Anda di halaman 1dari 38

Khoirunnisa (17208010023)

Kiki Azakia (17208010030)


M. Azar Anas (17208010037)
 Standar audit AAOIFI adalah sistem perbankan
syariah merupakan standar yang digunakan untuk
metode audit yang paing komprehensip yang
menekankan kepatuhan terhadap syariah.
 Secara harfiah, makna kepatuhan syariah daam
bank syariah adaah penerapan prinsip-prinsip
islam, syariah dan tradisinya dalam transaksi
keuangan dan perbankan serta bisnis lain yang
terkait.
 Sharia compliance adalah salah satu indikator
pengungkapan islami untuk menjamin kepatuhan
bank islam terhadap prinsip syariah
 Salah satu landasan syariah dalam hal
pengawasan, sebagaimana tertuang dalam
Q.S. Ali Imran (3) ayat 104 yaitu:
“Dan hendaklah diantara kamu ada
segolongan orang yang menyeru kepada
kebajikan menyuruh (berbuat) yang makruf,
dan mencegah dari yang mungkar. Dan
mereka itulah orang-orang yang beruntung.”
 Laporan hasil pengawasan syariah memuat hal-
hal berikut:
a. Hasil pengawasan atas kesesuaian kegiatan
operasional bank terhadap fakta yang
dikeluarkan oleh DSN-MUI
b. Opini syariah atas pedoman operasional dan
produk yang dikeluarkan bank
c. Hasil kajian atas produk dan jasa baru yang
belum ada fatwa untuk dimintakan fatwa
kepada DSN MUI
d. Opini syariah atas pelaksanaan operasional
bank secara keseluruhan dalam laporan
publikasi bank.
1. Pemenuhan seluruh prinsip syariah dalam semua
kegiatan yang dilakukan sebagai wujud dari karakteristik
lembaga, termasuk lembaga bank syariah
2. Kepatuhan syariah bagi kelangsungan operasional bank
syariah menuntut pengawasan yang menyeluruh dan
ketegasan dalam mengambil tindakan bagi ketidak
patuhan syariah yang dilakukan
3. Ketidak patuhan terhadap unsur syariah dalam hal
operasional ataupun peraturan yang ditetapkan
mengakibatkan bank syariah kehilangan ciri khasnya
sehingga dapat menurunkan kredibilitas entitas tersebut.
4. Ketidak patuhan terhadap prinsip syariah juga akan
berdampak negatif pada citra bank syariah dan
berpotensi untuk ditinggalkan oleh nasabah potensial
ataupun nasabah yang telah menggunakan jasa bank
syariah sebelumnya.
Beberapa hal yang dilakukan pada audit bank syariah,
meliputi:
1. Pengungkapan kewajaran penyajian laporan
laponan keuangan dan unsur kepatuhan syariah
2. Memeriksa akunting dalam aspek produk, baik
sumber dana maupun pembiayaan
3. Pemeriksaan distribusi profit
4. Pengakuan pendapatan cash basik secara real
5. Pengakuan beban secara accrua basis
6. Dalam hubungan dengan bank koresponden
depositori, pengakuan pendapatan dengan bagi
hasil.
7. Pemeriksaan atas sumber dan penggunaan zakat
8. Ada tidaknya transaksi yang mengandung unsur-
unsur yang tidak sesuai dengan syariah.
Standar auditing AAOIFI untuk audit pada
lembaga keuangan syariah mencakup lima
standar, diantaranya:
1. Tujuan dan prinsip
2. Laporan auditor
3. Ketentuan keterlibatan audit
4. Lembaga pengawasan syariah
5. Tinjauan syariah
No Audit Syariah Audit Konvensional

1 Objeknya LKS atau Lembaga Objeknya Lembaga Keuangan


Keuangan Bank ataupun Non- bank ataupun Non Bank yang
bank yang beroperasi dengan tidak beroperasi berdasarkan
prinsip syariah prinsip syariah
2 Mengharuskan adanya peran DPS Tidak ada peran dewan
pengawas syariah

3 Audit dilakukan oleh auditor Audit dilakukan oleh auditor


bersertifikat Sertifikasi Akuntansi umum tanpa ketentuan
Syariah bersertifikasi SAS
4 Standar Audit AAOIFI Standar Auditing IAI

