Shalat Jama
Shalat Jama
A. PENGERTIAN
1. Shalat Jama'
Menurut bahasa shalat jama' artinya shalat yang dikumpulkan. Sedangkan
menurut syariat Islam ialah dua shalat fardhu yang dikerjakan dalam satu waktu
karena ada sebab-sebab tertentu.
a. Shalat yang Boleh Dijama' :
Shalat yang boleh dijama' adalah shalat zhuhur dengan shalat ashar, dan
shalat maghrib dengan shalat isya.
b. Shalat jama' ada dua macam, yakni :
Ø Jama' Taqdim yaitu shalat zhuhur dan shalat ashar dikerjakan pada waktu
zhuhur, atau shalat maghrib dengan shalat isya dikerjakan pada waktu
maghrib.
Ø Jama' Ta'khir yaitu shalat zhuhur dan shalat ashar dikerjakan pada waktu ashar
atau shalat maghrib dan isya dikerjakan pada waktu isya.
2. Shalat Qashar
Shalat qashar menurut bahasa ialah shalat yang diringkas, yaitu meringkas
shalat yang jumlahnya 4 rakaat menjadi 2 rakaat. Dalam hal ini shalat yang dapat
diringkas adalah zhuhur, ashar dan isya.
Artinya : Dan apabila kamu bepergian di muka bumi, Maka tidaklah Mengapa kamu
men-qashar sembahyang(mu), jika kamu takut diserang orang-orang kafir.
Sesungguhnya orang-orang kafir itu adalah musuh yang nyata bagimu. (QS. An-
Nisaa : 101).
2. Hadits
Dari Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma berkata: “Allah menentukan shalat
melalui lisan Nabimu Shalallahu ‘Alaihi Wassalam empat raka’at apabila hadhar
(mukim) dan dua raka’at apabila safar.” (HR. Muslim, Ibnu Majah, Abu Dawud dll).
Dari Umar radhiallahu ‘anhu berkata:”Shalat safar (musafir) adalah dua raka’at,
shalat Jum’at adalah dua raka’at dan shalat ‘Ied adalah dua raka’at.” (HR.Ibnu
Majah dan An Nasa’i dll dengan sanad dengan shahih).
1. Wajib
َو َع ْب ُد الرَّحْ َم ِن قَااَل َح َّدثَنَا َأبُو َع َوانَةَ ع َْن بُ َكي ِْر ب ِْن َأ ْخبَ َرنَا َع ْمرُو ب ُْن َعلِ ٍّي قَا َل َح َّدثَنَا يَحْ يَى
صلَّى
َ صاَل ةُ َعلَى لِ َسا ِن النَّبِ ِّي َ فُ ِر : س قَا َل
ْ ض
َّ ت ال ِ اَأْل ْخن
ٍ َس ع َْن ُم َجا ِه ٍد ع َْن ا ْب ِن َعبَّا
ِ ْض ِر َأرْ بَعًا َوفِي ال َّسفَ ِر َر ْك َعتَ ْي ِن َوفِي ْال َخو
) (رواه النسائي .ًف َر ْك َعة َ فِي ْال َح هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم
Telah mengabarkan kepada kami [Amr bin Ali], ia berkata : Telah menceritakan
kepada kami [Yahya] dan [Abdurrahman], mereka berdua berkata : Telah menceritakan
kepada kami [Abu ‘Awanah] dari [Bukair bin Al-Akhnas] dari [Mujahid] dari [Ibnu Abbas],
ia berkata : Shalat diwajibkan lewat lisan Nabi saw bagi yang tinggal di tempat (mukim) 4
rakaat, dalam keadaan bepergian 2 rakaat, dan dalam keadaan takut satu rakaat.(HR. An-
Nasai : 452 )
2. Sunnah
الَ َاص ٍم ق
ِ ص ْب ِن َع ِ َح َّدثَنَا ُم َس َّد ٌد قَا َل َح َّدثَنَا يَحْ يَى َع ْن ِعي َسى ب ِْن َح ْف
ُ صلَّى هَّللا
َ ِ ْت َرسُو َل هَّللا َ : َح َّدثَنِي َأبِي َأنَّهُ َس ِم َع اب َْن ُع َم َر يَقُو ُل
ُ ص ِحب
ان اَل يَ ِزي ُد فِي ال َّسفَ ِر َعلَى َر ْك َعتَي ِْن َوَأبَا بَ ْك ٍر َو ُع َم َر
