Anda di halaman 1dari 50

PENERAPAN SYARIAH COMPLIANCE SEBAGAI

PRINSIP SYARIAH GOVERNANCE PADA


BANK SYARIAH INDONESIA
MAKASSAR

PROPOSAL

Oleh
MUTMAINNAH RUSMAN
105731123416

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2021

i
LEMBAR PERSETUJUAN

SEMINAR PROPOSAL PENELITIAN


Judul Penelitian :“Penerapan Syariah Compliance Sebagai Prinsip Syariah
Governance Pada Bank Syariah Indonesia”

Nama Mahasiswa : MUTMAINNAH RUSMAN


No. Stambuk/ NIM : 105731123416
Program Studi : Akuntansi
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Makassar

Telah disetujui untuk dapat diseminarkan serta diuji pada Seminar Proposal.

Makassar, Februari 2021


,
Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Dr.Muryani Arsal, SE.,MM.Ak.CA Abdul Khaliq, SE., M.Ak,


NIDN 0016116503 NIDN 0903118803
Tanggal : 28 Februari 2021 Tanggal : 11 Februari 2021

Mengetahui

Ketua Program Studi Akuntansi,

Dr. Ismail Badollahi, SE.,M.Si.Ak.CA.CSP


NBM. 107342

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

LEMBAR PERSETUJUAN ......................................................................... ii

DAFTAR ISI ............................................................................................... iii

I. PENDAHULUAN .................................................................................... 7

A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 7

B. Rumusan Masalah ......................................................................... 10

C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 11

D. Manfaat penelitian ......................................................................... 11

1. Manfaat Teoretis ...................................................................... 11

2. Manfaat Prakatis ...................................................................... 11

3. Manfaat Regulasi ..................................................................... 12

II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 13

A. Pengertian Bank Syariah ............................................................... 13

B. Tujuan Laporan Keuangan Menciptakan Maqashid Syariah .......... 15

C. Syariah Governance dan Good Corporate Governance ................. 16

D. Syariah Compliance Sebagai Prinsip Utama Syariah


Governance ................................................................................... 19

E. Prinsip Syariah Pada Pengelolaan Bank Syariah Berdasarkan

Sumber Hukum Islam .................................................................... 22

1. Al-Qur’an ................................................................................. 23

2. Hadist ...................................................................................... 24

3. Ijtihad ....................................................................................... 25

F. Prinsip-Prinsip Syariah Sebagai Asas Transaksi Pada Bank


Syariah .......................................................................................... 26

iii
1. Prinsip Ukhuwah (Persaudaraan) ............................................ 27

2. Prinsip Tawazun ...................................................................... 28

3. Prinsip Universalisme .............................................................. 29

4. Prinsip Maslahah ..................................................................... 29

5. Prinsip Adil ............................................................................... 30

G. Penelitian Terdahulu ...................................................................... 31

H. Kerangka Konsep .......................................................................... 35

III. METODE PENELITIAN ...................................................................... 37

A. Jenis Penelitian ............................................................................. 37

B. Lokasi Penelitian............................................................................ 37

C. Sumber Data ................................................................................. 37

D. Pengumpulan Data ........................................................................ 38

E. Instrument Penelitian ..................................................................... 39

F. Teknik Analisis ............................................................................... 40

DAFTAR PUSTAKA................................................................................ 43

iv
DAFTAR GAMBAR

1.1 Kerangka Konsep ............................................................................ 35

v
DAFTAR TABEL

1.1 Penelitian Terdahulu ......................................................................... 31

vi
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bank syariah pertama kali muncul pada tahun 1963 sebagai Pilot Project

dalam bentuk bank tabungan perdesaan di kota kecil Mit Ghamr, Mesir.

Percobaan berikutnya terjadi di Pakistan pada tahun 1965 dalam bentuk bank

koperasi. Setelah itu, gerakan bank syariah mulai hidup kembali pada

pertengahan tahu 1970-an. Berdirinya Islamic Development Bank pada 20

Oktober 1974, yang merupakan lembaga keuangan Internasional Islam

multilateral, mengawali periode ini dengan memicu bermunculannya bank

syariah penuh diberbagai negara, seperti Dubai Islamic Bank di Dubai (Maret

1975), Faisal Islamic Bank di Mesir dan Sudan (1977), dan Kuwait Finace house

di Kuwait (1997).

Salah satu prinsip dalam ekonomi islam adalah pelanggaran riba dala

berbagai bentuknya, dan mengacu pada sistem antara lain adalah prinsip bagi

hasil (Yusman Alim,2017). Kepatuhan akan prinsip syariah merupakan salah

satu unsur dalam penilaian mengenai tingkat kesehatan suatu bank syaraih.

Pemeliharaan tingkat kesehatan bankmakan berbanding lurus dengan

pemeliharaan kepercayaan masyarakat, sehingga apabila bank lalai dala

menjaga tingkat kesehatannya karena tidak menerapkan prinsip syariah, maka

bank syariah akan kehilangan kepercayaan (Masni H, 2019).

Salah satu rancang bangun ekonomi islam adalah Nubuwwah, yaitu Allah

mengutus Nabi Muhammad SAW, sebagai Rasulullah yang diutus

7
menyempurnakan akhlaq manusia, dan sebagai rahmatan lil alamin. Konsep

Nubuwwah memberikan pemahaman bahwa ketika seseorang ingin mencapai

kemaslahatan dunia akhirat, maka segala aktifitas yang dilakukan harus sesuai

dengan yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad, termaksud dalam kegiatan

atau aktivitas ekonomi. Adapun tujuan akuntansi syariah yang merupakan sub

sistem dari ekonomi islam menurut Sumar’in (2012:104) meliputi : 1.

Menentukan hak dan kewajiban pihak terkait termasuk hak dan kewajiban yang

berasal dari transaksi yang belum selesai dan atau kegiatan ekonomi lain,

sesuai dengan prinsip syariah. 2. Menyediakan informasi keuangan yang

bermanfaat bagi pemakai laporan untuk mengambil keputusan. 3.

Meningkatakan kepatuhan terhadap prinsip syariah dalam semua transaksi dan

kegiatan usaha.

Akuntansi Syariah merupakan kegiatan operasional bank syariah

menggunakan prinsip bagi hasil (profit and loss sharing). Bank syariah tidak

menggunakan bunga sebagai alat untuk memperoleh pendapatan maupun

membedakan bunga atas penggunaan dana dan pinjaman karena bunga

merupakan riba. Riba dalam perspektif Ulama (Mazhab Hanafi) berpendapat

“Riba adalah tambahan yang diisyaratkan dalam transaksi bisnis tanpa adanya

iwadh atau padanan yang dibenarkan syariah atas penambahan tersebut.

Dimana pembiayaan mudharabah dana yang disediakan kepada pengelola

dana yang mempunyai tujuan untuk pengelolaan suatu usaha tertentu, dengan

pembagian hasil ataupun pendapatan yang diperoleh (profit sharing) dibagi

sesuai nisbah yang disepakati oleh kedua belah pihak (Ushanti dan

Shomad(2013:18).

8
Menurut Daryoko (2015) tentang fenomena yang tengah dihadapi

perbankan syariah , antara lain : (1) rendahnya kualitas pemahaman sumber

daya insansi perbankan syaraih tentang pemahaman produk dan operasional

perbankan syariah, (2) masih rendahnya kepercayaan masayrakat terhadap

bank syariah, (3) bank-bank umum yang ada di indonesia hanya membentuk

unit usaha syariah (UUS) dan secara operasional masih menginduk kepada

Bank Umum Konvensional yang menjadi induknya, (4) pemilihan produk untuk

strategi funding yang belum optimal, (5) keberadaan kantor-kantor perbankan

syariah baik kantor cabang, kantor cabang pembantu, kantor layanan kas

berdekatan dengan perbankan konvensional maupun perbankan induknya hal

ini bisa menjadi sinergi positif maupun hambatan aperbankan syariah

kedepannya, dan (6) faktor teknologi yang dipergunakan perbankan syariah ada

masih menginduk dan terintegrasi dengan perbankan konvensional induknya.

