Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

ETIKA NASABAH BANK SYARIAH

Dosen Pengampu : Akhmad Faozan, LC

Disusun Oleh :

Nama : Destiya Sandra Devi

NIM : 1617203010

4 MPS A

FAKULTAS EKONOMI & BISNIS ISLAM

IAIN PURWOKERTO

2018
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.


Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
tugas makalah ini. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu
tugas Mata Kuliah ................................... pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis IAIN
Purwokerto.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna,
maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran. Semoga Allah SWT
senantiasa membalas kebijakan dan melimpahkan hidayah-Nya kepada kita semua
Amin ya rabbal alamin.
Wassalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh

Purwokerto, Maret 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah............................................................. 1
B. Rumusan Masalah...................................................................... 1
C. Tujuan........................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Etika......................................................................... 1
B. Prinsip Dasar dalam Etika Perbankan Syariah........................... 1
C. Pentingnya Mendorong Etika Perbankan Syariah...................... 6
D. Perilaku-perilaku yang Menyimpang dalam Etika Perbankan
Syariah
....................................................................................................
....................................................................................................
7
E. Doktrin Etika Bisnis Islam Dalam Fungsi-Fungsi Perbankan
Syariah
....................................................................................................
....................................................................................................
9
F. Perilaku Terpuji yang Harus Dimiliki Praktisi Perbankan
Syariah
....................................................................................................
....................................................................................................
10
G. Perilaku Tidak Terpuji yang Harus Dihindari Praktisi
Perbankan Syariah

iii
....................................................................................................
....................................................................................................
17

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan................................................................................ 18
B. Saran .......................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Saat ini, dunia perbankan di Indonesia sudah sangat berkembang pesat. Hal
ini terlihat dari sudah cukup banyaknya sarana dan prasarana berbagai bank yang
terdapat di seluruh penjuru Indonesia. Akibatnya, terjadilah persaingan yang
sangat masif antara berbagai bank yang terdapat di Indonesia. Persaingan inipun
sangat terasa sekali antara bank syariah dengan bank konvensional, terutama dari
aspek produk dan sarana penunjang bank itu sendiri.
Oleh karenanya, bank syariah dituntut untuk lebih mengembangkan industri
perbankannya, terutama dalam aspek sarana dan prasarana, produk, pelayanan,
dan lain sebagainya. Maka dari itu, etika dalam perbankan syariah sangat
dibutuhkan untuk menarik minat seorang nasabah agar menabung di bank
syariah. Dalam etika ini ada beberapa poin secara umum yang harus  diatur di
dalamnya, seperti sikap & perilaku, penampilan, cara berbicara, gerak-gerik, dan
lain-lain.
Oleh karena itu, di sini pemakalah akan menjelaskan pengertian yang lebih
mendalam mengenai etika perbankan syariah, dan apa saja perilaku dalam
perbankan syariah yang sesuai dengan al-Qur’an dan al-Hadits, serta apa saja
perilaku perbankan syariah yang tidak sesuai dengan al-Quran dan al-Hadits, dan
bagaimana cara kita menanggulanginya.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan singkat diatas mengenai etika perbankan syariah,
maka pemakalah akan membuat beberapa rumusan masalah, diantaranya:
1. Apa pengertian dari etika perbankan syariah?
2. Perilaku seperti apakah yang sesuai dengan etika perbankan syariah?
3. Perilaku seperti apakah yang tidak sesuai dengan etika perbankan syariah?

1
4. Bagaimana cara kita menanggulangi perilaku-perilaku yang tidak sesuai
dengan etika perbankan syariah?

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan pemaparan rumusan masalah di atas, maka dapat ditarik
kesimpulan mengenai tujuan penulisan makalah ini, diantaranya:
1. Untuk mengetahui apa pengertian dari etika perbankan syariah.
2. Untuk mengetahui perilaku apa saja yang sesuai dengan etika perbankan
syariah.
3. Untuk mengetahui perilaku apa saja yang tidak sesuai dengan etika perbankan
syariah.
4. Untuk mengetahui bagaimana cara menanggulangi perilaku-perilaku yang
tidak sesuai dengan etika perbankan syariah.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Etika
Secara etimologi, etika berasal dari bahasa Yunani “ethos”, yang berarti
sopan santun, perilaku, sifat, cara berinteraksi, dan adat istiadat Etika dalam
hukum islam merupakan bagian dari akhlak. Adapun menurut H. A. Mustafa,
etika adalah “ilmu yang menyelidiki tentang perilaku mana yang baik dan yang
buruk dan juga dengan memperhatikan perbuatan manusia sejauh apa yang telah
diketahui oleh akal pikiran.”
Sedangkan menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI), etika ialah ilmu
tentang baik dan buruknya perilaku, hak dan kewajiban moral, sekumpulan asa
atau nila-nilai yang berkaitan dengan akhlak, serta nilai mengenai benar atau
salahnya perbuatan atau perilaku yang dianut masyarakat. 
Etika dalam hukum islam, merupakan bagian dari akhlak. Etika merupakan
bagian dari akhlak, karena akhlak bukan hanya menyangkut perilaku manusia
yang bersifat perbuatan lahiriah saja. Akan tetapi akhlak ini juga mencakup hal-
hal yang lebih luas, yaitu meliputi bidang syariah, akidah, ibadah, dan muamalah.1

