Fak/Prodi : FAI / AS
Semester : VII
1
LSP MUI Lembaga Sertifikasi Profesi MUI, https://www.lspmui.org/ (Diakses pada 23 November, 2022, 09.35
PM).
c) Pengawasan dari segi subjek, terdiri dari pengawasan eksteran dan internal.2
2
Peni Nugraheni, “Kebutuhan dan Tantangan Audit Syariah dan Auditor Syariah”, Jurnal Ekonomi & Keuangan
Islam, Vol. 2 No. 1, 2012 hlm. 81
Syariah. (pasal 1), Dewan Pengawas Syariah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri
atas seorang ahli syariah atau lebih yang diangkat oleh RUPS atas rekomendasi Majelis
Ulama Indonesia. (pasal 2), Dewan Pengawas Syariah sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) bertugas memberikan nasihat dan saran kepada Direksi serta mengawasi kegiatan
Perseroan agar sesuai dengan prinsip syariah (pasal 3). Lembaga Keuangan Syariah
adalah badan usaha yang kegiatannya di bidang keuangan syariah dan asetnya berupa
aset-aset keuangan maupun non keuangan berdasarkan prinsip syariah. Dan ada yang
mengartikan sebagai berikut lembaga keuangan syariah adalah badan usaha yang
kekayaan utamanya berbentuk aset keuangan, memberikan kredit dan menanamkan
dananya dalam surat berharga. Serta menawarkan jasa keuangan lain seperti: simpanan,
asuransi, investasi, pembiayaan, dll.3
Keputusan Dewan Pimpinan MUI tentang susunan pengurus DSN - MUI, No :
Kep98/MUI/III/2001 “Dewan Pengawas Syariah adalah badan yang ada di Lembaga
Keuangan Syariah dan bertugas mengawasi pelaksanaan keputusan Dewan Syariah
Nasional di lembaga keuangan syariah Dewan Pengawas Syariah adalah bagian dari
lembaga keuangan syariah yang bersangkutan, yang penempatannya atas persetujuan
Dewan Syariah Nasional.
Dewan pengawas syariah dalam struktur organisasi lembaga pembiyaan syariah
diletakkan pada posisi setingkat dengan Dewan Komisaris. Posisi yang demikian
bertujuan agar Dewan Pengawas Syariah lebih berwibawa dan mempunyai kebebasan
opini dalam memberikan bimbingan dan pengarahan kepada semua direksi di bank
tersebut dalam hal-hal yang berhubungan dengan aplikasi produk perbankan syariah.
Oleh sebab itu penetapan anggota Dewan Pengawas Syariah dilakukan oleh rapat
umum pemegang saham perseroan dari suatu lembaga keuangan syariah bukan bank
setelah nama-nama anggota Dewan Pengawas Syariah tersebut mendapat mengesahan
dari Dewan Syariah Nasional (DSN). Berdasarkan peraturan yang berlaku di negara
Indonesia, lembaga keuangan bank syariah dan lembaga keuangan syariah bukan bank
wajib memiliki dewan pengawas syariah yang berkedudukan di kantor pusat lembaga
3
Dani El Qori, “Mekanisme Pengawasan Dewan Pengawas Syariah Terhadap Bank Pembangunan Daerah
(BPD), MARAJI: Jurnal Studi Keislaman, Vol. 1 No. 1, 2014, hlm. 283
keuangan bank syariah dan lembaga keuangan syariah bukan bank. Persyaratan anggota
Dewan Pengawas Syariah diatur dan ditetapkan oleh Dewan Syariah Nasional.
4
Aulia Putri oktaviani Justri dkk., “Bagaimana Dewan Pengawas Syariah Melakukan Pengawasan Operasional
Bank”, Jurnal BanqueSyar‟i, Vol. 6 No. 1, 2020, hlm. 43
5
https://www.ojk.go.id/id/kanal/perbankan/regulasi/undang-undang/pages/undang-undang-nomor-21-
tahun-2008-tentang-perbankan-syariah.aspx (Diakses pada 23 November, 2022, 10.20 PM).
b) Beritikad baik, penuh kehati-hatian, dan bertanggung jawab dalam menjalankan
tugas pengawasan dan pemberian nasihat kepada Direksi untuk kepentiang
perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan.
c) Apabila terdapat suatu benturan kepentingan, maka setiap anggota DPS yang
secara pribadi, baik secara langsung maupun tidak langsung mempunyai
kepentingan dalam suatu transaksi, kontak/kontrak yang diusulkan dalam nama
perseroan menjadi salah satu pihaknya, maka harus dinyatakan sifat
kepentingannya dalam suatu rapat DPS dan tidak berhak untuk ikut dalam
pengambilan suara atau pembuatan keputusan mengenai hal-hal yang
berhubungan dengan transaksi atau kontrak tersebut.
d) Memberikan contoh keteladanan dengan mendorong terciptanya perilaku etis dan
menjunjung tinggi kode etik perseroan.
e) DPS dilarang melakukan rangkap jabatan sebagai anaggota Direksi atau Dewan
Komisaris pada perusahaan pembiayaan yang sama.6
KESIMPULAN
6
https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/39965 (Diakses pada 23 November, 2022, 11.00 PM).
7
Jaih Mubarok, Perkembangan Fatwa Ekonomi Syariah, (Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2004), hlm. 17
Secara umum pengawasan bank syariah dilakukan oleh Bank Indonesia (BI) sebagai
otoritas pembina dan pengawas bank yang saat ini kewenangan tersebut dialihkan kepada
Otoritas Jasa keuangan (OJK). Namun secara khusus dilakukan oleh Dewan Pengawas
Syariah (DPS). Jadi setiap perseroan yang menjalankan kegiatannya berdasarkan prinsip-
prinsip syariah wajib memiliki Dewan Pengawas Syariah (DPS).
Adanya Dewan Pengawas Syariah (DPS) ini merupakan salah satu hal pokok
yang membedakan antara bank konvennsional dengan bank syariah. Tugas utama DPS
adalah mengawasi pelaksanaan operasional bank dan produk-produknya supaya tidak
menyimpang dari aturan syariah. Apabila dalam pelaksanaan produk baru yang telah
ditawarkan ternyata tidak memenuhi prinsip syariah, maka dalam hal ini Dewan
Pengawas Syariah tidak memiliki wewenang untuk menghentikan produk tersebut karena
ini merupakan otoritas Bank Indonesia sebagai bank sentral yang menghentikan produk
yang di maksud.
Lembaga Otoritas Jasa Keuangan dan Dewan Pengawas Syariah diharapkan dapat
melaksanakan fungsi dan tugasnya dengan baik dalam mengawasi sektor jasa keuangan
dalam hal ini perbankan syariah dari segala bentuk kegiatan yang mungkin saja terjadi
pelanggaran termasuk adanya penerapan klausula eksonerasi dalam perjanjian baku yang
dibuat oleh perbankan syariah kepada nasabah. OJK dan DPS diharapkan mampu
menjadi pengatur dan pengawas yang dapat menyelesaikan segala permasalahan terkait
adanya pelanggaran-pelanggaran dalam pelaksanaan kegiatan perbankan maupun dari
penerapan prinsip-prinsip yang dianut dan dipakai dalam melaksanakan segala kegiatan
perbankan syariah.