSN
2. Untuk mengetahui tugas, fungsi, dan wewenang dari DPS, DSN, dan DK

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian DPS, DSN, dan DK


1. Pengertian DPS (Dewan Pengawas Syariah)
Dalam kamus bahasa Indonesia kata “dewan” adalah badan yang terdiri dari
beberapa orang yang perkerjaannya memutuskan sesuatu dengan jalan berunding,
pengawas berasal dari kata awas yang berarti pengawas adalah aktivitas mengawasi
atau mengamati sesuatu dengan teliti. Sedangkan “syariah” adalah komponen ajaran
Islam yang mengatur tentang kehidupan seorang muslim baik dari bidang ibadah
(habluminallah) maupun dalam bidang muamalah (hablumminannas) yang
merupakan aktualisasi akidah yang menjadi keyakinannya. Sementara muamalah
sendiri meliputi berbagai bidang kehidupan antara lain yang menyangkut ekonomi
atau harta dan perniagaan disebut muamalah maliya.1. Dewan Pengawas Syariah
(DPS) adalah suatu Dewan yang sengaja dibentuk untuk mengawasi jalannnya bank
Islam sehingga senantiasa sesuai dengan prinsip muamalah dalam Islam.2 Dewan
Pengawas Syariah adalah salah satu badan independen yang ditempatkan oleh Dewan
Syariah Nasional pada perbankan dan lembaga keuangan syariah yang lain sehingga
sesuai dan taat dengan aturan yang dibuat.
Menurut Adrian Sutedi, Dewan Pengawas Syariah adalah badan yang ditunjuk
oleh DSN yang ditempatkan di lembaga keuangan atau bisnis syariah yang bertugas
mengawasi kegiatan usaha agar sesuai dengan prinsip syariah.( Djumhana, 2006:142)
Selain itu DPS juga dapat diartikan sebagai dewan yang sengaja dibentuk untuk
mengawasi jalannya bank islam sehingga senantiasa sesuai dengan prinsip muamalah
dalam islam. 3
Jadi Dewan Pengawas Syariah adalah suatu badan yang ditunjuk oleh Dewan
Syariah Nasional untuk mengawasi semua lembaga keuangan syariah agar tetap
menjalankan kegiatannya sesuai dengan syariat.

1
Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia. (Jakarta: Balai Pustaka, 2007) h. 289
2
Zainuddin. Hukum Perbankan Syariah, (Jakarta: Rineka Cipta, 2012), h. 1.
3
Perwaatmadja, Karnaen A dan Muhammad Syafi`I Antonio. Apa dan Bagaimana Bank Islam.
Yogyakarta: PT . Dana Bakti Prima Yasa. Hal. 2

2
2. Pengertian DSN ( Dewan Syariah Nasional)
Dewan Syariah Nasional (DSN) menurut ketentuan Pasal 1 Ayat 9 PBI adalah
dewan yang dibentuk oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang bertugas dan
memiliki kewenangan untuk menetapkan fatwa tentang produk dan jasa dalam
kegiatan usaha berdasarkan prinsip Syariah.4 DSN merupakan bagian dari MUI yang
bertugas menumbuhkembangkan penerapan nilai-nilai syariah dalam kegiatan
perekonomian pada umumnya dan sektor keuangan pada khususnya, termasuk usaha
bank, asuransi, dan reksadana. Anggota DSN terdiri atas para ulama, praktisi, dan
pakar dalam bidang-bidang yang terkait dengan perekonomian dan syariah
muamalah. Anggota DSN ditunjuk dan diangkat oleh MUI untuk masa bakti 4 tahun.

3. Pengertian DK (Dewan Komisaris)


Dewan Komisaris adalah sebuah dewan yang bertugas untuk melakukan pengawasan
dan memberikan nasihat kepada direktur PT (Perseroan Terbatas). Di Indonesia
dewan komisaris ditunjuk melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) dan di
dalam UU No. 40 tahun 2007 tentang PT dijabarkan fungsi, wewenang, dan tanggung
jawab dari Dewan Komisaris. Dewan komisaris merupakan hal yang perlu ada dalam
kelengkapan suatu organisasi. Dewan Komisaris adalah organ perseroan yang
bertugas melakukan pengawasan secara umum atau khusus sesuai dengan anggaran
dasar serta memberi nasihat kepada dewan direksi. Bank Syariah sebagai lembaga
yang berbadan hukum PT memiliki organ yang bernama Dewan Komisaris. Hal ini
kemudian ada juga dalam Pasal 28 tentang Perbankan Syariah yang menyatakan
bahwa:
“Ketentuan yang mengenai syarat, jumlah, tugas, dan kewenangan, tanggung jawab,
serta hal lain yang menyangkut dewan komisaris dan direksi bank syariah diatur
dalam anggaran dasar bank syariah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan”