B. Prinsip Dasar dalam Etika Perbankan Syariah


Etika bisnis dalam Islam adalah sejumlah perilaku etis bisnis (akhlaq al-
Islamiyah) yang dibungkus dengan nilai-nilai syariah yang mengedepankan halal
dan haram. Jadi perilaku yang etis dalam bisnis Islam itu adalah perilaku yang
mengikuti perintah Allah dan menjauhi larangannya. Dalam Islam, etika bisnis ini
sudah banyak dibahas dalam berbagai literature, dan sumber utamanya adalah al-
Qur’an dan sunah Rasul. Pelaku-pelaku bisnis diharapkan bertindak secara etis
dalam berbagai aktivitasnya. Kepercayaan, keadilan dan kejujuran adalah elemen
pokok dalam mencapai suksesnya suatu bisnis di kemudian hari.
Bank Syariah sebagai lembaga keuangan syariah haruslah mematuhi nilai-
nilai syariah dalam menjalankan transaksi bisnisnya. Nilai-nilai syariah dalam
1 http://www.pengertianpakar.com/2015/04/pengertian-etika-menurut-pakar.html

3
perbankan syariah secara otomatis menuntut perbankan syariah untuk mematuhi
etika-etika yang berlaku dalam Islam. Oleh karena itu, etika bisnis dalam Islam
menjadi salah satu penilaian kesyariah-an suatu perbankan syariah.
Berikut beberapa ketentuan umum dari etika Islam yang harus dipatuhi oleh
perbankan syariah dalam menjalankan transaksi bisnisnya sehari-hari:
1. Kesatuan (Unity/Tauhid)
Dalam hal ini adalah kesatuan sebagaimana terefleksikan dalam
konsep tauhid yang memadukan keseluruhan aspek-aspek kehidupan muslim
baik dalam bidang ekonomi, politik, sosial menjadi keseluruhan yang
homogen, serta mementingkan konsep konsistensi dan keteraturan yang
menyeluruh.
Dari konsep ini maka islam menawarkan keterpaduan agama,
ekonomi, dan sosial demi membentuk kesatuan. Atas dasar pandangan ini pula
maka etika dan bisnis menjadi terpadu, vertikal maupun horizontal,
membentuk suatu persamaan yang sangat penting dalam sistem Islam.
2. Keseimbangan (Equilibrium/Adil)
Islam sangat mengajurkan untuk berbuat adil dalam berbisnis, dan
melarang berbuat curang atau berlaku dzalim. Rasulullah diutus Allah untuk
membangun keadilan. Kecelakaan besar bagi orang yang berbuat curang, yaitu
orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain meminta untuk
dipenuhi, sementara kalau menakar atau menimbang untuk orang selalu
dikurangi.
Kecurangan dalam berbisnis pertanda kehancuran bisnis tersebut, karena kunci
keberhasilan bisnis adalah kepercayaan.
Al-Qur’an memerintahkan kepada kaum muslimin untuk menimbang dan
mengukur dengan cara yang benar dan jangan sampai melakukan kecurangan
dalam bentuk pengurangan takaran dan timbangan. Hal ini dijelaskan dalam
surat al-Isra` ayat 35, yang berbunyi:
‫ر َوَأ ۡح َس ُن تَ ۡأ ِوياٗل‬ٞ ‫ك َخ ۡي‬
َ ِ‫اس ۡٱل ُم ۡستَقِ ۚ ِيم ٰ َذل‬ ۡ ْ ُ‫وا ۡٱل َك ۡي َل ِإ َذا ِك ۡلتُمۡ َوزن‬
ِ َ‫وا بِٱلقِ ۡسط‬ ِ ْ ُ‫َوَأ ۡوف‬

4
“Dan sempurnakanlah takaran apabila kamu menakar, dan timbanglah
dengan neraca yang benar. Itulah yang lebih utama (bagimu) dan lebih baik
akibatnya.”
3. Kehendak Bebas (Free will)
Kebebasan merupakan bagian penting dalam nilai etika bisnis islam,
tetapi kebebasan itu tidak merugikan kepentingan kolektif. Kepentingan
individu dibuka lebar. Tidak adanya batasan pendapatan bagi seseorang
mendorong manusia untuk aktif berkarya dan bekerja dengan segala potensi
yang dimilikinya.
Kecenderungan manusia untuk terus menerus memenuhi kebutuhan
pribadinya yang tak terbatas dikendalikan dengan adanya kewajiban setiap
individu terhadap masyarakatnya melalui zakat, infak dan sedekah.
4. Tanggung jawab (Responsibility)
Kebebasan tanpa batas adalah suatu hal yang mustahil dilakukan oleh
manusia karena tidak menuntut adanya pertanggungjawaban dan akuntabilitas.
untuk memenuhi tuntunan keadilan dan kesatuan, manusia perlu
mempertaggungjawabkan tindakanya secara logis prinsip ini berhubungan erat
dengan kehendak bebas. Ia menetapkan batasan mengenai apa yang bebas
dilakukan oleh manusia dengan bertanggungjawab atas semua yang
dilakukannya.
5. Kebenaran (Rightness/Kejujuran)
Kebenaran dalam konteks ini selain mengandung makna kebenaran
lawan dari kesalahan, mengandung pula dua unsur yaitu kebajikan dan
kejujuran. Dalam konteks bisnis kebenaran dimaksudkan sebagia niat, sikap
dan perilaku benar yang meliputi proses akad (transaksi) proses mencari atau
memperoleh komoditas pengembangan maupun dalam proses upaya meraih
atau menetapkan keuntungan.
Dengan prinsip kebenaran ini maka etika bisnis Islam sangat menjaga
dan berlaku preventif terhadap kemungkinan adanya kerugian salah satu pihak
yang melakukan transaksi, kerjasama atau perjanjian dalam bisnis.

