Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH

“DPS, DSN dan DK”

Dosen Pengampu :

Dr.H.Syukri Iska,M.Ag

Ifelda Nengsih,SEI.MA.CRP

Oleh:

Habibullah

2130404068

JURUSAN MANAJEMEN BISNIS SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BATUSANGKAR

TAHUN 2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................................. ..

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.................................................................................................................
B. Rumusan
Masalah............................................................................................................
C. Tujuan..............................................................................................................................
.

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian DPS, DSN, dan DK........................................................................................


B. Tugas, Fungsi dan Wewenang DPS, DSN dan DK
Dalam Lembaga Keuangan Syariah................................................................................

BAB III PENUTUP

Simpulan..........................................................................................................................
.

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................
i

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hal penting yang membedakan Bank Islam dari Bank Konvensional adalah
adanya Dewan Pengawas Syariah (DPS), yang bersifat independen dan kedudukannya
sejajar dengan Dewan Komisaris. Tugas Dewan Pengawas Syariah adalah melakukan
pengawasan pada Bank Islam yang mengacu pada Fatwa Dewan Syariah Nasional
(DSN) serta norma-norma syariah menyangkut operasionalisasi bank, produk Bank
Islam dan moral manajemen.
Kehadiran kedua lembaga ini tentu bukan mengada-ada, karena pelaku
lembaga keuangan diyakini tidak sepenuhnya memahami syariah. Keberagaman akad-
akad syariah perlu pengawasan khusus apabila dipraktekkan dalam dunia perbankan.
Hal ini juga berpengaruh terhadap kepercayaan masyarakat pada lembaga keuangan
yang berbasis syariah. Selain DSN dan DPS, maka keberadaan Dewan Komisaris (DK)
dalam suatu lembaga keuangan khususnya yang berbadan hukum PT, juga dapat
dijadikan mitra oleh DPS dalam pengawasan lembaga keuangan.
Secara struktur kelembagaan, Dewan Komisaris merupakan satu kesatuan
untuk dengan jalur perintah dari atas ke bawah dengan semua perangkat PT,
sedangkan keberadaan DPS merupakan pengawas yang memiliki jalur koordinasi
dengan semua perangkat lembaga. Secara umum, DPS hanya bertugas mengawasi
segala hal yang berbau syariah.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah Pengertian DPS,DSN dan DK?
2. Apakah Tugas dan Wewenang DPS,DSN dan DK Dalam Lembaga Keuangan
Syariah?
C. Tujuan
1. Untuk Mendeskripsikan DPS,DSN dan DK
2. Untuk Mendeskripsikan Tugas dan Wewenang DPS,DSN dan DK Dalam Lembaga
Keuangan Syariah

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian DPS, DSN, dan DK


1. Pengertian DPS
Dewan pengawas syariah adalah bagian dari lembaga keuangan syariah yang
bersangkutan, yang penempatannya atas persetujuan DSN. Lembaga keuangan
syariah adalah setiap lembaga yang kegiatan usahanya di bidang keuangan yang
didasarkan pada syariah atau hukum Islam, seperti perbankan, reksadana, takaful
dan sebagainya.1
Menurut Pasal 21 PBI No. 6/24/PBI/2004 anggota Dewan Pengawas Syariah wajib
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Integritas, yaitu:
1) Memiliki akhlak dan moral yang baik
2) Memiliki komitmen untuk mematuhi peraturan perundang-undangan
yang berlaku
3) Memiliki komitmen yang tinggi terhadap pengembangan operasional
bank yang sehat
4) Tidak termasuk dalam daftar tidak lulus sesuai dengan ketentuan yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia.

