Anda di halaman 1dari 69

PROPOSAL PENELITIAN

PENGARUH TATA KELOLA PERUSAHAAN TERHADAP MAQASHID

SYARIAH INDEX PADA BANK UMUM SYARIAH

PERIODE 2017-2022

Diajukan untuk diseminarkan pada Seminar Proposal

di Depan Pembimbing Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam

Universitas Islam Negeri Sultan Aji Muhammad Idris (UINSI) Samarinda.

Oleh :

Nama : Arena Tri Wijayanti

NIM : 1931811026

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN AJI MUHAMMAD

IDRIS (UINSI) SAMARINDA

2023
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL.......................................................................................

DAFTAR ISI ......................................................................................................

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.............................................................................

B. Rumusan Masalah........................................................................

C. Tujuan Penelitian.........................................................................

D. Manfaat Penelitian ......................................................................

E. Kajian Pustaka.............................................................................

F. Sistematika Penulisan..................................................................

BAB II : LANDASAN TEORI

A. Teori Agensi ................................................................................

B. Tata Kelola Perusahaan............................................................... 20

1. Pengertian Tata Kelola Perusahaan........................................

2. Meknisme Operasional Tata Kelola Perusahaan....................

3. Jabatan Good Coporate Governance.....................................

C. Maqashid Syariah........................................................................

1. Pengertian dan Konsep Maqashid Syariah............................

2. Maqashid Syariah Index........................................................

D. Perbankan Syariah.......................................................................

1. Pengertian Perbankan Syariah...............................................

2. Sistem Operasional Perbankan Syariah.................................

E. Kerangka Berpikir........................................................................

ii
F. Hipotesis Penelitian.....................................................................

BAB III : METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian.............................................................................

B. Tempat dan Waktu Penelitian.......................................................

C. Populasi dan Sampel....................................................................

1. Populasi..................................................................................

2. Sampel....................................................................................

D. Sumber Data.................................................................................

E. Teknik Pengumpulan Data...........................................................

F. Definisi Operasional Variabel......................................................

1. Dewan Komisaris (X1)..........................................................

2. Dewan Pengawas Syariah (X2).............................................

3. Dewan Direksi (X3)...............................................................

4. Komite Audit (X4).................................................................

5. Maqashid Syariah Index (Y)..................................................

G. Teknik Analisis Data....................................................................

1. Penentuan Model Estinasi......................................................

2. Tahap Analisis Data................................................................

3. Uji Asumsi Klasik..................................................................

4. Pengujian Hipotesis................................................................

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam rangka meningkatkan kinerja perbankan syariah, bank harus

melindungi dan meningkatkan kepatuhan terhadap peraturan perundang-

undangan Nomor 10 tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-Undang

nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan, maka bank syariah diakui

kehadirannya pada sistem perbankan di Indonesia, serta nilai nilai etika yang

berlaku umum pada industri perbankan maka seharusnya kita memiliki tata

kelola yang baik agar memperkuat kondisi internal perbankan nasional.1

Perkembangan tata kelola perusahaan ditandai dengan pengelolaan

perusahaan tidak lagi berpengaruh terhadap shareholders, tetapi juga

stakeholders. Keseimbangan antara shareholders dan stakeholders dalam

pengelolaan perusahaan tersebut sejalan dengan prinsip Good Corporate

Governanace (GCG). Di dalam konteks GCG terdapat tiga macam suku kata

yaitu: good (baik), corporate (perusahaan), dan governanace (pengaturan).

GCG dikatakan baik jikalau dalam perusahaan terdapat prinsip good

corporate governance yang meliputi transparansi, yaitu keterbukaan dalam

melaksanakan proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam

mengungkapkan informasi material dan relevan mengenai perusahaan;

kemandirian, yaitu keadaan dimana perusahaan dikelola secara profesional,

tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/ tekanan dari pihak manapun yang

1
Tri Auri Yanti, Analisis Pengaruh Penerapan Tata Kelola Terhadap Kinerja Keuangan
Pada Bank Syariah di Indonesia, …, h. 87
2

tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan prinsip-prinsip

korporasi yang sehat; akuntabilitas, yaitu kejelasan fungsi, pelaksanaan dan

pertanggungjawaban organ sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana

secara efektif; pertanggung jawaban, yaitu kesesuaian di dalam pengelolaan

perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan dan prinsip-prinsip

korporasi yang sehat dan kewajaran, yaitu kesesuaian di dalam pengelolaan

perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan dan prinsip-prinsip

prinsip korporasi yang sehat dan mengutamakan keadilan.2

Dalam terciptanya masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan

demokrasi ekonomi, dikembangkan system ekonomi yang berlandaskan pada

nilai keadilan, kebersamaan, pemerataan, dan kemanfaatan yang sesuai

dengan prinsip syariah, agar kebutuhan masyarakat Indonesia akan jasa jasa

perbankan syariah semakin meningkat.

Perbankan syariah melakukan interaksi dalam menghimpun serta

menyalurkan dana pihak ketiga yang menjadikan hubungan bisnis menjadi

suatu yang menguntungkan. Interaksi ini terdapat melalui teori agensi yang

mengatur hubungan antar pemilik dana serta pengelola dana yang dilakukan

pihak bank. Dana yang dipercayakan harus dikelola dengan baik, maka risiko

serta tanggung jawab yang dipikul bank juga sangat besar.

Ketidakmampuan untuk menjaga kualitas akan sangat berpengaruh

terhadap likuiditas bank. Maka pentingnya perbankan syariah menjalankan

perannya dengan membangun kepercayaan terhadap nasabah. Apabila

2
Agustin ekadjaja dan margarita ekadjaja, tata Kelola perusahaaan, risiko keuangan, dan
kinerja perbankan di Indonesia, jurnal ekonomi, vol. XXV no. 3, 2020 h. 392
3

penyalahgunaan kepercayaan tersebut terjadi, maka tingkat kepercayaan

masyarakat pun akan menurun. Dengan adanya pemisahan fungsi dan peran

tersebut maka pengelolaan dana yang tidak dijalankan dengan amanah oleh

salah satu pihak, akan berpotensi terjadinya masalah agensi.3

Manajemen perusahaan yang terus berlaku curang akan berdampak

pada perusahaan yang membuat banyak pihak yang tida menaruh

kepercayaan kembali kepada perusahaan. Dengan menurunnya kepercayaan

Masyarakat akan membatasi pergerakan bisnis dan ekonomi secara makro.

Sehingga pentingnya peran tata kelola Perusahaan perbankan yang baik yang

biasa disebut dengan Good Corporate Governance.

GCG sebagai amanat pasal 34 Undang-undang No. 21 tahun 2008 dan

peraturan bank Indonesia No. 11/33/PBI/2009 yang diharuskan Bank Umum

Syariah dalam menerapkan Good Corporate Governance yang berperan

konsistensi penyelenggaraan operasional yang tepat dan tata kelola perbankan

syariah dalam rangka menjaga reputasi pencapain pada maqashid syariah.4

Indikator GCG yang secara tidak langsung ikut berperan dalam pengawasan

kepatuhan bank syariah yaitu dengan adanya dewan komisaris, dewan direksi,

dewan pengawas syariah serta komkite audit.

Perbankan syariah merupakan salah satu perusahaan yang

memperhatikan tingkat kinerja mereka. Peningkatan kinerja yang dilakukan

oleh bank syariah tidak hanya didasarkan pada profitabilitas ataupun

3
Muamar Nur Kholid dan Arief Bachtiar, “Good Corporate Governance dan Kinerja
Maqashid Syariah Bank Syariah di Indonesia”, dalam Jurnal JAAI Vol.19,2015.
4
Ali Syukron, “Good Corporate Governance di Bank Syariah”, dalam Jurnal Ekonomi
dan Hukum Islam No. 1, Vol. 3, 2013
4

keuntungan namun juga perlu adanya nilai kesesuaian dengan syariat islam

yakni dengan peningkatan perannya di bidang social.

Tujuan dari bank syariah yakni memberikan manfaat yang optimal

kepada Masyarakat serta bertanggung jawab bukan hanya dari aktifitas

keuangan saja yang terpenting juga bank syariah mampu menjalankan

kegiatan operasional berdasarkan prinsip syariah atau yang disebut dengan

maqashid syariah.

Tujuan bank syariah akan tepat jika berjalan dengan maqashid syariah,

karenanya untuk mengetahui ketercapaiannya tersebut terhadap tujuan maka

untuk melakukan pengukurannya jika berbasiskan pada maqashid syariah.

Kinerja maqashid syariah ditinjau dari aspek keuangan dan non keuangan

yang bersumber dari tujuan maqashid syariah. Ketiga tujuan tersebut ialah

Pendidikan individu, menegakkan keadilan, serta mencapai kesejahteraan.5

Metode pengukuran kinerja maqashid index yang merupakan sebuah

metode yang dikembangkan oleh Mustafa Omar dan kawan kawan pada

penelitiannya yang berjudul the performance measures of Islamic banking

based on the maqhosid framework pada tahun 2008. Pengukuran kinerja

berbasis syariah ini merupakan suatu proses dalam menentukan apakah

perbankan syariah dapat mencapai tujuan dari bank syariah.6

TABEL I

RASIO LABA BANK UMUM SYARIAH PERIODE 2017-2022.

5
Afrinaldi, “Analisa kinerja perbankan syariah Indonesia ditinjau dari maqashid syariah”,
vol.4, no.1, 2016.
6
Rifqi Muhammad dan Hapsari yuni Oktavianti, Dampak Tata Kelola Bank Syariah
Terhadap Kepatuhan Syariah Berbasis Maqashid Syariah, Wahana: Jurnal Ekonomi, Manajemen
dan Akuntansi, Vol. 23 No. 2., h. 240
5

RASIO LABA BANK UMUM SYARIAH


12,000

10,000

8,000

6,000

4,000

2,000

0
2017 2018 2019 2020 2021 2022

Berdasarkan diagram di atas dapat dilihat bahwa perkembangan rasio

laba bank umum syariah periode 2017-2022 yang mengalami pertumbuhan

fluktuasi, yang dimana pada tahun 2017 rasio laba bank umum syariah

bernilai 1.697, pada tahun 2018 rasio laba bank umum syariah bernilai 3.806,

pada tahun 2019 rasio laba bank umum syariah bernilai 5.598, pada tahun

2020 rasio laba bank umum syariah bernilai 5.087, pada tahun 2021 rasio laba

bank umum syariah bernilai 6.224, serta pada tahun 2022 rasio laba bank

umum syariah bernilai 9.596.

Dalam menjaga reputasi pencapaian maqashid syariah, GCG

membentuk Dewan komisaris bertugas memberikan saran dan melakukan

pengawasan terhadap tugas dan tanggung jawab direksi terkait operasional

bank.7 Dalam UU Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UUPT)

dijelaskan bahwa Dewan Komisaris adalah organ perseroan yang bertugas

7
Rifaldi Majid, “Analisis Pengaruh Pelaksanaan Good Corporate Governance Terhadap
Pencapaian Maqashid Syariah di Perbankan Syariah (2012-2015)” Jurnal Ilmiah Mahasiswa FEB,
Vol. 5, No. 2, 2017.
6

melakukan pengawasan secara umum dan/atau khusus sesuai anggaran dasar

serta memberikan nasihat kepada Direksi.8

Sedangkan dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/3/PBI/2009

tentang Bank Umum Syariah (BUS) dijelaskan bahwa Tugas Dewan

Komisaris BUS adalah melakukan pengawasan atas pelaksanaan tugas dan

tanggung jawab Direksi. Setiap bank yang berstatus dan beroperasional

dengan prinsip syariah harus memiliki Dewan Pengawas Syariah (DPS), yaitu

badan independen yang bertugas melakukan pengarahan (directing),

pemberian konsultasi (consulting), melakukan evaluasi (evaluating), dan

pengawasan (supervising) kegiatan bank syariah dalam rangka memastikan

bahwa kegiatan usaha bank syariah tersebut mematuhi (compliance) terhadap

prinsip syariah sebagaimana telah ditentukan oleh fatwa dan syariah Islam.9

Mekanisme dewan pengawas syariah dapat meningkatkan kinerja

maqashid syariah, karena seiring dengan pengawasan transaksi atas produk

dan jasa yang dilakukan. Hadirnya DPS diharapkan untuk meningkatkan

kepatuhan BUS terhadap ketentuan-ketentuan syariah yang disepakati dan

pihak manajemen bank syariah dapat menjalankan tugasnya sesuai peran dan

wewenang, tanpa mengelabui nasabah dan memperkaya diri mereka sendiri.10

Dewan direksi adalah organ perseroan yang berwenang dan

bertanggungjawab penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan

8
Undang-undang (UU) Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, UU No. 40
Tahun 2007 (bpk.go.id), diakses pada 25 Oktober 2023.
9
Peraturan Perundang-Undang Bank Indonesia, Peraturan Bank Indonesia No. 11/ 3
/PBI/2009 - Bank Umum Syariah, Diakses pada 25 Oktober 2023.
10
Muamar Nur Kholid dan Arief Bachtiar, Good Corporate Governance dan Kinerja
Maqasid Syariah Bank Syariah di Indonesia, Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesia, Vol. 19
No.2, Hal. 126-136.
7

perseroan sesuai visi, misi, dan tujuan perusahaan yang mana selaras dengan

tujuan pemilik saham.