5
C. Pentingnya Mendorong Etika Perbankan Syariah
Industri keuangan dan perbankan syariah terus berkembang di Indonesia.
Hal tersebut didorong semakin banyaknya masyarakat yang menyadari pentingnya
bersyariah dalam berekonomi. Kondisi tersebut akhirnya mendorong berbagai
lembaga keuangan konvensional berlomba membuka divisi atau cabang syariah.
Tujuannya agar dapat memberikan layanan keuangan syariah bagi masyarakat.
Berdasarkan data publikasi Bank Indonesia (BI) hingga Juli lalu, terdapat
tiga bank umum syariah (BUS) dan 24 unit usaha syariah bank umum
konvensional (UUS BUK). Selain itu, terdapat sebanyak 107 bank perkreditan
rakyat syariah (BPRS). Sedangkan, berdasarkan data bersumber situs Dewan
Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN MUI), asuransi syariah saat ini
berjumlah lebih dari 37 perusahaan atau cabang syariah. Selain itu, terdapat tiga
perusahaan reasuransi yang memiliki divisi syariah dan lima broker asuransi
syariah.
Namun menurut Ketua Mudharabah Institute, Muhammad Rizal Ismail,
perkembangan keuangan dan perbankan syariah tersebut tidak terjadi secara
menyeluruh. Perkembangan tersebut hanya terjadi pada sistem dan produk
keuangan syariah. Sedangkan, perilaku pelaku keuangan dan perbankan syariah
masih menggunakan pola konvensional. ''Saat ini penerapan ekonomi syariah
dalam bisnis keuangan dan perbankan syariah hanya 50 persen karena hanya
produknya saja dan belum perilaku Sumber Daya Manusianya,'' katanya kepada
Republika.
Rizal menyebutkan, lembaga keuangan syariah hendaknya menerapkan
etika bisnis syariah secara konsisten. Sebabnya, bila lembaga tersebut menerapkan
etika konvensional dan bertentangan dengan prinsip syariah, hal tersebut diyakini
akan memperburuk citra keuangan syariah. Karena itu, lembaga keuangan syariah
perlu mendorong penerapan etika bisnis syariah dalam operasi bisnis.
Penerapan etika bisnis syariah, menurut Rizal, bertujuan untuk
merealisasikan prinsip good corporate governance (GCG) bagi lembaga keuangan
syariah. Namun, penerapan GCG bagi lembaga keuangan syariah (LKS) berbeda
dengan lembaga keuangan konvensional karena GCG LKS disesuaikan dengan

6
prinsp syariah. ''Misalnya saya masih melihat ada gejala riswah (suap) yang
dipraktikkan lembaga bisnis syariah yang dianggap sebagai marketing fee,''
katanya.
Karena itu, menurut Rizal, penerapan etika bisnis syariah penting didukung
semua pihak, baik pemerintah, regulator moneter, maupun pelaku bisnis syariah.
Hal tersebut dilakukan dengan mendorong sosialisasi nilai-nilai etika bisnis
syariah. Dengan demikian, kegiatan operasi bisnis lembaga keuangan dan
perbankan syariah dapat dijalankan sesuai etika syariah.
Pendapat mengenai belum diterapkannya etika bisnis syariah juga sempat
diungkapkan Direktur Bidang Syariah LPPI, Ari Mooduto akhir tahun lalu.
Menurut dia, berdasarkan pengkajian lembaganya, masih banyak manajemen
direksi bank umum syariah (BUS) dan unit usaha syariah (UUS) yang masih
menerapkan budaya perbankan konvensional. Sehingga, hal tersebut berdampak
pada citra perbankan syariah.

