Anda di halaman 1dari 36

PERBANKAN SYARIAH

Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pengantar Bisnis
Syariah
Dosen Pengampu : Dr. Endah Meiria, SE,M.Si

Oleh :
Kelompok 9
Hirzi Muhammad Hafiz 11230850000030
Dzakwan Panca Sakti Prakoso 11230850000085
Dainiera Muhjatul Qolbi 11230850000086
Anisa Fitri 11230850000092

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2023
ii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan Syukur ke hadirat Allah SWT. yang telah memberikan kita
nikmat berupa kesehatan, waktu, dan kesempatan, sehingga kami dapat menyelesaikan
sebuah makalah yang berjudul “Perbankan Syariah” sesuai waktu yang telah disepakati
bersama untuk memenuhi tugas yang diberikanoleh Ibu Dr. Endah Meiria, SE,M.Si.
Shalawat serta salam marilah kita curahkan kepada Nabi kita Muhhammad
SAW. yang telah menyampaikan sabda dari Allah SWT., serta memberikan bimbingan
dalam bentuk perkataan, perbuatan bahkan diam yang menunjukan persetujuan, dan
pada saat ini kedua hal tersebut menjadi sumber hukum dan pegangan bagi seluruh
umat muslim di dunia, unutk membawa seluruh manusia melangkah pada peradaban
yang maju, baik akhlak maupun adab.
Ucapan terimakasih kami sampaikan bagi seluruh pihak yang telah
berpartisipasi dan memberikan sumbangsih pemikiran, arahan, dan evaluasi dalam
penulisan makalah ini, terkhusus Ibu Dr. Endah Meiria, SE,M.Si. selaku dosen
pengampu mata kuliah, “Pengantar Bisnis Syariah” pada periode ini. Kami sadar
makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga kritik dan saran yang membangun
dari segala pihak, diperlukan untuk menciptakan karya tulis yang lebih baik lagi
dikemudian hari.

Jakarta, 28 November 2023

Penulis
iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................................ii


DAFTAR ISI .............................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN .........................................................................................1
A. Latar Belakang ...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah .....................................................................................1
C. Tujuan Makalah .........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ..........................................................................................3
A. Sejarah Singkat Perbankan Syariah di Indonesia ......................................3
B. Perkembangan Bank Umum Syariah di Indonesia ....................................3
C. Sistem Operasional Bank Syariah .............................................................6
D. Produk-produk dan Pelayanan pada Bank Syariah....................................8
E. Akad-akad dalam Bank Syariah ................................................................10
F. Dasar-dasar Ekonomi dan Bisnis Syariah .................................................13
G. Manajemen Bisnis Syariah ........................................................................14
H. Bisnis ala Rasulullah .................................................................................15
I. Tanggung Jawab Sosial dan Etika Bisnis Syariah .....................................17
J. Sumber Daya Insani ..................................................................................18
K. Pemasaran Syariah .....................................................................................20
L. Strategi Bisnis dan Strategi Bersaing secara Syariah ................................22
M. Perilaku dan Perlindungan Konsumen dalam Perspektif Islam.................24
N. Studi Kasus ................................................................................................25
O. Analisis Studi Kasus ..................................................................................28
BAB III PENUTUP ..................................................................................................30
A. Kesimpulan ................................................................................................30
B. Saran ..........................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... v
iv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Maybank Indonesia Hadirkan Layanan Pengelolaan Kekayaan Berbasis