Dimana hasil penelitian yang dilakukan oleh Ade Sofyan Mulazid

(2016) menunjukkan bahwa sistem pengawasan terhadap kepatuhan syariah

telah dilaksanakan dengan baik. Fungsi kepatuhan syariah oleh direktur

kepatuhan kepada seluruh jajaran Bank Syariah Indonesia secara normatif telah

dilaksanakan sesuai prinsip-prinsip kepatuhan, budaya kepatuhan, manajemen

risiko dan kode etik kepatuhan Bank Syariah Indonesia. Dan untuk Bank

Syariah Indonesia yang ada di Makassar juga telah melakukan sesuai dengan

prinsip-prinsip syariah yang telah di tetapkan.

Menurut Capra (2013), kegagalan dalam penerapan prinsip syariah

akan membuat nasabah pindah ke bank lain sebesar 85%. Oleh karena itu,

penerapan GCG dan penerapan prinsip-prinsip syariah (shariah governance)

9
menjadi keharusan bagi perbankan syariah dalam upaya memperbaiki reputasi

dan kepercayaan pada perbankan syariah, serta melindungi kepentingan

stakeholders dalam rangka mencitrakan sistem perbankan syariah yang sehat

dan terpercaya.

Dari penjelasan tersebut diatas, kita bisa melihat ternyata masyarakat

non muslim pun beralih pada ekonomi islam, sehingga konsekuensi dari

transaksi yang mengandung syariah maka kebijakan akuntansi yang diterapkan

harus sesuia dengan standar akuntansi syariah.

Atas dasar latar belakang tersebut di atas, penyusunan penelitian ini

diberi judul: “Penerapan Syariah Compliance Sebagai Prinsip Syariah

Governance Pada Bank Syariah Indonesia Makassar” .

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut di atas, maka perumusan

masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Penerapan Syariah

Compliance Sebagai Prinsip Syariah Governance Pada Bank Syariah

Indonesia Makassar?”

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah untuk memperoleh jawaban dari rumusan

masalah yang diajukan dalam penelitian ini yang tidak lain adalah untuk

mengetahui bagaimana penerapan syariah compliance sebagai prinsip syariah

governance pada Bank Syariah Indonesia.

D. Manfaat Penelitian

Adapun dari penelitian ini mempunyai manfaat, baik itu kontribusi

10
teoritis, kontribusi praktis maupun kontribusi regulasi, yaitu sebagai berikut :

1. Manfaat Teoretis

Secara teoritis, Penelitian ini diharapkan dapat untuk menjadi media

pembelajaran bagi mahasiswa terkhususnya untuk mahasiswa akuntansi

terkait dengan Penerapan Syariah Compliance sebagai Prinsip Syariah

Governance pada Bank Syariah Indonesia Makassar.

2. Manfaat Praktisi

Adanya penelitian ini memberi manfaat terhadap praktek perbankan

syariah. Yang menegaskan bahwa untuk mencapai Syariah Governance

perbankan syariah harus menerapkan Syariah Compliance. Hal tersebut

terlihat bahwa perbedaan antara prinsip- prinsip Good Corporate

Governance pada perbankan syariah dan perbankan konvensional terletak

pada Syariah Compliance.

3. Manfaat Regulasi

Nilai-nilai Islam yang tercermin dalam prinsip-prinsip syariah

memanglah harus menjadi dasar penyusunan standar akuntansi syariah.

Dengan adanya penelitian ini maka memberi manfaat bagi pembuatan

standar akuntansi syariah. Khususnya dalam penentuan konsep dasar

yang sesuai untuk menyusun laporan keuangan lembaga keuangan

syariah utamnya dalam hal ini Bank Syariah Indonesia Makassar.

11
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Bank Syariah

Pengertian bank adalah suatu badan atau lembaga yang kegiatannya

menghimpun dana dari pihak ketiga (masyarakat) dalam bentuk simpanan dan

kemudian disalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan jasa

lainnya dalam rangka upaya meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dalam

setiap aktivitas usahanya, bank syariah selalu menggunakan hukum-hukum

islam yang tercantum dalam Al-Qur’an dan Hadist. Berbeda dengan bank

konvensional yang mengandalkan sistem bunga, bank syariah lebih

mengutamakan sistem bagi hasil. Karena dalam Al-Quran surah Al-Baqarah

ayat 275-276 menjelskan bahwa Allah sangat melarang praktik riba dan

golongan yang menerapkan riba merupakan orang-orang kafir penghuni neraka.

Bank syariah dapat memiliki struktur yang sama dengan bank

konvensional, misalnya dalam hal komisaris dan direksi, tetapi unsur yang amat

membedakan antara bank syariah dan bank konvensional adalah

keharusannya. Menurut Edison Suratan Kayo (2017) adanya Dewan Pengawas

Syariah yang bertugas memberikan nasihat dan saran kepada direksi serta

mengawasi kegiatan Bank agar sesuai dengan Prinsip Syariah.

Bank Syariah merupakan bank yang mengikuti sistem ekonomi Islam.

Adapun ekonomi Islam menurut Fazlurrahman dalam Farida (2011:53),

“ekonomi Islam menurut para pembangun dan pendukungnya dibangun di atas

atau setidaknya diwarnai oleh prinsip-prinsip religious, berorientasi dunia dan

akhirat.”

Jika dikaitkan dengan perbankan syariah yang berdasarkan pada nilai-

12
nilai syariah maka perbankan syariah harus menjalankan operasinya sesuai

dengan amanah yang terkandung dalam prinsip-prinsip syariah dan

memberlakukan aturan/hukum secara adil dalam perbankan syariah. Tentunya

perbankan syariah memiliki landasan untuk menjalankan operasinya sesuai

dengan syariah. Maka dari itu prinsip-prinsip syariah yang menjadi landasan

pengelolaan bank syariah harus dipatuhi untuk menjamin bahwa laporan

keuangan bank syariah sudah sesuai dengan prinsip-prinsip syariah sehingga

ketika prinsip syariah telah terpenuhi maka maqashid syariah juga akan tercapai

yaitu kemaslahatan.

13
B. Tujuan Laporan Keuangan Menciptakan Maqashid Syariah

Akuntansi sebuah proses yang menghasilkan laporan keuangan.

Laporan keuangan tidak hanya mengandung data-data keuangan saja. Tetapi

dibalik penyusunannya ada sebuah cerita atau history yang terangkum di

dalamnya. Laporan keuangan merupakan hal yang sangat urgent dalam

perusahaan. Laporan keuangan menunjukkan bagaimana perusahaan

mengelola keuangan mereka. Laporan keuangan merupakan salah satu

informasi yang sangat penting dalam menilai perkembangan perusahaan.

Laporan keuangan dapat digunakan untuk menilai prestasi yang dicapai

perusahaan pada saat lampau, sekarang dan rencana pada waktu yang akan

datang.

Laporan keuangan untuk perbankan syariah adalah laporan keuangan

yang menunjukkan kepatuhan pada prinsip syariah. Dimana Maqashid Syariah

atau tujuan dari penetapan prinsip-prinsip syariah adalah untuk mencapai

kemaslahatan. Tujuan laporan keuangan untuk memenuhi kebutuhan informasi

setiap pengguna. Tujuan tersebut tentunya harus sejalan dengan tujuan

penerapan prinsip-prinsip syariah yaitu maslahah. Hal ini tentunya

mengindikasikan bahwa penyajian laporan keuangan bank syariah harus

memberikan informasi yang bermanfaat bagi semua pihak.