D. Perilaku-perilaku yang Menyimpang dalam Etika Perbankan Syariah


Al-Qur’an sebagai sumber nilai, telah memberikan nilai-nilai mendasar
mengenai perilaku-perilaku perbankan syariah yang bertentangan dengan nilai-
nilai Al-Qur’an. Dalam al-Qur’an terdapat istilah-istilah al-bathil, al-fasad dan
azh-zhulm yang dapat difungsikan sebagai landasan perilaku yang bertentangan
dengan Al-Qur’an khususnya dalam dunia perbankan syariah.
1. Al-Bathil
Menurut pengertiannya, al-bathil yang berasal dari kata dasar bathala,
yang berarti fasada atau rusak, sia-sia, tidak berguna, dan bohong. Al-Bathil
sendiri berarti yang batil, yang salah, yang palsu, yang tidak berharga, yang
sia-sia dan yang menyerupai syaithan (al-Munawwir, 1984: 99-100).
Penggunaan al-bathil dalam konteks perbankan, tersebut dalam al-Qur’an
sebanyak empat kali.
Pertama, dalam surat al-Baqarah: 188, ditegaskan bahwa sifat kebatilan
seringkali digunakan untuk memperoleh harta benda secara sengaja. Kedua,
yaitu dalam surat an-Nisa: 29, ditegaskan larangan bisnis yang dilakukan

7
dengan proses kebatilan. Ketiga, yaitu dalam surat an-Nisa: 160-161, al-bathil
disebutkan dalam konteks kezhaliman kaum Yahudi yang suka melakukan riba
dan memakan harta orang lain dengan jalan batil.
Keempat, dalam surat at-Taubah: 34, disebutkan bahwa kebatilan dalam
bisnis telah banyak dilakukan baik dengan menghalang-halangi dari jalan
Allah, menimbun harta atau tidak mengeluarkan. Di sinilah posisi strategisnya
etika perbankan syariah, yaitu untuk menjaga pengelolaan dan pengembangan
harta benda yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat dari jalan kebatilan. 
2. Al-Fasad
Istilah ini disebut 48 kali dalam al-Qur’an. Kebanyakan penggunaannya
mempunyai pengertian kebinasaan, kerusakan, membuat kerusakan, kekacauan
di muka bumi, dan mengadakan kerusakan di muka bumi. Dalam surat Hud: 85
ditegaskan, bahwa mengurangi takaran dan timbangan merupakan kezhaliman.
Demikian pula dalam surat al-A’raf: 85 dan al-Baqarah: 205, ditegaskan
tentang perintah menyempurnakan takaran dan timbangan disandingkan
dengan larangan mengadakan kerusakan atau kedzaliman di muka bumi.
Di tempat lain pada surat al-Maidah: 32, menyatakan bagaimana besar
dan luasnya akibat yang ditimbulkan dari kezaliman. Dari ayat-ayat di atas
dapat diambil pemahaman bahwa perbuatan yang mengakibatkan kerusakan
atau kebinasaan, walaupun kelihatannya sedikit dianggap oleh al-Qur’an
sebagai kerusakan yang banyak. Mengurangi hak atas suatu barang
(komoditas) yang didapat atau diproses dengan menggunakan media takaran
atau timbangan dinilai al-Qur’an seperti telah membuat kerusakan di muka
bumi. 
3. Azh-zhulm
Azh-Zhulm bermakna meletakkan sesuatu tidak pada tempatnya,
ketidakadilan, penganiayaan, penindasan, tindakan sewenang-wenang, dna
kegelapan.2 Dalam konteks hubungan kemanusiaan, al-Qur’an pada beberapa
tempat menyatakan kandungan makna kezhaliman sebagai landasan praktek
yang berlawanan dengan nilai-nilai etika, termasuk dalam mal bisnis. Dalam

2 Kamus al-Munawwir, 1984: 946-947

8
surat al-Baqarah: 279 dijelaskan, bahwa kita seharusnya tidak menganiaya dan
tidak pula dianiaya oleh pihak lain.
Dengan demikian dari pemahaman al-bathil, al-fasad dan azh-zhulm di atas,
ketiganya dapat dihubungkan dengan pengertian hakikat bisnis, dapat diambil
kesimpulan bahwa salah satu landasan praktek mal-bisnis adalah setiap praktek
bisnis yang mengandung unsur kebatilan, kerusakan dan kezaliman baik sedikit
maupun banyak, tersembunyi maupun terang-terangan. Dan hal itu dapat
menimbulkan kerugian secara materi maupun immateri baik bagi si pelaku, pihak
lain, maupun masyarakat.

E. Doktrin Etika Bisnis Islam Dalam Fungsi-Fungsi Perbankan Syariah


1. Etika Pemasaran
Apapun yang dilakukan oleh aktifitas pemasaran adalah berorientasi pada
kepuasan pasar, yakni kondisi saling ridho dan rahmat antara pembeli dengan
penjual atas transaksi yang dilakukan.
2. Etika Produksi
Akhlak utama dalam produksi yang harus diperhatikan oleh kaum
muslimin, baik secara individu maupun secara bersama ialah bekerja pada
bidang yang dihalalkan oleh Allah SWT dan tidak melampaui apa yang
diharamkan-Nya. Maka dari itu, Yusuf Qardhawi menyebutkan tujuan
produksi, yakni untuk memenuhi kebutuhan setiap individu dan mewujudkan
kemandirian umat.
3. Etika Manajemen Sumber Daya Manusia
Dalam pandangan islam, bahwa manusia itu hidup tidak hanya di dunia
saja, namun setelah kehidupan dunia masih ada kehidupan akhirat. Dengan
demikian, kebutuhan manusia islam tidak hanya memenuhi kebutuhan dunia
tapi juga memenuhi kebutuhan yang terkait dengan urusan akhirat, atau dengan
kata lain mewujudkan self trancedence.
Kebutuhan fitrah manusia yang tertinggi adalah self trancedence. Self
trancedence alalah keadaan yang dapat dicapai melalui proses secara bertahap.
Triyuwono menejelaskan, bahwa “Dengan dipengaruhi oleh iman,