Syariah........................................................................................................................25
1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perbankan sangatlah penting pada kehidupan manusia di dunia ini, masyarakat
dapat dengan tenang menyimpan harta mereka dibawah pengawasan bank yang
mereka pilih. Selain itu, bank juga memiliki fungsi untuk berinvestasi dan juga
menawarkan kredit jika nasabahnya menginginkan. Dalam sistem tersebut lah
biasanya terdapat perbedaan cukup jelas antara bank konvensional dan bank
syariah, jika bank konvensional menggunakan sistem bunga maka bank syariah
dengan sistem bagi hasilnya.
Pada bank konvensional saat ini, seringkali dijalankan praktek dimana bank
akan mengeksploitasi nasabahnya untuk mendapatkan untung lebih, seperti halnya
dengan iming-iming bunga kecil untuk menarik minat nasabah dan supaya terus
menggunakan jasa bank tersebut. Bank konvensional juga selalu melihat kepada
keuntungan yang akan mereka dapat, mereka mengutamakan keuntungan untuk
perusahaan mereka dengan berbagai cara kepada nasabah
Sistem bagi hasil pada bank syariah saat ini mulai menarik minat nasabah untuk
ikut kedalam bagiannya, ini dikarenakan sistem tersebut tidak mementingkan
keuntungan sendiri tetapi apa yang didapat bank juga akan dirasakan oleh nasabah
sesuai kesepakatan diawal. Namun tidaklah mudah untuk bank dengan konsep
syariah menyaingi bank konvensional yang sudah melekat pada hati masyarakat.
Karena itulah perlu bagi kita memahami apa itu perbankan syariah dan juga
bagaimana bank tersebut beroperasi, tidak hanya dalam sistem bagi hasilnya saja
tetapi juga hal yang lebih spesifik dari bank syariah.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang tercantum diatas, maka dapat ditarik rumusan masalah
sebagai berikut:
2

1. Bagaimana perkembangan bank syariah?


2. Bagaimana sistem operasional yang dijalankan bank syariah?
3. Apa saja produk dan akad yang terdapat pada bank syariah?
C. Tujuan Makalah
Dari rumusan makalah diatas, maka dapat diambil tujuan sebagai berikut:
1. Mengetahui perkembangan dan sistem operasional bank syariah.
2. Mengetahui produk dan akad yang digunakan bank syariah.
3

BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Singkat Perbankan Syariah di Indonesia


Prakarsa mengenai pendirian bank syariah di Indonesia mulai dilakukan tahun
1990. Pada tanggal 18-20 Agustus 1990, Majelis Ulama Indonesia
menyelenggarakan “Lokakarya Bunga Bank dan Perbankan” di Bogor, Jawa Barat.
Hasil lokakarya tersebut kemudian dibahas lebih mendalam pada Musyawarah
Nasional ke-IV Majelis Ulama Indonesia di Jakarta pada tanggal 22-25 Agustus
1990 untuk membentuk tim kerja pendirian bank Islam di Indonesia. Hasil kerja
tim tersebut adalah berdirinya Bank Muamalat Indonesia pada tanggal 1 November
1991, yang resmi beroperasi pada tanggal 1 Mei 1992 (Rachmadi Usman, 2012:
71). Setelah itu, maka berdirilah beberapa Bank Perkreditan Rakyat Syariah, yaitu
Bank Perkreditan Rakyat Syariah Berkah Amal Sejahtera, Bank Perkreditan Rakyat
Syariah Dana Mardhatillah, dan Bank Perkreditan Rakyat Syariah Amanah
Rabaniah di Bandung, serta Bank Perkreditan Rakyat Syariah Hareukat di Aceh.

B. Perkembangan Bank Umum Syariah di Indonesia


Perkembangan awal perbankan syariah dalam system perbankan nasional
direspon dengan cepat oleh pemerintah. Pada tanggal 25 Maret 1992, disahkan
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan menggantikan Undang-
Undang Nomor 14 Tahun 1967 tentang Pokok-pokok Perbankan guna
mengakomodir berdirinya bank syariah di Indonesia.
Lahirnya Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 sebagai perubahan atas
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 semakin menguatkan regulasi mengenai
perbankan syariah di Indonesia. Pada Pasal 1 Undang-Undang Nomor 10 Tahun
1998 disebutkan secara jelas bahwa bank umum maupun Bank Perkreditan Rakyat
adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan/atau
4