5 Opini berisi tentang Sharia Opini berisi tentang kewajaran


Compliance atau tidaknya LKS atau tidaknya atas penyajian
laporan keuangan perusahaan
Minarni menjelaskan sebagai berikut:
1. Opini syariah dapat dijadikan pedoman sebelum ada fatwa
DSN tentang masaah tertentu.
2. Upaya preventive fraud melaui pengawasan, strategi anti
fraud dan audit kepatuhan syariah, tidak ada jaminan
lembaga keuangan yang berbasis syariah bebas dari
kemungkinan kecenderungn periaku fraud.
3. Pengawasan terhadap kepatuhan syariah ditunjukkan untuk
memastikan bahwa prinsip syariah yang merupakan
pedoman dasar bagi operasiona bank syariah telah
diterapkan dengan tepat dan menyeluruh.
4. Kerja sama di antara tiga lembaga tersebut diharapkan
memberikan pengaruh yang signifikan dalam upaya
mencegah peluang terjadinya tindakan fraud.
5. Audit kepatuhan syariah sebagai upaya yang juga tidak
kalah penting untuk preventive fraud
Beberapa pertimbangan urgensi audit
kepatuhan syariah adalah sebagai berikut:
a. Krisis komentar pada audit dan tuntutan
tanggung jawab
b. Audit syariah: antara yang diinginkan
dengan realita
1. Pendekatan prinsip halal dan haram
2. Pendekatan akad
3. Pendekatan dokumentasi legal
4. Pendekatan maqasid syariah
5. Pendekatan pelaporan keuangan
1. Tujuan dan proses audit
 - kebenaran
 - integritas
 - kepercayaan
 - keadilan
 - kejujuran
 - independen
 - objektivitas
 - profesional competence
 - due care
 - Kerahasiaan
 - profesional behavior
 - standar teknis
 Judul
 Alamat yang dituju
 Pembuka atau pengantar paragraf
 Paragraf lingkup
 Referensi untuk asifis dan standar nasional
yang relevan
 Deskripsi pekerjaan auditor
 Paragraf opini
 Tanggal laporan
 Alamat auditor
 Tandatangan auditor
 Tujuan audit sebagai GSIFI per NO 1
 Manajemen tanggungjawab sebagai per GSIF
No 1
 Representasi manajemen
 Lingkup audit
 Formulir laporan per GSIFI No 2
 Biaya
 Perjanjian syarat engagement
 Hal- hal lain
4. Audit berulang dan perubahan keterlibatan
audit
5. Tanggung jawab auditor untuk pertimbangan
penipuan dan kesalahan dalam audit laporan
keuangan
Metode yang harus diambil untik memiliki HAS
dari lembaga keuangan islam harus diawali
dengan pertimbangan awal. Adapun
pertimbangan awal terrsebut sebagai berikut:
 Continuous of monitoring and auditing
 Meta control
 Independent and objectivity
1. Establishing proprity areas
2. Identify rules
3. Determine the process frequency
4. Configure parameters
A. Konsep dasar tata kelola perusahaan
yang baik (good corporate governance)
Definisi corporate governance(CG) dan good
corporate governance (GCG)
Corporate Governance adalah sistem hak,
proses, dan control secara keseluruhan yang
diterapkan secara internal dan eksternal atas
manajemen sebuah entitas bisnis dengan
tujuan melindungi kepentingan semua stake
holder.
Corporate governance pertama kali
diperkenalkan oleh cadbury committee tahun
1992 dalam laporannya yang dikenal sebagai
cadbury report.
1. Teori pemegang saham (shaleholding theory)
menyatakan bahwa perusahaan didirikan dan
dijalankan untuk tujuan memaksimumkan
kesejahteraan pemilik saham sebagai akibat
dari investasi yang dilakukan
2. Teori stakeholder (stakehilding theory) teori ini
sering disebut sebagai teori corporasi klasik
yang sudah diperkenalkan oleh adam smit pada
tthn 1776. stakeholding theory diperkenalkan
oleh freeman yang menyatakan bahwa
perusahaan adalah organ yang bergubungan
dengan pihak lain yang berkepentingan, baik
yang ada didalam maupun diluar perusahaan.
 Good corporate governance adalah korporasi
yang sehat yang perlu diterapkan dalam
pengelolaan perusahaan yang dilaksanakan
perusahaan untuk memjaga kepentingan
perusahaan dalam rangka mencapai maksud dan
tujuan perusahaan.
 Definisi good corporate governance yang
berdasar pada teori stakeholder adalah sebagai
berikut
“seperangkat aturan yang mengatur hubungan
antara para pemegang saham, manajer, kreditur,
pemerintah, karyawan, dan pihak2 yang
berkepentingan lainnya baik internal maupun
eksternal yang berkaitan dengan hak2 dan
kewajiban mereka”
 Kelompok negaramaju(OECD) mendefinisikan
GCG sebagai cara manajemen perusahaan
bertanggung jawab pada shareholder-nya
 Good corporate governance merupakan suatu
proses serta struktur yang digunakan untuk
mengarahkan sekaligus mengelola bisnis dan
urusan perusahaan kearah peningkatan
pertumbuhan bisnis dan akintabilitas
perusahaan.
 Menciptakan sistem pengendalian dan
keseimbangan
 Mencegah penyalah gunaan sumberdaya
perusahaan
 Memdorong terjadinya pertumbuhan
perusahaan
 Menjalankan perusahaan dan memahami
fungsi dan peran sesuai wewenang dan
tanggung jawab
a. Fairness atau kewajaran prosedural,
yaitu suatu prinsip dalam birokrasi pemerintahan dilaksanakan dalam bentuk kewajaran
prosedural, artinya birokrasi yang tepat dan berdaya guna.
b. Transparancy atau keterbukaan dari suatu sistem.
Yaitu mengandung unsur adanya hak dari publik untuk mengetahui apa yang telah dilakukan
penyelenggara negara dalam menjalankan tugasnya sebagaimana diamanatkan oleh peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
c. Accountability atau pertanggungjawaban kinerja pemerintah terhadap publik.
Kesediaan secara Ikhlas untuk mempertanggungjawabkan setiap perbuatan dan tindakan dari
aparatur Pemerintah dalam menjalankan tugasnya sesuai dengan perundang-undangan yang
berlaku.
d. Responsibility atau pertanggungjawaban profesional.
Yaitu prinsip yang berkaitan dengan tanggung jawab dan kewajiban pemerintah kepada publik
untuk mengetahui tugas dan tanggung jawab itu sudah dilakukan secara profesional yang
didasarkan pada keahlian yang berbasis kompetensi dan memperhatikan pada kode etik yang
berlaku.
e. Disclosure atau pelengkap suatu kinerja sarana dan prasarana yang memadai, dapat berupa
sarana dan prasarana fisik maupun non fisik yang dapat mendukung kinerja pemerintah.
f. Control.
Yaitu pengawasan mana masyarakat adanya pengawasan terhadap kinerja pemerintah baik yang
dilakukan oleh lembaga lembaga pengawasan formal maupun yang dilakukan oleh masyarakat
sebagai bagian dari partisipasi masyarakat dalam pembangunan dan penyelenggaraan negara.
Good corporate governance akan terwujud apabila kekuatan yang ada saling
mendukung yaitu:
a. Warga dan pihak swasta yang bertanggungjawab aktif dan memiliki kesadaran
bersama dengan pemerintah.
b. Pemerintah yang terbuka, tanggap dan mau mendengar serta melibatkan
warga.
c. Kontrol yang berjalan dengan baik.