9
pengetahuan, dan tindakan, proses perkembangan diri dibimbing menuju
tujuan tertinggi”.
4. Etika dalam Manajemen Keuangan
Penyusunan anggaran lembaga bisnis islami pada hakikatnya adalah
upaya perencanaan bagi bank syariah. Dalam merencanakan dana, bank syariah
harus memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi pendanaan, yaitu
kualitas manajemen, kualitas asset, sistem prosedur yang dimiliki, besar
cadangan yang diperlukan, dan sumber dana yang dipilih.
5. Etika dalam Manajemen Akuntansi
Bahwa manusia adalah milik pribadi dan berada dalam konsep
khalifatullah dimuka bumi. Dengan demikian manusia hanya memiliki
kebebasan yang terbatas dalam hal pendapatan, pembelanjaan, penyimpanan
dan penginventasian sumber daya mereka. Maka dalam pelaksanaan bisnis,
masyarakat memiliki kebebasan untuk menggunakan sumber daya fisik bumi,
tetapi dengan batas-batas yang ditentukan dan dapat mengkoordinasikan satu
dengan yang lain untuk menjalankan dana dan kerja sama bisnis sesuai dengan
petunjuk syariah.

F. Perilaku Terpuji yang Harus Dimiliki Praktisi Perbankan Syariah


1. Modal Dasar Sikap Praktisi Perbankan Syariah
Dalam prespektif ekonomi islam ada beberapa modal dasar sikap yang
harus dimiliki seorang praktisi perbankan syariah yang tercermin pada sikap
profesionalisme dalam perannya sebagai produsen produk syariah. Modal dasar
sikap itu terdiri dari tanggung jawab, mandiri, kreatif, selalu optimis dan tidak
mudah putus asa, jujur dan dapat dipercaya, serta sabar dan tidak panik ketika
mengalami kegagalan. Berikut penjelasannya:
a. Bertanggung jawab
Seorang praktisi syariah bertanggung jawab tidak semata mata kepada
para klien atau perusahaan yang diwakilinya, tetapi yang lebih penting dari
semua itu bahwa ia harus dapat mempertanggung jawabkan semua transaksi
yang dilakukan kepada allah swt.

10
b. Kreatif
Dengan berbagai akal yang dimiliki, maka kita dapat mencapai rahmat
dan rezeki-Nya di dunia ini. Karena bagi pribadi yang kreatif tidak akan
pernah mengalami kegagalan atau kesulitan di dalam menuju keberhasilan
cita cita. Allah berfirman dalam surat al-Jumu’ah ayat 10, yang berbunyi:

ِ ‫ض َوا ْبتَ ُغوا ِم ْن فَضْ ِل هَّللا‬


ِ ْ‫ت الصَّالةُ فَا ْنتَ ِشرُوا فِي األر‬ ِ َ ‫ضي‬ ِ ُ‫فَِإ َذا ق‬
َ ‫َو ْاذ ُكرُوا هَّللا َ َكثِيرًا لَ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِح‬
‫ُون‬
“Apabila telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi;
dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu
beruntung.”
c. Selalu Optimis dan Tidak Mudah Putus Asa
Dalam ajaran Islam kita ditanamkan sikap selalu optimis dan tidak
mudah untuk putus asa. Sikap optimisme dapat mendorong kesungguhan
tekad untuk mendapatkan ridho Allah SWT, sebagaimana firman-Nya
dalam surat Yusuf ayat 87, yang berbunyi: “Dan janganlah kamu berputus
asa dari rahmat allah swt. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat
allah melainkan kaum yang kafir.”
d. Jujur dan Dapat Dipercaya
Kejujuran merupakan modal awal di dalam keberhasilan bisnis
disegala bidang, sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah SAW di dalam
setiap transaksi bisnisnya. Seorang pembisnis harus menyampaikan,
menginformasikan, atau mempresentasikan produknya sesuai dengan
keadaan yang sebenarnya dengan terbuka dan tidak ada yang
disembunyikan.
e. Sabar dan Tidak Panik Dalam Menghadapi Kegagalan
Bagi para praktisi perbankan syariah tentunya menyadari bahwa allah
akan memberikan suatu keberhasilan bagi siapa saja yang bersungguh
sungguh di dalam melakukan usahanya dengan sifat sabar dan tidak panik
ketika mengalami kegagalan. Dalam ilmu mahfuzhat disebutkan: “Barang
siapa yang bersungguh-sungguh pasti akan mendapatkannya (berhasil).”