َ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم فَ َك
(1038 : (رواه البخاري.ض َي هَّللا ُ َع ْنهُ ْم ِ ك َر َ ِان َك َذل َ َو ُع ْث َم
Telah menceritakan kepada kami [Musaddad], ia berkata : Telah
menceritakan kepada kami [Yahya] dari [‘Isa bin Hafash bin ‘Ashim], ia berkata :
Telah menceritakan kepadaku [ayahku], bahwa ia pernah mendengar [Ibnu Umar]
berkata: Aku menemani Rasulullah saw, beliau tidak pernah menambah shalat lebih
dari 2 rakaat dalam safar (perjalanan), demikian pula Abu Bakar, Umar dan Utsman
ra. (HR.Bukhari :1038 )
3. Pilihan
Telah menceritakan kepada kami [Abu Bakar bin Abi Syaibah] dan [Abu
Kuraib] dan [Zuhair bin Harb] dan [Ishaq bin Ibrahim]. Ishaq berkata : “Telah
mengabarkan kepada kami”. Yang lain mengatakan : “Telah menceritakan kepada
kami” [Abdullah bin Idris] dari [Ibnu Juraij] dari [Ibnu Abi Ammar] dari [Abdullah
bin Babaih], dari [Ya’la bin Umayyah], ia berkata : Aku berkata kepada [Umar bin
Khattab] tentang firman Allah yang artinya :“Dan apabila kamu bepergian di muka
bumi, maka tidaklah mengapa kamu men-qashar shalat(mu), jika kamu takut
diserang orang-orang kafir. Sesungguhnya orang-orang kafir itu adalah musuh yang
nyata bagimu”. (QS. An-Nisa : 101),-Sementara saat ini manusia dalam kondisi
aman (maksudnya tidak dalam kondisi perang). Umar menjawab : Sungguh aku juga
pernah penasaran seperti yang engkau juga penasaran tentang ayat itu, lalu aku
tenyakan kepada Rasulullah saw tentang ayat tersebut. Beliau saw menjawab : Itu
(mengqashar shalat) adalah sedekah yang Allah berikan kepada kalian, maka
terimalah sedekah-Nya. (HR.Muslim : 1108 )
Dalam riwayat yang lain disebutkan bahwa Allah swt menyukai bila kita
menerima sedekah-Nya, yaitu berupa rukhshah (keringanan dari)Nya dilaksanakan.
Telah mengabarkan kepada kami [Muhammad bin Ishaq bin Ibrahim] mantan
budak [Tsaqif], ia berkata : Telah menceritakan kepada kami [Qutaibah bin Sa’id],
Ia berkata : telah menceritakan kepada kami [Abdul Aziz bin Muhammad] dari
[‘Ammar bin Ghaziyyah] dari [Harb bin Qais] dari [Nafi’] dari [Ibnu Umar] dari
Rasulullah saw, beliau bersabda : Sesungguhnya Allah suka jika rukhshah
(keringanan dari)Nya dilaksanakan sebagaimana Dia suka jika kewajiban-Nya
dijalankan. (HR. Ibnu Hibban : 3637 )
Shalat qashar harus dilakukan dengan niat qashar ketika takbiratul Ihram.
Mazhab imam Syafi’I dan Hanbali sepakat, bahwa “niat” qashar harus dilakukan
untuk setiap kali shalat. Mazhab imam Malik berpendapat bahwa “niat” qashar
cukup dilakukan di awal shalat yang diqashar dalam perjalanan itu, dan shalat
berikutnya tidak wajib memperbaharui niat qashar. Sedangkan mazhab imam Abu
Hanifa berpendapat bahwa yang wajib dilakukan adalah “niat safar”; dan bila niat
safar telah dilakukan, maka bagi sang musafir wajib mengqashar shalatnya
menjadi 2 rakaat.