Standar dan etis corporate governance


a. Standar corporate governance
i. Dewan pengawas Syariah: penunjukkan, komposisi, dan laporan
ii. Evaluasi terhadap Syariah
iii. Evaluasi internal terhadap Syariah
iv. Komite audit dan tata kelola lembaga keuangan syariah
v. Independensi dari dewan pengawas Syariah
vi. Pernyataan atas prinsip-prinsip tata kelola untuk lembaga keuangan
syariah
vii. Evaluasi tanggung jawab sosial perusahaan
b. Standar etis corporate governance
Selain standar dalam corporate governance diperlukan juga standar etis bagi
akuntan dan auditor pada lembaga keuangan syariah yaitu:
i. Landasan Syariah etika seorang akuntan yaitu integritas prinsip manusia
sebagai khalifah di muka bumi, keiklasan, kesalehan, kebenaran, dan niat
mengerjakan tugas dengan sempurna takut pada Allah dalam segala hal tanggung
jawab manusia terlebih dahulu sebelum kepada Allah.
ii. Prinsip-prinsip etika bagi akuntan yaitu kepercayaan, legitimasi, objektivitas,
kompetensi profesi, dan skill perilaku berdasarkan keimanan perilaku profesional
dan standar teknis.
iii. Aturan bagi akuntan.
Penerapan prinsip-prinsip good corporate governance dapat
diuraikan sebagai berikut:

1. Keterbukaan
2. Akuntabilitas
3. Pertanggungjawaban
4. Profesional
5. Kewajaran dan kesetaraan atau fairness
Di Indonesia kesadaran dan keseriusan terhadap upaya pemerataan implementasi
prinsip-prinsip good corporate governance sudah dilakukan oleh pemerintah. Akan
tetapi penilaian penerapan prinsip-prinsip good corporate governance di Indonesia
masih memiliki berbagai kekurangan sehingga membutuhkan waktu dan komitmen
yang lebih serius agar pencapaian dan implementasi dapat dirasakan secara
merata serta memberikan implikasi yang positif.
Pembuatan peraturan atau regulasi yang berkaitan dengan implementasi prinsip-
prinsip good corporate governance merupakan solusi yang bersifat mengikat dan
memaksa bagi setiap perusahaan yang berbadan hukum atau perseroan terbatas
baik perusahaan pemerintah maupun swasta. Peraturan atau regulasi tersebut
antara lain undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang perseroan terbatas,
undang-undang nomor 25 tahun 2007 tentang penanaman modal, dan undang-
undang nomor 19 tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara.
1. Landasan Penerapan Beserta Penjelasan Prinsip-Prinsip Corporate Governance
Dalam pelaksanaan Good Corporate Governance perbankan menggunakan prinsip-prinsip
yang diperkenalkan oleh organization for Economic Co -Operation and development
(OECD), komite nasional good corporate governance (KN-GCG), dan The Indonesian
Institute for corporate governance (IICD), serta keputusan menteri negara BUMN No.
117/M-MBU/2002, tanggal 1 Agustus 2002.
Implementasi prinsip-prinsip good corporate governance difokuskan pada 11 pilar yaitu:
a. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab dewan komisaris.
b. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab direksi.
c. Kelengkapan dan pelaksanaan tugas Komite.
d. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab dewan pengawas Syariah.
e. Pelaksanaan prinsip syariah dalam kegiatan penghimpunan dana dan penyaluran dana
serta pelayanan jasa.
f. Penanganan benturan kepentingan.
g. Penerapan fungsi kepatuhan.
h . Penerapan fungsi audit internal.
i. Penerapan fungsi audit eksternal.
j. Batas maksimum Penyaluran dana
k. Transparansi kondisi keuangan dan non keuangan Bank Umum Syariah, laporan
pelaksanaan good corporate governance serta pelaporan internal.
2. Kebijakan dasar Good Corporate Governance
a. Pedoman pelaksanaan good corporate governance berdasarkan surat
keputusan bersama direksi dan dewan komisaris.
b. Pedoman tata tertib kerja dewan komisaris dan direksi yang terakhir
diperbaharui berdasarkan surat keputusan direksi.
c. Pedoman tata tertib kerja dewan pengawas Syariah berdasarkan surat
keputusan dewan pengawas Syariah No.BNIsy/DPS/SK/XII/2014/001, tanggal 11
Desember 2014.
d. Internal audit charter berdasarkan surat keputusan direksi tentang internal
audit charter pada bank tertentu.
e. Kebijakan umum manajemen risiko berdasarkan surat keputusan direksi.
f. Kode etik Insan perbankan berdasarkan surat keputusan direksi
g. Kebijakan program penerapan anti pencurian uang dan pencegahan
pendanaan terorisme.
h. Aturan mengenai larangan menerima dana atau memberi hadiah dalam
rangka pelaksanaan good corporate governance melalui surat edaran direksi
i. Strategi anti fraud berdasarkan surat keputusan direksi dan berbagai kebijakan
operasional bank sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
dan kebutuhan perusahaan.
3. Para pihak pemegang kunci dalam corporate governance lembaga keuangan
syariah