4
Cik Basir, Sengketa Perbankan Syariah. ( Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2005). Hal 60

3
B. Tugas, Fungsi dan Wewenang DPS, DSN, dan DK

1. Tugas, Fungsi dan Wewenang DPS


a. Tugas dan Fungsi Dewan Pengawas Syariah
Tugas utama Dewan Pengawas Syariah adalah mengawasi kegiatan suata
lembaga keuangan syariah agar sesuai dengan ketentuan dan prinsip syariah yang
telah difatwakan oleh DSN-MUI. Dewan Pengwas Syariah berfungsi sebagai
penasihat dan pemberi saran kepada Direksi, Pimpinan Unit Usaha Syariah dan
pimpinan kantor cabang Syariah mengenai hal-hal yang terkait dengan aspek
syariah. Selain itu berfungsi juga sebagai mediator antara LKS dengan DSN-MUI
dalam mengkomunikasikan usul dan saran pengembangan produk dan jasa dari
LKS yang memerlukan kajian dan fatwa dari DSN-MUI .5
Sesuai keputusan DSN-MUI No. 2 Tahun 2000, tugas DPS yaitu:
1. Memberikan nasihat dan saran kepada direksi, pimpinan usaha syariah
dan pimpinan kantor cabang Lembaga Keuangan Syariah mengenai
hal-hal yang berkaitan dengan aspek syariah;
2. Melakukan pengawasan baik secara aktif maupun pasif terutama
dalam pelaksanaan fatwa DSN serta memberikan
pengarahan/pengawasan atas produk/jasa dan kegiatan usaha agar
sesuai dengan prinsip syariah;
3. Sebagai mediator antar lembaga Keuangan Syariah dengan DSN
dalam mengomunikasikan usul dan saran pengembangan produk dan
jasa dari Lembaga Keuangan Syariah yang memerlukan kajian dan
fatwa DSN dan mengikuti fatwa DSN
4. Merumuskan permasalahan yang memerlukan pengesahan DSN
5. Melaporkan kegiatan usaha serta perkembangan lembaga keuangan
syariah yang diawasinya kepada DSN sekurang-kurangnya satu kali
dalam setahun.

5
Zainuddin. Hukum Perbankan Syariah, (Jakarta: Rineka Cipta, 2012), h. 1.

4
b. Wewenang Dewan Pengawas Syariah
1. Memberikan pedoman secara garis besar tentang aspek syariah dari
operasional bank islam, baik penyerahan dana, penyaluran dana maupun
kegiatan-kegiatan bank lainnya.
2. Mengadakan perbaikan terhadap suatu produk bank islam yang telah atau
sedang berjalan. Namun dinilai pelaksanaan nya bertentangan dengan
ketentuan syariah
3. Keberhasilan pelaksanaan tugas dan wewenang dewan ini sangat tergantung
kepada indepedensinya didalam membuat suatu putusan atau penilaian yang
dibutuhkan. Independesi dewan ini diharapkan dapat dijamin karena:
4. Mereka bukan staf bank, sehingga tidak tunduk dibawah kekuasaan
administratif.
5. Mereka dipilih oleh rapat umum pemegang saham, demikian juga penentuan
tentang hanorariumnya.
6. Dewan pengawas mempunyai sistem kerja dan tugas-tugas khusus seperti
halnya badan pengawas lainnya.

Mengenai tugas dan wewenang Dewan Pengawas Syariah menurut


ketentuan pasal 27 PBI No. 6/24/pbi/2004 peraturan bank Indonesia diantaranya
memastikan dan mengawasi kesesuaian kegiatan operasional bank terhadap fatwa
yang dikeluarkan oleh DSN, dan juga menyampaikan laporan hasil pengawasan
syariah sekurang-kurangnya setiap 6 bulan kedepan direksi , komisaris, dewan
syariah nasional dan bank Indonesia.

