Paper
Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Kepemimpinan Organisasi
DISUSUN OLEH:
LIA PEBTRIYANI
oleh
Alpha Sandro Adithyaswara
22202020
Universitas Trilolgi
Abstrak
Basuki Tjahaja Purnama, yang lebih dikenal dengan nama Ahok, adalah seorang politisi
dan mantan Gubernur DKI Jakarta. Ia menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta dari November
2014 hingga Mei 2017. Ahok menjadi sosok yang menarik perhatian publik karena gaya
kepemimpinannya yang kontroversial namun efektif. Hasil penelusuran studi literatur, gaya
kepemimpinan Ahok dapat dikategorikan sebagai gaya kepemimpinan otokratis, yaitu gaya
kepemimpinan yang cenderung menjadikan dirinya sebagai tokoh kunci dalam pengambilan
keputusan atau kebijakan dan memaksa atau mengendalikan anggota organisasi yang dimiliki
untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Ahok dikenal sebagai pemimpin yang tegas,
keras, dan berani dalam menegakkan kebijakan yang berdampak baik bagi masyarakat DKI
Jakarta. Ahok juga sering menyampaikan retorika yang menekankan pada fakta yang ada, tepat
sasaran, dan tidak segan-segan mengkritik pihak-pihak yang menghalangi tujuannya.
Basuki Tjahaja Purnama, yang lebih dikenal dengan nama Ahok, adalah seorang politisi
dan mantan Gubernur DKI Jakarta. Ia menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta dari November
2014 hingga Mei 2017. Ahok menjadi sosok yang menarik perhatian publik karena gaya
kepemimpinannya yang kontroversial namun efektif.
Namun, kepemimpinan Ahok juga menjadi sorotan kontroversi yang besar. Salah satu
faktor utama yang membuatnya kontroversial adalah latar belakangnya sebagai seorang
keturunan Tionghoa dan keyakinannya yang beragama Kristen, yang menjadi isu sensitif dalam
konteks politik dan sosial di Indonesia.
Kontroversi dan tantangan yang dihadapi oleh Ahok, baik dari segi politik maupun
sosial, telah membentuk konteks kepemimpinannya. Ahok mencoba membawa perubahan
dalam tata kelola pemerintahan dan memperbaiki kualitas hidup warga Jakarta melalui
pendekatan yang transparan, berbasis hasil, pragmatis, dan inovatif.
Tujuan:
Manfaat:
1. Memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang gaya kepemimpinan
Ahok dan perubahan yang terjadi seiring waktu.
2. Mengidentifikasi faktor-faktor yang membantu Ahok dalam mencapai tata
kelola yang efektif dan perubahan yang positif dalam pemerintahan.
3. Memberikan wawasan tentang pentingnya kejujuran, kinerja berbasis hasil,
pendekatan pragmatis, ketegasan, dan keterbukaan terhadap inovasi dalam
kepemimpinan.
4. Menyediakan pelajaran dan inspirasi bagi pemimpin masa depan dalam
membangun kepemimpinan yang efektif dan inovatif.
Analisis karakteristik kepemimpinan Ahok
1. Kejujuran:
Salah satu contoh kejujuran Ahok adalah ketika ia mengungkapkan masalah korupsi
yang ada di lingkungan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, termasuk di kalangan aparatnya
sendiri. Ahok tidak ragu untuk mengungkapkan kasus-kasus korupsi yang terjadi, bahkan jika
hal itu melibatkan pejabat tinggi atau pihak yang kuat. Ia menegaskan bahwa korupsi adalah
perbuatan yang tidak dapat dibiarkan dan harus diberantas secara tuntas.
Selain itu, Ahok juga dikenal karena kejujurannya dalam menyampaikan informasi
kepada masyarakat. Ia terbuka dan jujur dalam menyampaikan kebijakan-kebijakan yang
diambilnya, termasuk kebijakan yang mungkin tidak populer di kalangan tertentu. Ahok
berkomunikasi secara terbuka dan transparan, menjelaskan alasan di balik kebijakan-kebijakan
tersebut dan berusaha untuk melibatkan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan.