Sumber : Umer chapra dan Habib Ahmed 2008


4. Penguatan praktik tata kelola
Semua produk yang dikeluarkan lembaga keuangan syariah telah disetujui oleh
komite Syariah serta mengadopsi nilai dan prinsip syariah. Walaupun jenis resiko
yang dihadapi keduanya sama, ada satu resiko yang unik dan tidak terdapat
pada lembaga keuangan konvensional yaitu resiko Syariah. Untuk memperkecil
terjadinya resiko lembaga lembaga keuangan syariah harus memiliki tata kelola
yang baik dalam praktik Syariah.
Pedoman tata kelola syariah yang berlaku tersebut fokus pada tanggung jawab
komite Syariah untuk memastikan kepatuhan Syariah dari aspek lembaga
keuangan Islam. Komite Syariah harus bertanggung jawab kepada semua
pemegang kepentingan untuk memastikan kepatuhan Syariah dari lembaga-
lembaga yang ada di bawah nasihat mereka. Mereka dituntut untuk bersikap
independen terhadap manajemen dalam memberikan penilaian dan keputusan
yang objektif serta harus kompeten dalam mengawasi dan membimbing. Selain
itu menjaga informasi yang bersifat rahasia dan memberikan keputusan syariah
yang konsisten terhadap lembaga keuangan. Dengan demikian tanggung jawab
kepada kepatuhan Syariah ini bertumpu pada bahu komite Syariah. Komite
Syariah ini diibaratkan seperti jantungnya praktik tata kelola yang terdapat di
lembaga keuangan syariah.
5. Pengawasan Syariah sebagai bentuk pemenuhan good corporate
governance
Salah satu bentuk penerapan good corporate governance pada lembaga
keuangan syariah adalah dengan adanya sistem pengawasan Syariah.
Abu Ghudda mendefinisikan pengawasan Syariah sebagai proses investigasi
mengenai tindakan dan perilaku yang dilakukan oleh lembaga keuangan
syariah dalam menjalankan kegiatan operasionalnya dengan mematuhi
prinsip-prinsip Syariah.
Secara umum pelaksanaan good corporate governance merujuk pada
peraturan Bank Indonesia No.11/33/PBI/2009 yang berlandaskan pada 5
indikator yaitu transparancy, accountability, responsibility, profesional, dan
fairness.
Namun yang membedakan pelaksanaan good corporate governance di
lembaga keuangan syariah dan konvensional adalah adanya kewajiban
terhadap pemenuhan prinsip syariah atau Syariah compliance.
Bentuk pengawasan Syariah terdiri atas dua level yaitu:
1. Level makro
Di Indonesia pada level makro pengawasan Syariah dilaksanakan oleh
dewan Syariah nasional atau DSN yang bekerja sama dengan regulator
lainnya yaitu BI dan OJK.
2. Level mikro
Untuk level mikro dilakukan oleh dewan pengawas Syariah atau DPS. Pada
tingkat mikro keberadaan dewan pengawas Syariah ini penting untuk
mendapatkan legalitas hukum. Contohnya dalam bank syariah para
pemegang saham wajib mendirikan dewan pengawas Syariah untuk
memenuhi persyaratan bank sentral.
Dilihat dari beberapa aspek sistem pengawasan Syariah penting diterapkan
dalam lembaga keuangan syariah. Ada tiga aspek yang harus diterapkan yaitu:
1. Aspek agama
 Lembaga keuangan syariah harus berubah sesuai prinsip syariah agar dewan
pengawas Syariah dapat memastikan bahwa lembaga keuangan syariah telah
menjalankan aktivitas operasinya sesuai dengan prinsip Syariah.
2. Aspek sosial
 Yaitu adanya dewan pengawas Syariah dapat menghilangkan keraguan
masyarakat terhadap kegiatan lembaga keuangan syariah. Hal ini bermanfaat
dalam meningkatkan market Share lembaga keuangan syariah yang
bersangkutan.
3. Aspek ekonomi
 Dalam penelitian yang dilakukan oleh El-Khaifi ditemukan suatu hubungan
antara pengawasan Syariah dengan profitabilitas lembaga keuangan syariah.
Ia berpendapat bahwa profitabilitas dan lembaga keuangan syariah
bergantung pada kinerja dewan pengawas syariah dalam menciptakan
produk produk Syariah nya.
1. Perbandingan kinerja bank konvensional dan Bank Syariah
Berikut ini perbedaan audit Syariah dengan audit konvensional

Audit syariah Audit konvensional

Objeknya LKS ataupun non bank yg Objeknya lembaga keuangan bank


beroperasi dgn prinsip syariah ataupun non bank yang tidak
beroperasi berdasarkan prinsip syariah.
Mengharuskan adanya peran DPS Tidak ada peran DPS
Audit dilakukan oleh auditor Tanpa ketentutab bersertifikasi SAS
bersertifikasi akuntansi syariah (SAS)
Standar audit AAOIFI Standar Auditing IAI
Opini berisi tentang syariah compliance Opini berisi tentang kewajaran atau
atau tidaknya lembaga keuangan tidaknya atas penyajian Lap.Keuangan
syariah yang diaudit Perusahaan.
Sumber : Winarni 2013
2. Keunggulan lembaga keuangan syariah
Sistem multi layer governance berbeda dengan single layer governance
seperti yang ada di bank konvensional. Dalam penelitian Sabur Mollah dan
Mahbub Zaman model multilayer governance pada lembaga keuangan
syariah membantu bank syariah tampil lebih baik daripada bank
konvensional karena ditunjang oleh mekanisme dan aturan syariah yang
berlaku dalam perbankan syariah. Selain itu dewan pengawas Syariah
memiliki dampak positif pada kinerja bank syariah. Lembaga keuangan
syariah telah menjalankan good corporate governance secara baik agar para
pemangku kepentingan di lembaga keuangan menaruh trust atau
kepercayaan kepada lembaga keuangan syariah.
Sekian
Terimakasih
Wassalamualaikum wr.wb.

Anda mungkin juga menyukai