Laporan keuangan (Financial Statement) perusahaan merupakan hasil

akhir dari proses akuntansi. Laporan keuangan perusahaan pada dasarnya

selalu berusaha untuk memberikan informasi tentang kondisi keuangan dan

hasil operasi suatu entitas, badan usaha, atau organisasi.Tentu penyajian

laporan keuangan harus dsesuaikan oleh para penggunanya dan laporan

14
keuangan tidak memihak pada kepentingan salah satu kepentingan saja. Jadi,

laporan keuangan adalah output dari proses akuntansi yang berisi informasi

untuk para pengguna yang sifatnya tidak memihak (adil) yang dijadikan sebagai

alat ukur untuk pengambilan keputusan bagi para penggunanya baik itu

stakeholder maupun shareholder.

Dimana laporan keuangan pada bank syariah memiliki standar yang

tersendiri yang tentunya berbeda dengan penyajian laporan keuangan bank

konvensional, yaitu berdasarkan pada Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan

(PSAK) No. 101 bahwa laporan keuangan untuk lembaga- lembaga syariah

termasuk perbankan syariah meliputi 1) Neraca, 2) laporan Laba rugi, 3) laporan

perubahan ekuitas, 4) Laporan Arus Kas, 5) Laporan Sumber dan Penggunaan

Dana Zakat, 6) Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Kebajikan dan 7)

Catatan atas Laporan Keuangan. Laporan keuangan perbankan syariah

menurut PSAK No. 101 harus menyajikan komponen-komponen laporan

keuangan secara wajar.

C. Syariah Governance dan Good Corporate Governance

Menurut Junusi (2012) Syariah Governance adalah suatu sistem,

peraturan, dan proses yang digunakan untuk mewujudkan budaya kepatuhan

dalam mengelola resiko perbankan islam serta memonitoring, mengatur, dan

mendorong kinerjanya secara efisien agar menghasilkan nilai tambah yang

berkesinambungan bagi stakeholders dalam jangka panjang yang sesuai

dengan prinsip-prinsip syariah. Dalam penelitian ini syariah governance adalah

pengembangan dari konsep coroporate governance yang terdiri dari

transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, kemandirian, keadilan, dan syariah

15
compliance.

Corporate Governance sering diartikan sebagai perlindungan terhadap

investor. Perlindungan yang dimaksud yaitu jaminan bahwa para penyedia

modal akan memperoleh pengembalian atas dana yang tertanam dalam

perusahaan. namun sekarang istilah CG sudah berkembang menjadi lebih luas

sesuai dengan syariat islam. Bahwa pertanggung jawaban bukan hanya kepada

pemegang saham saja, tetapi perusahaan/perbankan syariah juga bertanggung

jawab kepada pemilik sumber daya utama sebagai pencipta yaitu Allah SWT

(Tuhan Yang Maha Pencipta). Corporate Governance (CG) adalah: “set of

relationships between a company’s management, its board, its shareholders and

other stakeholders”. (Chapra dan Ahmad: 2012)

Dari definisi tersebut dapat dinyatakan bahwa ada hubungan yang

saling terkait antara manajemen perusahaan, dewan, pemegang saham dan

stakeholder lainnya. Sebagai pihak yang diberi amanah memang manajemen

perusahaan mempunyai tanggug jawab yang besar kepada semua pihak-pihak

tersebut. Manajemen perusahaan juga harusnya mementingkan masyarakat

dan lingkunganya, karena masyarakat dan lingkungan tempat berdirinya

perusahaan yang menerima dampak dari operasi perusahaan utamanya jika

perusahaan tersebut adalah perusahaan industri.

Corporate governance dalam pendekatan Islami, dari fungsi obyektifnya

corporate governance islami harus membawa konsepsi perlindungan dan hak

semua stakeholder ke dalam semua aturan syariah, itu berarti perusahaan

harus menempatkan maqasid syari ’ah sebagai tujuan akhir. Corporate

governance yang mengandung nilai-nilai Islam tidak lepas dengan prinsip

16
kejujuran dan keadilan terhadap semua stakeholder. Untuk lebih menciptakan

good corporate governance yang islami tentunya perusahaan tidak hanya

melihat kepentingan stakeholder semata akan tetapi perusahaan harus

mempertimbangkan kepentingan atau akuntabilitasnya kepada seluruh

pemegang saham atau dalam hal ini shareholder. Artinya perusahaan tidak

boleh memihak dalam penyampaian informasi untuk mencapai akuntabilitas

yang islami atau akuntabilitas islam. Dengan ditegakkannya akuntabilitas Islam

dalam perusahaan maka akan mendukung tercapainya kemaslahatan bersama.

Konsep Good Coporate Governance (GCG) yang dikeluarkan oleh

Islamic Financial Service Board (IFSB) yang sering disebut dengan syariah

governance sebagian besar memiliki prinsip-prinsip yang sama dengan Good

Coporate Governance (GCG) konvensional. Dalam konteks bisnis syariah,

pelaksanaan Good Corporate Governance merupakan salah satu upaya untuk

melindungi kepentingan stakeholders dan meningkatkan kepatuhan terhadap

peraturan perundang-undangan yang berlaku ,serta nilai-nilai etika yang berlaku

secara umum pada industri perbankan syariah. Peraturan Bank Indonesia

Nomor 11/ 33 /PBI/2009 tentang Syariah Governance sebenarnya memiliki

prinsip yang sama dengan Corporate Governance, hanya saja yang

membedakan yaitu syariah compliance atau kepatuhan syariah. Menurut IFSB

syariah governance didefinisikan bahwa lembaga keuangan Islam harus

memiliki Pengawas Independen atau Dewan Pengawas Syari’ah (DPS) yang

tugasnya memberikan pengawasan apakah lembaga keuangan Islam telah

melakukan kegiatan operasinya sesuai dengan kepatuhan syari’ah.

Implementasi Good Corporate Governance dan Syariah Governance

pada dasarnya mengarahkan perusahaan/lembaga untuk meningkatkan

17
akuntabilitasnya. Hanya saja yang membedakan keduanya yanitu dari

prinsipnya. Secara umum prinsip GCG untuk perbankan konvensional, seperti,

transparansi, akuntabilitas, pertanggungjawaban, profesional dan kewajaran

merupakan prinsip yang juga harus ada pada perbankan syariah, yang

membedakan yaitu kepatuhan kepada syariah (syariah compliance).

(Asrori,2014) mendefinisikan tata kelola perusahaan islami merupakan tata

kelola perusahaan berdasarkan prinsip islam. Kegiatan bisnis dan operasional

yang dijalankan harus berdasarkan pada moral dan nilai-nilai syariah.

D. Syariah Compliance Sebagai Prinsip Utama Syariah Governance.

Syariah Compliance adalah ketaatan bank syariah terhadap prinsip-

prinsip syariah. Syariah compliance bertujuan untuk menjamin teraplikasinya

peinsip-prinsip syariah di lembaga perbankan dan keuangan syariah. Adapun

indikator yang digunakan untuk mengukur Syariah Compliance adalah bebas

riba dan gharar, bisnis yang halal, pengelolaan usaha yang amanah dengan

skala likert 5 poin (Junusi, 2012). Syariah Compliance merupakan salah satu

bentuk kepatuhan perusahaan khususnya perbankan syari’ah terhadap prinsip-

prinsip syari’ah. Shari’ah compliance adalah indikator Islamicity Disclosure Index

(IDI) yang relevan sebagai bentuk pertanggungjawaban penyediaan informasi

kepatuhan syariah. Pernyataan tersebut didukung oleh para akuntan dan

manajer bank syari’ah. Syariah compliance memperkuat mekanisme kepatuhan

syari’ah dan memastikan bahwa semua peraturan perbankan syariah relevan

dipenuhi.. Menurut Islamic Banking Institutions (IBI) (2008) “Syariah Compliance

didefinisikan sebagai “a system of compliance having special emphasis on

Syariah aspects with relevant provisions of existing laws, rules, regulations,

18
policies and procedures related to Islamic Banking need to be embedded in the

IBI’s processes in such a manner that m,onitoring and reviewing of issues

related to Syariah compliance forms part of internal control structure ”.