Dewan direksi berfungsi menetapkan tujuan strategik dan prinsip-

prinsip yang dijadikan acuan dan operasionalisasi teknis oleh pihak

manajemen. Direksi juga berperan dalam menetapkan kode etik bagi senior

manajemen dan standar operasional yang akan menjadi konsep, nilai dan

budaya kerja Perusahaan.11 Dewan direksi bertanggung jawab dalam

pelaksanaan kebijakan dan strategi yang telah disetujui oleh dewan komisaris,

pemeliharaan struktur organisasi, dan memastikan pendelegasian wewenang

berjalan efektif.

komite audit dibentuk untuk membantu dewan komisaris (dalam two

tier systems) untuk mengawasi kinerja kegiatan pelaporan keuangan dan

pelaksanaan audit baik internal maupun eksternal di dalam perusahaan. Demi

mempertahankan independensi, komite audit beranggotakan komisaris

independen, dan pihak-pihak diluar perusahaan yang terlepas dari kegiatan

manajemen sehari-hari dan mempunyai tanggung jawab utama untuk

membantu dewan komisaris dalam menjalankan tanggung jawabnya terutama

dengan masalah yang berhubungan dengan kebijakan akuntansi perusahaan,

pengawasan internal, dan sistem pelaporan keuangan. Komite audit berperan

untuk memberikan suatu pandangan tentang masalah akuntansi, laporan

11
Umer Chapra dan Ikhwan Abidin Basri, Visi Islam dalam Pembangunan Ekonomi:
Menurut Maqosid Asy-Syariah (Ikhwan Abidin Basri, Penerjemah), (Solo; Al-Hambra).
8

keuangan dan penjelasannya, sistem pengawasan internal serta auditor

independent. 12

Perkembangan Bank Umum Syariah dan Bank konvensional yang

membuka cabang syariah juga didukung dengan tetap bertahannya Bank

syariah pada saat perbankan nasional mengalami krisis cukup parah pada

tahun 1998. Sistem bagi hasil perbankan syariah yang diterapkan dalam

produk-produk Bank Muamalat menjadikan bank tersebut relatif lebih

mampu mempertahankan kinerjanya dan tidak bergantung pada tingkat suku

bunga simpanan yang melonjak sehingga, beban operasionalnya lebih rendah

dari bank konvensional.

Sebagai salah satu lembaga keuangan, bank perlu menjaga kinerjanya

agar dapat beroperasi secara baik. Terlebih lagi Bank syariah harus bersaing

dengan Bank konvensional yang dominan dan telah berkembang pesat di

Indonesia.13 Berikut adalah daftar nama Bank Umum Syariah dan Unit Usaha

Syariah:

TABEL II

DAFTAR NAMA BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA

Jumlah Jumlah
No Kelompok Bank Kantor Kantor
Pusat Cabang
1. PT. Bank Aceh Syariah 27 128
2. PT. BPD Riau Kepri Syariah 21 134

12
Marta Utama, Komite Audit, Good Corporate Governance dan Pengungkapan
Informasi, Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Vol.1 Hal. 64
13
Satriak guntoro, Pengertian, ruang lingkup perbankan, latar belakang, prinsip dan
sejarah perbankan syariah di Indonesia, jurnal riset Indragiri, vol 1 no.3 tahun 2022 hal 222.
9

3. PT. BPD Nusa Tenggara Barat Syariah 12 27


4. PT. Bank Muamalat Indonesia 80 129
5. PT. Bank Victoria Syariah 2 -
6. PT. Bank Jabar Banten Syariah 11 60
7. PT. Bank Syariah Indonesia, Tbk 154 1.021
8. PT. Bank Mega Syariah 30 35
9. PT. Bank Panin Dubai Syariah, Tbk 10 -
10. PT. Bank Syariah Bukopin 13 10
11. PT. BCA Syariah 15 59
PT. Bank Tabungan Pensiunan
12. 16 -
Nasional Syariah, Tbk
13. PT. Bank Aladin Syariah, Tbk 1 -

Perkembangan industri Bank Umum Syariah saat ini telah

mengalami perkembangan yang pesat. Menurut data statistik perbankan

syariah pada Desember 2022, di Indonesia saat ini terdapat 13 Bank

Umum Syariah (BUS) dan 20 Unit Usaha Syariah (UUS) serta 210 Bank

Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS).

Sehingga penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh tata

Kelola perusahaan terhadap maqasid syariah indeks pada bank umum

syariah. Dikarenakan pada saat ini pengukuran kinerja perusahaan

perbankan syariah hanya terbatas pada rasio keuangan CAMELS (capital,

Asset, management, earning, liquidity, sensitivity to market risks) dan EVA

(economic value added), yang dimana di era saat ini metode yang

digunakan perbankan syariah adalah maqasid syariah yang tidak hanya

mengukur kinerja berdasarkan indikator dari keuangannya saja melainkan


10

dalam segi non keuangan yaitu dengan mengukur kinerja perbankan

syariah agar sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.

Sehingga peneliti tertarik untuk mengetahui pengaruh tata kelola

perusahaan terhadap maqasid syariah index pada bank umum syariah

karena semakin baik tata kelola suatu perusahaan maka semakin baik pula

kinerja perusahaaan tersebut. Sehingga peneliti tertatik untuk meneliti

dengan judul: “Pengaruh Tata Kelola Perusahaan Terhadap Maqashid

Syariah Index Pada Bank Umum Syariah Periode 2017-2022”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka, penulis

merumuskan masalah yang akan dijadikan bahan pada penelitian ini yaitu

antara lain:

1. Apakah dewan komisaris berpengaruh terhadap pencapaian maqashid

syariah index pada Bank Syariah Periode 2017-2022?

2. Apakah dewan pengawas syariah berpengaruh terhadap pencapaian

maqashid syariah index pada Bank Syariah Periode 2017-2022?

3. Apakah jumlah dewan direksi berpengaruh terhadap pencapaian

maqashid syariah index pada Bank Syariah Periode 2017-2022?

4. Apakah komite audit berpengaruh terhadap pencapaian maqashid

syariah index pada Bank Syariah Periode 2017-2022?

5. Apakah dewan komisaris, dewan pengawas syariah, dewan direksi,

komite audit berpengaruh terhadap pencapaian maqashid syariah

index pada Bank Syariah Periode 2017-2022?


11

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian rumusan masalah di atas, adapun penelitian ini

bertujuan untuk hal-hal seperti berikut :

1. Untuk mengetahui pengaruh dewan komisaris terhadap pencapaian

maqashid syariah index pada Bank Syariah Periode 2017-2022.

2. Untuk mengetahui pengaruh dewan pengawas syariah terhadap

pencapaian maqashid syariah index pada Bank Syariah Periode 2017-

2022.

3. Untuk mengetahui pengaruh dewan direksi terhadap pencapaian

maqashid syariah index pada Bank Syariah Periode 2017-2022.

4. Untuk mengetahui pengaruh komite audit terhadap pencapaian

maqashid syariah index pada Bank Syariah Periode 2017-2022.

5. Untuk mengetahui pengaruh dewan komisaris, dewan pengawas

syariah, dewan direksi, komite audit terhadap pencapaian maqashid

syariah index pada Bank Syariah Periode 2017-2022.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat-manfaat yang ingin dicapai dari penelitian ini yaitu :

1. Bagi peneliti, penelitian ini berguna sebagai sarana untuk menambah

ilmu pengetahuan mengenai pengaruh dewan komisaris, dewan


12

pengawas syariah, dewan direksi, dan komite audit dalam pencapaian

maqashid syariah index.

2. Bagi Bank Umum syariah di Indonesia, penelitian ini diharapkan dapat

menjadi bahan pertimbangan dalam evaluasi dan masukan untuk bank

syariah dalam meningkatkan tata kelola perusahaan yang baik

berdasarkan prinsip maqashid syariah index.

3. Bagi Akademis, penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi

dan manfaat bagi para pembaca ataupun penelitian selanjutnya untuk

mengembangkan penelitian tersebut lebih luas dan lebih mendalam

lagi dalam konteks pengaruh wewenang jabatan pada GCG (good

corporate governance) terhadap pencapaian maqashid syariah index.

E. Kajian Pustaka

Pada kajian pustaka ini memberikan ruang lingkup atau batasan-

batasan agar penulis dapat fokus pada titik pembahasan yang sedang

diteliti dan juga dimaksudkan untuk memberikan batasan terhadap

penelitian terdahulu yang dijadikan referensi terhadap penelitian ini.

Berdasarkan referensi yang digunakan penulis menggunakan referensi dari

skripsi dan jurnal yang relevan sehingga dapat disimpulkan pada tabel

berikut:

TABEL III

KAJIAN PUSTAKA

No Nama peneliti Persamaan Perbedaan Hasil Penelitian


1. Syarif Pada penelitian Pada penelitian Dalam analisis
13

Hidayatullah yang dilakukan ini terdapat tersebut


(Skripsi, 2019). Syarif perbedaan menyimpulkan
Analisis Pengaruh Hidayatullah antara peneliti bahwasannya
Intellectual terdapat dan penulis dewan komisaris
Capital dan Good persamaan yaitu peneliti dan dewan
Corporate terhadap penulis menganalisis pengawas syariah
Governance yaitu dimana pengaruh berpengaruh
Terhadap variable intellectual negative terhadap
Pencapaian dependen adalah capital pencapaian sharia
Maqashid Syariah maqashid sedangkan maqashid index.
Perbankan Syariah syariah. penulis Sedangkan untuk
Indonesia.14 menganalisis dewan direksi
tata kelola berpengaruh
perusahaan. posistif terhadap
pencapain sharia
maqashid index
perbankan syariah
di Indonesia.
2. Rifqi Muhammad Pada penelitian Perbedaan Dalam analisis
dan Hapsari Yuni yang dilakukan penelitin ini tersebut
Oktavianti (Jurnal, Rifqi dengan peneliti menyimpulkan
2019). muhammad tersebut adalah bahwasannya
Dampak Tata memiliki sampel kualitas good
Kelola Bank persamaan penelitian corporate
Syariah Terhadap dengan penulis dimana sampel governance pada
Kepatuhan yaitu pada penelitian ini variabel dewann
Syariah Berbasis variable X yaitu menggunakan pengawas syariah,
Maqashid meneliti 11 bank syariah jumlah dewan
Syariah.15 pengaruh Good , sedangkan direksi, jumlah
Corporate penelilian yang dewan komisaris,
Governance diteliti oleh dan rapat dewan
yang diukur penulis adalah komisaris
dengan jumlah 14 bank berpengaruh
dewan syariah. negatif terhadap
pengawas kinerja maqashid
syariah, jumlah syariah.
dewan direksi,
jumlah dewan
komisaris, dan
komite audit

14
Syarif Hidayatullah, Skripsi : “ Analisis Pengaruh Intellectual Capital Dan Good
Corporate Governance Terhadap Pencapaian Maqashid Syariah Perbankan Syariah Di
Indonesia.” (Surabaya : Universitas Jember,2019).
15
Rifqi Muhammad Dan Hapsari Yuni Oktaviyanti, “Dampak Tata Kelola Bank Syariah
Terhadap Kepatuhan Syariah Berbasis Maqashid Syariah, dalam Jurnal Ekonomi, Manajemen dan
Akuntansi, edisi no.2, Vol.23,2020.
14

terhadap kinerja
maqashid
syariah.
3. Mansur Aziz Persamaan yang Perbedaan Hasil analisis
(Jurnal,2021). terdapat dalam dalam menunjukan bahwa
Analisis Pengaruh penelitian penelitian ini jumlah dewan
Islamic Corporate mansur aziz dan ialah peneliti komisaris
Governance penulis ialah menganalisis berpengaruh positif
Model menggunakan Islamic terhadap kinerja
Stakeholder maqashid Corporate bank umum
Terhadap Kinerja syariah indeks Governance syariah di
Maqashid Syariah sebagai variable sdangakan Indonesia
Indeks.16 dependen penulis berdasarkan
menganalisis maqashid syariah
pengaruh good indeks periode
corporate 2013-2018.
governance Sedangkan pada
variable komisaris
independent dan
jumlah dewan
pengawas syariah
tidak berpengaruh
signifikan terhadap
kinerja bank umum
syariah
berdasarkan
maqashid syariah
indeks.
4. Taufik Kurrohman Persamaan yang Perbedaan Peran dewan
(Jurnal, 2019) tertera pada penelitian ini pengawas syariah
Peran Dewan penelitian adalah peneliti sudah optimal
Pengawas Syariah Taufik menganalisis dalam konsep
dalam Pencapaian Kurrohman dan dewan tetapi dalam
Maqashid Syariah penulis ialah pengawas tatanan praktis
pada Bank menggunakan syariah sebagai belum bekerja
Syariah.17 variable variable secara optimal
dependen independen pada tujuan
maqashid sedangkan maqashid syariah.
syariah. penulis variable
independennya
ialah tata kelola

16
Mansur Azis, “ Analisis Pengaruh Islamic Corporate Governance Model Stakeholder
Terhadap Kinerja Maqashid Syariah Indeks” , dalam Jurnal Penelitian Islam, edisi no.1, Vol. 15,
2021
17
Taufik Kurrohman, “ Peran Dewan Pengawas Syariah dalam Pencapaian Maqashid
Syariah pada Bank Syariah” , dalam Pamulang Law Revie, edisi no. 2, Vol.2, 2019.
15

perusahaan.
5. Fitri Agustina Persamaan Perbedaan Hasil analisis
(Jurnal, 2020). dalam penelitian penelitian ini tersebut
Peningkatan fitri Agustina adalah peneliti menunjukkan
Kinerja Bank dan penulis menganalisis bahwa rapat dewan
syariah di ialah variable menggunakan direksi
Indonesia Melalui dependen spss 21 berpengaruh positif
Penerapan Good kinerja bank sedangkan terhadap kinerja
Corporate syariah penulis maqashid syariah.
Governance.18 (maqashid menggunakan Sedangkan pada
syariah) spss 23 rapat dewan
komisaris, jumlah
dewan komisaris,
jumlah dewan
direksi, rapat
dewan pengawas
syariah, dan
jumlah dewan
pengawas syariah
berpengaruh
negative terhadap
kinerja maqashid
syariah.

Perbedaan dari penelitian ini dengan penelitian yang terdahulu

adalah dari segi variable, periode dan objek penelitian. Penelitian ini

menggunakan dewan komisaris, dewan pengawas syariah, dewan direksi,

dan komite audit sebagai variable independen sedangkan untuk variable

dependen yaitu Maqashid Syariah. Periode penelitian dimulai pada Januari

2017 hingga Desember 2022.

Adapun Teknik pengambilan data pada penelitian ini menggunakan

laporan keuangan bank umum syariah, laporan tersebut diambil dari data

statistic perbankan syariah yang dikeluarkan oleh OJK dalam bentuk web.