Salah satu contoh penerapan kinerja berbasis hasil yang dilakukan oleh Ahok saat
menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta adalah program "One Day Service" (Layanan Satu
Hari) dalam proses perizinan di DKI Jakarta. Program ini bertujuan untuk mempercepat dan
menyederhanakan proses perizinan di bidang investasi dan usaha di Jakarta.
Ahok juga memastikan bahwa para pegawai yang terlibat dalam proses perizinan
diberikan target kinerja yang spesifik dan diukur berdasarkan hasil yang dicapai. Ia
menerapkan prinsip akuntabilitas yang ketat dan memberikan insentif kepada pegawai yang
berhasil mencapai target kinerja tersebut.
Dengan penerapan program "One Day Service" ini, Ahok berhasil mengurangi waktu
dan biaya yang diperlukan dalam proses perizinan, sehingga mendorong investasi dan
mempermudah berusaha di Jakarta. Program ini dianggap sebagai salah satu langkah nyata
dalam menerapkan kinerja berbasis hasil, di mana efektivitas dan efisiensi dalam pelayanan
kepada masyarakat menjadi prioritas.
3. Pendekatan Pragmatis:
Ahok dikenal dengan pendekatan pragmatis dalam menghadapi masalah dan tantangan.
Ia tidak ragu untuk mencari solusi yang efektif, bahkan jika itu berarti mengambil tindakan
kontroversial. Ahok berfokus pada pemecahan masalah yang praktis dan berdasarkan kondisi
riil, tanpa terlalu terikat pada dogma atau kepentingan politik tertentu.
Pendekatan pragmatis Ahok ini juga tercermin dalam kebijakannya terkait evakuasi dan
penggusuran pemukiman ilegal di bantaran sungai. Meskipun kontroversial, Ahok berargumen
bahwa tindakan tersebut diperlukan untuk memperbaiki sistem drainase dan mengurangi risiko
banjir. Ia melihat manfaat jangka panjang dan memilih untuk mengambil keputusan yang
mungkin sulit, tetapi dianggap sebagai langkah praktis dan efektif dalam menangani masalah
banjir.
Pendekatan pragmatis Ahok ini mendapatkan apresiasi dari sebagian masyarakat yang
melihatnya sebagai langkah-langkah nyata dalam menyelesaikan masalah yang mendesak.
Namun, pendekatan ini juga mendapatkan kritik dan kontroversi dari sebagian lainnya yang
berpendapat bahwa pendekatan pragmatis Ahok mungkin mengabaikan beberapa aspek sosial,
budaya, atau lingkungan yang perlu dipertimbangkan secara lebih mendalam.
4. Ketegasan:
Selain itu, Ahok juga terkenal dengan gaya bicaranya yang lugas dan langsung. Ia tidak
takut untuk menyampaikan pendapatnya dengan jelas dan tegas, terlepas dari kemungkinan
mendapatkan kritik atau reaksi negatif. Gaya bicaranya yang blak-blakan dan tanpa basa-basi
ini seringkali membuatnya menjadi sorotan media dan mendapatkan perhatian luas dari
masyarakat.
Ketegasan Ahok ini seringkali dikritik oleh beberapa pihak yang merasa terdampak atau
tidak setuju dengan kebijakannya. Namun, banyak juga yang mengapresiasi pendekatan tegas
Ahok, karena dianggap sebagai upaya untuk menegakkan aturan, membangun tata kelola yang
lebih baik, dan menunjukkan komitmen yang kuat dalam memimpin.
5. Keterbukaan terhadap Inovasi:
Ahok adalah seorang pemimpin yang terbuka terhadap inovasi dan ide-ide baru. Ia
mendorong adanya eksperimen dan pengembangan solusi inovatif dalam menghadapi
tantangan yang dihadapi Jakarta. Ahok melibatkan masyarakat, pakar, dan pemangku
kepentingan lainnya dalam proses pengambilan keputusan, serta memberikan ruang bagi
gagasan baru yang dapat memajukan tata kelola pemerintahan.