11
2. Menghindari Empat Penyakit Hati
Praktisi perbankan syariah harus menghindari empat penyakit hati,
diantaranya:
a. Berburuk Sangka (Su’uzhan)
Praktisi perbankan syariah tidak boleh memiliki prasangka buruk
kepada calon nasabah, begitu pula kepada pihak kompetitor yang menjadi
saingannya. Berprasangka baik atau berpikiran positif terhadap segala
sesuatu yang datangnya dari Allah, maka artinya ia memiliki keyakinan
bahwa jika ia berusaha maka Allah akan mengabulkan keinginannya. “Hai
orang orang yang beriman jauhilah banyak menyangka, karena
sesungguhnya sebagian sangkaan itu berdosa.” (Q.S. Al-Hujarat: 12).
“Hati-hatilah kamu terhadap prasangka, karena sesungguhnya prasangka
itu sedusta-dusta omongan.” (H.R. Bukhari)
b. Menggunjing (Ghibah)
Praktisi perbankan syariah harus dapat menjaga etika yang
mencerminkan nilai nilai keislaman diantaranya tidak diperkenankan untuk
menggunjing atau melakukan ghibah. Hal ini berdasarkan firman Allah
SWT dalam surat al-Hujurat ayat 12, yang berbunyi: “Janganlah kalian
menggunjingkan satu sama lain. Apakah salah seorang dari kalian suka
memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kalian
merasa jijik kepadanya. Bertaqwalah kalian kepada Allah. Sesungguhnya
Allah itu Tawwab (Maha Penerima taubat) lagi Rahim (Maha
Menyampaikan rahmat).”
c. Mengadu Domba (Namimah)
Sebagai praktisi perbankan syariah, dalam melakukan prospek
terhadap calon nasabah dilarang menawarkan produk dari perbankan yang
berbeda-beda karena dapat menimbulkan unsur penilaian subyektif
kepentingan yang cenderung bersifat mengadu domba antar perusahaan.
d. Memata-matai (Tajassus)
Bagi praktisi perbankan syariah tidak diperkenankan untuk mencari-
cari kelemahan suatu produk perbankan lain untuk disebarkan kepada para

12
nasabah di dalam memenangkan persaingan bisnisnya. Hal ini dijelaskan
dalam Hadits, yang berbunyi: “Barang siapa mengintip rumah suatu kaum
tanpa ijin dari mereka, maka halal buat mereka untuk menusuk
matanya.”(H.R. Bukhari)

3. Mewujudkan Sikap Profesional dalam Diri Praktisi Perbankan Syariah


Praktisi perbankan syariah harus memiliki sikap profesional dalam
menjalankan bisnisnya, diantaranya:
a. Membuat Produk yang Sesuai dengan Syariah
Seorang praktisi perbankan syariah harus menciptakan produk yang
sesuai dengan syariat Islam, diantaranya tidak boleh mengandung unsur
perjudian, tipu daya, ketidakjelasan, dan riba. Hal ini berdasarkan firman
Allah SWT dalam surat an-Nisa' ayat 29, yang berbunyi:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
berlaku dengan suka sama suka di antara kamu. Dan janganlah kamu
membunuh dirimu, sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang
kepadamu."
b. Jujur Dan Tidak Curang
Seorang praktisi perbankan syariah dilarang untuk menyalahgunakan
jabatannya, serta dilarang untuk menyalahgunakan barang-barang milik
perusahaan untuk kepentingan dirinya sendiri, karena itu merupakan bentuk
ketidak jujuran dan pencurian, keduanya dilarang oleh Islam. Hal ini
berdasarkan firman Allah dalam surat al-Anfaal ayat 27, yang berbunyi:
“Hai orang orang yang beriman, janganlah kamu menghianati allah dan
rosul dan juga janganlah kamu menghianati amanat amanat yang
dipercayakan kepadamu sedang kamu mengetahui.”
c. Menentukan Rate Secara Adil
Seorang praktisi perbankan syariah harus dapat menentukan tingkat
keuntungan yang diperolehnya secara adil agar dalam kegiatan
muamalahnya tidak ada pihak lain yang terzalimi. Allah berfirman dalam

13
surat al-An’am ayat 152, yang bernunyi: “Sempurnakanlah takaran dan
timbangan dengan adil. Kami tidak memikul beban kepada seseorang
melainkan sekedar kesanggupannya.”
d. Berperilaku Baik Dan Simpatik
Dalam etika perbankan syariah, kita diwajibkan dermawan kepada
nasabah yang membutuhkan. Apabila tidak mampu memberi harta berupa
uang, maka minimal kita hendaknya memperlakukan dia dengan tutur kata
yang baik dan sopan. Hal ini berdasarkan firman Allah dalam surat al-Hijr
ayat 88, yang berbunyi: “Dan rendahkanlah hatimu terhadap orang orang
yang beriman.”
e. Bersikap Adil terhadap Stakeholders
Perbuatan dan sikap adil dalam bisnis modern saat ini terutama dalam
industri perbankan syariah harus dapat terlihat bagi semua stakeholders.
Mereka harus merasa terpuaskan agar bisnis akan terus tumbuh dan
berkembang.
f. Bersikap Melayani dan Mempermudah
Seorang praktisi perbankan syariah yang melayani dengan sifat yang
sopan, santun, dan murah hati, maka itu adalah cerminan dari orang yang
beriman.
g. Bersaing Secara Sehat
Dengan adanya kompetisi dan persaingan secara sehat maka dinamika
kehidupan akan terwujud. Dinamisnya kehidupan akan membawa kemajuan
dan kehidupan yang lebih baik.
h. Mendahulukan Sikap Tolong Menolong (Ta’awun)
Allah memerintahkan kepada kita agar saling membantu dalam segala
hal kebaikan, begitu pula antar manusia dalam kehidupan sosial. Hal ini
berdasarkan firman Allah SWT dalam surat al-Ma`idah ayat 2, yang
berbunyi:
"Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa,
dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan".