18
Fitri Agustina dan Delli Maria, “ Peningkatan Kinerja Bank Syariah di Indonesia
Melalui Penerapan Good Corporate Governance” ,dalam Semnas IIB Darmajaya, edisi no.1, Vol.
1,2020.
16

Diharapkan pada penelitian terbaru ini kita dapat mengetahui apakah

terdapat pengaruh dewan komisaris, dewan pengawas syariah, dewan

direksi dan komite audit terhadap pencapaian maqashid syariah pada bank

umum syariah di Indonesia.

F. Sistematika Penulisan

Untuk mengetahui gambaran mengenai susunan penelitian ini,

penulis perlu menguraikan secara singkat mengenai sistematika penulisan

yang dibagi sebagai berikut :

BAB I Pendahuluan, dalam bab ini tentang latar belakang, rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kajian pustaka dan

sistematika penulisan.

BAB II Landasan Teori, dalam bab ini berisi tentang landasan teori

yang menjelaskan secara rinci tentang gambaran umum mengenai bank

syariah , teori agensi, good corporate governance, dewan komisaris,

dewan pengawas syariah, dewan direksi, komite audit dan maqashid

syariah.

BAB III Metode Penelitian, dalam bab ini berisi tentang metode

pengumpulan data, penentuan populasi, definisi operasional, perincian

data yang diperlukan serta alat analisis yang digunakan.


17

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Teori Agensi

Teori agensi menjelaskan tentang adanya sebuah hubungan keagenan dari

pihak principal atau pemilik modal yang mempekerjakan agen dengan

menyewa antara satu atau beberapa orang lainnya yang disebut dengan

manager untuk menjalankan sistem operasional perusahaan sebaik mungkin

sesuai kontrak kerja yang berlaku.19

Menurut Jensen dan Meckling pada tahun 1976 biaya agensi (Agency

Cost) adalah biaya yang dikeluarkan oleh pemilik perusahaan untuk mengatur

dan mengawasi Tindakan paea manajer sehingga mereka bertindak

berdasarkan kepentingan perusahaan.20 Manajer sebagai agen dari pemegang

saham, cenderung menyia-nyiakan sumberdaya perusahaan untuk memenuhi

tujuan eksploitatif mereka.

Dalam mengelola operasional perusahaan muncul biaya-biaya seperti gaji

manajerial, biaya eksekutif, biaya perjalanan, biaya hiburan, pengeluaran

untuk konferensi, pembayaran kesejahteraan dan pengeluaran lain yang

semuanya tercakup dalam biaya administrasi perusahaan. Biaya administrasi

dianggap sebagai ukuran untuk konsumsi penghasilan tambahan dan

kebijaksanaan manajerial dalam mengalokasikan sumber daya perusahaan.21

19
Sri Sulistyanto, Manajemen Laba: Teori dan Model Empiris, (Jakarta: PT. Grasindo
Jakarta, 2008), hal. 117.
20
Jensen M.C W.H.Meckling, Theory of The Firm: Managerial Behavior Agency Cost
and Ownership Structure, Journal of Financial Economic 3, 1976, hal. 305-360.
21
Intan Rimawati Darsono, Pengaruh Tata Kelola Perusahaan, Biaya Agensi Manajerial
dan Leverage Terhadap Financial Distress, Journal of Accounting, Vol. 6 No. 3. hal. 2.
18

Asumsi keorganisasian menekankan tentang adanya konflik antara

anggota organisasi, efisiensi sebagai kriteria efektivitas, dan adanya asimetri

informasi antara principal dan agen. Hubungan keagenan ini mengakibatkan

dua permasalahan yaitu:

1. Terjadinya informasi asimetris (information asymmetry, dimana

manajemen secara umum memliki lebih banyak informasi mengenai

posisi keuangan yang sebenarnya dan posisi operasi entitas dari pemilik.

2. Terjadinya konflik kepentingan (conflict of interest), akibat

ketidaksamaan tujuan dimana manajemen tidak selalu bertindak sesuai

dengan kepentingan pemilik.

Permasalahan keagenan yang ada dapat diatasi agar mengurangi

pengeluaran biaya keagenan atau agency cost yaitu terdiri dari tiga cara:22

1. Monitoring Cost, merupakan biaya yang dikeluarkan oleh pemilik modal

untuk memonitor aktivitas agen dengan menetapkan insentif yang layak

untuk mencegah penyimpangan pada setiap aktivitas.

2. Bonding Cost, merupakan biaya yang dikeluarkan oleh pemilik modal

pada agen untuk membelanjakan biaya sumber daya perubahan yang

bertujuan untuk menjamin agar agen tidak akan bertindak merugikan

pemilik modal.

3. Residual loss, merupakan nilai uang yang setara dengan tingkat

kesejahteraan pemilik modal maupun agen yang timbul dari biaya

keagenan.23
22
Jensen, Theory of The Firm, …, h. 305-360.
23
Vinola Herawaty, peran praktek corporate governance sebagai moderating variable dari
pengaruh earnings manajement terhadap nilai perusahaan Indonesia, jurnal akuntansi dan
19

B. Tata Kelola Perusahaan

1. Pengertian Tata Kelola Perusahaan

Tata kelola perusahaan atau corporate governance merupakan

suatu sistem yang terdiri dari sekumpulan struktur, prosedur, dan

mekanisme, yang dirancang untuk pengelolaan perusahaan dalam jangka

Panjang. Sistem tata kelola perusahaan mengarah pada kumpulan

peraturan dan dorongan yang digunakan pihak manajemen untuk

mengarahkan dan mengawasi jalannya kegiatan perusahaan. Oleh karena

itu, tata kelola perusahaan yang baik dapat memperbesar kesempatan

untuk meningkatkan keuntungan dan nilai perusahaan secara jangka

Panjang bagi pemegang saham.24

Dalam Forum for Corporate Gonernance in Indonesia (FCGI)

adalah satu kesatuan peraturan yang mengatur tentang hubungan

pemegang saham, pengurus, pihak kreditur, pemerintah, karyawan, serta

para pemegang kepentingan internal dan eksternal yang terkait dengan

hak dan kewajibannya.25 Pada penelitian ini peneliti menggunakan sistem

pengelolaan yang bernama Good Corporate Governance (GCG).

Good Corporate Governance (GCG) adalah satu kesatuan

peraturan yang didalamnya mengatur tentang pihak-pihak yang saling

berhubungan dalam perusahaan dengan masing-masing pihak mempunyai

keuangan edisi, vol. 10 no.2, 2018.


24
Velnampy, T. (2013). Corporate Governance and Firm Performance: A Study of Sri
Lankan Manufacturing Companies. Journal of Economics and Sustainable Development, Vol. 4
(3), 228.
25
Prasinta, D. (2012). Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Kinerja
Keuangan. Accounting Analysis Journal, 1(2), 1–7.
20

hak dan kewajiban.26 Good Corporate governance muncul akibat terjadi

kegagalan dalam pengelolaan dana dan penyalahgunaan kepentingan antar

investor dan pemilik.27

Kegagalan corporate governance umumnya disebabkan kesalahan

pelaku, kelemahan aparat yang mencakup integritas dan profesionalisme


28
serta kelemahan peraturan. Terdapat dua mekanisme untuk membantu

perbedaan kepentingan antara manajer dengan pemegang saham yaitu

mekanisme pengendalian internal dan mekanisme pengendalian pasar.

Menurut teori agensi, dalam suatu perusahaan terdapat pemisah

antara pihak pemilik dana yang disebut sebagai prinsipal dan pihak

pengelola dana sebagai agen. Konsep ini menggambarkan bahwa pihak

pengelola dana lebih mengetahui kondisi yang ada diperusahaan

dibandingkan dengan pihak pemiliki dana, hal tersebut terjadi karena

pihak pemilik dana hanya menyetorkan dana ke perusahaan tanpa ikut

serta dalam mengelola dana tersebut.

Hal tersebut mengakibatkan terjadinya konflik kepentingan

diantara kedua pihak yang disebabkan oleh pihak pengelola dana dalam

menyampaikan informasi tidak mencerminkan keadaan yang sebenarnya

26
Rifqi Muhammad, Dampak Tata Kelola Bank Syariah Terhadap Kepatuhan Syariah
Berbasis Maqashid Syariah, Jurnal Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi, Volume 23 No. 2
Agustus 2020, hal. 242.
27
Irman Firmansyah, Pengaruh Tata Kelola yang Baik Terhadap Maqoshid Indeks pada
Bank, Jurnal Akuntansi, Volume 13 Nomor 2 2018, hal.60.
28
Qamariyanti, Y., & Tavinayanti. 2009. Hukum Pasar Modal di Indonesia. Jakarta: Sinar
Grafika. Hal. 56.
21

dari perusahaan. Sehingga dengan adanya Good Corporate Governance

diharapkan dapat mengatasi permasalahan dalam teori agensi.29

Pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG) diperlukan untuk

mengantisipasi risiko baik keuangan maupun reputasi, melindungi

stakeholders, meningkatkan kepatuhan, dan menjaga nilai etika yang

berlaku secara umum. Dalam implementasi Good Corporate Governance

(GCG) yang efektif.

Bank Indonesia mengeluarkan peraturan baru, yaitu PBI Nomor

11/33/PBI/2009 tanggal 7 Desember 2009 tentang Pelaksanaan Good

Corporate Governance (GCG) bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha

Syariah yang diberlakukan terhitung sejak 1 Januari 2010. Kebijakan-

kebijakan dan arah pengembangan ini dilakukan berdasarkan fatwa-fatwa

dari Dewan Syariah Nasional (DSN).

Dewan Syariah Nasional (DSN) bertugas untuk mengarahkan dan

mengontrol jalannya operasional perbankan syariah agar tetap berada

pada jalurnya secara keseluruhan. Dewan pengawas syariah akan

mengawasi lembaga tersebut dari dalam agar sesuai dengan aturan yang

dikeluarkan oleh Dewan Syariah Nasional (DSN).

DPS merupakan badan independen yang ditempatkan pada suatu

bank syariah yang berperan mengawasi penerapan prinsip syariah dalam

kegiatan usaha bank. Anggotanya terdiri dari pakar di bidang fiqh

29
Hisamuddin, N., & Tirta, M. Y. K. (2012). Pengaruh Good Corporate Governance
Terhadap Keuangan Bank Umum Syariah. Jurnal Akuntansi Universitas Jember, 2(2), 109–138.
22

muamalah yang mengetahui pengetahuan umum di bidang perbankan

dan kemampuan lain yang relevan dengan tugas kesehariannya.30

DPS dalam mengawasi operasional bank syariah wajib mengacu

kepada fatwa DSN untuk memastikan kesesuaian produk dan jasa bank

dengan ketentuan-ketentuan dalam fatwa tersebut. Dalam struktur

organisasi, DPS merupakan satu-satunnya pembeda antara BUK dan

BUS.31 Ada empat peran yang dimiliki oleh DPS yaitu

a. memberikan pengarahan, pemikiran, saran dan nasihat kepada direksi

bank syariah mengenai hal-hal yang berkaitan dengan aspek syariah.

b. mencermati, memeriksa, mengkaji, dan menilai implementasi fatwa

DSN pada operasional bank syariah.

c. melaksanakan tugas pengawasan baik secara aktif maupun secara

pasif atas implementasi fatwa DSN pada operasional bank syariah.

d. melakukan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat tentang bank

syariah melalui media-media yang sudah berjalan di masyarakat,

seperti khutbah, majelis ta’lim, pengajian.32

Dengan demikian, GCG adalah suatu sistem yang mengatur,

mengelola dan mengawasi proses pengendalian usaha untuk menaikkan

nilai saham, sekaligus sebagai bentuk perhatian kepada para pemangku

kepentingan. GCG diharapkan menjaga keseimbangan antara pencapaian

30
Muhammad (2011). Audit dan Pengawasan Syariah Pada Bank Syariah Catatan
Pengalaman, (Yogyakarta: UII Press), hal. 18.
31
Leni Nur Pratiwi, Pengaruh Implementasi Tata Kelola Perusahaan Terhadap Kinerja
Perbankan Syariah yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia, Sigma-Mu, Vol. 10 No. 2 2018, hal.
33.
32
Faozan, A. 2013. "Implementasi Good Corporate Governance dan Peran Dewan
Pengawas Syariah di Bank Syariah", Jurnal Ekonomi Islam La_Riba, Vol. VII (1), hal. 33.
23

tujuan ekonomi dan tujuan masyarakat. Tantangan yang muncul dalam

GCG adalah mencari cara untuk memaksimumkan penciptaan

kesejahteraan sedemikian rupa sehingga tidak membebani ongkos yang

tidak perlu kepada pihak ketiga atau masyarakat.33

2. Mekanisme Operasional Tata Kelola Perusahaan

Mekanisme corporate governance diperlukan untuk menyejajarkan

kepentingan antara manajer dengan para pemegang saham karena adanya

kepentingan atau keinginan yang berbeda beda (adanya konflik

keagenan). Mekanisme corporate governance (CG) dapat berupa

mekanisme internal yaitu struktur kepemilikan, struktur dewan komisaris,

kompensasi eksekutif, dan struktur bisnis multidivisi.34

Mekanisme dalam pengawasan corporate governance dibagi dalam

dua kelompok yaitu Mekanisme internal dan eksternal. Mekanisme

internal adalah cara untuk mengendalikan perusahaan dengan

menggunakan struktur dan proses internal seperti rapat umum pemegang

saham, komposisi dewan direksi, komposisi dewan komisaris, dan

pertemuan dengan dewan direksi. Mekanisme eksternal yaitu

pengendalian oleh pasar, kepemilikan institusional, dan pelaksanaan audit

oleh auditor eksternal.35

33
Akhmad Faozan, Implementasi Good Corporate Governance Dan Peran Dewan
Pengawas Syariah Di Bank Syariahperan Dewan Pengawas Syariah Di Bank Syariah, Vol. VII No.
1 2013, hal. 2
34
Nuryaman. 2009. "Pengaruh Konsentrasi Kepemilikan, Ukuran Perusahaan dan
Mekanisme Corporate Governance terhadap Pengungkapan Sukarela", Jurnal Akuntansi dan
Keuangan Indonesia, Vol. 6(1), 89-91.
35
Leni Nur Pratiwi, Pengaruh Implementasi Tata Kelola Perusahaan Terhadap Kinerja
Perbankan Syariah yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia, hal. 32.
24

Terdapat lima prinsip dasar dalam melaksanakan praktik tata kelola

perusahaan yang baik yaitu:

a. Transparasi (transparency) mengandung unsur pengungkapan

(disclosure).

b. Akuntabilitas (accountability) unsur kewajiban mengandung

kejelasan fungsi dalam organisasi dan cara

mempertanggungjawabkannya

c. Responsibilitas mengandung unsur kepatuhan terhadap peraturan

perundang‐undangan dan ketentuan internal bank serta tanggung

jawab bank terhadap masyarakat dan lingkungan.

d. Independensi mengandung unsur kemandirian dari dominasi pihak

lain dan objektifitas dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya.

e. Kewajaran dan kesetaraan (fairness) mengandung unsur perlakuan

yang adil dan kesempatan yang sama sesuai dengan proporsinya. 36

Kelima komponen di atas penting diterapkan pada Good

Corporate Governance dengan tata kelola perusahaan secara konsisten,

agar dapat meningkatkan kualitas laporan keuangan. Dengan demikian,

dapat disimpulkan dengan adanya good corporate governance berguna

untuk mencegah terjadinya penyimpangan dalam menjalankan strategi

sebuah perusahaan agar dapat menciptakan nilai tambah untuk para

stakeholder.