1
Adrian Sutedi, Perbankan Syariah Tinjauan dan Berbagai Segi Hukum, (Jakarta: Ghalia Indonesia,
2009), hal 141

2
b. Kompetensi, yaitu memiliki pengetahuan dan pengalaman di bidang syariah
muamalah dan pengetahuan di bidang perbankan dan atau keuangan secara
umum.

c. Reputasi keuangan, yaitu pihak-pihak yang:


1) Tidak termasuk dalam kredit/ pembiayaan macet
2) Tidak pernah dinyatakan pailit atau menjadi direksi atau komisaris yang
dinyatakan bersalah menyebabkan suatu perseroan dinyatakan pailit, dalam
waktu 5 tahun terakhir sebelum di calonkan.
Jumlah anggota Dewan Pengawas Syariah sekurang-kurangnya dua orang dan
sebanyak-banyaknya lima orang. Sedangkan di BPRS, berjumlah sekurang-kurangnya
satu orang dan sebanyak-banyaknya tiga orang. Anggota Dewan Pengawas Syariah
hanya dapat merangkap jabatan sebagai anggota Dewan Pengawas Syariah sebanyak-
banyaknya pada 2 bank lain dan 2 lembaga keuangan syariah bukan bank. Sebanyak-
banyaknya 2 anggota Dewan Pengawas Syariah dapat merangkap jabatan sebagai
anggota Dewan Syriah Nasional. Kedudukan anggota Dewan Pengawas Syariah
digolongkan sebagai pihak terafiliasi. 2

2. Pengertian DSN
DSN adalah dewan yang dibentuk oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang
bertugas dan memiliki kewenangan untuk menetapkan fatwa tentang produk dan jasa
dalam kegiatan usaha bank yang melaksanakan kegiatan uasaha berdasarkan prinsip
syariah.3
Dewan Syariah Nasional (DSN) didirikan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) secara
resmi pada tahun 1999 yang bertugas untuk mencari, mengkaji dan merumuskan nilai
dan prinsip-prinsip hukum Islam untuk dijadikan rujukan dalam aktivitas transaksi
serta mengawasi perjalanan sistem perekonomian Lembaga Keuangan Syariah (LKS),
baik lembaga keuangan bank maupun bukan bank. Anngotanya terdiri dari pakar-

2
Wirdyaningsih, Bank dan Asuransi Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2005), hal 103-104
3
Cik basir, Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Di Pengadilan Agama dan Mahkamah
Syar’iyah, (Jakarta: Kencana, 2009), hal 56

3
pakar hukum Islam serta pakar dan praktisi ekonomi. Dalam pengawasan, DSN
bekerjasama dengan Bank Indonesia dalam bentuk pembahagian pengawasan yang
berbeda.
Organisasi DSN belum diatur secara tegas dalam peraturan perundangan, minimal
setingkat Undang-Undang yang ada di Indonesia, sehingga keberadaan fatwanya
belum memberikan daya ikat yang kuat dalam struktur hukum. Ini karena fatwa hanya
bagaikan pendapat hukum yang boleh diikuti atau tidak, walaupun secara moral, umat
Islam harus mengikutinya.
Lembaga ini baru termuat dalam PBI No. 6/24/PBI/204, yang mana dalam pasal 1
angka 9 disebutkan bahwa DSN ialah dewan yang dibentuk oleh Majelis Ulama
Indonesia yang bertugas dan memiliki wewenang untuk memastikan kesesuaian
antara produk, pelayanan dan aktivitas usaha bank dengan prinsip syariah.

3. Pengertian DK
Komisaris untuk BUS dan BPRS merujuk kepada pengawas sebagai mana yang
termuat dalam pasal 1 angka 5 UU No. 1/1995, pasal 19 UU No. 5/1962, dan pasal 38
UU No. 25/1992.
Adapun persyaratan wajib yang harus dipenuhi oleh direksi dan komisaris adalah:
a. Tidak termasuk dalam daftar orang-orang yang dilarang menjadi
pemegang saham atau pengurus bank sesuai dengan ketentuan yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia
b. Menurut penilaian Bank Indonesia, yang bersangkutan memiliki
kompetensi dan integritas yang baik, yaitu:
1) Memiliki akhlak dan moral yang baik
2) Memenuhi peraturan perundangan yang berlaku
3) Memiliki komitmen yang tinggi dalam mengikuti fatwa Dewan
Syariah Nasional
4) Mempunyai kemampuan dalam emnjalankan tugas dan atau
reputasi mengawasi aktivitas usaha bank agar sesuai dengan prinsip
syariah
Dalam pasal 22 PBI No. 6/24/PBI/2004 dinyatakan bahwa bank yang sebahagian
sahamnya dimiliki oleh bank asing boleh menenpatkan warganegara asing sebagai
anggota direksi dan dewan komisaris, namun setidak-tidaknya harus menepatkan
seorang anggota direksi dan dewan komisaris berkewarganegaraan Indonesia.