14
i. Terpercaya atau Amanah
Amanah adalah suatu sikap kepribadian seseorang untuk selalu
menepati segala sesuatu sesuai dengan ketentuan. Sebagai praktisi
perbankan syariah, kita diberi kepercayaan oleh nasabah untuk menjaga atau
mengelola dana yang diberikan kepada kita, ataupun dalam perusahaan kita
diberi kepercayaan untuk memasarkan produk bank kepada customer.
Dengan demikian, hal itu juga akan kita pertanggungjawabkan dihadapan
allah.
j. Bekerja Secara Professional
Agar kita dapat bekerja secara profesional, maka paling sedikit kita
harus memiliki tiga hal yang melekat pada diri kita, yaitu kuat (qawiy),
sempurna (itqan), sungguh-sungguh (jahada). Hal ini berdasarkan pada
Hadits yang berbunyi: “Apabila urusan diserahkan bukan kepada yang
bukan ahlinya, maka tunggulah kehancurannya”. (HR. Bukhari).
k. Saling Menghormati dan Tidak Berburuk Sangka
Kompetisi yang adil, landasan utamanya adalah sikap yang saling
menghormati dan tidak berburuk sangka. Tanpa sikap ini dipastikan akan
terjadi kompetisi yang brutal, saling menjatuhkan, dan tentu jauh dari
rahmat Allah SWT.
l. Senang Memberi Hadiah.
Pemberian diskon, bonus, parcel, dan pelayanan ekstra lainnya
kepada mitra bisnis ataupun nasabah sangat dianjurkan dalam Islam apabila
hanya semata-mata karena ingin menjalin silaturrahim untuk mendapat
ridho Allah.
m. Sabar dalam Menghadapi Customer dan Competitor
Seorang pebisnis ataupun praktisi perbankan syariah harus selalu
bersabar menghadapi tingkah laku para customer yang tak jarang
menjengkelkan. Jadikanlah itu sebagai ujian untuk mendapat pahala dari
Allah SWT, karena dengan mengatasi berbagai ujian tersebut maka kita
semakin piawai dalam menangani bisnis syariah.

15
4. Penampilan dan Sikap Praktisi Perbankan Syariah dalam Melayani
Nasabah
Dalam melayani nasabah, praktisi atau karyawan bank syariah dituntut
untuk berpenampilan semenarik mungkin, karena penampilan adalah hal
pertama yang dilihat oleh nasabah. Secara umum penampilan dan sikap yang
harus ditampilkan oleh setiap pegawai bank diantaranya:
a. Bersikap wajar. Maksudnya sikap dan tindakan setiap karyawan bank tidak
dibuat-buat.
b. Dalam hal berpakaian harus selalu rapi, serasi dan bersih, dan tidak
menggunakan aksesoris dan make-up yang berlebihan.
c. Selalu mengucapkan salam ketika bertemu atau berpisah dengan nasabah,
termasuk ucapan terima kasih.
d. Selalu bersikap optimis dan tidak pesimis serta tidak ragu-ragu dalam
bertindak, sehingga mampu memberikan kepada nasabah atas layanan yang
diberikan.
e. Berprilaku yang baik lincah, gesit, mudah bergaul, dan cepat tanggap namun
tidak over acting didepan nasabah atau tamu yang pada akhirnya dapat
membuat nasabah jengkel.
f. Lemah lembut dan sopan dalam melayani tamu atau nasabah, sehingga
membuat nasabah merasa dihargai oleh karyawan bank.
g. Selalu memberikan perhatian, tidak cuek dalam menghadapi tamu, mitra
bisnis, ataupun nasabah, dalam hal ini tamu, mitra bisnis, ataupun nasabah
merasa mendapatkan perhatian serius.
h. Selalu suka membantu, sehingga nasabah merasa ringan dalam menghadapi
urusannya.   
Semua perkara-perkara terpuji di atas dijelaskan oleh Allah SWT Q.S. al-
Baqarah ayat 83, yang berbunyi:
“Dan (ingatlah), ketika kami mengambil janji dari Bani Israil (yaitu):
janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat kebaikanlah kepada ibu
bapa, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta
ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia, Dirikanlah shalat dan

16
tunaikanlah zakat. Kemudian kamu tidak memenuhi janji itu, kecuali
sebahagian kecil daripada kamu, dan kamu selalu berpaling.”
Jadi memang sudah sangat jelaslah, bahwa al-Quran juga mengajarkan kita
calon praktisi atau karyawan perbankan syariah untuk senantiasa berwajah
manis, berprilaku baik dan simpatik kepada sesama manusia, serta al-Quran
juga mengharuskan pemeluknya untuk berlaku sopan dalam setiap hal.