Salah satu pilar penting dalam pengembangan bank syariah adalah

Syariah Compliance. Pilar inilah yang menjadi pembeda utama antara bank

syariah dengan bank konvensional. Untuk menjamin teraplikasikannya prinsip-

prinsip ,syariah di lembaga perbankan, diperlukan pengawasan syariah yang

diperankan oleh Dewan Pengawasan Syariah (DPS). Namun demikian, peran

DPS ini belum optimal sehingga menjadi kendala dalam meningkatkan kualitas

audit kepatuhan syariah dan pengembangan produk. Permasalahan tersebut

semakin bertambah ketika anggota DPS merangkap sekaligus sebagai anggota

DPS di institusi lembaga keuangan yang lain dengan jumlah kantor cabang

yang mencapai ratusan unit.

Kepatuhan syaria atau syariah compliance berarti mengikuti standar

atau hukum yang telah diatur lembaga syariah yang berwenang menekankan

kepatuhan syariah atau kepatuhan pada prinsip-prinsip syariah. Sebagaimana

firman Allah SWT dalam QS Az-Zariyat/51: 56.

ِ ‫س إِ ََّّل ِلٌَ ْعبُد‬


‫ُون‬ ِ ْ ‫َو َما َخلَ ْقتُ ا ْل ِج َّن َو‬
َ ‫اْل ْن‬
Terjemahan:

"Dan Aku tidak menciptakan jin & manusia kecuali untuk menyembah

(ibadah) Ku".

Ayat tersebut menjelaskan bahwa semua aktivitas yang dilakukan oleh

manusia utamanya yang sesuai dengan nilai-nilai syariah pada hakekatnya

19
adalah suatu ibadah kepada Allah SWT. Sama halnya dalam suatu perusahaan

ketika perusahaan telah menjalankan aktivitas operasi usahanya sesuai dengan

nilai-nilai Islam maka aktivitas tersebut bernilai ibadah kepada Allah SWT

selama dilakukan dengan keikhlasan dan ketulusan. Hal ini melahirkan

perspektif tersendiri bagi Islam, bahwa Islam ada di tengah-tengah umat

manusia sebagai solusi dalam menghadapi berbagai kesulitan/masalah. Islam

menjadi solusi dalam sistem kehidupan di mana masalah manusia dapat diatasi

dengan perspektif kebenaran yang berbeda dan dengan cara terbaik untuk

mengembangkan keadilan yang manusiawi pada berbagai tingkat eksistensi,

individu, nasional dan internasional.

Syariah Compliance sebagai prinsip utama Syariah Governance yang

merupakan prinsip pembeda dengan lembaga konvensional. Tujuan dari

Syariah Compliance (kepatuhan terhadap syariah) atau Maqashid as- Syariah

itu sendiri adalah kemaslahatan. Untuk mencapai kemaslahatan perbankan

syariah harus bertanggung jawab kepada semua pihak yang menunjukkan

pertanggungjawaban kepada Allah SWT, melalui penyajian laporan keuangan

yang sesuai dengan prinsip syariah.

E. Prinsip Syariah Pada Pengelolaan Bank Syariah Berlandaskan Sumber

Hukum Islam

Al-Qur’an mengandung konsep hukum. Al-Qur’an sebagai hukum Allah

SWT tentunya memiliki karakteristik yang ideal dalam mewujudkan

kemaslahatan bagi umat manusia. Begitu juga dengan hadist sebagaipenjelas

terhadap al-Qur’an mengandung aturan-aturan hukum syariah yang pada

dasarnya mengarah kepada kepentingan manusia. Syariat Islam adalah ajaran-

20
ajaran Ilahi yang disampaikan kepada manusia lewat wahyu. Hukum-hukum

yang dikandung dalam syariat Islam pada hakikatnya berasal dari Al-Qur’an dan

Hadist melalui pemikiran manusia. Hal itu berarti hukum Islam atau prinsip

syariah tidak lahir begitu saja dari pemikiran manusia tetapi melalui pemikiran

manusia yang berlandaskan pada sumber hukum Islam yaitu Al-Qur’an dan

Hadist. Karena pemikiran manusia maksimal hanya berfungsi memahami

kandungan syariat, atau menemukan tafsirannya serta cara penerapannya

dalam kehidupan, tetapi syariat itu sendiri berasal dari Allah. Oleh karena itu

syariat Islam tidak dapat dilepaskan dari landasan filosofis imani.

Al-Qur’an dan Hadist menjadi poin yang sangat penting dalam

kesadaran spiritual dan intelektual muslim. Bukan hanya karena Al-Qu’an dan

hadist menjadi sumber pokok ajaran Islm, tetapi Al-Qur’an dan Hadist juga

sebagai tambang informasi bagi pembentukan budaya Islam. Tentunya peranan

Hadist menjadi sabgatlah penting, karena merupakan salah satu sumber hukum

Islam setelah al-Qur’an. Selain itu, ijtihad juga sumber hukum karena sebagai

alat bantu untuk sampai kepada hukum-hukum yang dikandung oleh Al Qur’an

dan sunah Rasulullah SAW. Sebagaimana yang telah disebutkan bahwa

sumber utama hukum Islam yang terwujud dalam prinsip-prinsip syariah Islam

yang digunakan sebagai dasar bagi pengelolaan yang menjadi karakteristik

bank syariah yang akan berdampak pada penyajian laporan keuangan, yaitu;

1. Al-Qur’an

Al Qur’an merupakan sumber hukum Islam yang utama. Setiap

muslim berkewajiban untuk berpegang teguh kepada hukum-hukum yang

terdapat di dalamnya agar menjadi manusia yang taat kepada Allah SWT,

yaitu menngikuti segala perintah Allah dan menjauhi segala larangnannya.

21
Salah satu hukum yang diatur dalam Al-Qur’an yaitu muamalah. Khususnya

dalam hal ini yaitu hukum dalam bidang perekonomian.

Bagi umat Islam yang beriman kepada Al-Qur’an tidak penah

meragukan kebenarannya. Kepercayaan umat Islam terhadap kebenaran

Al-Qur’an sebagai sumber hukum yang utama adalah berdasarkan firman

Allah SWT dalam QS Al-Baqarah: 2.

َٰ
َ ‫ْب ۛ ٌِِ ِِ ۛ ُُ ىد ِل ْل ُمت َّ ِق‬
‫ٌن‬ ُ َ ‫َذ ِلكَ ا ْل ِكت‬
َ ٌ‫اب ََّل َر‬

Terjemaahan:

“Kitab Al-Qur’an ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi

mereka yang bertakwa”.

