Dosen Pembimbing :
Oleh:
JIHAN JUNITA
NIM: 2130404082
T.A 2022
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga pemakalah dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat
waktu. Shalawat dan salam semoga senantiasa kita ucapkan kepada junjungan nabi besar yakni
nabi Muhammad SAW yang telah membawa umatnya dari alam kegelapan menuju jalan yang
terang benderang seperti saat ini.
Adapun judul dari makalah ini adalah “DPS, DSN, dan DK”. Makalah Lembaga
Keuangan Syari`ah ini dibuat berdasarkan kepada panduan-panduan dan garis-garis besar
program pengajaran yang diberikan oleh Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Batusangkar.
Akhir kata sebagai pemakalah tentunya memerlukan beberapa masukan agar bisa lebih
baik lagi kedepannya dalam menyelesaikan sebuah makalah. Terima kasih atas saran dan juga
masukannya.
Pemakalah
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Simpulan ....................................................................................................................9
B. Saran ..........................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dari DPS, DSN
2. Untuk mengetahui tugas, fungsi, dan wewenang dari DPS, DSN, dan DK
1
BAB II
PEMBAHASAN
1
Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia. (Jakarta: Balai Pustaka, 2007) h. 289
2
Zainuddin. Hukum Perbankan Syariah, (Jakarta: Rineka Cipta, 2012), h. 1.
3
Perwaatmadja, Karnaen A dan Muhammad Syafi`I Antonio. Apa dan Bagaimana Bank Islam.
Yogyakarta: PT . Dana Bakti Prima Yasa. Hal. 2
2
2. Pengertian DSN ( Dewan Syariah Nasional)
Dewan Syariah Nasional (DSN) menurut ketentuan Pasal 1 Ayat 9 PBI adalah
dewan yang dibentuk oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang bertugas dan
memiliki kewenangan untuk menetapkan fatwa tentang produk dan jasa dalam
kegiatan usaha berdasarkan prinsip Syariah.4 DSN merupakan bagian dari MUI yang
bertugas menumbuhkembangkan penerapan nilai-nilai syariah dalam kegiatan
perekonomian pada umumnya dan sektor keuangan pada khususnya, termasuk usaha
bank, asuransi, dan reksadana. Anggota DSN terdiri atas para ulama, praktisi, dan
pakar dalam bidang-bidang yang terkait dengan perekonomian dan syariah
muamalah. Anggota DSN ditunjuk dan diangkat oleh MUI untuk masa bakti 4 tahun.
4
Cik Basir, Sengketa Perbankan Syariah. ( Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2005). Hal 60
3
B. Tugas, Fungsi dan Wewenang DPS, DSN, dan DK
5
Zainuddin. Hukum Perbankan Syariah, (Jakarta: Rineka Cipta, 2012), h. 1.
4
b. Wewenang Dewan Pengawas Syariah
1. Memberikan pedoman secara garis besar tentang aspek syariah dari
operasional bank islam, baik penyerahan dana, penyaluran dana maupun
kegiatan-kegiatan bank lainnya.
2. Mengadakan perbaikan terhadap suatu produk bank islam yang telah atau
sedang berjalan. Namun dinilai pelaksanaan nya bertentangan dengan
ketentuan syariah
3. Keberhasilan pelaksanaan tugas dan wewenang dewan ini sangat tergantung
kepada indepedensinya didalam membuat suatu putusan atau penilaian yang
dibutuhkan. Independesi dewan ini diharapkan dapat dijamin karena:
4. Mereka bukan staf bank, sehingga tidak tunduk dibawah kekuasaan
administratif.
5. Mereka dipilih oleh rapat umum pemegang saham, demikian juga penentuan
tentang hanorariumnya.
6. Dewan pengawas mempunyai sistem kerja dan tugas-tugas khusus seperti
halnya badan pengawas lainnya.