Adapun anggota dewan komisaris perlu sekurang-kurangnya berjumlah dua orang


atau sebanyak-banyaknya sama dengan jumlah anggota direksi, setidak-tidaknya
seorang wajib tinggal di Indonesia. Sekiranya diantara komisaris tersebut ada Ulama
yang ditunjuk oleh Dewan Syariah Nasional, maka DPS tidak lagi diperlukan karena
kedudukan komisaris lebih kuat dan memberikan pengaruh dalam sistem perusahaan
di Indonesia dibandingkan Dewan Pengawas Syariah yang ada. 4
B. Tugas, Fungsi dan Wewenang DPS, DSN dan DK Dalam Lembaga Keuangan Syariah

1. Tugas dan Wewenang DPS


Tugas utama dewan pengawas syariah adalah mengawasi kegiatan usaha
lembaga keuangan syariah agar sesuai dengan ketentuan dan prinsip syariah yang telah
difatwakan oleh DSN.

Fungsi utama DPS adalah:


a) Sebagai penasihat dan pemberi saran kepada direksi, pimpinan unit usaha

syariah dan pimpinan kantor cabang syariah mengenai hal-hal yang terkait
dengan aspek syariah.
b) Sebagai mediator antara lembaga keuangan syariah dengan DSN dalam

mengomunikasikan usul dan saran pengembangan produk dan jasa dari lembaga
keuangan syariah yang memerlukan kajian dan fatwa dari DSN.

Dewan pengawas syariah berkedudukan di kantor pusat dan fungsinya ialah mengawasi
kegiatan usaha bank agar sesuai dengan prinsip syariah. Dalam melaksanakan
fungsinya, dewan pengawas syariah wajib mengikuti fatwa DSN.

Wewenang Dewan Pengawas Syariah adalah:


a) Memberikan pedoman atau garis-garis besar syariah, baik untuk pengerahan

maupun untuk penyaluran dana serta kegiatan bank lainnya.

4
Ibid, hal 267-269

4
b) Mengadakan perbaikan seandainya suatu produk yang telah ada atau sedang

dijalankan dinilai bertentangan dengan syariah5

2. Tugas dan Wewenag DSN


Menurut keputusan DSN No. 01 tahun 2000 tentang Pedoman Dasar Dewan
Majelis Ulama Indonesia, DSN bertugas sebagai berikut:
1) Menumbuhkembangkan penerapan nilai-nilai syariah dalam kegiatan
perekonomian pada umumnya dan keuangan khususnya.
2) Mengeluarkan fatwa atas jenis-jenis kegiatan keuangan

3) Mengeluarkan fatwa atas produk dan jasa keuangan syariah

4) Mengawasi penerapan fatwa yang telah dikeluarkan.

DSN berwenang:
a. Mengeluarkan fatwa yang mengikat DPS di masing-masing Lembaga

Keuangan Syariah dan menajdi dasar tindakan hukum terkait.


b. Mengeluarkan fatwa yang menjadi landasan bagi ketentuan/peraturan yang

dikeluarkan oleh instansi yang berwenang, seperti Departemen Keuangan dan


Bank Indonesia.
c. Memberikan rekomendasi dan atau mencabut rekomendasi nama-nama yang
akan duduk sebagai DPS pada suatu lembaga keuangan syariah.
d. Mengundang para ahli untuk menjelaskan suatu masalah yang diperlukan dalam

pembahasan ekonomi syariah, termasuk otoritas moneter/lembaga keuangan


dalam maupun luar negeri.
e. Memberikan peringatan kepada LKS untuk menghentikan penyimpangan dari

fatwa yang telah dikeluarkan oleh DSN


f. Mengusulkan kepada instansi yang berwenang untuk mengambil tindakan
apabila peringatan tidak diindahkan

