Anda di halaman 1dari 11

FORMULASI PENGAWASAN SYARIAH DALAM

PENGAWASAN SYARIAH DALAM PERBANKAN


SYARIAH DI INDONESIA

Disusun Oleh :
Kelompok 10

1. Rizki Widia Kurniawati (2120603129)


2. Margaretha Arlinda (2120603130)
3. Iftitah Putri Saqilla (2120603137)

Dosen Pengampu :
Rizal Alfid Jaya,M.E

PROGRAM STUDI S1 PERBANKAN SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH
PALEMBANG

2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kepada Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan
karunia-Nya yang berupa iman dan kesehatan akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah
ini. Tidak lupa Shalawat serta salam kita curahkan kepada Nabi besar kita, Nabi Muhammad
SAW. Semoga syafaatnya mengalir pada kita kelak.

Makalah dengan judul “Formulasi Pengawasan Syariah dalam Perbankan Syariah di


Indonesia" dibuat untuk melengkapi tugas dari mata kuliah Hukum Bisnis dan Perbankan.

Kami sangat mengucapkan banyak terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak
Rizal Alfid Jaya,M.E selaku Dosen Pembimbing pada mata kuliah Hukum Bisnis dan
Perbankan serta semua pihak yang telah mendukung serta membantu dalam menyelesaikan
makalah ini. Kami juga berharap agar isi makalah ini dapat bermanfaat bagi orang banyak
terutama pembaca.

Demikianlah makalah yang telah kami buat ini, kami sadar bahwa masih banyak
terdapat kekurangan-kekurangan, dengan kerendahan hati, kami memohon maaf apabila ada
kesalahan penulisan. Kritik yang terbuka dan membangun sangat kami nantikan demi
kesempurnaan makalah.

Palembang, 7 Maret 2023

Penulis
Kelompok 10

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.......................................................................................................................2
Daftar Isi................................................................................................................................3
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang...........................................................................................................4
B. Rumusan Masalah......................................................................................................5
C. Tujuan........................................................................................................................5
BAB II Pembahasan
A. Pengawasan terhadap Kepatuhan Syariah (Sharia Compliance) dalam Perbankan...6
B. Tinjauan Umum Terhadap Dewan Syariah dalam Perbankan Syariah......................6
C. Pengaturan anggota dewan syariah dalam fiqih kontemporer...................................7
D. Peran dewan syariah dalam perbankan syariah di Indonesia.....................................8
BAB III Penutup
A. Kesimpulan................................................................................................................15
B. Saran..........................................................................................................................15
Daftar Pustaka........................................................................................................................

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lembaga keuangan sangat berperan penting dalam kehidupan masyarakat. Lembaga
keuangan memiliki beberapa macam seperti perbankan syariah yang beroperasi
berdasarkan prinsip - prinsip syariat islam. Lembaga keuangan bank ini memiliki
pengawasan yang dilakukan agar seluruh kegiatan yang dilakukan tidak bertentangan
dengan prinsip-prinsip dalam ajaran agama islam

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu pengawasan terhadap kepatuhan syariah (Sharia Compliance) dalam
perbankan?
2. Bagaimana tinjauan umum terhadap dewan syariah dalam perbankan syariah?
3. Apa itu pengaturan anggota dewan syariah dalam fiqih kontemporer?
4. Bagaimana peran dewan syariah dalam perbankan syariah di indonesia?

C. Tujuan
1. Dapat mengetahui pengertian pengawasan terhadap kepatuhan syariah (Sharia
Compliance) dalam perbankan serta mengetahui beberapa aspek yang perlu
diperhatikan.
2. Dapat mengetahui tinjauan umum terhadap dewan syariah dan dewan pengawasan
syariah.
3. Dapat mengetahui beberapa pandangan penting terkait pengaturan anggota dewan
syariah dalam fiqih kontemporer.
4. Dapat mengetahui apasaja peran dewan syariah dalam perbankan syariah di
indonesia.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengawasan terhadap Kepatuhan Syariah (Sharia Compliance) dalam Perbankan