5
2. Tugas, Fungsi, dan Wewenang DSN
a. Tugas dan Fungsi Dewan Syariah Nasional
Tugas dan wewenang dari DSN yaitu menumbuhkembangkan penerapan
nilai-nilai syariah dalam kegiatan perekonomian pada umumnya dan sektor
keuangan pada khususnya, termasuk usaha bank, asuransi, dan reksadana. Selain
itu DSN juga mengeluarkan fatwa atas produk dan jasa keuangan syariah.
b. Wewenang Dewan Syariah Nasional
1. Mengeluarkan fatwa yang mengikat DPS pada masing-masing lembaga
keuangan syariah dan menjadi dasar tindakan hukum pihak terkait
2. Mengeluarkan fatwa yang manjadi landasan bagi ketentuan atau peraturan
yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang, seperti Departemen
Keuangan dan Bank Indonesia
3. Memberikan rekomendasi dan atau mencabut rekomendasi nama-nama yang
akan duduk sebagai DPS pada suatu lembaga keuangan syariah
4. Mengundang para ahli untuk menjelaskan suatu masalah yang diperlukan
dalam pembahasan ekonomi syariah termasuk otoritas moneter atau lembaga
keuangan dalam dan luar negeri.
5. Memberikan peringatan kepada lembaga keuangan syariah untuk untuk
menghentikan penyimpangan dari fatwa yang telah dikeluarkan oleh DSN.
6. Mengusulkan kepada instansi yang berwenang untuk mengambil tindakan
apabila peringatan tidak diindahkan.(Muhammad, 2004, hal. 543)
3. Tugas, Fungsi, dan Wewenang DK
a. Tugas dan Fungsi Dewan Komisaris (DK)
Tugas-tugas dewan komisaris meliputi:
1. Memberikan tanggapan dan rekomendasi atas rencana kerja tahunan perseroan
yang diajukan direksi;
2. Melakukan pengawasan atas pelaksanaan prinsip-prinsip Good Corporate
Governance dalam kegiatan-kegiatan usaha perseroan
3. Melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada direksi mengenai
risiko bisnis Perseroan dan upaya-upaya manajemen dalam menerapkan
pengendalian internal;
6
4. Melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada direksi dalam
penyusunan dan pengungkapan laporan keuangan berkala;
5. Mempertimbangkan keputusan direksi yang memerlukan persetujuan Dewan
Komisaris berdasarkan anggaran dasar;
6. Memberikan laporan mengenai pelaksanaan tugas pengawasan dan pemberian
nasihat yang dilakukannya dalam laporan tahunan serta menelaah dan
menyetujui laporan tersebut;
7. Melaksanakan fungsi nominasi dan remunerasi
8. Dalam keadaan tetentu, menyelenggarakan RUPS Tahunan dan RUPS Luar
Biasa sesuai dengan anggaran dasar perseroan dan peraturan peundang-
undangan terkait.
Selama menjalankan tugasnya, Dewan Komisaris tidak boleh ikut serta dalam
pengambilan keputusan yang bersifat operasional. Keputusan dewan komisaris
hanya diambil dalam kapasitasnya sebagai pengawas, sehingga keputusan
mengenai operasional tetap menjadi tanggung jawab direksi.
1. Setiap anggota dewan komisaris ikut bertanggung jawab secara pribadi atas
kerugian perseroan apabila yang bersangkutan bersalah dan lalai dalam
menjalankan tugasnya.
7
2. Dewan Komisaris dapat digugat oleh pemegang saham yang mewakili paling
sedikit 1/10 bagian dari jumlah seluruh saham karena kesalahan atau
kelalaiannya menimbulkan kerugian perseroan
3. Anggota dewan komisaris tidak dapat diminta pertanggungjawaban atas
kerugian apabila dapat membuktikan telah melakukan pengawasan untuk
kepentingan perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan, tidak
mempunyai kepentingan pribadi baik langsung maupun tidak langsung atas
tindakan pengurusan direksi yang mengakibatkan kerugian, dan telah
membeikan nasihat kepada direksi untuk mencegah timbul dan berlanjutnya
kerugian tersebut.