Berdasarkan paparan diatas, terlihat bahwa DSN berwenang mengeluarkan fatwa yang
mengikat DPS dan perbankan Islam. Produk yang dikeluarkan oleh DSN berupa fatwa,

5
Adrian Sutedi, Op Cit, hal 142-143

5
sehingga berdasarkan kepastian hukum tidak kuat karena fatwa sama dengan opini
hukum, dapat diikuti atau tidak. Dalam memberikan fatwa tersebut DSN tidak boleh
dipengaruhi atau terpengaruh oleh lembaga manapun. Independensi ini diperlukan agar
fatwa yang dihasilkan benar-benar sesuai dengan ketentuan syariah dan untuk menjaga
objektivitas dari pembuatan fatwa-fatwa yang dikeluarkan DSN.6

3. Tugas dan Wewenang DK


Mengenai dewan komisaris, terdapat tugas dan wewenang yang melekat pada
jabatan komisarisnya. Berdasrakan Undang-Undang PT No. 40 tahun 2007, dijelaskan
bahwa Dewan Komisaris melakukan pengawasan atas kebijakan pengurusan, jalannya
pengurusan pada umumnya, baik mengenai perseroan maupun usaha perseroan, dan
memebri nasihat kepada direksi.
Dalam hal melakukan pengawasan terhadap kebijakan perusahaan, maka dewan
komisaris harus memastikan bahwa direksi dan anggotanya sertindak sesuai dengan
amanah rapat umum pemilik modal, termasuk kedalam hal tersebut adalah perekrut
pegawai, besarnya gaji dan mekanisme pengelolaan lembaga keuangan. Selanjutnya
mengenai usaha perseroan tersebut, dewan komisaris harus tau jenis usaha apa yang
dijalankan oleh perusahaannya dan bagaimana mekanisme pengelolaan dananya.
Atas kedua pekerjaan tersebut, maka dewan komisaris harus memberikan nasehat
kepada direksi, sehingga direksi dapat melakukan perubahan atas penyusunan yang
sesuai dengan kebijakan public. Wewenang dewan komisaris tidak dapat dibatasi oleh
siapapun, karena dewan komisaris adalah perwakilan dari pemilik modal perusahaan.
Pada intinya, kegiatan dewan komisaris adalah mengawasi semua pekerjaan yang
dilakukan direksi agar modal yang ditempatkan di perusahaan terus berkembang
dengan baik.7

6
Wirdyaningsih, Op Cit, hal 101-103

6
7
Syukri Iska dan Ifelda Nengsih, Op Cit, hal 176-177
BAB III

PENUTUP

Simpulan

Dewan pengawas syariah adalah bagian dari lembaga keuangan syariah yang bersangkutan,
yang penempatannya atas persetujuan DSN. Lembaga keuangan syariah adalah setiap
lembaga yang kegiatan usahanya di bidang keuangan yang didasarkan pada syariah atau
hukum Islam, seperti perbankan, reksadana, takaful dan sebagainya

DSN adalah dewan yang dibentuk oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang bertugas dan
memiliki kewenangan untuk menetapkan fatwa tentang produk dan jasa dalam kegiatan
usaha bank yang melaksanakan kegiatan uasaha berdasarkan prinsip syariah.

Komisaris untuk BUS dan BPRS merujuk kepada pengawas sebagai mana yang termuat dalam
pasal 1 angka 5 UU No. 1/1995, pasal 19 UU No. 5/1962, dan pasal 38 UU No. 25/1992.

7
8

DAFTAR PUSTAKA

Adrian Sutedi, Op Cit

Adrian Sutedi, Perbankan Syariah Tinjauan dan Berbagai Segi Hukum, (Jakarta: Ghalia
Indonesia, 2009)

Cik basir, Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Di Pengadilan Agama dan


Mahkamah Syar’iyah, (Jakarta: Kencana, 2009)

Ibid

Syukri Iska dan Ifelda Nengsih, Op Cit

Wirdyaningsih, Bank dan Asuransi Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2005)

Wirdyaningsih, Op Cit
9

Anda mungkin juga menyukai