36
Daniel Felimanto Hartono, (2014) Pengaruh Mekanisme Corporate Governance
Terhadap Kinerja Keungan Perusahaan Perbankan, Dinamika Akuntansi, Keuangan Dan
Perbankan, Vol 3, No. 2 Hal 194-195.
25

Selain itu good corporate governance diharapkan mampu untuk

meningkatkan perekonomian serta tujuan masyarakat. Adapun tantangan

dalam menajalankan good corporate governance itu sendiri yaitu mencari

cara memaksimalkan kesejahteraan sebaik mungkin.

3. Jabatan Good Corporate Governance

Adapun beberapa jabatan yang mempunyai wewenang dalam

mengawasi serta mengatur proses pelaksanaan Good Corporate

Governance adalah:

a. Dewan Komisaris

FCGI (2001) menjelaskan bahwa Dewan Komisaris memegang

peranan yang sangat penting dalam perusahaan, terutama dalam

pelaksanaan Good Corporate Governance. Dewan Komisaris

merupakan inti dari Corporate Governance yang ditugaskan untuk

menjamin pelaksanaan strategi perusahaan, mengawasi manajemen

dalam mengelola perusahaan, serta mewajibkan terlaksananya

akuntabilitas.

Pembentukan dewan komisaris adalah untuk mengawasi sebuah

kinerja pada manajer. Surat keputusan direksi PT. Bursa Efek Jakarta

(BEJ) No. Kep-315/BEJ/06-2000 bahwa diharuskan sebuah

perusahaan yang terdaftar di bursa efek untuk memilih dewan

komisaris yang dapat mengarahkan perusahaan guna mewujudkan

Good Corporate Governance di Indonesia.37


37
Angrum Pratiwi, “Pengaruh Kualitas Peneraan Good Corporate Governance (GCG)
Terhadap Kinerja Keuangan Pada Bank Umum Syariah di Indonesia”. Dalam Jurnal Ekonomi Dan
Bisnis Islam edisi no. 1, vol,2016
26

Dewan Komisaris merupakan suatu mekanisme mengawasi dan

mekanisme untuk memberikan petunjuk dan arahan pada pengelola

perusahaan. Manajemen yang bertanggungjawab untuk meningkatkan

efisiensi dan daya saing perusahaan, sedangkan Dewan

Komisaris bertanggungjawab untuk mengawasi manajemen, maka

Dewan Komisaris merupakan pusat ketahanan dan kesuksesan

perusahaan.38

Semakin besar jumlah komisaris independen, maka semakin

baik mereka bisa memenuhi peran mereka dalam mengawasi dan

mengontrol tindakan-tindakan para direktur eksekutif.39

b. Dewan Pengawas Syariah

Menurut Muhammad, Dewan Pengawas Syariah (DPS) adalah

dewan yang melakukan pengawasan terhadap prinsip syariah

dalam kegiatan usaha bank syariah yang dalam menjalakan

fungsinya bertindak secara independen. 40 DPS terdiri dari orang-

oang yang memiliki kemampuan, baik di bidang hukum

muamalah, hukum ekonomi dan perbankan, serta kemampuan

38
Inge Andhitya Rahmawati, Pengaruh Dewan Direksi, Dewan Komisaris, Komite Audit
dan Corporate Social Responsibility Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan, Jurnal Akuntansi &
Ekonomi, Vol. 2 No. 2, 2017, Hal. 57.
39
Anindyah Prastiti, Pengaruh Karakteristik Dewan Komisaris dan Komite Audit
Terhadap Manajemen Laba, Journal of Accounting, Volume 2, Nomor 4, Tahun 2013.

40
Muhammad (2001). Audit Dan Pengawasan Syariah Pada Bank Syariah Catatan
Pengalaman, (Yogyakarta: UII Press), hal. 18.
27

lain yang relevan dengan tugas kesehariannya. Anggota DPS

juga harus memiliki integritas, kompetensi dan reputasi keuangan.41

Menurut MUI, Dewan Syariah merupakan lembagayang berperan

dalam menjamin keIslaman keuangan syariah di seluruh dunia.

DiIndonesia, peran ini dijalankan oleh DewanSyariah Nasional (DSN)

yang dibentuk oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada tahun 1998

dan dikukuhkan oleh SK Dewan Pimpinan MUI No.

Kep-754/MUI/I/II/1999 tanggal 10 Februari 1999.42

Dalam melaksanakan tugasnya, DPS wajib mengikuti fatwa DSN

mengenai kesesuaian produk dan jasa bank dengan ketentuan dan

prinsip syariah. Tugas utamanya adalah mengawasi kegiatan usaha

lembaga keuangan syariah agar sesuai dengan ketentuan dan prinsip

syariah yang telah digatwakan oleh Dewan Syariah Nasional.43

c. Dewan direksi

Direksi sebagai organ perusahaan bertugas dan bertanggung jawab

secara kolegal dalam mengelola perusahaan. Masing-masing anggota

direksi dapat melkasanakan tugas dan mengambil keputusan sesuai

dengan pembagian tugas oleh masing-masing anggota direksi tetap

merupakan tanggung jawab Bersama. Kedudukan masing-masing


41
Akhmad faozan, “ Implementasi Good Corporate Governance Dan Peran Dewan
Pengawas Syariah Di Bank Syariah, Jurnal Ekonomi Islam, vol VII, No 1
42
Dian pertiwi, “ Peran Dewan Pengawas Syariah (DPS) dalam Mewujudkan Good
Corporate Governance di bank syariah, Jurnal Ekonomi dan Perbankan Syariah, vol.4 no. 1 hal . 5
43
Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah, (Jakarta: Pustaka alvabet, 2005),
hal.106
28

anggota direksi termasuk direktur utama adalah setara. Dengan

demikian, tugas dan fungsi dewan direksi adalah sebagai berikut44 :

a) Direksi bertanggung jawab penuh atas pelaksanaan pengelolaan

BUS berdasarkan prinsip kehati-hatian dan prinsip syariah

b) Direksi wajib mengelola BUS sesuai dengan kewenangan dan

tanggung jawabnya sebagaimana diatur dalam Anggaran dasar

Bus dan perundang-undangan yang berlaku.

c) Direksi wajib menindaklanjuti temuan audit dan / atau

rekomendasi dari hasil pengawasan bank Indonesia, auditor

intern, DPS dan/atau audit ekstern.

d) Direksi berhak dan berkewajiban untuk: melaksanakan ketentuan

yang tercantum dalam anggran dasar bank, mengimplementasikan

visi misi strategi sasaran usaha serta rencana jangka Panjang dan

jangka pendek, menjalankan prinsip perbankan yang sehat

termasuk namun tidak terbatas pada manajemen risiko dan sistem

pengendalian internal.

e) Direksi harus memiliki tata tertib kerja yang mengikat dan ditaati

oleh semua anggotanya.

d. Komite Audit

44
Ika Kartika, Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance Oleh Dewan Komisaris,
Dewan Direksi, Komite-Komite, dan Dewan Pengawas Syariah terhadap Kinerja Perbankan pada
Bank Umum Syariah di Indonesia Tahun 2010-2013, Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014
hal 26-27
29

Komite audit dalam kepmen BUMN (2002) Nomor : Kep-

103/MBU/2002 dibentuk oleh komisaris yang bertugas mencegah

adanya pelaporan yang tidak memenuhi standar dengan cara

melakukan pemeriksaan, penelitian serta mengadakan penilaian

terhadap hasil audit yang dibuat oleh auditor intern maupun ekstern

perusahaan. Adapun Batasan jumlah anggotanya minimal seorang

anggota komisaris dan dua orang SDM ahli tidak berstatus karyawan

milik negara. Cara mengukur komite audit dalam riset ini dihitung

memlaui total anggota auditor dalam satu tahun pada suatu institusi.45

C. Maqashid Syariah

1. Pengertian dan Konsep Maqashid Syariah

Maqashid syari’ah terdiri dari dua kata, maqashid dan syari'ah. Kata

maqashid merupakan bentuk jama' dari maqshad yang berarti maksud

dan tujuan. Secara bahasa, maqshad mempunyai beberapa pengertian:

pertama, sandaran, pengarahan (penjelasan), dan istiqamah dalam

menempuh jalan. Allah ta’ala berfirman dalam Q.S. An-Nahl (16): 9

ࣖ ‫َو َع َلى ِهّٰللا َقْص ُد الَّس ِبْيِل َو ِم ْنَها َج ۤا ِٕىٌرۗ َو َلْو َش ۤا َء َلَهٰد ىُك ْم َاْج َم ِع ْيَن‬

Terjemahan Kemenag 2019

9. Allahlah yang menerangkan jalan yang lurus dan di antaranya ada

(jalan) yang menyimpang. Jika Dia menghendaki, tentu Dia memberi

petunjuk kamu semua (ke jalan yang benar).

45
Yuniar fitriyani, pengaruh dewan komisaris, dewan direksi dan komite audit terhadap
profitabilitas perbankan di bei tahun 2017-2019, jurnal ilmiah MEA
(manajemen,ekonomi,akuntansi), vol.5 no.2,2021, hal 854
30

Adapun syari'ah adalah kosa kata bahasa Arab yang secara harfiah

berarti “jalan menuju sumber air” atau “sumber kehidupan”. Maka

syari’ah menjadi sumber kehidupan, kebaikan dan kebahagiaan di dunia

dan akhirat. Allah ta’ala berfirman dalam Q.S. Al-Anfal (8): 24

‫ٰٓيَاُّيَها اَّلِذ ْيَن ٰا َم ُنوا اْسَتِج ْيُبْو ا ِهّٰلِل َو ِللَّر ُسْو ِل ِاَذ ا َدَعاُك ْم ِلَم ا ُيْح ِيْيُك ْۚم َو اْع َلُم ْٓو ا َاَّن َهّٰللا َيُح ْو ُل‬
‫َبْيَن اْلَم ْر ِء َو َقْلِبٖه َو َاَّنٓٗه ِاَلْيِه ُتْح َش ُرْو َن‬
Terjemahan Kemenag 2019

24. Wahai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan

Rasul (Nabi Muhammad) apabila dia menyerumu pada sesuatu yang

memberi kehidupan kepadamu!

oleh syariah dan diwujudkan dalam kehidupan. Para ahli teori hukum

menjadikan maqashid syari'ah sebagai ilmu yang harus dipahami oleh

mujtahid yang melakukan ijtihad.

Konsep maqashid syariah sebenarnya telah dimulai dari masa Al-

Juwani yag terkenal dengan Imam Haramain dan oleh Imam Al-Ghazali

kemudian disusun secara sistematis oleh seorang ahli ushul fiqh

bermazhab Maliki dari Granada (Spanyol), yaitu Imam Al-Syatibi. Imam

Al-Syatibi mendefinisikan kemaslahatan hidup manusia di dunia maupun

di akhirat. Terdapat lima jaminan menurut Imam Al-Syatibi merupakan

tiang penyangga kehidupan dunia agar umat manusia dapat hidup aman

dan Sejahtera. Dasar lima jaminan itu adalah keselamatan agama (al-

Muhafazhah alad-Din), jaminan keselamatan jiwa (al-Muhafazhah ala

an-Nafs), jaminan keselamatan akal (al-Muhafazhah alal-‘Aql), jaminan


31

keselamatan keturunan (al-Muhafazhah alan-Nasl), dan jaminan

keselamatan harta (al-Muhafazhah alal-Mal).

Adapun inti dari teori maqashid syari’ah adalah untuk jalb al-

masahalih wa daf’u al-mafasid atau mewujudkan kebaikan sekaligus

menghindarkan keburukan, menarik manfaat dan menolak madharat.

Maka istilah yang sepadan dengan inti dari maqashid syari’ah tersebut

adalah maslahah (maslahat), karena penetapan hukum dalam Islam harus

bermuara kepada maslahat. 46

Kajian teori maqashid syari’ah dalam hukum Islam adalah sangat

penting. Urgensi itu didasarkan pada pertimbangan pertimbangan sebagai

berikut.

a. Hukum Islam adalah hukum yang bersumber dari wahyu Tuhan dan

diperuntukkan bagi umat manusia. Oleh karena itu, ia akan selalu

berhadapan dengan perubahan sosial. Dalam posisi seperti itu,

apakah hukum Islam yang sumber utamanya (Al-Qur'an dan Sunnah)

turun pada beberapa abad yang lampau dapat beradaptasi dengan

perubahan sosial. Jawaban terhadap pertanyaan itu baru bisa

diberikan setelah diadakan kajian terhadap berbagai elemen hukum

Islam, dan salah satu elemen yang terpenting adalah teori maqashid

syari’ah.