5
2. Tugas, Fungsi, dan Wewenang DSN
a. Tugas dan Fungsi Dewan Syariah Nasional
Tugas dan wewenang dari DSN yaitu menumbuhkembangkan penerapan
nilai-nilai syariah dalam kegiatan perekonomian pada umumnya dan sektor
keuangan pada khususnya, termasuk usaha bank, asuransi, dan reksadana. Selain
itu DSN juga mengeluarkan fatwa atas produk dan jasa keuangan syariah.
b. Wewenang Dewan Syariah Nasional
1. Mengeluarkan fatwa yang mengikat DPS pada masing-masing lembaga
keuangan syariah dan menjadi dasar tindakan hukum pihak terkait
2. Mengeluarkan fatwa yang manjadi landasan bagi ketentuan atau peraturan
yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang, seperti Departemen
Keuangan dan Bank Indonesia
3. Memberikan rekomendasi dan atau mencabut rekomendasi nama-nama yang
akan duduk sebagai DPS pada suatu lembaga keuangan syariah
4. Mengundang para ahli untuk menjelaskan suatu masalah yang diperlukan
dalam pembahasan ekonomi syariah termasuk otoritas moneter atau lembaga
keuangan dalam dan luar negeri.
5. Memberikan peringatan kepada lembaga keuangan syariah untuk untuk
menghentikan penyimpangan dari fatwa yang telah dikeluarkan oleh DSN.
6. Mengusulkan kepada instansi yang berwenang untuk mengambil tindakan
apabila peringatan tidak diindahkan.(Muhammad, 2004, hal. 543)
3. Tugas, Fungsi, dan Wewenang DK
a. Tugas dan Fungsi Dewan Komisaris (DK)
Tugas-tugas dewan komisaris meliputi:
1. Memberikan tanggapan dan rekomendasi atas rencana kerja tahunan perseroan
yang diajukan direksi;
2. Melakukan pengawasan atas pelaksanaan prinsip-prinsip Good Corporate
Governance dalam kegiatan-kegiatan usaha perseroan
3. Melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada direksi mengenai
risiko bisnis Perseroan dan upaya-upaya manajemen dalam menerapkan
pengendalian internal;

6
4. Melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada direksi dalam
penyusunan dan pengungkapan laporan keuangan berkala;
5. Mempertimbangkan keputusan direksi yang memerlukan persetujuan Dewan
Komisaris berdasarkan anggaran dasar;
6. Memberikan laporan mengenai pelaksanaan tugas pengawasan dan pemberian
nasihat yang dilakukannya dalam laporan tahunan serta menelaah dan
menyetujui laporan tersebut;
7. Melaksanakan fungsi nominasi dan remunerasi
8. Dalam keadaan tetentu, menyelenggarakan RUPS Tahunan dan RUPS Luar
Biasa sesuai dengan anggaran dasar perseroan dan peraturan peundang-
undangan terkait.

Selama menjalankan tugasnya, Dewan Komisaris tidak boleh ikut serta dalam
pengambilan keputusan yang bersifat operasional. Keputusan dewan komisaris
hanya diambil dalam kapasitasnya sebagai pengawas, sehingga keputusan
mengenai operasional tetap menjadi tanggung jawab direksi.

b. Wewenang Dewan Komisaris


Dalam menjalankan tugas pengawasan dan pemberian nasihat kepada direksi,
Dewan Komisaris berwenang untuk melakukan beberapa hal diantaranya:
1. Memeriksa catatan dan dokumen lain termasuk kekayaan Perseroan;
2. Meminta dan menerima informasi mengenai Perseroan dari Direksi
3. Memberhentikan sementara anggota direksi apabila anggota Direksi tersebut
bertindak bertentangan dengan Anggaran Dasar Perseroan atau peraturan yang
berlaku. Presiden komisaris bertindak sebagai juru bicara dari Dewan
Komisaris dan menjadi penghubung utama bagi Dewan Komisaris.

Tanggung jawab dewan komisaris berdasarkan UU No. 40 Tahun 2007 adalah


sebagai berikut:

1. Setiap anggota dewan komisaris ikut bertanggung jawab secara pribadi atas
kerugian perseroan apabila yang bersangkutan bersalah dan lalai dalam
menjalankan tugasnya.