2. Hadits

Hadits merupakan sumber hukum Islam yang kedua setelah Al Qur

’an. Allah SWT telah mewajibkan untuk menaati hukum-hukum dan

perbuatan-perbuatan yang disampaikan oleh nabi Muhammad SAW dalam

haditsnya. Umat Islam diperintahkan oleh Allah SWT untuk memedomani

as-Sunnah/al-Hadits adalah berdasarkan firman Allah SWT dalam QS al-

Hasyr/59:7 sebagai berikut:

‫سو ِل َو ِلذِي‬ ُ ‫لر‬ ِ َّ ِ َ َٰ ‫سو ِل ِِ ِم ْن أ َ ُْ ِل ا ْلقُ َر‬


َّ ‫لِلَف َو ِل‬ ُ ‫علَ َٰى َر‬ َ ُ‫َّللا‬ َّ ‫َما أََِا َء‬
‫ُون دُولَةى َبٌ َْن‬ َ ‫س ِبٌ ِل َك ًْ ََّل ٌَك‬ َّ ‫ٌن َواب ِْن ال‬ ِ ‫سا ِك‬َ ‫ا ْلقُ ْر َب َٰى َوا ْل ٌَتَا َم َٰى َوا ْل َم‬
ۚ ‫ع ْنُِ َِا ْنت َ ُهوا‬
َ ‫سو ُل َِ ُخذُو ُه َو َما نَ َها ُك ْم‬ ُ ‫الر‬َّ ‫اء ِم ْن ُك ْم ۚ َو َما آتَا ُك ُم‬ ِ ٌَ ‫ْاْل َ ْغ ِن‬
ِ ‫شدٌِ ُد ا ْل ِعقَا‬
‫ب‬ َ َ‫َّللا‬ َ َّ ‫َواتَّقُوا‬
َّ ‫َّللا ۖ ِإ َّن‬

22
Terjemahan:
”Harta rampasan (fai') dari mereka yang diberikan Allah

kepada Rasul-Nya (yang berasal) dari penduduk beberapa negeri,

adalah untuk Allah, Rasul, kerabat (Rasul), anak-anak yatim, orang-

orang miskin dan untuk orang-orang yang dalam perjalanan, agar

harta itu jangan hanya beredar di antara orang- orang kaya saja di

antara kamu. Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah.

Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah. Dan

bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah sangat keras hukuman-

Nya.”

3. Ijtihad

Ijtihad ialah berusaha dengan sungguh-sungguh untuk memecahkan

suatu masalah yang tidak ada ketetapannya, baik dalam Al Qur’an maupun

Hadits, dengan menggunkan akal pikiran yang sehat dan jernih, serta

berpedoman kepada cara-cara menetapkan hukum- hukumyang telah

ditentukan. Oleh karena itu ijtihad merupakan sumber hukum Islam yang

ketiga. Dasar hukum bagi ijtihad sebagai sumber hukum adalah al-Hadits

yang diriwayatkan oleh Abu Dawud sebagimana di bawah ini:

“Diriwayatkan dari penduduk homs, sahabat Mu’adz ibn Jabal, bahwa

Rasulullah saw. Ketika bermaksud untuk mengutus Mu’adz ke Yaman,

beliau bertanya: apabila dihadapkan kepadamu satu kasus hukum,

bagaimana kamu memutuskannya? Muadz menjawab: Saya akan

memutuskan berdasarkan Al-Qur’an. Nabi bertanya lagi: Jika kasus itu tidak

23
kamu temukan dalam Al-Qur’an? Mu’adz menjawab: Saya akan

memutuskannya berdasarkan Sunnah Rasulullah. Lebih lanjut Nabi

bertanya: Jika kasusnya tidak terdapat dalam Sunnah Rasul dan Al-Qur’an?

Mu’adz menjawab: Saya akan berijtihad dengan seksama. Kemudian

Rasulullah menepuk-nepuk dada Mu’adz dengan tangan beliau, seraya

berkata: Segala puji bagi Allah yang telah memberi petunjuk kepada utusan

Rasulullah terhadap jalan yang diridloi-Nya.” (HR.Abu Dawud)”.

Sumber hukum baik itu Al-Qur’an, Hadist maupun ijtihad menjadi

dasar bagi terbentuknya prinsip-prinsip atau hukum syariah yang harus

dijalankan oleh bank syariah. Dimana semua prinsip-prinsip tersebut hatus

dijalankan oleh bank syariah karena merupakan hukum Allah SWT yang

tujuannya untuk mencapai kemaslahatan. Tentunya prinsip syariah yang

dijalankan oleh bank syariah akan berdampak pada laporan keuangan bank

syariah yang merupakan pertanggungjawaban atas semua aktivitas

perekonomian. Oleh karena itu operasional bank syariah harus sesuai

dengan Al-Qur’an, Hadist dan ijtihad. Hal itu tentunya terwujud jika bank

syariah berpatokan pada prinsip syariah dalam menjalankan perbankan

syariah.

F. Prinsip-Prinsip Syariah Sebagai Asas Transaksi Syariah Pada Bank

Syariah

Transaksi syariah menjunjung tinggi nilai demokrasi nilai

kebersamaan dalam memperoleh manfaat (sharing economics) sehingga

seseorang tidak boleh mendapatkan keuntungan di atas kerugian orang lain.

Prinsip syariah merupakan karakteristik bank syariah yang melekat

24
dan diterapkan pada pengelolaan bank syariah. Karakterisitk tersebut akan

tercermin dari laporan keuangan bank syariah. Hal ini berarti pengelolaan

bank syariah akan berdampak pada penyajian laporan keuangan. Hal itu

karena laporan keuangan merupakan bentuk pertanggungjawaban dari bank

syariah atas pengelolaan aktivitas ekonomi bank syariah. Oleh karena itu,

penyusunan dan penyajian laporan keuangan bank syariah harus

mencerminkan bahwa bank syariah telah berdasarkan pada karakteristik

bank syariah.

Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No. 10/ 16/ PBI/ 2008 pada

pasal 2 ayat 3 dijelaskan bahwa pemenuhan Prinsip Syariah harus

dilaksanakan dengan memenuhi ketentuan pokok hukum Islam antara lain

prinsip keadilan dan keseimbangan (adl wa tawazun), kemaslahatan

(maslahah) dan universalisme (alamiyah) serta tidak mengandung gharar,

maysir, riba, zalim dan objek haram. Namun dalam penelitian ini akan

difokuskan pada prinsip ukhuwah (persaudaraan), prinsip adl dengan melihat

apakah bank syariah telah menghindari unsur riba yang sejalan dengan

prinsip ta’awun, unsur zalim, unsur gharar, unsur maysir, sedangkan unsur

haram dapat dikategorikan bahwa ketika bank telah menjauhi unsur riba,

maysir dan gharar maka unsur haram telah tiada.

1. Prinsip Persaudaraan (Ukhuwah).

Prinsip ukhuwah berarti bahwa transaksi yang diadakan

merupakan bentuk interaksi sosial dan harmonisasi kepentingan para

pihak untuk memanfaatkan secara umum dengan semangat saling

tolong-menolong. Prinsip ini didasarkan atas prinsip saling mengenal

(ta’aruf), saling memahami (tafahum), saling menolong (ta’awun), saling

25
menjamin (takaful), saling bersinergi, saling beraliansi (tahaluf).

Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS al- Hujurat/49:10.

ۡ َ ‫اِنَّ َما ۡال ُم ۡؤ ِمنُ ۡو َن ا ِۡخ َوۃٌ َِا‬


َ ‫ص ِل ُح ۡوا بَ ٌۡ َن ا َ َخ َو ٌۡکُمۡ َو اتَّقُوا ہ‬
ۡ‫َّللا لَعَلَّکُم‬
‫ت ُ ۡر َح ُم ۡو َن‬

Terjemahan:

“Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara karena itu

damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan

bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat”.

2. Prinsip Keseimbangan (Tawazun)

Prinsip tawazun maksudnya adalah transaksi harus

memperhatikan keseimbangan aspek meterial dan spiritual, aspek privat

dan publik, sektor keuangan dan riil, bisnis dan sosial, serta

keseimbangan aspek pemanfaatan dan pelestarian. Sebagaimana

firman Allah SWT dalam QS al-Qasas/28: 77.