46
Sandy Rizki Febriadi, Aplikasi Maqashid Syariah Dalam Bidang Perbankan Syariah,
Jurnal Ekonomi Dan Keuangan Syariah, Vol. 1 No.2 2017, Hal. 223.
32

b. Aspek historis, sesungguhnya perhatian terhadap teori ini telah

dilakukan oleh Rasulullah Saw., para sahabat, tabi’in dan generasi

mujtahid sesudahnya.

c. Pengetahuan tentang maqashid syari’ah merupakan kunci

keberhasilan mujtahid dalam ijtihadnya, karena di atas landasan

tujuan hukum itulah setiap persoalan dalam bermu'amalah antar

sesama manusia dapat dikembalikan. Nash syari'ah tidak dapat

dipahami secara benar kecuali oleh seseorang yang mengetahui

maqashid syari’ah (tujuan hukum).47

2. Maqashid syariah Index

Langkah awal yang dilakukakan oleh Mohammed dan Tarique

untuk penentuan pengukuran kinerja yang tepat pada maqashid syariah

yaitu dengan wawancara kepada 12 ahli dibidang perbankan syariah,

fiqih dan ilmu ekonomi syariah. Dalam wawancara tersebut ahli

menyetujui adanya pengukuran kinerja perbankan syariah. Selanjutnya

melalkukan pemeriksaan ulang pengukuran kinerja perbankan syariah

dengan melakukan studi kelayakan. Berdasarkan kedua tahap verifikasi

yang telah dilakukan maka ditetapkan 9 dimensi 10 elemen dan 10 rasio

pengukuran kinerja perbanan syariah dengan pendekatan index maqashid

syariah.48

Adanya pengukuran kinerja bank syariah berbasis maqashid

syariah merupakan proses untuk menentukan apakah bank syariah


47
hallaf, A. A.-W. Ilmu Ushul Al-Fiqh. Cairo: Maktabah Ad-Da'wah Al-Islamiyah. 1968.
48
Wasyith, “Revitalisasi Maqashid dalam perbankan syariah”, dalam jurnal ekonomi
islam edisi no.1, Vol.8,2017.
33

tersebut dapat mencapai tujuan bank syariah. Dengan demikian aturan

syariah tersebut data mewujudkan kebaikan dan terhindar dari keburukan

atau data dikatakan agar data mengambil manfaat dan menolak mudharat

untuk mencari kebaikan pada diri manusia.49

Klasisfikasi maqashid syariah yang telah dikembnagkan oleh Abu

Zahrah menjadi tiga kategori utama yaitu, Pendidikan individu (Tahdzib

al fard), meneggakkan keadilan (Iqamah Al-Adl), dan mencapai

kesejahteraan (Jaib Al-Maslahah). Berikut adalah tabel pengukuran rasio

pencapaian maqashid syariah50:

a. Tahdzib alfard (Pendidikan individu), artinya bahwa bank syariah

harus melakukan pengembangan pengetahuan dan keahlian pada

individu sehingga nilai-nilai spiritual meningkat, agar setiap

muslim bisa menjadi sumber kebaikan, bukan sumber keburukan

bagi Masyarakat dan lingkungannya. Pendidikan ini terbagi

menjadi dua, yaitu Pendidikan bagi pihak internal dan eksternal

bank syariah. Pendidikan atau beasiswa bagi internal yaitu,

Research dan training bagi karyawan bank syariah. Sedangkan

untuk pihak eksternal yaitu Publicity(iklan), merupakan edukasi

atau Pendidikan bagi Masyarakat.

b. Iqamah Al-adl (penegakkan keadilan), bank syariah harus

memastikan kejujuran dan keadilan dalam setiap transaksi dan

49
Andriani Shofyan, “ Analisis Kinerja Bank Syariah dengan Metode Indeks Maqashid
Syariah Di Indonesia” , Jurnal Lembaga Keuangan Dan Perbankan, Vol. 2, No. 2, 2017
50
Setyorini dan Nurmahadi, “ maqashid syari,ah dalam pengukuran kinerja lembaga
keuangan syaria’ah Indonesia, hal 35
34

aktifitas bisnis yang tercakup dalam produk, pricing, dan

ketentuan-ketentuan kontrak. Di samping itu, seluruh akad-akad

harus bebas dari unsur-unsur ketidakadilan seperti maysir,gharar,

dan riba. Variable yang kedua ini terbagi menjadi tiga rasio, yaitu

fair return, functional distribution, dan interest free product.

c. Al-maslahah (kesehjateraan), bank syariah harus mengembangkan

proyek-proyek investasi dannjasa social untuk meningkatkan

kesejahteraan Masyarakat. Karena maslahah merupakan aspek

penting bagi kehidupan manusia, sehingga aspek ini turut menjadi

perhatian yang utama khususnya dalam industry perbankan syariah.

Maslahah ini juga selain memberikan manfaat bagi Masyarakat,

juga memberikan manfaatnya pada bank syariah itu sendiri.

Selanjutnya, variable yang ketiga ini terbagi menjadi tiga rasio,

yaitu profit return, personal income transfer(zakat), dan investment

in real sector.

TABEL IV

RASIO PENCAPAIAN MAQASHID SYARIAH

Konsep
Dimensi Elemen Rasio
(Tujuan)
Mendidik D1. kemajuan E1. Bantuan R1. Bantuan Pendidikan/
Individu pengetahuan Pendididkan total beban
E2. R2. Beban
Penelitian penelitian/total beban
35

D2. Meningkatkan E3. R3. Beban pelatihan/total


keahlian baru Pelatihan beban
D3. menciptakan
E4. R4. Beban promosi/total
kesadaran akan bank
Publikasi beban
syariah
R5. Bagi hasil belum
D4. Pengembalian E5. Return
dibagikan/Pendapatan
yang adil yang adil
laba bersih
R6. Pembiayaan
D5. Produk dan
E6. Fungsi Mudharabah &
Membangun layanan yang
distribusi Musyarakah/total
Keadilan terjangkau
pembiayaan
D6. Menghilangkan
unsur-unsur negatif E7. Produk R7. Pendapatan bebas
yang menciptakan bebas bunga bunga/total pendapatan
ketidakadilan
D7. Profitabilitas E8. Rasio
R8. Laba bersih/total aset
Bank Laba
D8. Distribusi E9.
Kesejahteraan Pendapatan dan Pendapatan R9. Zakat/laba bersih
Masyarakat Kesejahteraan Individu
E10. Rasio
D9. Investisasi di R10. total investasi sektor
investasi di
sector rill rill/total aset
sektor rill
Sumber: Mohammed, et,al. (2015)

D. Perbankan Syariah

1. Pengertian Perbankan Syariah

Perbankan adalah satu lembaga yang melaksanakan tiga

fungsi utama, yaitu menerima simpanan uang,meminjamkan uang, dan

memberikan jasa pengiriman uang. Di dalam sejarah perekonomian

kaum muslimin, pembiayaan yang dilakukan dengan akad yang

sesuai syariah telah menjadi bagian dari tradisi umat Islam sejak

jaman Rasulullah saw.

Praktek-praktek seperti menerima titipan harta, meninjamkan

uang untuk keperluan konsumsi dan untuk keperluan bisnis, serta


36

melakukan pengiriman uang, telah lazim dilakukan sejak zaman

Rasulullah. Dengan demikian, fungsi-fungsi utama perbankan modern

yaitu menerima deposit, menyalurkan dana, dan melakukan transfer dana

telah menjadi bagian yang tidak terpisahkandarikehidupan umat Islam,

bahkan sejak zaman Rasulullah saw.51

Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat

dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam

bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan

taraf hidup rakyat banyak.52

Dengan mendasarkan pengertian bank menurut Undang-Undang

Nomor 10 Tahun 1998 tentang perubahan Undang-Undang Nomor 7

tahun 1992 tentang Perbankan tampak bahwa bank adalah Lembaga

keuangan yang berfungsi sebagai intermediasi keuangan (financial

intermediary institution).

2. Sistem Operasional Perbankan Syariah

Pada dasarnya sistem ekonomi atau perbankan syariah memiliki

tiga ciri yang mendasar yaitu prinsip keadilan, menghindari kegiatan yang

dilarang, dan memperhatikan aspek kemanfaatan. Ketiga ciri sistem

perbankan syariah tersebut tidak hanya memfokuskan perhatian pada diri

sendiri untuk menghindari praktik bunga, tetapi juga kebutuhan untuk


51
Abdul Munith, Sejarah Perbankan Syariah, Jurnal Kajian Keislaman dan Pendidikan,
Volume 01 Nomor 02 2012, hal. 72.
52
Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998.
37

menerapkan semua prinsip syariah dalam sistem ekonomi secara

seimbang.53

Bank syariah merupakan bank yang secara operasional berbeda

dengan bank konvensional. Bank syariah mempunyai ciri khas

tersendiri yaitu tidak menerima atau memberikan beban bunga

kepada nasabah, akan tetapi menerima atau memberikan beban bagi hasil

dan imbalan lain yang relevan dengan akad-akad yang sudah

diperjanjikan.54

Karakteristik Bank Syariah yang utama adalah adanya pelarangan

riba dalam bentuk kegiatan apa pun. Dalam Bank Syariah tidak mengenal

time value of money, perlakuan uang dalam bentuk bank Syariah hanya

diperlakukan hanya sebagai alat pembayaran dan tidak diperkenankan

sebagai alat komoditi atau untuk diperdagankan. Oleh karena itu, Bank

Syariah tidak pernah menghitung nilai dengan adanya perubahan waktu

yang akan datang. Transaksi-transaksi yang dijalankan oleh Bank

Syariah, juga tidak diperkenankan untuk mengandung unsur spekulatif,

karena hal tersebut dikategorikan unsur judi.55

Dalam Al-Quran telah dijelaskan bahwasanya Allah SWT telah

mengharamkan riba dan lebih mengharuskan manusia untuk bersedekah

yang tertuang di dalam QS. Al Baqarah: 2: 276

‫َيْمَح ُق ُهّٰللا الِّر ٰب وا َو ُيْر ِبى الَّص َد ٰق ِتۗ َو ُهّٰللا اَل ُيِح ُّب ُك َّل َك َّفاٍر َاِثْيٍم‬
53
Zainuddin Ali. Hukum Perbankan Syariah, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), h.1.
54
Ahmad Romdlan, Persepsi Masyarakat Desa Kapedi Sumenep tentang Perbankan
Syariah, Jurnal Ekonomi dan Bisnis , vol. 1 no.2 hal. 66.
55
Made Warka, Kedudukan Bank Syariah Dalam Sistem Perbankan di Indonesia, Jurnal
Ekonomi dan Perbankan Syariah, vol. 3 no.2, hal.241
38

Terjemahan Kemenag 2019

276. Allah menghilangkan (keberkahan dari) riba dan menyuburkan

sedekah. Allah tidak menyukai setiap orang yang sangat kufur lagi

bergelimang dosa.

Berdirinya Perkembangan awal perbankan syariah dalam sistem

perbankan nasional direspon dengan cepat oleh pemerintah. Pada tanggal

25 Maret 1992, disahkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang

Perbankan menggantikan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1967 tentang

Pokok-pokok Perbankan guna mengakomodir berdirinya bank syariah di

Indonesia.56

Pada Pasal 6 Huruf m dan Pasal 13 Huruf c Undang-Undang

Nomor 7 Tahun 1992 disebutkan bahwa usaha bank umum dan Bank

Perkreditan Rakyat salah satunya adalah menyediakan pembiayaan bagi

nasabah berdasarkan prinsip bagi hasil sesuai dengan ketentuan yang

ditetapkan dalam peraturan pemerintah. Ketentuan ini menjadi dasar

hukum bagi perbankan syariah dalam menjalankan kegiatan usahanya.

Ketentuan ini lalu diperkuat dengan disahkannya Peraturan Pemerintah

Nomor 72 Tahun 1992 tentang Bank Berdasarkan Prinsip Bagi Hasil.

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 1992, bank

berdasarkan prinsip bagi hasil adalah bank umum atau Bank Perkreditan

Rakyat yang melakukan kegiatan usaha semata-mata berdasarkan prinsip

bagi hasil sesuai syari’at dalam menetapkan imbalan yang akan diberikan
56
Andrew Shandy Utama, "Policy Direction on Supervision of Islamic Banking in the
National Banking System in Indonesia", Proceeding of Batusangkar International Conference II 1,
No. 1 (2017), hlm. 81.
39

kepada masyarakat sehubungan dengan pemanfaatan dana masyarakat

yang dipercayakan kepada bank, menetapkan imbalan yang akan diterima

sehubungan dengan penyediaan dana kepada masyarakat dalam bentuk

pembiayaan, dan menetapkan imbalan sehubungan dengan kegiatan usaha

lainnya yang lazim dilakukan oleh bank dengan prinsip bagi hasil.57

Bank syariah mempunyai lima prinsip opersional dengan

memegang aturan perjanjian berdasarkan hukum islam antara bank

dengan pihak lain untuk menyimpan dana atau pembiayaan kegiatan

usaha, adapun prinsipnya seperti:

1. Prinsip simpanan giro (depository al wadiah), yaitu fasilitas

penyimpanan dana dari suatu pihak ke pihak lain bagi nasabah yang

memiliki kelebihan dana dalam bentuk akad wadiah dengan tujuan

keamanan dan pemindah bukuan.

2. Prinsip bagi hasil (profit sharing), profit sharing adalah sebuah

perhitungan bagi hasil yang didasarkan pada laba yang diperoleh oleh

pengelola dana dalam periode akuntansi yakni pendapatan bersih

dikurangi dengan beban usaha. Profit sharing sering disebut dengan

bagi laba, hal ini dikarenakan pembagian keuntungan didasarkan pada

laba yang diperoleh perusahaan. Secara umum prinsip bagi basil

dalam perbankan syari’ah dapat dilakukan dalam empat macam akad

utama, yaitu: musyarakah, mudarabah, musaqah, dan muzara’ah.