Shalat qashar dapat dilakukan dengan syarat perjalanan itu mubah, bukan
perjalanan maksiat. Mazhab imam Syafi’I dan Hanbali sepakat, bahwa perjalanan
yang terlarang atau maksiat, tidak membolehkan untuk mengqashar shalat; dan
kalau shalatnya itu diqashar, maka shalat tersebut tidak sah. Sedangkan mazhab
imam Abu Hanifa dan Malik berpendapat bahwa mengqashar shalat tidak
disyaratkan perjalanan yang mubah. Bahkan menurut mazhab imam Abu
Hanifa wajib mengqashar shalatnya atas setiap orang yang melakukan perjalanan
(musafir), walaupun perjalanannya termasuk yang terlarang/diharamkan. Dan
menurut mazhab imam Malik, shalatnya sah walaupun dilakukan bersama
perbuatan dosa.
Shalat yang diqashar itu adalah shalat adaa’ (tunai), bukan shalat Qadha’.
Adapun shalat yang ketinggalan di waktu dalam perjalanan boleh diqashar bila
diqadha’ dalam perjalanan; tetapi shalat yang ketinggalan waktu mukim tidak
boleh diqadha’ dengan qashar sewaktu dalam perjalanan.
Dan adalah Ibnu Umar dan Ibnu Abbas pernah mengqashar dan berbuka
dalam perjalanan 4 burud, yaitu 16 Farsakh. (HR.Buklhari)
Telah menceritakan kepada kami [Abu Bakar bin Abi Syaibah] dan
[Muhammad bin Basysyar] keduanya dari [Ghundzar], [Abu Bakar] berkata :
Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin ja’far] [Ghundar] dari
[Syu’bah] dari [Yahya bin Yazid Al-huna’i] ia berkata : Aku bertanya kepada
[Anas bin Malik] tentang shalat qashar, lalu ia menjawab : Rasulullah SAW jika
keluar menempuh jarak 3 mil atau 3 farsakh[Syu’bah ragu] beliau shalat 2
rakaat. (HR.Muslim : 1116)
Ø Tanpa Batas Jarak
Pada waktu Rasulullah saw melaksanakan haji wada’ mukim di Makkah dan
sekitarnya selama 10 hari. Dan selama 10 hari mukim, beliau mengqashar shalatnya. Beliau
datang di Makkah pada hari ke 4 dan mukim di Makkah pada hari ke 5, 6 dan 7; dan pada
hari ke 8 keluar dari Makkah menuju Mina, hari ke 9 menuju Arafah, hari ke 10 kembali ke
Mina; dan mukim di Mina pada hari ke 11, 12 dan berangkan ke Makkah lagi pada hari ke13;
lalu kembali ke Madinah pada hari ke 14.
Telah menceritakan kepada kami [Yahya bin Yahya At-tamimy], telah mengabarkan
kepada kami [Husyaim] dari [Yahya bin Abi Ishaq] dari [Anas bin Malik] : kami berangkat
bersama Rasulullah saw dari Madinah ke Makkah, lalu beliau shalat 2 rakaat, 2 rakaat
hingga pulang. Aku bertanya : Berapa lama beliau mukim di Makkah? Dia menjawab :
Sepuluh hari. (HR.Muslim : 1118)
Telah menceritakan kepada kami [Abu Nu’aim], telah menceritakan kepada kami
[Sufyan], telah menceritakan kepada kami [Qabishah], telah menceritakan kepada kami
[Sufyan] dari [Yahya bin Abi Ishaq] dari [Anas ra], ia berkata : Kami bermukim bersama
Nabi saw 10 hari, dan sekian hari itu kami melakukan qashar.(HR.Buklhari : 3959)
1. Imam Malik dan Imam As-Syafi`i berpendapat bahwa masa berlakunya qashar bila