Sharia Compliance adalah ketaatan bank syariah terhadap prinsip-prinsip syariah.
Bank Syariah merupakan lembaga keuangan yang beroperasi sesuai dengan prinsip-
prinsip syariah Islam, artinya bank dalam beroperasinya mengikuti ketentuan-ketentuan
syariah Islam, khusunya menyangkut tata cara bermuamalat secara Islam. Yang dimaksud
kepatuhan pada prinsip syariah, yakni lembaga keuangan tersebut telah menerapkan
prinsip-prinsip syariah.
Sementara itu syariah berasal dari kata syara‟a yang secara bahasa berarti jalan
menuju sumber air, ini dapat pula diartikan sebagai jalan kearah sumber pokok
kehidupan. Sedang secara istilah syariah bermakna perundang-undangan yang diturunkan
oleh Allah SWT. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa sharia
compliance/kepatuhan penerapan prinsip-prinsip syariah pada perbankan syariah adalah
pelaksanaan pedoman-pedoman operasional bisnis seharihari dengan berlandaskan nilai-
nilai syariah, dalam hal ini yang terkait dengan bisnis perbankan.
Secara umum, konsep dasar fungsi kepatuhan berfungsi sebagai pelaksana dan
pengelola risiko kepatuhan yang berkoordinasi dengan satuan kerja dalam manajemen
resiko. Fungsi kepatuhan melakukan tugas pengawasan pengawasan yang bersifat
preventif dan menjadi elemen penting dalam pengelolaan dan operasional bank syariah
Pelaksanaan fungsi kepatuhan harus menekankan harus menekankan peran aktif dari
seluruh elemen organisasi kepatuhan dalamterdiri dari Direktur yang membawahkan
fungsi kepatuhan di Bank Islam, Kepala unit kepatuhan dan satuuan kerja kepatuhan
untuk mengelola risiko kepatuhan. Pengawasan kepatuhan tersebut dilakukan oleh dewan
pengawas syariah yang merupakan pihak pemberi jaminan kepada masyarakat bahwa
bank syariah telah memenuhi prinsip syariah.
Dalam perspektif fiqih, pengawasan terhadap kepatuhan perbankan syariah memiliki
beberapa aspek yang perlu diperhatikan. Berikut adalah beberapa aspek tersebut:
1. Kepatuhan terhadap prinsip-prinsip syariah
Perbankan syariah harus mematuhi prinsip-prinsip syariah dalam setiap aspek
kegiatan perbankannya, baik dalam produk dan layanan yang ditawarkan, maupun
dalam pelaksanaan operasionalnya. Prinsip-prinsip syariah tersebut antara lain tidak
melakukan riba, gharar, dan maysir serta mematuhi prinsip keadilan dan
kemaslahatan.
2. Kepatuhan terhadap fatwa DSN
Dewan Syariah Nasional (DSN) merupakan lembaga yang berwenang memberikan
fatwa mengenai kepatuhan perbankan syariah terhadap prinsip-prinsip syariah. Oleh
karena itu, perbankan syariah harus mematuhi fatwa DSN dalam setiap produk dan
layanan yang ditawarkan.
3. Transparansi

5
Perbankan syariah harus memberikan informasi yang jelas dan transparan mengenai
produk dan layanan yang ditawarkan serta pelaksanaan operasionalnya, termasuk
mengenai aspek syariahnya. Hal ini akan membantu nasabah dalam memahami
prinsip-prinsip syariah yang dijalankan oleh bank syariah.
4. Pelaporan
Perbankan syariah harus melaporkan kinerja dan kepatuhan terhadap prinsip-prinsip
syariah secara berkala kepada lembaga pengawas dan pihak-pihak terkait lainnya. Hal
ini akan membantu dalam memastikan kepatuhan perbankan syariah terhadap prinsip-
prinsip syariah.
5. Pengawasan internal
Perbankan syariah juga harus memiliki sistem pengawasan internal yang ketat
terhadap pelaksanaan operasional dan kepatuhan terhadap prinsip-prinsip syariah.
Pengawasan internal ini akan membantu dalam mendeteksi dan mencegah terjadinya
pelanggaran prinsip-prinsip syariah di dalam perbankan syariah.
Dalam perspektif fiqih, pengawasan terhadap kepatuhan perbankan syariah harus
dilakukan secara ketat dan terus-menerus untuk memastikan bahwa perbankan syariah
benar-benar menjalankan prinsip-prinsip syariah dalam setiap aspek kegiatannya.