‫س نَ ِصٌبَكَ ِم َن‬ َ ‫َّار ْاْل ِخ َرۃَ ۖ َو ََّل ت َ ْن‬ َّ َ‫َوا ْبت َ ِغ ٌِِ َما آتَاك‬
َ ‫َّللاُ الد‬
ًِِ ‫سا َد‬َ َ‫َّللاُ إِلَ ٌْكَ ۖ َو ََّل تَب ِْغ ا ْلف‬
َّ ‫س َن‬ َ ْ‫س ْن َك َما أَح‬ ِ ْ‫ال ُّد ْنٌَا ۖ َوأَح‬
َ ‫سد‬
‫ٌِن‬ ِ ‫ب ا ْل ُم ْف‬ ُّ ‫َّللا ََّل ٌُ ِح‬
َ َّ ‫ض ۖ إِ َّن‬ِ ‫ْاْل َ ْر‬

26
Terjemahan:

“Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah

dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan

bagianmu di dunia dan berbuat baiklah (kepada orang lain)

sebagaimana Allah SWT telah berbuat baik kepadamu, dan

janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak

menyukai orang yang berbuat kerusakan”.

3. Prinsip Universalisme (Alamiyah Dalam Hal Memberi Manfaat)

Prinsip universalisme artinya adalah transaksi syaraih dapat

dilakukan oleh, dengan, dan untuk semua pihak yang berkepentingan

(stakeholder) tanpa membedakan suku, agama, ras, dan golongan

sesuai dengan semangat rahmatan lil’alamin. Sebagaimana firman Allah

SWT dalam QS Al-Annabiya 721:107.

َ ‫س ْلنَاكَ ِإ ََّّل َرحْ َمةى ِل ْلعَالَ ِم‬


‫ٌن‬ َ ‫َو َما أ َ ْر‬
Terjemahan:
“Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk

(menjadi) rahmat bagi seluruh alam”.

4. Prinsip Maslahah (Kemaslahatan)

Prinsip maslahah berarti bahwa transaksi syariah haruslah

merupakan segala bentuk kebaikan dan manfaat yang berdimensi

duniawi dan ukhawi, material dan spiritual, serta individual dan thayyib

(bermanfaat dan membawa kebaikan). Kemaslahatan (maslahah) adalah

segala bentuk kebaikan dan manfaat yang berdimensi duniawi dan

27
ukhrawi, material dan spiritual, serta individual dan kolektif. Seperti

dalam QS Al- Baqarah/2:254.

‫ٌَٰٰۤاٌَُّ َہا الَّذ ٌِۡ َن َٰا َمنُ ٰۡۤوا ا َ ۡن ِفقُ ۡوا ِم َّما َر َز ۡق َٰنکُمۡ ِ ّم ۡن قَ ۡب ِل ا َ ۡن ٌَّ ۡاتِ َی ٌَ ۡو ٌم ََّّل‬
‫ظ ِل ُم ۡو َن‬‫ع ٌۃ ؕ َو ۡال َٰک ِف ُر ۡو َن ہ ُ ُم ال ہ‬ َ ‫شفَا‬ َ ‫بَ ٌۡ ٌع ِِ ٌۡ ِہ َو ََّل ُخلَّ ٌۃ َّو ََّل‬

Terjemahan:

“Wahai orang-orang yang beriman! Infakkanlah sebagian dari

reski yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang hari

ketika tidak ada lagi jual beli, tidak ada lagi persahabatan dan

tidak ada lagi syafaat. Orang- orang kafir itulah orang yang

zalim”.

5. Prinsip Keadilan

Prinsip adil mengandung arti menempatkan sesuatu pada

tempatnya dan memberikan sesuatu pada yang berhak serta

memperlakukan sesuatu sesuai posisinya. Implementasi keadilan dalam

kegiatan usaha berupa aturan prinsip muamalah yang melarang unsur

riba, maysir, gharar, ihtikar, najsy, risywah dan penggunaan unsur haram

dalam barang, jasa, maupun dalam aktivitas operasi.

Menurut Safira (2012) akuntansi syariah berdasarkan pada

prinsip:

1. Persaudaraan (ukhuwah)

28
2. Keseimbangan

3. Universalisme

4. Maslahah (kemaslahatan)

5. Keadilan

G. Penelitian Terdahulu

Tabel 1.1 Penelitian Terdahulu

No Nama/Tahun Judul Metode Hasil Penelitian

1. Atik Emilia Reformulasi Akad Metode yang Bahwa akad


Sula (2010) Pembiayaan digunakan murabahah yang
Murabahah adalah metode dilakukan oleh BMT
Dengan Sistem penelitian Nuur Ummah
Musyawarah kualitatif. Teknik Surakarta tidak
Sebagai Inovasi analisis data bertentangan dengan
Produk Perbankan penulisan syariah dan mampu
Syariah penelitian yang memberikan jaminan
digunakan saling ridho antara
adalah kedua sebab
deskriptif- transaksi tidak
kualitatif. melalui pihak ketiga
2. Ade Sofyan Pelaksanaan Penelitian ini Sistem pengawasan
Mulazid Syariah menggunakan kepatuhan syariah
(2016) Compliance Pada pendekatan pada Bank Indonesia
Bank Syariah kualitatif. dan pada Dewan
(Study Kasus Pengawas Syariah
Pada Bank kepada bank,
Syariah Mandiri , Pelaksanaan fungsi
Jakarta) kepatuhan syariah
direktur kepatuhan
pada seluruh jajaran
Bank Syariah
Mandiri, pelaksaan
audit internal Bank
Syariah Mandiri serta
peran dan tanggung
jawab direktur
kepatuhan dan
satuan kerja

29
kepatuhan pada Bank
Syariah Mandiri
3. Dedhi Ana Analisis Jenis penelitian 6 (enam) dari 10
Mey Pengungkapan ini (sepuluh) BUS di
Saramawati Syariah menggunakan Indonesia telah
dan Ahmad Compliance pendekatan mengungkapkan
Tarmizi Lubis Dalam kualitatif. Teknik sharia compliance
(2014) Pelaksanaan analisis data dalam pelaksanaan
Good Corporate yang digunakan Good Corporate
Governance Bank dalam Governance dengan
Syariah di penelitian ini prosentase lebih dari
Indonesia adalah content 50%. BUS yang
analysis. memiliki indeks
pengungkapan sharia
compliance lebih dari
50% adalah BUS
yang memiliki masa
operasi lebih dari 4
(empat) tahun yaitu
BSM, BMI, BRIS,
BMS kecuali BCAS
yang baru memiliki
masa operasi 2 (dua)
tahun. Akan tetapi
terdapat satu BUS
yang memiliki masa
operasi lebih dari 4
(tahun) yaitu BSB,
justru memiliki indeks
pengungkapan sharia
compliance di bawah
50%. Hal ini
disebabkan karena
BSB tidak
mengungkapkan
beberapa poin pada 3
kategori dari 4
kategori yang
digunakan sebagai
indikator.
4. Eko Pengarauh Good Metodologi Veriabel independen
Sunarwan Corporate yang digunakan Dewan Komisaris dan
(2015) Governance adalah Dewan Pengawas
(GGC) Terhadap penelitian Syariah berpengaruh
Kinerja Keuangan kausalitas. signifikan terhadap
Perbankan kinerja keuangan
Syariah (Studi yang diukur dengan
Kasus pada Bank Return on Asset
Umum Syariah (ROA). Sedangkan

30
dan Unit Usaha variabel independen
Syariah di Dewan Direksi,
Indonesia Periode Dewan Komisaris
2010-2013) Independen dan
Komite Audit tidak
berpengaruh
dignifikan terhadap
kinerja keuangan
yang diukur dengan
Return on Asset
(ROA).
5. Taufik Peran Dewan Metodologi Implementasi ini
Kurrohman Pengawas Syariah yang digunakan dilaksanakan dalam
(2017) Terhadap Syariah adaah rangka kepatuhan
Compliance Pada penelitian syariah (syariah
Perbankan hukum normatif. compliance)
Syariah Dengan .Implementasi
pendekatan penetapan prinsip
penelitian yang prinsip syariah pada
digunakan masing-masing bank
adalah statute syariah dan Unit
approach dan Usaha Syariah
conceptual dilakukan oleh
approach. Dewan Pengawas
Syariah (DPS) yang
harus dibentuk pada
masing-masing bank
syariah. Peran
Dewan Pengurus
Syariah di dalam
kepatuhan syariah
compliance sangat
fundamental, yang
secara substansial
memberikan
tanggungjawab
penuh untuk
memastikan
berjalankan syariah
compliance dalam
setiap operasional
perbankan syariah.
Hasil penelitian
menunjukan
Pertama, aktualisasi
peran Dewan
Pengawas Syariah
terhadap penerapan
syariah compliance

31
belum optimal,
Kedua, Independensi
Dewan Pengawas
Syariah yang menjadi
bagian struktural
pada bank syariah
penting untuk
dilakukan perubahan,
ketiga, Pengabaian
terhadap kepatuhan
syariah compliance
oleh Dewan
Pengawas Syariah
dapat mereduksi
kepercayaan publik
terhadap citra bank
syariah.