berdasarkan prinsip syariah. Pada pasal tersebut juga dijelaskan pengertian


mengenai prinsip syariah, yaitu aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara
bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan/atau pembiayaan kegiatan usaha,
atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah, antara lain
pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah), pembiayaan
berdasarkan prinsip penyertaan modal (musharakah), prinsip jual beli barang
dengan memperoleh keuntungan (murabahah), serta pembiayaan barang modal
berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah) atau dengan adanya pilihan
pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain
(ijarah wa iqtina).
Krisis ekonomi yang terjadi tahun 1998 juga menjadi titik tolak perkembangan
perbankan syariah di Indonesia. Hal ini dikarenakan bank syariah terkena dampak
dari krisis ekonomi tersebut. Beberapa bank konvensional, baik bank milik
pemerintah maupun swasta, yang mengembangkan usahanya dengan mendirikan
bank syariah, seperti Bank Syariah Mandiri yang didirikan tahun 1999, Bank
Permata Syariah yang didirikan tahun 2002, Bank Mega Syariah yang didirikan
tahun 2004, Bank Rakyat Indonesia Syariah yang didirikan tahun 2008, Bank
Syariah Bukopin yang didirikan tahun 2008, dan lain sebagainya (Andrew Shandy
Utama, 2018:108-109). Merespon perkembangan perbankan syariah yang
signifikan dalam sistem perbankan nasional, maka pada tanggal 16 Juli 2008
disahkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah
sebagai landasan hukum tersendiri bagi bank syariah di Indonesia.
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan tahun 2017, saat ini bank umum
syariah di Indonesia berjumlah 13 bank, unit usaha syariah dari bank konvensional
berjumlah 21 bank, dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah berjumlah 102 bank.
Inilah bukti eksistensi dan perkembangan perbankan syariah yang signifikan dalam
sistem perbankan nasional. Artinya, bank syariah merupakan lembaga keuangan
yang dapat berkembang dengan pesat atas dasar kepercayaan dari masyarakat
Indonesia yang mayoritas beragama Islam.
5

Perkembangan bank syariah di Indonesia dewasa ini berjalan dengan sangat


pesat. Walaupun demikian, jumlah bank, jumlah kantor bank, dan jumlah total aset
bank syariah masih sangat kecil apabila dibandingkan dengan bank konvensional.
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan pada tahun 2018, jumlah nasabah yang
menyimpan dana di bank syariah hanya berjumlah 23,1 juta orang dan nasabah
yang meminjam dana di bank syariah hanya berjumlah 4,7 juta orang. Jumlah ini
tentunya masih sangat sedikit jika dibandingkan dengan jumlah penduduk
Indonesia yang beragama Islam, yang jumlahnya mencapai 207,1 juta jiwa menurut
data sensus penduduk tahun 2010.
Dari sebuah riset yang dilakukan oleh Karim Business Consulting,
diproyeksikan bahwa total aset bank syariah di Indonesia akan tumbuh sebesar
2850% selama 8 tahun, atau rata-rata tumbuh 356.25 % tiap tahunnya. Sebuah
pertumbuhan aset yang sangat mengesankan. Tumbuh kembangnya aset bank
syariah ini dikarenakan adanya kepastian di sisi regulasi serta berkembangnya
pemikiran masyarakat tentang keberadaan bank syariah.
Tiga aspek yang melatar belakangi perkembangan bank syariah di Indonesia:
1. Aspek Filosofis;
2. Aspek Legal;
3. Aspek Potensi dan Prospek;
Dalam kurun waktu 17 tahun perkembangannya, total aset industri perbankan
Syariah telah meningkat sebesar 27 kali lipatdari Rp 1,79 triliun pada tahun 2000,
menjadi Rp 49,6 triliun pada akhir tahun 2008. Laju pertumbuhan aset 46,3% per
tahun (yoy, rata-rata pertumbuhan dlm 5 tahun terakhir).
Posisi Indonesia dalam Pasar Keuangan Global: pertumbuhan industri dalam 5
tahun terakhir lebih tinggi dari pertumbuhan industri keuangan syariah global
(15%- 20% p.a).
“Dengan potensi yang kita miliki, maka Indonesia dapat berpeluang untuk
menjadi platform pusat ekonomi syariah di Asia bahkan dunia.”
6