57
Abdul Ghofur Anshori, Perbankan Syariah di Indonesia (Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press, 2009), hlm. 4.
40

3. Prinsip Jual-Beli (Sale and Purehase), yaitu jual-beli antara bank

dengan nasabah yang diperhitungkan secara lumpsum dalam bentuk

nominal diatas nilai dasar harga pokok awal barang. Bentuk-bentuk

akad yang menggunakan prinsip jual beli adalah: bai’ al-murabahah,

bai’ bisamanin ajil, bai’ as-salam, dan bai al-istisna.

4. Prinsip Sewa (al- Ijarah), Akad yang menggunakan ptinsip ijarah ada

dua, yaitu: ijarah (operational lease) itu sendiri dan al-ijarah al-

muntahia bittamlik (financial lease with purchase option).

5. Prinsip jasa (fee), yaitu seluruh kekayaan non pembiayaan yang

diberikan bank, seperti kriling, insako, transfer dan sebagaimananya.

Akad yang biasa di gunakan dalam prinsip ini diantaranya seperti

wakalah, kafalah, dan hawalah.

E. Kerangka Berpikir

Kerangka pemikiran adalah penelitian yang adanya hubungan variable

independent dengan variable dependen. Dalam penelitian ini memiliki satu

variable dependen yaitu maqashid syariah. Empat variable independent yaitu

ukuran dewan komsaris (X1), ukuran dewan pengawas syariah (X2), ukuran

dewan direksi (X3), dan ukuran komite audit (X4). Dengan demikian, maka

kerangka pemikiran pada penelitian ini dapat dilihat pada gambar 1 sebagai

berikut:

Dewan Komisaris (X1)

Dewan Pengawas Syariah (X2)


Maqashid Syariah (Y)
Dewan Direksi (X3)

Komite Audit (X4)


41

Keterangan:

1. = Berpengaruh secara parsial

2. = Berpengaruh secara simultan

Gambar 1. Kerangka Berpikir

F. Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian adalah bagian terpenting dalam penelitian yang

harus terjawab sebagai kesimpulan penelitian itu sendiri. Hipotesis bersifat

dugaan, karena itu peneliti harus mengumpulkan data yang cukup untuk

membuktikan bahwa dugaannya benar.58 Berikut adalah hipotesis penelitian

pada penelitian ini adalah:

1. H₀: Dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap pencapaian maqashid

syariah pada Bank Umum Syariah periode 2017-2022.

H₁: Dewan komisaris berpengaruh terhadap pencapaian maqashid

syariah pada Bank Umum Syariah periode 2017-2022.

2. H₀: Dewan Pengawas Syariah tidak berpengaruh terhadap pencapaian

maqashid syariah pada Bank Umum Syariah periode 2017-2022

H₂: Dewan Pengawas Syariah berpengaruh terhadap pencapaian

maqashid syariah pada Bank Umum Syariah periode 2017-2022.

58
Enos Lolang, Hipotesis Nol dan Hipotesis Alternatif, Jurnal Kip, Vol. 3, No. 3, Hal.
685–695, 2017.
42

3. H₀: Dewan Direksi tidak berpengaruh terhadap pencapaian maqashid

syariah pada Bank Umum Syariah periode 2017-2022.

H₃: Dewan Direksi berpengaruh terhadap pencapaian maqashid syariah

pada Bank Umum Syariah periode 2017-2022.

4. H₀: Komite Audit berpengaruh terhadap pencapaian maqashid syariah

pada Bank Umum Syariah periode 2017-2022.

H₄: Komite Audit berpengaruh terhadap pencapaian maqashid syariah

pada Bank Umum Syariah periode 2017-2022.

5. H₀: Dewan Komisaris, Dewan Pengawas Syariah, Dewan Direksi,

Komite Audit tidak berpengaruh secara simultan terhadap pencapaian

maqashid syariah pada Bank Umum Syariah periode 2017-2022.

H₅: Dewan Komisaris, Dewan Pengawas Syariah, Dewan Direksi,

Komite Audit berpengaruh secara simultan terhadap pencapaian

maqashid syariah pada Bank Umum Syariah periode 2017-2022.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian Kuantitatif dengan metode

Asosiatif. Penelitian ini menggunakan metode yang mengandalkan

pengukuran analisis matematis (statistik) terhadap sampel data dengan tujuan

mengetahui pengaruh antara dua variable atau lebih.

Dalam penelitian ini menganalisis hubungan pengaruh pada variable

independent yang terdiri dari dewan komisaris, dewan pengawas syariah,

dewan direksi, dan komite audit terhadap variable dependen yakni pencapaian

maqashid syariah yang ruang lingkupnya diukur dengan Bank Umum

Syariah di Indonesia periode 2017-2022.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Bank Umum syariah di Indonesia yang

berfokus pada Bank Bukopin Syariah, Bank Muamalat, Bank BCA Syariah,

Bank Panin Dubai Syariah, Banl Mega Syariah. Data yang digunakan adalah

laporan keuangan periode 2017-2022. Data diperoleh dari website resmi Bank

Bukopin Syariah, Bank Muamalat, Bank BCA Syariah, Bank Panin Dubai

Syariah, Bank Mega Syariah. Waktu penelitian dilakukan pada bulan

September-November 2023.
44

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah kesuluruhan gejala atau satuan yang ingin di teliti.

Sebuah populasi sekurang-kurangnya mempunyai satu karakteristik yang

membedakannya dari kelompok lain yang bukan populasi. 59 Makin

sedikit karakteristik yang digunakan untuk menetapkan populasi, makin

besar jumlah populasi yang anda dapatkan.

Dalam penelitian ini populasi yang digunakan sebagai objek

penelitian sebanyak 13 bank Umum Syariah di Imdonesia yang terfadtar

resmi di OJK. Adapun diantaranyaialah sebagai berikut:

TABEL V

BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA

Jumlah Jumlah
No Kelompok Bank Kantor Kantor
Pusat Cabang
1. PT. Bank Aceh Syariah 27 128
2. PT. BPD Riau Kepri Syariah 21 134
3. PT. BPD Nusa Tenggara Barat Syariah 12 27
4. PT. Bank Muamalat Indonesia 80 129
5. PT. Bank Victoria Syariah 2 -
6. PT. Bank Jabar Banten Syariah 11 60
7. PT. Bank Syariah Indonesia, Tbk 154 1.021
8. PT. Bank Mega Syariah 30 35
9. PT. Bank Panin Dubai Syariah, Tbk 10 -
10. PT. Bank Syariah Bukopin 13 10
11. PT. BCA Syariah 15 59

59
Ajar Rukat, Pendelatan Kuantitatif, (Yogyakarta: Deepublish, 2018), h.1.
45

PT. Bank Tabungan Pensiunan


12. 16 -
Nasional Syariah, Tbk
13. PT. Bank Aladin Syariah, Tbk 1 -
Sumber: Data diolah pada 2023

2. Sampel

Dari beberapa Bank Umum Syariah yang ada di Indonesia peneliti

memutuskan untuk mengambil beberapa Bank Umum Syariah yang

dinilai memenuhi kriteria tertentu untuk diteliti. Adapun metode yang

digunakan dalam metode purposive sampling. Periode pengamatan

untuk pengujian hipotesis adalah tahun 2017-2022. Adapun kriteria

sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Bank Umum Syariah yang menyajikan data laporan keuangan

tahunan (Annual Report) secara berkala dari periode 2017-2022.

b. Bank Umum Syariah yang memiliki data lengkap terkait Maqashid

Syariah dari periode 2017-2022.

c. Bank Umum Syariah murni syariah yang resmi terdaftar di Otoritas

Jasa Keuangan (OJK).

Dari kriteria tersebut sehingga diperoleh sampel sebagai berikut:

TABEL VI

DAFTAR BANK UMUM SYARIAH YANG AKAN DIUJI

Jumlah
No Kelompok Bank
Tahun
1. PT. BCA Syariah 6
2. PT. Bank Muamalat Indonesia 6
3. PT. Bank Mega Syariah 6
4. PT. Bank Panin Dubai Syariah, Tbk 6
46

5. PT. Bank Syariah Bukopin 6


Sumber: Data diolah pada 2023

Dari beberapa pertimbangan kriteria pada tabel 3.2 diatas, hasil objek

penelitian yang dapat diteliti ialah sebanyak 5 Bank Umum Syariah

dengan total laporan analisis per periode 2017-2022.

D. Sumber Data

Sumber data dari penelitian ini bersifat data sekunder, data sekunder

merupakan data yang diambil dalam bentuk yang sudah jadi, sudah

dikumpulkan dan diolah oleh pihak lain. 60 Data tersebut dapat diperoleh dari

laporan keuangan Bank Umum Syariah atau web resmi pada suatu Perusahaan

perbankan syariah. Sumber data dalam peenlitian ini berasal dari laporan

keuangan tahunan bank umum syariah periode 2017-2022 yang telah

dipublikasikan di website resmi pada masing-masing bank. Selain itu, peneliti

memperoleh data tersebut dari kepustakaan atau studi literatur dengan

mengkaji literatyur yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.

E. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menurut tempatnya tergolong ke dalam penelitian

lapangan (field research), yaitu penelitian yang objeknya berkaitan dengan

gejala atau peristiwa yang terjadi di Masyarakat. Studi pustaka digunakan

untuk mendapatkan data untuk penelitian ini, yang meliputi membaca,

mengamati, mencatat, dan meninjau deskripsi buku, jurnal, dan studi

sebelumnya serta mengumpulkan data dan bahan dari situs web yang releven.

F. Definisi Operasional Variabel


60
Heri Junaidi, Metode Penelitian Berbasic Temukenalli, (Palembang: CV. Amanah,
2018), hal. 140.
47

Untuk mempermudah penafsiran dan gambaran yang berkaitan dengan

judul yang diteliti. Berikut ini definisi serta perhitungan setiap masing-masing

variable ialah sebagai berikut:

1. Dewan Komisaris (X1)

Dewan komisaris memiliki posisi yang sangat penting dalam

sebuah Perusahaan dalam bidang pengawasan. Adapun anggota dewan

komisaris minimum 2 orang wajib dimiliki pada setiap Perusahaan.

Berikut ini perhitungan pada dewan komisaris diukur dengan :

Dewan komisaris = Jumlah anggota dewan komisaris

2. Dewan Pengawas Syariah (X2)

Dewan pengawas syariah bertugas untuk memberikan saran serta

mengawasi kegiatan bank agar sesuai dengan prinsip syariah. Jumlah

anggota DPS minimial berjumlah 2 orang atau maksimum 50% dari

jumlah direksi. Berikut ini perhitungan pada dewan pengawas syariah

diukur dengan:

Dewan pengawas syariah = jumlah anggota dewan pengawas


syariah

3. Dewan Direksi (X3)

Dewan direksi berperan memonitor dan memberikan nasihat

kepada manajemen dalam merumuskan dan melaksanakan strategi

Perusahaan. Berdasarkan otoritas jasa keuangan No.33/PJOK.04/2014

tentang dewan direksi dan dewan komisaris ataupun Perusahaan public


48

menyatakan bahwasannya, direksi minimal terdiri dari 2 orang anggota

direksi dan 1 orang dalam anggota direksi yang diangkat menjadi direksi

utama. Berikut ini perhitungan pada dewan direksi diukur dengan :

Dewan direksi = Jumlah anggota dewan direksi

4. Komite Audit (X4)

Komite audit bertugas membantu dewan komisaris dalam

melaksanakan tugas dan fungsinya. Peraturan tentang keanggotaan komite

audit diatur dalam surat edaran direksi PT Bursa Efek Jakarta No. SE-

008/BEJ/12-2001 Tanggal 7 Desember 2001, komite audit minimal terdiri

dari 3 orang dan 1 orang diantaranya menjadi bagian dari komisaris

independent yang juga merangkap sebagai ketua komite audit. Berikut ini

perhitungan pada komite audit diukur dengan:

Komite audit = Jumlah anggota komite audit

5. Maqashid Syariah (Y)

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode pengukuran

maqashid syariah indeks yang telah dikembangkan oleh Mohammad et.al.

adapun tiga tujuan utam yang harus dicapai dalam maqashid syariah

adalah sebagai berikut

a. Tahdhib al-Fardh (Pendidikan Individu)

b. Iqamah al-Adl (Perwujudan Keadilan)

c. Jalb al-Maslahah (Kepentingan Masyarakat)


49

Tiga tujuan utama di atas yang dikembangkan oleh mohammad dan

Tarique akan dibagi lagi menjadi beberapa indicator pengukuran. Adapun

indicator tersebut ialah:

TABEL VII

PERHITUNGAN BOBOT TUJUAN DAN ELEMEN MAQASHID

SYARIAH

Bobot Bobot
Tujuan Eleme
Tujuan Elemen
(%) n

E1. Bantuan Pendidikan 24


E2. Penelitian 27
Mendidik Individu 30% E3. Pelatihan 26
E4. Publikasi 23
TOTAL 100
E5. Return yang Adil 30
E6. Fungsi Distribusi 32
Membangun Keadilan 41%
E7. Produk Bebas Bunga 38
TOTAL 100
E8. Rasio Laba 33
E9. Pendapatan Individu 30
Memelihara
29% E10. Rasio Investor Sektor
Kesejahteraan 37
Rill
TOTAL 100
Sumber: Mohammed dan Tarique, 2015

Adapun perhitungan dari setiap rasio indeks maqashid pda tahapan

pertama adalah menghitung nilai variable penelitian berdasarkan Maqashid

Syariah indeks. Selanjutnya, tahap-tahap untuk melakukan pengujian

lainnya adalah sebagai berikut:


50

1) Menghitung rasio kinerja pada masing-masing bank syariah yang

dibagi pada total/pendapatan.

2) Melakukan pembobolan dari masing-masing jumlah rasio kerja yang

sudah dibagi lalu mengalikan dengan bobo telemen yang telah

ditentukan.

3) Melakukan pembobotan masing-masing nilai tujuan MSI sesuai

dengan bobot tujuan yang telah ditentukan.