B. Tinjauan Umum Terhadap Dewan Syariah dalam Perbankan Syariah


a. Pengertian Dewan Syariah
MUI sebagai lembaga yang memiliki kewenangan dalam bidang keagamaan
yang berhubungan dengan kepentingan umat Islam Indonesia membentuk suatu
dewan syariah yang berskala nasional yang bernama dewan syariah nasional (DSN),
berdiri pada tanggal 10 Februari 1999 sesuai dengan surat keputusan (SK) MUI
nomor kep-754/MUI/II/1999. Lembaga DSN MUI ini merupakan lembaga yang
memiliki otoritas kuat dalam penentuan dan penjagaan penerapan prinsip syariah
dalam operasional di lembaga keuangan syariah, baik perbankan syariah, asuransi
syariah dan lain-lain. Hal ini sebagaimana termuat dalam undang-undang nomor 21
tahun 2008 tentang perbankan syariah pasal 32 maupun undang-undang nomor 40
tahun 2007 tentang perseroan terbatas pasal 109 yang pada intinya bahwa DPS wajib
dibentuk di bank syariah maupun perseroan yang menjalankan kegiatan usaha
berdasarkan prinsip syariah. DPS tersebut hanya dapat diangkat jika telah
mendapatkan rekomendasi DSN MUI. (Iswanto 2016, 430).
DSN dibentuk oleh MUI yang bertugas dan memiliki wewenang untuk
memastikan kesesuaian antara produk jasa, dan kegiatan usaha lembaga keuangann
syariah (bank, asuransi, reksadana, modal ventura, dan sebagainya) dengan prinsip
syariah. Fungsi utama DSN adalah mengawasi dan mengeluarkan produk-produk
lembaga keuangan syariah agar sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam.
Fungsi lain DSN adalah meneliti dan memberi fatwa bagi produk-produk yang
dikembangkan oleh lembaga keuangan syariah. Selain itu juga DSN mempunyai
kewenangan diantaranya:
a) Memberikan dan mencabut rekomenda anggota Dewan Pengawas Syariah (DPS)
pada suatu lembaga keuangan syariah.

6
b) Mengeluarkan fatwa yang mengikat DPS di masing-masing lembaga keuangan
syariah dan menjadi dasar tindakan hukum pihak terkait.
c) Mengeluarkan fatwa yang menjadi landasan hukum bagi ketentuan yang
dikeluarkan oleh instansi yang berwenang, seperti bank Indonesia dan badan
pengembangan pasar modal (BAPEPAM).
d) Memberikan peringatan kepada lembaga keuangan syariah untuk menghentikan
penyimpangan dari fatwa yang telah dikeluarkan oleh DSN.
e) Mengusulkan kepada pihak yang berwenang untuk mengambil tindakan apabila
peringatan tidak diindahkan. Dalam memberikan fatwa, DSN tidak boleh
dipengaruhi atau terpengaruh oleh lembaga manapun.
Dewan Syariah bertugas untuk menggali, mengkaji dan merumuskan nilai dan
prinsip-prinsip hukum Islam (syariah) untuk dijadikan pedoman dalam kegiatan
transaksi di lembaga-lembaga keuangan syariah serta mengawasi pelaksaan dan
implementasinya. Anggota lembaga adalah para ahli hukum Islam serta praktisi
ekonomi, terutama sektor keuangan, baik bank maupun non bank yang berfungsi
untuk menjalankan tugas-tugas MUI. Dalam pelaksanaannya, lembaga
ini dibantu dengan Badan Pelaksana Harian.
b. Dewan Pengawas Syariah (DPS)
Pada dasarnya DPS menjalankan pengawasan dibawah kendali DSN dalam
merealisasikan fatwa yang telah diputuskan oleh DSN. DPS berperan sebagai
pengawas dari lembaga keuangan syariah yang mengawasi setiap operasional
kegiatan pebankan syariah, sehingga operasionalnya dapat berjalan sesuai dengan
tuntutan syariat Islam. DPS tidak terlibat secara langsung dalam pelaksanaan
manajemen lembaga keuangan syariah, karena hal ini sudah menjadi tanggung jawab
langsung di bawah wewenang Direksi suatu lembaga keuangan syariah. DPS berhak
memberikan masukan kepada pihak pelaksana lembaga keuangan syariah (Sultoni
2019, 108).
DPS adalah suatu badan yang diberi wewenang untuk melakukan supervisi /
pengawasan dan melihat secara dekat aktivitas perbankan agar dalam setiap kegiatan
tersebut selalu mengikuti aturan dan prinsip-prinsip syariah sehingga tidak
menyimpang dari ketentuan yang telah difatwakan oleh Dewan Syariah Nasional.
DPS yang terdiri dari para pakar syariah muamalah yang juga memiliki pengetahuan
dalam bidang perbankan yang ada di lembaga keuangan syariah dan bertugas
mengawasi pelaksanaan keputusan DSN pada lembaga keuangan syariah tersebut.
DPS merupakan badan independen, sehingga untuk menjamin mengeluarkan
pendapat maka harus diperhatikan beberapa hal:
a) DPS bukan staf bank, dalam arti bahwa mereka tidak tunduk dibawah kekuasaan
administratif.
b) DPS dipilih oleh rapat umum pemegang saham (RUPS).
c) Honorarium DPS ditentukan oleh RUPS.
d) DPS mempunyai sistem kerja dan tugas-tugas tertentu seperti halnya badan
pengawas lainnya. Karena pentingnya peran DPS ini, maka dua undang-undang di
Indonesia mencantumkan keharusan adanya DPS di perusahaan syariah dan
lembaga perbankan syariah, yaitu undang-undang nomor 40 tahun 2007 tentang