C. Sistem Operasional Bank Syariah


Pada bank Syariah, nasabah yang menanamkan uangnya di bank memiliki motif
untuk mendapatkan keuntungan dari sistem bagi hasil yang ada. Dana dari nasabah
tersebut ditanamkan kepada siapa yang membutuhkan dengan perjanjian pembagian
keuntungan sesuai kesepakatan. Adapun untuk operasionalnya bank syariah
memiliki sistem sebagai berikut:
1. Sistem Penghimpunan Dana Bank Syariah
Bank syariah dalam mengumpulakan dana menggunakan tiga cara,
yaitu melalui modal. titipan, dan investasi.
a. Modal
Modal dalam pengertian ini adalah dana yang oleh para pemilik
diserahkan kepada bank syariah dan akan digunakan untuk kegiatan usaha
bank syariah, yang kemudian hasil dari usaha tersebut akan dibagi kepada
pemilik modal tersebut sesuai dengan ketentuan yang disepakati, Skemanya
adalah para investor akan memberikan dananya kepada pihak bank yang
kemudian pihak bank akan menggunakan dana tersebut untuk melakukan
suatu investasi dan hasilnya akan dibagi kepada investor sesuai Rapat
Umum Pemegang Saham (RUPS).
b. Titipan
Titipan dalam hal ini adalah barang atau harta yang dititipkan oleh
nasabah yang kemudian akan dijaga oleh pihak bank. Titipan sesuai dengan
prinsip wadi’ah yang mana ada dua macam, yaitu wadi’ah yad al- amanah,
dan wadi’ah yada dh-dhamanah. Wadi’ah yad al-amanah adalah suatu
prinsip titipan yang mana nasabah menitipkan barang atau hartanya kepada
pihak dan barang atau harta itu tidak boleh digunakan untuk hal lain, hanya
untuk dijaga saja, kemudian pihak bank akan meminta beban biaya atas jasa
titipannya. Selanjutnya ada wadi’ah yad adh dhamanah, yaitu prinsip
titipan yang membolehkan pihak penerima titipan untuk menggunakan
barang atau harta orang yang menitipkan untuk digunakan pada kegiatan
7

lain, kemudian bank membagi hasilnya kepada pihak penitip sebagai bonus
dari pihak bank.
c. Investasi
Investasi yaitu kegiatan yang mana investor akan memberikan dananya
kepada bank dan kemudian dana tersebut akan digunakan bank atau
diberikan kepada para pengusaha untuk kemudian akan dibagi hasilnya
antara pengusaha dan bank, dan juga antara bank dengan investor. Investasi
ini dibagi menjadi dua prinsip, yaitu mudharabah muthlaqah yang
membebaskan pengelola dana untuk menggunakan dana tersebut untuk
kegiatan seperti apapun, dan juga mudharabah muqayyadah dimana para
investor memberikan batasan untuk apa dana yang diberikan saat
digunakan.
2. Sistem Pembiayaan atau Penyaluran Dana Bank Syariah
Pembiayaan adalah pemberian fasilitas penyediaan dana untuk
memenuhi kebutuhan. Pembiayaan kemudian dibagi menjadi dua yaitu
pembiayaan produktif (modal kerja, dan investasi), dan pembiayaan konsumtif
a. Pembiayaan Produktif
Pembiayaan produktif adalah pengeluaran dana yang digunakan untuk
keperluan perusahaan, seperti halnya untuk meningkatkan produksi, dan
untuk investasi. Pembiayaan produktif ini dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
1) Pembiayaan modal kerja, yaitu adalah pembiayaan yang dilakukan
untuk memenuhi kebutuhan, seperti halnya meningkatkan produksi, dan
meningkatkan kualitas suatu barang.
2) Pembiayaan investasi, yaitu pemberian dana untuk memenuhi
kebutuhan barang-barang modal dan barang-barang yang berkaitan.
Pembiayaan investasi diberikan kepada nasabah untuk keperluan
penambahan modal guna mengadakan rehabilitasi, perluasan usaha,
atau pendirian proyek baru.
8