Gaya kepemimpinan Ahok memiliki dampak yang signifikan dalam meningkatkan tata
kelola pemerintahan dan pembangunan infrastruktur di Jakarta. Berikut ini adalah beberapa
dampak dan keberhasilan gaya kepemimpinan Ahok:
Ahok dikenal atas upayanya yang gigih dalam meningkatkan infrastruktur di Jakarta.
Ia berhasil mempercepat pembangunan dan renovasi jalan, memperbaiki sistem drainase untuk
mengatasi banjir, serta memperluas transportasi publik dengan membangun jalur bus
TransJakarta dan mengekspansi jaringan MRT. Langkah-langkah ini telah memperbaiki
mobilitas dan kualitas hidup warga Jakarta.
4. Pengurangan Kemacetan Lalu Lintas:
Salah satu masalah utama yang dihadapi Jakarta adalah kemacetan lalu lintas yang
parah. Ahok menerapkan berbagai langkah untuk mengurangi kemacetan, seperti peningkatan
koordinasi lintas sektoral, pengoptimalan sistem transportasi, dan peningkatan infrastruktur
transportasi massal. Langkah-langkah ini berhasil mengurangi kemacetan lalu lintas dan
memperbaiki mobilitas di Jakarta.
Ahok memperbaiki tata kelola keuangan daerah DKI Jakarta dengan mengurangi
praktik korupsi dan mengelola anggaran dengan lebih efisien. Ia mengurangi pengeluaran yang
tidak perlu, mengefektifkan penggunaan anggaran, dan meningkatkan transparansi pengelolaan
keuangan daerah. Hal ini membantu memperkuat integritas dan keberlanjutan keuangan
pemerintahan daerah.
Kepemimpinan Ahok tidak lepas dari tantangan dan kritik yang signifikan. Berikut
adalah beberapa tantangan dan kritik yang dihadapi oleh Ahok selama masa kepemimpinannya:
Salah satu tantangan utama yang dihadapi Ahok adalah kontroversi terkait dengan
agama dan etnisnya. Ahok sebagai seorang keturunan Tionghoa dan beragama Kristen menjadi
sasaran kritik dan serangan dari kelompok yang mempertanyakan kelayakannya sebagai
pemimpin dalam masyarakat yang mayoritas Muslim di Indonesia.
Kontroversi agama dan etnis yang berkaitan dengan Ahok terjadi pada tahun 2016 saat
ia masih menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta. Pada saat itu, Ahok menghadapi tuduhan
penistaan agama yang memicu perdebatan dan protes di kalangan masyarakat.
Kontroversi ini dimulai ketika Ahok menyampaikan pidato di Kepulauan Seribu pada
bulan September 2016. Dalam pidato tersebut, Ahok mengutip ayat Al-Quran dan menyatakan
bahwa ada pihak yang menggunakan ayat tersebut untuk menghalanginya dalam pemilihan
gubernur karena ia seorang non-Muslim. Pidato ini kemudian diunggah dalam video yang viral
di media sosial.
Kontroversi ini juga melibatkan isu etnis, karena Ahok merupakan keturunan Tionghoa
dan Kristen, sedangkan mayoritas masyarakat Indonesia adalah Muslim. Beberapa pihak
mengaitkan kontroversi ini dengan isu rasial dan politik identitas, sehingga mendorong adanya
polarisasi dan ketegangan antara kelompok agama dan etnis tertentu.
Kontroversi agama dan etnis yang berkaitan dengan Ahok ini mencerminkan dinamika
kompleks dalam masyarakat Indonesia, yang melibatkan faktor agama, politik, dan identitas.
Perbedaan interpretasi terhadap pernyataan Ahok dan isu sensitif seperti agama dan etnis dapat
memicu ketegangan sosial yang serius. Kontroversi ini juga mencerminkan tantangan dalam
menjaga keberagaman dan harmoni di tengah perbedaan yang ada.