7
perseroan terbatas dan undang-undang nomor 21 tahun 2008 tentang perbankan
syariah. Dengan demikian, secara yuridis, DPS di lembaga perbankan menduduki
posisi yang kuat, karena keberadaannya sangat penting dan strategis (Ilyas 2019,
199).
Peran utama para ulama dalam DPS adalah mengawasi jalannya operasional
bank sehari-hari agar selalu sesuai dengan ketentuan-ketentuan syariah. Hal ini karena
transaksi-transaksi yang berlaku dalam bank syariah sangat khusus jika dibanding
bank konvensial. Karena itu, diperlukan garis panduan ini disusun dan ditentukan oleh
DSN (Irham 2019, 447). Prinsip syariah merupakan acuan utama bagi DSN dalam
menyusun fatwa terkait aktivitas keuangan berbasis syariah yang ditujukan bagi
industri keuangan syariah.

C. Pengaturan anggota dewan syariah dalam fiqih kontemporer


Pengaturan anggota dewan syariah dalam fiqih kontemporer dapat berbeda-beda
tergantung pada negara atau wilayah yang bersangkutan, serta pandangan masing-masing
ulama atau kelompok pemikir Islam.
Secara umum, anggota dewan syariah ialah orang-orang yang memiliki pengetahuan
dan kualifikasi di bidang hukum Islam dan terampil dalam menganalisis dan memutuskan
masalah-masalah hukum yang berkaitan dengan syariah. Mereka biasanya ditunjuk oleh
lembaga-lembaga pemerintah atau organisasi Islam tertentu.
Dalam fiqih kontemporer, beberapa pandangan penting terkait pengaturan anggota
dewan syariah antara lain:
1. Kualifikasi anggota dewan syariah harus memenuhi persyaratan tertentu. Berikut
syarat syarat anggota dewan syariah Menurut Pasal 21 PBI N0. 6/24/PBI/2004: 19
1) Integritas :
a) Memiliki akhlak dan moral yang baik
b) Memiliki komitmen untuk mematuhi peraturan perundang- undangan yang
berlaku
c) Memiliki komitmen yang tinggi terhadap pengembangan operasional bank
yang sehat.
d) Tidak termasuk dalam daftar tidak lulus sesuai dengan ketentuan yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia.
2) Kompetensi yaitu memiliki pengetahuan dan pengalaman dibidang syariah
muamalah dan pengatahuan dibidang perbankan dan keuangan secara umum.
3) Reputasi keuangan, yaitu pihak-pihak yang:
a) Tidak termasuk dalam kredit/pembiayaan macet.
b) Tidak pernah dinyatakan pailit atau menjadi direksi atau komisaris yang
dinyatakan bersalah menyebabkan suatu perseroan dinyatakan pailit, dalam
waktu 5 (lima) tahun terakhir sebelum dicalonkan.20
2. Proses pemilihan anggota dewan syariah harus transparan dan adil, serta mengikuti
standar-standar yang telah ditetapkan.
3. Anggota dewan syariah harus mempertimbangkan konteks sosial dan budaya saat
memutuskan masalah-masalah hukum, serta memperhatikan prinsip-prinsip
keadilan dan kemanfaatan.