7
2. Dewan Komisaris dapat digugat oleh pemegang saham yang mewakili paling
sedikit 1/10 bagian dari jumlah seluruh saham karena kesalahan atau
kelalaiannya menimbulkan kerugian perseroan
3. Anggota dewan komisaris tidak dapat diminta pertanggungjawaban atas
kerugian apabila dapat membuktikan telah melakukan pengawasan untuk
kepentingan perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan, tidak
mempunyai kepentingan pribadi baik langsung maupun tidak langsung atas
tindakan pengurusan direksi yang mengakibatkan kerugian, dan telah
membeikan nasihat kepada direksi untuk mencegah timbul dan berlanjutnya
kerugian tersebut.
4. Jika terjadi kepailitan karena kesalahan atau kelalaian dewan komisaris dalam
melakukan pengawasan terhadap pengurusan yang dilaksanakan oleh direksi
dan kekayaan perseroan tidak cukup untuk membayar seluruh kewajiban
perseroan akibat kepailitan tersebut, setiap anggota dewan komisaris
bertanggung jawab dengan anggota direksi atas kewajiban yang belum
dilunasi. Anggota dewan komisaris tidak dapat diminta pertanggung
jawabannya apabila terbukti bahwa kepailitan tersebut bukan kesalahan atau
kelalaiannya, telah melakukan pengawasan untuk kepentingan perseroan dan
sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan, tidak mempunyai kepentingan
pribadi baik langsung ataupun tidak langsung atas tindakan pengurusan
direksi yang mengakibatkan kepailitan dan telah memberikan nasihat kepada
direksi untuk mencegah kepailitan tersebut. (Wirdyaningsih, 2005:101)
C. Hubungan Antara DPS, DSN, dan DK
Hubungan Dewan Pengawas Syariah dengan Dewan Syariah Nasional yaitu
dengan berkembangnya lembaga keuangan syariah, berkembang pulalah jumlah DPS
yang berada pada masing-masing lembaga tersebut. Terkadang muncul fatwa yang
berbeda sehingga perlu dibentuk DSN yang bersifat nasional. Hal-hal terkait syariah juga
dihubungkan dengan Dewan Komisaris selaku badan yang memeriksa segala hal yang
berkaitan dengan syariah.

8
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan
Dewan Pengawas Syariah adalah suatu badan yang ditunjuk oleh Dewan Syariah
Nasional untuk mengawasi semua lembaga keuangan syariah agar tetap menjalankan
kegiatannya sesuai dengan syariat. DSN merupakan bagian dari MUI yang bertugas
menumbuhkembangkan penerapan nilai-nilai syariah dalam kegiatan perekonomian pada
umumnya dan sektor keuangan serta DSN bertugas untuk membentuk fatwa-fatwa
berkaitan dengan syariah. Dan Dewan Komisaris adalah sebuah dewan yang bertugas
untuk melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada direktur PT (Perseroan
Terbatas).
Tugas pokok dari dewan pengawas syariah yaitu mengawasi kegiatan suata
lembaga keuangan syariah agar sesuai dengan ketentuan dan prinsip syariah yang telah
difatwakan oleh DSN-MUI serta berwenang memberikan perbaikan dan pedoman dalam
produk syariah. Tugas pokok dari Dewan Syariah Nasional yaitu mengeluarkan fatwa
terkait jasa keuangan syariah. Sedangkan Dewan komisaris Memberikan tanggapan dan
rekomendasi atas rencana kerja tahunan perseroan yang diajukan direksi selain itu juga
berfungsi sebagai pengawasan.

B. Saran
Demikian makalah yang dapat saya susun, pastilah dalam penyusunan makalah
ini masih banyak kekurangan dan kesalahan karena saya sadar ini merupakan
keterbatasan dari saya. Makanya saya mengharap kritik dan saran yang membangun guna
makalah ini

9
DAFTAR PUSTAKA

Al Arif, M. Nurianto.Lembaga Keuangan Syariah (Suatu Kajian Teoritis dan Praktis), (Bandung:

Pusaka Setia, 2012) Al-Bani, Muhammad Nashiruddin. Ensiklopedi Sahih Hadist Qudsi Jilid 1,

(Surabaya: Duta Ilmu, 2008) Ali, Zainuddin Hukum Perbankan Syariah, (Jakarta: Sinar Grafika,

2008) Alma, Buchari dan Donni Juni Priansa. Manajemen Bisnis Syariah, (Bandung: Alfabeta, 2009)

Poerwadarminta. (2007). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Zainuddin. (2012). Hukum Perbankan Syariah, Jakarta: Rineka Cipta.

Perwaatmadja, Karnaen A dan Muhammad Syafi`I Antonio. Apa dan Bagaimana Bank Islam.
Yogyakarta: PT . Dana Bakti Prima Yasa.

Cik Basir. (2005). Sengketa Perbankan Syariah. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup

Syakir, Sula Muhammad. (2004). Asuransi Syariah, Jakarta: Gema Insani Press

Anda mungkin juga menyukai