32
H. Kerangka Konsep

Kerangka konsep pada penelitian ini memberikan gambaran

tentang fenomena kepatuhan perbankan syariah terhadap prinsip

syariah. Pada dasar karena merupakan Bank Syariah Indonesia TBK

Cabang Makassar adalah bank yang berlandaskan pada tiga sumber

hukum islam yaitu Al-Qur’an, Hadist, Ijtihad. Untuk menjalankan ketiga

sumber hukum tersebut maka Bank Syariah Indonesia harus menerapkan

kepatuhan pada prinsip syariah yang dijalankan oleh bank syariah.

Namun dalam penelitian ini berfokus pada penyaluran dana dan kegiatan

sosial yang membuktikan bahwa Bank Syariah Indonesia tidak berfokus

pada pencapain laba saja.

33
Gambar 1.1

KERANGKA KONSEP

Bank Syariah Indonesia Makassar

Al-Quran Hadist Ijtihad

Prinsip-Prinsip
Syariah

 Ukhuwah
 Tawazun
 Universalisme
 Maslahah

34
III. METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan

kualitatif. Pendekatan. Metode kualitatif merupakan fokus perhatian dengan

pendekatan interpretatif, semiotik dan hermeneutika. Cakupan metode kualitatif

yakni sebagai kumpulan data emperis, hasil wawancara, teks-teks hasil

pengamatan, dan visual yang menggambarkan makna keseharian. Hal tersebut

merupakan tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial dan sangat

tergantung pada pengamatan manusia yang berkaitan dengan orang- orang

tertentu yang ada di lingkungannya. Menurut Bachri (2010) penelitian kualitatif

adalah suatu peneltian yang ditunjukkan untuk mendeskripsikan dan

menganalisis “fenomena, peristiswa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan,

persepsi, pemikiran orang secara individual maupun kelompok”.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini direncanakan akan dilakukan pada Bank Syariah

Indonesia Makassar waktu penelitian diperkirakan selama dua bulan.

C. Sumber Data

Dalam penelitian ini istilah yang digunakan untuk sumber data adalah

informan. Penentuan infoman dilakukan dengan memilih 3 orang informan yang

dianggap memiliki pengetahuan yang memadai terhadap objek penelitian yang

akan dilakukan. Informan yang dipilih dengan kriteria mempunyai pengalaman

dan pengetahuan tentang pengelolaan produk- produk Bank Syariah Indonesia

35
Makassar, terkait dengan prinsip bagi hasil, sewa-menyewa dan jual-beli. Yang

terdiri atas informan utama, yang mengetahui dan memiliki berbagai informasi

pokok yang diperlukan dalam penelitian atau informan yang mengetahui

secara mendalam permasalahan yang sedang diteliti dan informan pendukung,

yang dapat memberikan informasi walaupun tidak langsung terlibat dalam

interaksi sosial yang sedang diteliti.

Informan yang akan diwawancarai yaitu ada 3 informan selaku


informan utama yaitu yang bekerja pada bidang manager yang dianggap
memiliki pengetahuan yang memadai terhadap objek penelitian untuk tujuan
tertentu.

D. Pengumpulan Data

Untuk menganalisis dan menginterpretasikan data dengan baik, maka

diperlukan data yang akurat dan sistematis agar hasil yang didapat mampu

mendeskripsikan situasi objek yang sedang diteliti dengan benar. Dalam tahap

pengumpulan data, teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian

ini adalah ;

1. Studi Pustaka

Studi Pustaka adalah segala usaha yang dilakukan oleh peneliti

untuk menghimpun informasi yang akan dijadikan sebagai panduan dalam

menganalis data. Pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu berupa

jurnal-jurnal atau referensi lainnya seperi profil PT Bank Syariah Indonesia

yang digunakan sebagai panduan-referensi terkait dengan topik yang

membantu dalam menganalisis data.

2. Dokumentasi

Selain itu dalam penelitian ini metode pengumpulan data sekunder

36
juga dilakukan dengan metode dokumentasi. studi dokumentasi

dilakuakan untuk mengumpulkan dokumen yang dianggap perlu. Teknik

ini berguna untuk melengkapi teknik observasi dan wawancara.

Dokumentasi dapat dianggap sebagai materi yang tertulis atau sesuatu

yang menyediakan informasi tentang subjek. Dokumen dapat berupa

tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari pihak Bank Syariah

Indonesia Makassar. Pada penelitian ini data yang diperoleh melalui

teknik dokumentasi yaitu data pembayaran angsuran pembayaran

murabahah dan struktur organisasi.

3. Studi Lapangan

Studi lapangan untuk mengumpulkan data, yaitu dengan

melakukan survei (wawancara dengan menggunakan alat perekam)

terhadap narasumber secara langsung sebagai instrument penelitian.

Wawancara yang dilakukan adalah komunikasi secara tatap muka

langsung antara pewawancara (mengajukan pertanyaan) secara lisan

dengan responden (menjawab pertanyaan) secara langsung.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian menggunakan instrumen penelitian berupa

pedoman wawancara atau draft wawancara. pewawancara menyiapkan

pedoman wawancara yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang disesuaikan

dengan pokok permasalahan dalam penelitian ini dan menggunakan alat

perekam berupa handphone (HP) selama wawancara dilakukan agar informan

merasa nyaman selama sesi wawancara. Pokok permasalahan ini dapat

berkembang sehingga penulis menemukan informasi lain yang berhubungan

37
dengan pokok permasalahan tersebut selama wawancara berlangsung.

F. Teknik Analisis

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode interpretatif-kualitatif dengan model analisis interaksi. Menurut

(Sugiyono, 2011:244) analisis data adalah proses mencari dan menyusun

secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan,

dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori,

menjabarkan ke unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih

mana penting akan dipelaji, dan membuat kesimpulan sehingga muudah

dipahami dan orang lain. Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan pada

saat pengumpulan data sampai selesainya pengumpulan data. Dalam penelitian

ini analisis data dilakukan pada saat wawancara. Adapun tahap dalam analisis

data kualitatif dengan menggunakan model analisis interaksi (interactice

analysis models), yaitu:

1. Proses Coding Data

Proses pengkodean data atau coding data dilakukan untuk

mempermudah proses analisis data, di mana data hasil wawancara

akan dikelompokkan berdasarkan tingkat kesamaan data dan

menentukan kualitas abstraksi data hasil penelitian. Pengelompokan

didasarkan pada hal-hal yang dapat menunjukkan penerapan prinsip-

prinsip syariah.