8
4. Anggota dewan syariah harus memahami dan mengikuti prinsip-prinsip dasar
hukum Islam, seperti al-Quran, hadis, ijtihad, qiyas, dan istihsan.
5. Anggota dewan syariah harus berkomunikasi dengan masyarakat dan pemangku
kepentingan lainnya untuk memastikan keputusan-keputusan yang diambil dapat
diterima dan bermanfaat bagi masyarakat.
Namun, pandangan dan praktik pengaturan anggota dewan syariah dapat berbeda
beda variasi di antara masyarakat Muslim. Oleh karena itu, diperlukan dialog dan
diskusi yang terbuka dan inklusif antara kelompok-kelompok pemikir Islam untuk
mengembangkan pandangan yang lebih komprehensif dan inklusif mengenai
pengaturan anggota dewan syariah dalam fiqih kontemporer 21

D. Peran dewan syariah dalam perbankan syariah di Indonesia


Dewan Pengawas Syariah (DPS) ini mempunyai peranan yang sangat penting dan
strategis di dalam pengawasan syariah pada perbankan syariah. Dewan Syariah ini sangat
penting dalam perbankan syariah, karena merupakan lembaga yang memberikan fatwa
syariah tentang produk dan layanan perbankan syariah. Pengoptimalan peranan DPS ialah
sangat penting untuk memastikan setiap transaksi sesuai prinsip-prinsip syariah yang
merujuk kepada al-Qur’an dan Sunnah, dalam hal ini, fatwa Dewan Syariah Nasional
Majelis Ulama Indonesia. Pedoman dasar DSN MUI Bab IV ayat (2) menyatakan bahwa
DSN MUI mengeluarkan fatwa yang mengikat DPS di setiap institusi keuangan syariah
dan menjadi dasar bagi para pihak untuk mengambil tindakan hukum yang berkaitan,
yaitu berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh DSN MUI dirujuk oleh DPS.20 DSN yang
artinya satu-satunya badan yang mempunyai kewenangan mengeluarkan fatwa Syariah
terhadap jenis-jenis kegiatan, produk, dan jasa keuangan syariah, serta mengawasi
penerapan fatwa dimaksud oleh lembaga-lembaga keuangan di Indonesia.21
Di Indonesia, Dewan Syariah Nasional (DSN) ialah lembaga yang bertanggung jawab
memberikan fatwa syariah bagi perbankan syariah. Dewan Syariah Nasional (DSN)
dibentuk berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 64 Tahun 2008. DSN
bertugas memberikan panduan dalam mengembangkan produk dan layanan perbankan
syariah yang sesuai dengan prinsip syariah.
Beberapa peran penting Dewan Syariah dalam perbankan syariah di Indonesia antara
lain:
1. Memberikan Fatwa: Dewan Syariah memberikan fatwa syariah tentang produk dan
layanan perbankan syariah yang sesuai dengan prinsip syariah.
2. Mengevaluasi: Dewan Syariah mengevaluasi dan memastikan bahwa semua operasi
perbankan syariah dilakukan sesuai dengan prinsip syariah.
3. Membuat Kebijakan: Dewan Syariah membuat kebijakan untuk mengembangkan
produk dan layanan perbankan syariah22
Adapun Upaya yang nantinya dapat dilakukan untuk mengoptimalkan peran Dewan
Pengawas Syariah (DPS) pada bank syariah adalah sebagai berikut :
1. Membentuk idependensi kelembagaan otoritas kepatuhan syariah;
2. Menegakan sanksi yang tegas untuk pelanggaran terhadap pemenuhan syariah dengan
membuat regulasi yang jelas dan terukur;
3. Melakukan seleksi yang ketat terhadap anggota Dewan Pengawas Syariah (DPS).23

9
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

B. SARAN
Penulis berharap makalah ini dapat menambah wawasan bagi para pembaca untuk
lebih jauh mengetahui dan memahami lagi bagaimana pengawasan yang dilakukan di
dalam perbankan syariah. Demi penyempurnaan makalah, penulis berharap kritik dan
saran yang membangun agar makalah ini lebih baik lagi.

10
DAFTAR PUSTAKA

11

Anda mungkin juga menyukai