2. Protes dan Aksi Massa:
Kepemimpinan Ahok sering kali diprotes dan dihadapi dengan aksi massa yang
mengkritik kebijakannya. Contohnya adalah protes dan demonstrasi besar-besaran terkait
dengan dugaan penistaan agama yang dilakukan Ahok, yang menyebabkan ketegangan sosial
dan politik yang tinggi di Jakarta.
Contoh protes dan aksi massa terkait Ahok adalah demonstrasi besar-besaran yang
terjadi pada tahun 2016 dan 2017 di Jakarta. Demonstrasi tersebut dipicu oleh kontroversi
penistaan agama yang melibatkan Ahok, yang pada saat itu menjabat sebagai Gubernur DKI
Jakarta. Beberapa contoh protes dan aksi massa terkait Ahok adalah sebagai berikut:
Ada kritik terhadap pendekatan dan gaya kepemimpinan Ahok yang dianggap terlalu
keras, tegas, dan kontroversial. Beberapa pihak menganggap bahwa Ahok tidak cukup
diplomatis dan kurang memperhatikan sensitivitas politik dan sosial dalam mengambil
keputusan.
Tantangan politik Ahok terkait dengan gaya kepemimpinannya adalah sebagai berikut:
a. Gaya Bicara yang Kontroversial: Ahok dikenal karena gaya bicaranya yang blak-
blakan dan lugas. Meskipun hal ini dianggap oleh beberapa orang sebagai kejujuran
dan keberanian, gaya bicaranya yang tegas dan kadang-kadang kontroversial dapat
memicu reaksi negatif dari beberapa pihak. Pernyataan-pernyataannya yang
terkesan frontal dan tidak terafiliasi dengan politik identitas atau popularitas bisa
membuatnya menjadi sasaran kritik dan serangan.
b. Persepsi Kekerasan: Beberapa kritikus dan lawan politik Ahok mencoba
memanfaatkan gaya kepemimpinannya yang tegas untuk menggambarkannya
sebagai sosok yang otoriter atau keras. Gaya kepemimpinan yang langsung dan
ketegasan Ahok dalam mengambil keputusan atau melaksanakan kebijakan
seringkali dikritik sebagai kurang mempertimbangkan opini dan aspirasi kelompok-
kelompok yang mungkin tidak sejalan dengannya. Hal ini dapat menghasilkan
persepsi negatif terhadap kepemimpinannya.
c. Pengaruh Media dan Persebaran Informasi: Ahok juga menghadapi tantangan
dalam era media sosial yang berperan penting dalam penyebaran informasi dan
opini. Konteks politik yang cepat berubah dan adanya opini publik yang bervariasi
dapat mempengaruhi citra dan dukungan terhadap Ahok. Terkadang, media sosial
juga menjadi sarana penyebaran informasi yang salah atau tidak akurat, yang dapat
merusak reputasinya.
d. Respon Terhadap Kritik: Ahok sering kali dikelilingi oleh banyak kritik dan
tuntutan, baik dari lawan politik maupun masyarakat umum. Tantangan politik yang
dihadapinya adalah bagaimana ia merespons kritik dengan bijak dan efektif.
Tanggapan yang tidak tepat atau tidak sensitif terhadap kritik dapat merugikan citra
dan dukungannya.
e. Kontestasi Politik dan Koalisi: Ahok juga menghadapi tantangan dalam
membangun dan menjaga koalisi politik yang solid. Dalam dunia politik,
mendapatkan dukungan dari partai politik atau membangun koalisi yang stabil
dapat menjadi tantangan. Terlebih lagi, Ahok juga menghadapi kontestasi politik
yang ketat dan persaingan yang sengit dari lawan-lawan politiknya.
Pelajaran yang dapat dipetik dari gaya kepemimpinan Ahok dalam konteks
kepemimpinan modern.
Gaya kepemimpinan Ahok menawarkan beberapa pelajaran yang dapat dipetik dalam
konteks kepemimpinan modern. Berikut ini adalah beberapa pelajaran yang dapat diambil dari
gaya kepemimpinan Ahok:
Kesimpulan