2. Analisis dengan Pendekatan Hermeneutika-Kritis

Interpretasi Teks Setelah data tersebut dikelompokkan,

tahap selajutnya adalah proses interpretasi teks . Pada awalnya

38
jawaban para informan yang berupa teks dianalisis, dengan tiga

komponen pokok yaitu teks, konteks, dan kontekstualisasi. Kemudian

dilakukan sebuah interpretasi atas pengelolaan bank oleh para

informan yang tentunya berpengaruh pada penyusunan laporan

keuangan secara kritis untuk menemukan kesenjangan antara teori

dan praktek. Hal ini dilakukan sesuai dengan metode kritik dalam

Islam yang akan dilakukan dengan berdasar kepada prinsip-prinsip

syariah dengan menghindari sikap muwazanah. Dengan proses

komunikasi melalui lisan atau gerakan antara dua atau lebih

pembicara yang tak dapat menggunakan simbol-simbol yang sama,

baik secara simultan atau berurutan.

3. Penyajian Data (Data Display)

Setelah data dianalisis, maka langkah selanjutnya adalah

menyajikan data. Melalui penyajian data tersebut, maka salah satu

kegiatan dalam laporan hasil penelitian yang telah dilakukan agar

dapat di pahami dan dianalisis sesui dengan tujuan yang di inginkan.

Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk

uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan

sejenisnya. Penyajian data juga akan membantu dalam memudahkan

untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya

berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut.

4. Kesimpulan/Verifikasi (Verification)

Analisis selanjutnya yaitu proses penarikan kesimpulan atau

verifikasi. Penarikan kesimpulan merupakan tahap akhir dalam proses

39
dalam analisis data. Dimana bagian ini mengutarakan kesimpulan dari

data-data yang telah diperoleh. Kesimpulan-kesimpulan juga

diverifikasi selama penelitian berlangsung. Verifikasi itu mungkin

sesingkat pemikiran kembali yang melintas dalam pikiran penganalisis

selama ia menulis, suatu tinjauan ulang pada catatan-catatan

lapangan. Dimana kesimpulan akhir dari penelitian yaitu menemukan

apakah Bank Syariah Indonesia Makassar menjalankan kepatuhan

syariah (syariah compliance) dalam hal ini menerapkan prinsip-prinsip

syariah pada pengelolaannya yaitu penghimpunan dan penyaluran

dana.

40
DAFTAR PUSTAKA

Alamsyah dan Halim, “Perkembangan dan Prospek Perbankan Syariah

Indonesia:Tantangan Dalam Menyongsong MEA 2015”, Ikatan Ahli

Ekonomi Islam, http://www.bi.go.id.

Alim Y. (2017). Penerapan Prinsip-Prinsip tentang Perbankan Syariah

hubungannya dengan Otoritas Jasa Keuangan . Lex Crimen, VI(1), 39-45.

Andini, Rita, “Evaluasi Pengakuan Dan Pengukuran Transaksi Pembiayaan

Dengan Prinsip Bagi Hasil Dalam Konsep Akuntansi Perbankan Syari’ah

(Studi Kasus Bank Muamalat Indonesia Tbk Cabang Semarang)”, Jurnal

Ilmu Manajemen dan Akuntansi Terapan, Vol 2 No. 2, (2011).

Anggraeni dan Kiswaran. 2011. Pengaruh Pemanfaatan Fasilitas Perpajakan

Sunset Policy Terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak. Semarang.

Skripsi.Universitas Diponegoro.

Arbaina, E.S. (2012). Penerapan Good Corporate Governance pada Perbankan di

Indonesia. Jurnal Akuntansi UNESA, 1 (1), 15- 30.Asrori. 2011.

Pengungkapan Syariah Compliance Dan Kepatuhan Bank Syariah

Terhadap Prinsip Syariah. Jurnal Dinamika Akuntansi.

Asrori, “Pengungkapan Syariah Compliance dan Kepatuhan Bank Syariah

Terhadap Prinsip Syariah” dalam http://journal .unnes.ac.id/index.php/jda

(diakses 5 Hanuari 2018)

Bachri, Bachtiar S.. 2010. Meyakinkan Validitas Data Melalui Triaangulasi pada

Penelitian Kualitatif

41
Banindita, “Analisis Penerapan PSAK 102 Pada Produk Kepemilikan Emas dan

PSAK 107 Pada Produk Gadai Emas Di Perbankan Syariah (Studi Kasus

Bank BNI Syariah Yogyakarta”, digilib.uin-suka.ac.id, (2013).

Burhanuddin. (2009). Hukum Kontrak Syariah,cet 1. Yogyakarta: BPFE.

Cahya dan Tri B, “Kilas Kebijakan Good Corporate Governance pada Perbankan

Syariah di Indonesia”. Jurnal Ekonomi Islam. Vol. VII,No. 1, (2013): h. 15-

28.

Chapra, et al. Corporate Governance Lembaga Keuangan Syari ah, PTBumi

Aksara: Jakarta Timur, (2008).

Chapra dan Ahmad. “Corporate Governance and The Global Performance of

Islamic Banks”, Humanomics. Vol. 24, Iss: 3. (2012): h. 209.

Farida, A. (2011). Sistem Ekonomi Indonesia. Bandung: Pustaka Setia.

Ghayad dan Racha, “Corporate Governance and The Global Performance of

Islamic Banks. Humanomics”. Vol. 24, Iss: 3, (2012): h. 207-216.

Junusi, R. 2012. Implementasi Syariah Governance Serta Implikasinya Terhadap

Reputasi Dan Kepercayaan Bank Syariah. Paper di presentasikan di

AICIS Surabaya.

Kayo, E.S 2017. Dewan Pengawas Syariah (DPS), diakses 18 Februari 2020

Kurrohman, T. 2017. “Peran Dewan Pengawas Syariah Terhadap Syariah

Compliance Pada Perbankan Syariah” Jurnal Surya Kencana Satu :

Dinamika Masalah Hukum dan Keadilan Vol. 8 No.2.

Lunenburg. 2012. Compliance Theory and Organizational Efektiveness.

42
International Journal Of Scholarly Academic Intellectual Diversity Vol. 14,

No. 1.

Mahmuzar dan M.Hum, “Maslahah-Mursalah; Suatu Methode Istinbath Hukum

”http://fush.uin-suska.ac.id/attachments/073_Mahmuzar.pdf, (07

November 2014).

Masni H. (2019). Analisis Penerapan Syariah Compliance dalam Produk Bank

Syariah. Jurnal Hukum Ekonomi Syariah, 3(2), 118-137.

Mulazid, A.S. 2016. “Pelaksanaan Syariah Compliance Pada Bank Syariah (Study

Kasus Pada Bank Syariah Mandiri, Jakarta)” MADANIA Vol. 20, No 1.

Safira, 2012, Akuntansi Perbankan Syari’ah, Universitas Mercu Buana.

Sukardi, Budi, Kepatuhan Syariah (Shariah Compliance) Dan Inovasi Produk Bank

Syariah Di Indonesia, Stainmetro.Ac.Id/E-Journal/Index.php. (18

September 2014).

Sula, Atik Emilia, “Reformulasi Akad Pembiayaan Murabahah Dengan Sistem

Musyarakah Sebagai Inovasi Produk Perbankan Syari’ah” Simposium

Nasional Akuntansi XIII Purwokerto, (2010).

Sulistio, Wahyu Adhi Noor. 2010. “Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh

Terhadap Ketepatan Waktu Penyampaian Laporan Keuangan pada

Perusahaan yang Listing di Bursa Efek Indonesia Periode 20062008”.

Skripsi.Fakultas Ekonomi Universitas Diponogoro.

Sumar’in (2012), Konsep Kelembagaan Bank Syariah. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Ushanti, Trisandini P. Dan Shomad. 2013. Transaksi Bank Syariah.Jakarta.Bumi


Aksara.

43
44
45
46
47
48
49
50

Anda mungkin juga menyukai