G. Perilaku Tidak Terpuji yang Harus Dihindari Praktisi Perbankan Syariah


Di dalam aplikasi perbankan syariah terdapat banyak hal tidak terpuji yang
harus dihindari oleh para praktisi perbankan syariah, diantaranya:
1. Tidak adil dalam penentuan nisbah bagi hasil.
2. Melakukan transaksi yang mengandung unsur maysir, gharar, tadlis, dan riba.
3. Khianat atau tidak menepati janji.
4. Tidak bekerja secara profesional.
5. Bersaing secara tidak sehat.
6. Menerima suap atau melakukan suap untuk melancarkan kegiatan bisnis
perbankan syariah.
7. Menerima uang hasil curian dan korupsi.
8. Melakukan tindakan korupsi ataupun money laundrying
9. Melakukan sumpah palsu atau berkata dusta.
10. Melakukan penekanan dan pemaksaan terhadap nasabah atau kompetitor.
11. Mempermainkan tingkat keuntungan bank (tidak adil).
12. Tidak menghormati nasabah, mitra bisnis, ataupun kompetitor.

17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari berbagai uraian yang ada dan berdasarkan data yang diperoleh, serta
dari hasil pembahasan dalam penulisan makalah ini, maka pemakalah dapat
mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Etika perbankan syariah adalah perilaku dari para praktisi ataupun karyawan
perbankan syariah yang sesuai dengan al-Qur’an dan al-Hadits.
2. Prinsip dasar etika perbankan syariah adalah kesatuan, keseimbangan,
kehendak bebas, tanggung jawab, dan kebenaran.
4. Perilaku yang menyimpang dari etika perbankn syariah diantaranya al-Bathil,
al-Fasad, dan azh-zhulm.
3. Modal dasar dari sikap yang harus dimiliki oleh praktisi perbankan syariah
diantaranya bertanggung jawab, kreatif, selalu optimis dan tidak mudah putus
asa, jujur dan dapat dipercaya, serta sabar dan tidak panik dalam menghadapi
kegagalan.
4. Terdapat empat penyakit hati yang harus dihindari oleh praktisi perbankan
syariah, diantaranya su’uzhan, ghibah, namimah, dan tajassus.
5. Sikap Profesional yang harus ada dalam diri praktisi perbankan syariah
diantaranya membuat produk yang sesuai dengan syariah, bersikap jujur,
menentukan rate secara adil, berperilaku baik dan simpatik, bersikap adil,
melayani dan mempermudah, bersaing secara sehat, mendahulukan sikap
tolong-menolong, amanah, bekerja secara profesional, saling menghormati
dan tidak berburuk sangka, senang memberi hadiah, serta sabar dalam
menghadapi customer dan competitor.
6. Perilaku tidak terpuji yang harus dihindari oleh praktisi perbankan syariah
diantaranya tidak adil dalam penentuan nisbah bagi hasil, melakukan
transaksi yang mengandung unsur maysir, gharar, tadlis, dan riba, tidak
menepati janji, tidak bekerja secara profesional, bersaing secara tidak sehat,
menerima suap atau melakukan suap untuk melancarkan kegiatan bisnis

18
perbankan syariah, menerima uang hasil curian dan korupsi, melakukan
tindakan korupsi ataupun money laundrying, melakukan sumpah palsu atau
berkata dusta, melakukan penekanan dan pemaksaan terhadap nasabah atau
kompetitor, mempermainkan tingkat keuntungan bank (tidak adil), serta tidak
menghormati nasabah, mitra bisnis, ataupun kompetitor.

B. Saran
Dari hasil pembahasan yang telah diuraikan oleh pemakalah diatas, maka
pemakalah menghimbau kepada segenap khalayak calon praktisi perbankan
syariah sekalian, untuk selalu menjunjung tinggi nilai-nilai Islam dalam semua
aspek, terutama dalam aspek ibadah (vertikal) dan muamalah (horizontal) dalam
kehidupan sehari-hari, agar kelak di dunia perbankan nanti kita akan selalu dapat
mengamalkan segala etika perbankan syariah yang sudah kita pelajari.

19
DAFTAR PUSTAKA

Syafi’i Antonio, Muhammad (2001), Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik, Jakarta.

Kasmir (2010), Manajemen Perbanka,  Jakarta.

Ascarya (2008), Akad & Produk Bank Syariah, Jakarta: PT Raja Grafindo


Persada.

http://husna-syakur.blogspot.co.id/2013/04/etika-perbankan-syariah-dalam-
melayani.html.

http://tipsserbaserbi.blogspot.co.id/2015/01/perilaku-bisnis-menyimpang-
menurut-al.html.

http://catatanrohmatafandi.blogspot.co.id/2013/05/prinsip-dan-etika-bisnis-
syariah.html.

https://erlianabanjarnahor19.wordpress.com/2014/07/15/kasus-etika-bisnis-dalam-
perbankan-bank-syariah-mandiri-cabang-bogor/.

http://cokelat-hijau.blogspot.co.id/2015/06/etika-dalam-sistem-perbankan-
syariah.html.

http://terombangambing.blogspot.co.id/2014/09/makalah-tentang-etika-bisnis-
syariah.html

20

Anda mungkin juga menyukai