4) Menjumlahkan rasio-rasio untuk mengetahui setiap nilai tujuan

syariah.

5) Menentukan nilai indeks maqashid syariah pada setiap bank syariah.

G. Teknik Analisis Data

1. Penentuan Model Estimasi

Data yang digunakan dalam penelitian ini menggunkakan eviews 10

dengan amalisis metode ranfkaian waktu dengan data cross-sectional

menggunakan analisis data panel. Data panel merupakan gabungan dari

data deret waktu dan data cross-sectional. Untuk mengestimasi model

regresi data panel, terdapat ada 3 model pendekatan yaitu Common Effect

Model (CEM), Fixed Effect Model (FEM), dan Random Effect Model

(REM).

a. Common Effect Model (REM)

Common Effect merupakan metode yang paling mudah

biasanya disebut estimasi CEM atau Pooled Least Square. Model tidak

fokus pada satu dimensi atau waktu, sehingga mengasumsikan bahwa


51

perilaku individu adalah sama di setiap periode waktu. Model ini

hanya menggabungkan data time series dan cross section dalam bentuk

pool (kelompok). Estimasi yang digunakan yaitu pendekatan kuadrat

kecil (Pooled Least Square).61

Metode ini mengasumsikan nilai intersep masing-masing

variabel adalah sama, dan koefisien slope semua unit cross section dan

time series. Berdasarkan asumsi ini, model CEM dinyatakan sebagai

berikut :

Yᵢₜ = α + β 𝑋 ᵢₜ + U ᵢₜ; i = 1,2 ;t = 1,2

Dimana i menunjukkan cross section (individu) dan t

merupakan periode waktu. Dengan asumsi komponen error dalam

pengolahan kuadrat terkecil biasa, proses estimasi secara terpisah

untuk setiap unit cross section dapat dilakukan.

b. Fixed Effect Model (FEM)

Model Fixed Effects mengasumsikan terdapatnya pengaruh

yang berbeda antar individu. Perbedaan ini dapat diselesaikan dengan

perbedaan intersep. Oleh sebab itu, dalam model Fixed Effects, setiap

individu adalah parameter yang tidak diketahui, sehingga akan

diestimasi menggunakan teknik variabel dummy. Salah satu cara untuk

memperhatikan keunikan cross section dalam model regresi panel

adalah dengan memungkinkan setiap unit cross section memiliki nilai

61
Sarwono, J., & Hendra N.S. (2014). Eviews: Cara Operasi dan Prosedur Analisis (Vol.
1).
52

intersep yang berbeda, namun tetap menggunakan asumsi koefisien

slope tetap. Model FEM dinyatakan sebagai berikut ;

Yᵢₜ = αᵢ + β 𝑋ᵢₜ + Uᵢₜ; i = 1,2 ;t = 1,2

Teknik tersebut dinamakan Least Square Dummy Variabel

(LSDV). Selain diterapkan untuk efek tiap individu, LSDV ini juga

dapat menggabungkan efek waktu yang bersifat sistemik. Hal ini dapat

dilakukan melalui penambahan variabel dummy waktu di dalam

model.

c. Random Effect Model (REM)

Berbeda dengan Fixed Effect Model (FEM), efek spesifik dari

setiap individu dianggap sebagai bagian dari komponen error, yang

bersifat acak dan tidak tergantung pada variabel penjelas yang

diamati, model ini disebut Random Effects Model (REM). Model ini

sering disebut juga dengan Error Component Model (ECM).

Persamaan model REM adalah sebagai berikut :

Yᵢₜ = α0 + β 𝑋ᵢₜ + wᵢₜ; i = 1,2 ;t = 1,2

Dimana wit = εi + uit, suku error gabungan wit memuat dua

komponen error yaitu εi komponen error cross section dan uit yang

menjadi gabungan dari error cross section dan time series. Oleh sebab

itu, metode OLS tidak dapat digunakan untuk memperoleh estimator

yang efektif bagi Model Random Effects. Metode yang efektif untuk

mengestimasi Model Random Effects merupakan Generalized Least


53

Square (GLS) dengan asumsi homoskedastik dan tidak ada cross

sectional correlation.

2. Tahap Analisis Data

Ketiga model yang telah diestimasi dan akan ditentukan model

mana yang paling tepat. Untuk menganalisis data panel diperlukan uji

spesifikasi model yang tepat untuk menggambarkan data. Uji tersebut

yaitu:

a. Uji Chow

Uji chow digunakan untuk menetukan model apa yang akan

dipilih antara common effect model atau fixed effect model. Hipotesis

uji chow adalah:

H₀: Model yang digunakan Common Effect

H₁ : Model yang digunakan Fixed Effect

Keputusan: Jika nilai prob. Cross section dari chi-square < α

0,05 maka H₀ ditolak dan jika nilai prob. Cross section dari chi-square

> α 0,05 maka H₀ diterima.62 Hipotesis nol pada uji ini adalah bahwa

intersep sama atau dengan kata lain model yang tepat untuk regresi

data panel adalah common effect dan hipotesis alternatifnya adalah

intersep tidak sama atau model yang tepat untuk regresi data panel

adalah fixed effect.

62
Gina Hajaturrodiah, Pembayaran Dividen dan Investment Opportunity terhadap
Keuangan, Jurnal Ekobistek, Vol.11 No.3 Hal. 203
54

Nilai Statistik F hitung akan mengikuti distribusi statistik F

dengan derajat kebebasan (degree of freedom) sebanyak m untuk

numeratordan sebanyak n-k untuk denumerator. M merupakan jumlah

restriksi atau pembatasan di dalam model tanpa variabel dummy.

Jumlah restriksi adalah jumlah individu dikurang satu. N merupakan

jumlah observasi dan k merupakan jumlah parameter jumlah parameter

dalam model fixed effect.

Jumlah observasi (n) adalah jumlah individu dikali dengan

jumlah periode, sedangkan jumlah parameter dalam model fixed effect

(k) adalah jumlah variabel ditambah jumlah individu. Apabila nilai F

hitung lebih besar dari F kritis maka hipotesis nol ditolak yang artinya

model yang tepat untuk regresi data panel adalah model fixed effect.

Dan sebaliknya, apabila nilai F hitung lebih kecil dari F kritis maka

hipotesis nul diterima yang artinya model yang tepat untuk regresi data

panel adalah model common effect.

b. Uji Hausman

Uji Hausman adalah uji yang digunakan untuk memilih model

yang terbaik antara fixed effect model atau random effect model. Uji

Hausman ini didasarkan pada ide bahwa Least Squares dummy

Variabels (LSDV) dalam metode fixed effect dan Generalized Least

Square (GLS) dalam metode Random effect adalah efisien sedangkan

Ordinary Least Square (OLS) dalam metode Common Effect tidak

efisien. Yaitu dengan menguji hipotesis berbentuk :


55

H₀: Modelyang tepat digunakan adalah Random Effect

H₁: Model yang tepat digunakan adalah Fixed Effect

Keputusan: Nilai statistic hausman > nilai 0,05 Chi-Square, maka Ho

diterima dan nilai statistic hausman < nilai 0,05 Chi-Square, maka Ho

ditolak.

Statistik uji Hausman mengikuti distribusi statistik Chi-Square

dengan derajat kebebasan (df) sebesar jumlah variabel bebas. Hipotesis

nolnya adalah bahwa model yang tepat untuk regresi data panel adalah

model Random effect dan hipotesis alternatifnya adalah model yang

tepat untuk regresi data panel adalah model Fixed effect.

Apabila nilai statistik Hausman lebih besar dari nilai kritis Chi-

Square maka hipotesis no ditolak yang artinya model yang tepat untuk

regresi data panel adalah model Fixed effect. Dan sebaliknya, apabila

nilai statistik Hausman lebih kecil dari nilai kritis Chi-Squares maka

hipotesis nol diterima yang artinya model yang tepat untuk regresi data

panel adalah model Random effect.

3. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah variabel

rancu atau rasial dalam model regresi berdistribusi normal, atau untuk

mengetahui apakah terdapat perbedaan atara data dan mean data secara

keseluruhan. Kondisi uji normalitas adalah sebagai berikut:


56

1) Jika nilai profitaboilitas Jarque Beta > 0,05 Ho diterima, berarti

data berdistribusi Normal.

2) Jika nilai profitaboilitas Jarque Beta < 0,05 Ha diterima, berarti

data tidak berdistribusi normal.

b. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinier merupakan asumsi yang tiak membutuhkan

korelasi yang kuat antar variabel independent. Model tidak boleh

memiliki kesamaan antara variabel independent. Uji multikolinieritas

dapat dilakukan dengan cara berikut:

1) Melalui nilai hitung R², F ratio, jika R² tinggi, Fratio, sedangkan

Sebagian besar atau bahkan seluruh koefisien regresi tidak

signifikan (nilai t hitung sangat rendah) maka kemungkinan terjadi

multikolinieritas.

2) Nilai Rsquare Auxiliary > R Square Awal

3) Nilai Variance Inflation Factor (VIF) > 10.00

c. Uji Heterokedastisitas

Jika varians residual dari satu observasi ke observasi lainnya

tidak sama, maka model regresi dikatakan terkena heteroskedastisitas.

Jika varians dari residual dan satu pengamatan ke pengamatan lainnya

konstan, itu disebut homokedastisitas. Sebaliknya, jika variansnya

berbeda, itu disebut heteroskedastisitas. Heteroskedastisitas ini akan

membuat penaksiran dalam model menjadi tidak efisien. Biasanya


57

masalah heteroskedastisitas terjadi pada data cross section

dibandingkan dengan time series.63

Adapun metode yang digunakan untuk menentukan uji

heteroskedastisitas adalah uji glejser. Uji glejser ini dilakukan untuk

mengetahui heteroskedastisitas dengan ditentukan oleh nilai α. Untuk

menguji terjadinya heteroskedastisitas atau tidak dilakukan dengan

melakukan meregresikan nilai residual absolut regresi pada masing-

masing variabel bebas. Jika nilai signifikasi t-hitung dari hasil regresi

nilai residual absolut tersebut lebih dari 0,05 maka model regresi tidak

mengandung heteroskedastisitas.64

Pengambilan keputusan ada atau tidaknya heteroskedastisitas

berdasarkan ketentuan sebagai berikut:

1) Jika nilai probabilitas F-statistic < α (0,05), hipotesis ditolak. Hal

ini berarti bahwa terdapat heteroskedastisitas.

2) Jika nilaiprobabilitas F-statistic >α (0,05), hipotesis diterima. Hal

ini berarti bahwa tidak terdapat heteroskedastisitas.

d. Uji Autokorelasi

Tujuan pengujian autokorelasi pada model adalah untuk

mengetahui apakah terdapat korelasi pada periode sebelumnya atau

terdapat variabel penggangu. Autokorelasi merupakan korelasi antara

urutan pengamatan dari waktu ke waktu (time series). Autokorelasi

63
Mirayanti, N. M., & Wirama, D. G. Pengaruh Variabel Ekonomi Makro pada Return
Saham LQ45 di Bursa Efek Indonesia. E, 21(1), 505–533.
64
Afifah, N., Fathoni, A., & Amboningtyas, D. The Effect of Macroeconomic Factors on
Profitability of Stock Return as Intervening Variables. Journal of Accounting Science, 2(1).
58

dapat berupa autokorelasi positif dan autokorelasi negatif. Penggunaan

uji Durbin-Watson (DW) untuk mengetahui apakah terdapat masalah

autokorelasi pada model regresi. Pengujian ini membandingkan nilai

DW hasil output eviews dengan tabel DW. Kriteria uji DW mengikuti

tabel berikut ini:

TABEL VIII

TABEL KEPUTUSAN UJI AUTOKORELASI

Durbin Waston Kesimpulan


< dL Ada autokorelasi (+)
dL s.d.4 Tanpa kesimpulan
dU s.d. 4 – dU Tidak ada autokorelasi
4 – dU s.d. 4 – dL Tanpa kesimpulan
>4 – dL Ada autokorelasi (-)
4. Pengujian Hipotesis

a. Uji Statistik Parameter Individual (Uji Statistik t)

Tujuan pengujian hipotesis adalah untuk menentukan pengaruh

dan signifikansi setiap variabel independen terhadap variabel

dependen. Uji koefisien regresi secara parsial menggunakan uji t pada

tingkat keyakinan 95% dan tingkat kesalahan pada analisis (α) 5% =

0,05 dengan ketentuan degree of freedom (df) = n-k, dimana n

merupakan besarnya sampel, k merupakan jumlah variabel. Dasar

pengambalian keputusan adalah:

1) Penentuan Hipotesis

a) Jika nilai probabilitas < α = 0,05, maka dapat disimpulkan

bahwa ada pengaruh secara parsial antara variabel independen

dengan variabel dependen.


59

b) Jika nilai probabilitas > α = 0,05, maka dapat disimpulkan

bahwa tidak ada pengaruh secara parsial antara variabel

independen dengan variabel dependen.

2) Kriteria Pengujian

Jika t-hitung < t-tabel : H0 diterima dan Ha ditolak

Jika t-hitung > t-tabel : H0 ditolak dan Ha diterima

a) Jika nilai probabilitas < α = 0,05, maka dapat disimpulkan

bahwa ada pengaruh secara parsial antara variabel

independen dengan variabel dependen.

b) Jika nilai probabilitas > α = 0,05, maka dapat disimpulkan

bahwa tidak ada pengaruh secara parsial antara variabel

independen dengan variabel dependen

b. Uji F

Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah semua

variabel independen atau variabel bebas yang termasuk dalam regresi

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat pada

waktu yang bersamaan. Pengujian ini dilakukan dengan uji F pada

tingkat keyakinan 95% dan tingkat kesalahan (α) 5% dengan degree of

freedom (df1) = k-1, degree of freedom (df2) = n-k.65

Dengan demikian, secara umum hipotesisnya dituliskan

sebagai berikut:
65
Sunayah, S., & Ibrahim, Z. Analisis Pengaruh Perubahan Variabel Makroekonomi
terhadap Return Saham Syariah PT. Telekomunikasi Indonesia, TBK. Islamiconomic : Jurnal
Ekonomi Keuangan Dan Bisnis Islam, 7(1), hal. 113– 139
60

H₀: tidak ada pengaruh variabel independent terhadap variabel

dependent secara bersama-sama.