4. Jika terjadi kepailitan karena kesalahan atau kelalaian dewan komisaris dalam
melakukan pengawasan terhadap pengurusan yang dilaksanakan oleh direksi
dan kekayaan perseroan tidak cukup untuk membayar seluruh kewajiban
perseroan akibat kepailitan tersebut, setiap anggota dewan komisaris
bertanggung jawab dengan anggota direksi atas kewajiban yang belum
dilunasi. Anggota dewan komisaris tidak dapat diminta pertanggung
jawabannya apabila terbukti bahwa kepailitan tersebut bukan kesalahan atau
kelalaiannya, telah melakukan pengawasan untuk kepentingan perseroan dan
sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan, tidak mempunyai kepentingan
pribadi baik langsung ataupun tidak langsung atas tindakan pengurusan
direksi yang mengakibatkan kepailitan dan telah memberikan nasihat kepada
direksi untuk mencegah kepailitan tersebut. (Wirdyaningsih, 2005:101)
C. Hubungan Antara DPS, DSN, dan DK
Hubungan Dewan Pengawas Syariah dengan Dewan Syariah Nasional yaitu
dengan berkembangnya lembaga keuangan syariah, berkembang pulalah jumlah DPS
yang berada pada masing-masing lembaga tersebut. Terkadang muncul fatwa yang
berbeda sehingga perlu dibentuk DSN yang bersifat nasional. Hal-hal terkait syariah juga
dihubungkan dengan Dewan Komisaris selaku badan yang memeriksa segala hal yang
berkaitan dengan syariah.
8
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Dewan Pengawas Syariah adalah suatu badan yang ditunjuk oleh Dewan Syariah
Nasional untuk mengawasi semua lembaga keuangan syariah agar tetap menjalankan
kegiatannya sesuai dengan syariat. DSN merupakan bagian dari MUI yang bertugas
menumbuhkembangkan penerapan nilai-nilai syariah dalam kegiatan perekonomian pada
umumnya dan sektor keuangan serta DSN bertugas untuk membentuk fatwa-fatwa
berkaitan dengan syariah. Dan Dewan Komisaris adalah sebuah dewan yang bertugas
untuk melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada direktur PT (Perseroan
Terbatas).
Tugas pokok dari dewan pengawas syariah yaitu mengawasi kegiatan suata
lembaga keuangan syariah agar sesuai dengan ketentuan dan prinsip syariah yang telah
difatwakan oleh DSN-MUI serta berwenang memberikan perbaikan dan pedoman dalam
produk syariah. Tugas pokok dari Dewan Syariah Nasional yaitu mengeluarkan fatwa
terkait jasa keuangan syariah. Sedangkan Dewan komisaris Memberikan tanggapan dan
rekomendasi atas rencana kerja tahunan perseroan yang diajukan direksi selain itu juga
berfungsi sebagai pengawasan.
B. Saran
Demikian makalah yang dapat saya susun, pastilah dalam penyusunan makalah
ini masih banyak kekurangan dan kesalahan karena saya sadar ini merupakan
keterbatasan dari saya. Makanya saya mengharap kritik dan saran yang membangun guna
makalah ini
9
DAFTAR PUSTAKA
Al Arif, M. Nurianto.Lembaga Keuangan Syariah (Suatu Kajian Teoritis dan Praktis), (Bandung:
Pusaka Setia, 2012) Al-Bani, Muhammad Nashiruddin. Ensiklopedi Sahih Hadist Qudsi Jilid 1,
(Surabaya: Duta Ilmu, 2008) Ali, Zainuddin Hukum Perbankan Syariah, (Jakarta: Sinar Grafika,
2008) Alma, Buchari dan Donni Juni Priansa. Manajemen Bisnis Syariah, (Bandung: Alfabeta, 2009)
Perwaatmadja, Karnaen A dan Muhammad Syafi`I Antonio. Apa dan Bagaimana Bank Islam.
Yogyakarta: PT . Dana Bakti Prima Yasa.
Cik Basir. (2005). Sengketa Perbankan Syariah. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup
Syakir, Sula Muhammad. (2004). Asuransi Syariah, Jakarta: Gema Insani Press