H₁: ada pengaruh variabel independent terhadap variabel dependent

secara bersama-sama.

Dengan tingkat signifikan (α) yaitu sebesar 5%, pengambilan

keputusan dapat dilakukan dengan berdasarkan nilai probabilitas,

dengan cara:

1) Jika nilai probabilitas > 0.05 maka H0 diterima

2) Jika nilai probabilitas < 0.05 maka H0 ditolak

Dengan Kriteria Pengujian

1) Ho diterima jika : Fhitung > Ftabel

2) H₁ ditolak jika : Fhitung < Ftabel

c. Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi R2 pada dasarnya mengukur

kemampuan model dalam menjelaskan perubahan variabel independen.

Nilai koefisien determinasi diantara 0 dan 1 (0 < R2 < 1), nilai R2

yang kecil artikan sebagai kemampuan variabel independen dalam

menggambarkan variasi variabel independen sangat terbatas.

Nilai yang mendekati 1 berarti variabel independen

menyediakan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk

memprediksi perubahan dalam model variabel dependen. Adjusted R-

Squared (Adj R2) digunakan dalam penelitian ini karena terdapat

beberapa variabel independen. Jika variabel independen hanya satu,


61

maka R-Squared (R2) digunakan untuk menjelaskan pengaruh variabel

independent.66

66
Gujarati, Dasar-Dasar Ekonomitrika. (Jakarta: Salemba Empat. 2012).
DAFTAR PUSTAKA

ALQUR-AN
Kementrian Agama RI. Al-Qur’an Al-Karim. Jakarta: Lajnah Pentashinan Al-
Qur’an Badan Litbang dan Diklat Kementrian Agama RI, 2019.

BUKU
Umer Chapra Dan Ikhwan Abidin Basri, Visi Islam Dalam Pembangunan
Ekonomi: Menurut Maqosid Asy-Syariah (Ikhwan Abidin Basri,
Penerjemah), (Solo; Al-Hambra).

Sri Sulistyanto, Manajemen Laba: Teori Dan Model Empiris, (Jakarta: PT.
Grasindo Jakarta, 2008), Hal. 117.

Qamariyanti, Y., & Tavinayanti. 2009. Hukum Pasar Modal di Indonesia. Jakarta:
Sinar Grafika. Hal. 56.

Muhammad (2011). Audit Dan Pengawasan Syariah Pada Bank Syariah Catatan
Pengalaman, (Yogyakarta: UII Press), Hal. 18.

Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah, (Jakarta: Pustaka Alvabet,


2005), Hal.106

Hallaf, A. A.-W. Ilmu Ushul Al-Fiqh. Cairo: Maktabah Ad-Da'wah Al-Islamiyah.


1968.

Zainuddin Ali. Hukum Perbankan Syariah, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), H.1.

Abdul Ghofur Anshori, Perbankan Syariah Di Indonesia (Yogyakarta: Gadjah


Mada University Press, 2009), Hlm. 4.

Ajar Rukat, Pendekatan Kuantitatif, (Yogyakarta: Deepublish, 2018), H.1.

Heri Junaidi, Metode Penelitian Berbasic Temukenalli, (Palembang: CV. Amanah,


2018), Hal. 140.

Gujarati, Dasar-Dasar Ekonomitrika. (Jakarta: Salemba Empat. 2012).

JURNAL
Tri Auri Yanti, Analisis Pengaruh Penerapan Tata Kelola Terhadap Kinerja
Keuangan Pada Bank Syariah Di Indonesia, Jurnal Manajemen,
Ekonomi,Keuangan Dan Akuntansi, Vol 1.No.2, 2020 H. 87
63

Agustin Ekadjaja Dan Margarita Ekadjaja, Tata Kelola Perusahaaan, Risiko


Keuangan, Dan Kinerja Perbankan Di Indonesia, Jurnal Ekonomi, Vol.
XXV No. 3, 2020 H. 392

Muamar Nur Kholid Dan Arief Bachtiar, “Good Corporate Governance Dan
Kinerja Maqashid Syariah Bank Syariah Di Indonesia”, Dalam Jurnal
JAAI Vol.19,2015.

Ali Syukron, “Good Corporate Governance Di Bank Syariah”, Dalam Jurnal


Ekonomi Dan Hukum Islam No. 1, Vol. 3, 2013

Mohammad Taufik Aziz, “Analisa Kinerja Perbankan Syariah Indonesia Ditinjau


Dari Maqashid Syariah”, al-Amwal Vol.10, No.1, 2018.

Rifqi Muhammad Dan Hapsari Yuni Oktavianti, Dampak Tata Kelola Bank
Syariah Terhadap Kepatuhan Syariah Berbasis Maqashid Syariah, Wahana:
Jurnal Ekonomi, Manajemen Dan Akuntansi, Vol. 23 No. 2., H. 240

Rifaldi Majid, “Analisis Pengaruh Pelaksanaan Good Corporate Governance


Terhadap Pencapaian Maqashid Syariah di Perbankan Syariah (2012-
2015)” Jurnal Ilmiah Mahasiswa FEB, Vol. 5, No. 2, 2017.

Muamar Nur Kholid Dan Arief Bachtiar, Good Corporate Governance Dan
Kinerja Maqasid Syariah Bank Syariah Di Indonesia, Jurnal Akuntansi
Dan Auditing Indonesia, Vol. 19 No.2, Hal. 126-136.

Marta Utama, Komite Audit, Good Corporate Governance Dan Pengungkapan


Informasi, Jurnal Akuntansi Dan Keuangan Indonesia, Vol.1 Hal. 64.

Satriak Guntoro, Pengertian, Ruang Lingkup Perbankan, Latar Belakang, Prinsip


Dan Sejarah Perbankan Syariah di Indonesia, Jurnal Riset Indragiri, Vol 1
No.3 Tahun 2022 Hal 222.

Mansur Azis, “Analisis Pengaruh Islamic Corporate Governance Model


Stakeholder Terhadap Kinerja Maqashid Syariah Indeks”, Dalam Jurnal
Penelitian Islam, Edisi No.1, Vol. 15, 2021

Taufik Kurrohman, “Peran Dewan Pengawas Syariah Dalam Pencapaian


Maqashid Syariah Pada Bank Syariah”, Dalam Pamulang Law Revie,
Edisi No. 2, Vol.2, 2019.

Fitri Agustina Dan Delli Maria, “Peningkatan Kinerja Bank Syariah Di Indonesia
Melalui Penerapan Good Corporate Governance”, dalam Semnas IIB
Darmajaya, Edisi No.1, Vol. 1,2020.
64

Jensen M.C W.H.Meckling, Theory Of The Firm: Managerial Behavior Agency


Cost And Ownership Structure, Journal Of Financial Economic 3, 1976,
Hal. 305-360.

Intan Rimawati Darsono, Pengaruh Tata Kelola Perusahaan, Biaya Agensi


Manajerial Dan Leverage Terhadap Financial Distress, Journal of
Accounting, Vol. 6 No. 3. Hal. 2.

Vinola Herawaty, Peran Praktek Corporate Governance Sebagai Moderating


Variable Dari Pengaruh Earnings Manajement Terhadap Nilai Perusahaan
Indonesia, Jurnal Akuntansi Dan Keuangan Edisi, Vol. 10 No.2, 2018.

Velnampy, T. (2013). Corporate Governance and Firm Performance: A Study Of


Sri Lankan Manufacturing Companies. Journal Of Economics and
Sustainable Development, Vol. 4 (3), 228.

Prasinta, D. (2012). Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Kinerja


Keuangan. Accounting Analysis Journal, 1(2), 1–7.

Irman Firmansyah, Pengaruh Tata Kelola Yang Baik Terhadap Maqoshid Indeks
Pada Bank, Jurnal Akuntansi, Volume 13 Nomor 2 2018, Hal.60.

Hisamuddin, N., & Tirta, M. Y. K. (2012). Pengaruh Good Corporate Governance


Terhadap Keuangan Bank Umum Syariah. Jurnal Akuntansi Universitas
Jember, 2(2), 109–138.

Leni Nur Pratiwi, Pengaruh Implementasi Tata Kelola Perusahaan Terhadap


Kinerja Perbankan Syariah Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia, Jurnal
Sigma-Mu, Vol. 10 No. 2 2018, Hal. 33.

Akhmad Faozan, A. 2013. "Implementasi Good Corporate Governance Dan Peran


Dewan Pengawas Syariah di Bank Syariah", Jurnal Ekonomi Islam
La_Riba, Vol. VII (1), Hal. 33.

Nuryaman. 2009. "Pengaruh Konsentrasi Kepemilikan, Ukuran Perusahaan Dan


Mekanisme Corporate Governance Terhadap Pengungkapan Sukarela",
Jurnal Akuntansi Dan Keuangan Indonesia, Vol. 6(1), 89-91.

Daniel Felimanto Hartono, (2014) Pengaruh Mekanisme Corporate Governance


Terhadap Kinerja Keungan Perusahaan Perbankan, Dinamika Akuntansi,
Keuangan Dan Perbankan, Vol 3, No. 2 Hal 194-195.

Angrum Pratiwi, “Pengaruh Kualitas Peneraan Good Corporate Governance


(GCG) Terhadap Kinerja Keuangan Pada Bank Umum Syariah Di
Indonesia”. Jurnal Ekonomi Dan Bisnis Islam Edisi No. 1, Vol,2016
65

Inge Andhitya Rahmawati, Pengaruh Dewan Direksi, Dewan Komisaris, Komite


Audit Dan Corporate Social Responsibility Terhadap Kinerja Keuangan
Perusahaan, Jurnal Akuntansi & Ekonomi, Vol. 2 No. 2, 2017, Hal. 57.

Anindyah Prastiti, Pengaruh Karakteristik Dewan Komisaris Dan Komite Audit


Terhadap Manajemen Laba, Journal of Accounting, Volume 2, Nomor 4,
Tahun 2013.

Dian Pertiwi, “Peran Dewan Pengawas Syariah (DPS) Dalam Mewujudkan Good
Corporate Governance Di Bank Syariah, Jurnal Ekonomi Dan Perbankan
Syariah, Vol.4 No. 1 Hal.5

Yuniar Fitriyani, Pengaruh Dewan Komisaris, Dewan Direksi Dan Komite Audit
Terhadap Profitabilitas Perbankan Di Bei Tahun 2017-2019, Jurnal Ilmiah
MEA (Manajemen,Ekonomi,Akuntansi), Vol.5 No.2,2021, Hal 854.

Sandy Rizki Febriadi, Aplikasi Maqashid Syariah Dalam Bidang Perbankan


Syariah, Jurnal Ekonomi Dan Keuangan Syariah, Vol. 1 No.2 2017, Hal.
223.

Wasyith, “Revitalisasi Maqashid Dalam Perbankan Syariah”, Dalam Jurnal


Ekonomi Islam Edisi No.1, Vol.8,2017.

Andriani Shofyan, “Analisis Kinerja Bank Syariah Dengan Metode Indeks


Maqashid Syariah di Indonesia”, Jurnal Lembaga Keuangan Dan
Perbankan, Vol. 2, No. 2, 2017

Setyorini Dan Nurmahadi, “Maqashid Syariah dalam Pengukuran Kinerja


Lembaga Keuangan Syaria’ah Indonesia, Hal 35.
Abdul Munith, Sejarah Perbankan Syariah, Jurnal Kajian Keislaman Dan
Pendidikan, Vol. 1, No. 2 2012

Ahmad Romdlan, Persepsi Masyarakat Desa Kapedi Sumenep Tentang Perbankan


Syariah, Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol. 1 No.2 Hal. 66.

Made Warka, Kedudukan Bank Syariah Dalam Sistem Perbankan di Indonesia,


Jurnal Ekonomi Dan Perbankan Syariah, Vol. 3 No.2, Hal.241

Andrew Shandy Utama, "Policy Direction On Supervision Of Islamic Banking In


The National Banking System In Indonesia", Proceeding Of Batusangkar
International Conference II 1, No. 1 (2017), Hlm. 81.

Enos Lolang, Hipotesis Nol Dan Hipotesis Alternatif, Jurnal Kip, Vol. 3, No. 3,
Hal. 685–695, 2017.
66

Sarwono, J., & Hendra N.S. (2014). Eviews: Cara Operasi Dan Prosedur Analisis
(Vol. 1).

Gina Hajaturrodiah, Pembayaran Dividen Dan Investment Opportunity Terhadap


Keuangan, Jurnal Ekobistek, Vol.11 No.3 Hal. 203.

Sunayah, S., & Ibrahim, Z. Analisis Pengaruh Perubahan Variabel Makroekonomi


Terhadap Return Saham Syariah PT. Telekomunikasi Indonesia, TBK.
Islamiconomic : Jurnal Ekonomi Keuangan Dan Bisnis Islam, 7(1), Hal.
113– 139

SKRIPSI
Syarif Hidayatullah, Skripsi : “ Analisis Pengaruh Intellectual Capital Dan Good
Corporate Governance Terhadap Pencapaian Maqashid Syariah
Perbankan Syariah Di Indonesia.” (Surabaya : Universitas Jember,2019).

Ika Kartika, Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance Oleh Dewan


Komisaris, Dewan Direksi, Komite-Komite, dan Dewan Pengawas Syariah
terhadap Kinerja Perbankan pada Bank Umum Syariah di Indonesia Tahun
2010-2013, Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014 hal 26-27

WEBSITE

Undang-undang (UU) Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, UU No.


40 Tahun 2007 (bpk.go.id), diakses pada 25 Oktober 2023.

Peraturan Perundang-Undang Bank Indonesia, Peraturan Bank Indonesia No. 11/


3 /PBI/2009 - Bank Umum Syariah, Diakses pada 25 Oktober 2023.
Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998.

Anda mungkin juga menyukai