b. Pembiayaan Konsumtif
Pembiayaan konsumtif adalah pembiayaan yang digunakan untuk
memenuhi kebutuhan konsumsi dan akan habis untuk memenuhi kebutuhan
tersebut. Pembiayaan ini dibagi menjadi 2, yaitu pembiayaan konsumtif
primer yang mencakup makanan dan minuman, dan juga pembiayaan
konsumtif sekunder yang biasanya lebih mahal daripada pembiayaan
primer, seperti halnya pariwisata dan hiburan.

D. Produk – Produk dan Pelayanan pada Bank Syariah


Beberapa produk perbankan syariah pada saat ini, sebenarnya merupakan
gabungan antara praktik-praktik perbankan konvensional dengan prinsip-prinsip
dasar transaksi ekonomi islam. Secara umum, semua transaksi di perbankan syariah
dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu :
1. Produk Penghimpunan Dana Dari Masyarakat (Funding)
Pada sistem perbankan syariah dikenal produk-produk sarana untuk
menghimpun dana dari masyarakat, yaitu:
a. Giro (Demand Deposit), merupakan alat pembayaran non tunai,
pemindahan buku dari satu rekening ke rekening lainnya dengan
menggunakan cek dan bilyat giro. Dalam perbankan syariah dikenal dengan
Giro Wadiah dan Giro Mudharabah.
b. Tabungan (Saving deposit), adalah menyimpan sebagian pendapatan ke
dalam rekening bank dan penarikannya dapat datang langsung ke bank
dengan membawa buku tabungan, slip penarikan, atau melalui fasilitas
ATM. Produk tabungan sesuai prinsip islam, yaitu Tabungan waidah dan
Tabungan mudharabah.
c. Deposito (time deposit), ditujukan untuk kepentingan investasi dalam
bentuk surat-surat berharga, dalam perbankan syariah memakai prinsip
9

mudharabah, imbalan yang diberikan adalah bagi hasil (profit sharing)


sebesar nisbah yang telah disepakati di awal akad.
2. Produk Penyaluran Dana Kepada Masyarakat (Lending)
Bank juga melakukan penyaluran dana kepada Masyarakat dalam bentuk
kredit atau pembiayaan.
a. Jual-Beli, bank syariah tidak mempunyai persediaan barang apapun, tetapi
dapat menjual berbagai macam barang bila ada pembeli. Nasabah datang ke
bank dan menyepakati syarat-syarat jual beli dan kedua belah pihak akan
menandatangani akad jual-beli.
b. Sewa-Menyewa, pembiayaan kepada nasabah dalam bentuk sewa-
menyewa (ijarah), baik sewa murni atau sewa yang memberikan opsi
kepada nasabah selaku penyewa. Perjanjian sewa-menyewa berkaitan
dengan manfaat kepada pihak penyewa dengan kontraprestasi berupa biaya
sewa.
c. Bagi Hasil, penyaluran dana ini untuk kepentingan investasi dalam
perbankan Islam yang dilakukan berdasarkan akad bagi hasil. Akad bagi
hasil ada dua macam, yaitu mudharabah yang kerugiannya dibebankan
kepada pemilik harta dan musyarakah yang kerugiannya ditanggung oleh
semua pihak.
d. Pinjam-Meminjam yang Bersifat Sosial, salah satu produknya adalah
qardh. Qardh adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih
atau diminta kembali dengan tanpa imbalan dan hanya dapat memungut
biaya administrasi dari nasabah.
3. Produk Dibidang Jasa (Fee Based Income Product)
Adapun jenis-jenis jasa bank adalah sebagai berikut:
a. Transfer Pengiriman Uang (Transfer), pelayanan bank kepada masyarakat
dengan melaksanakan amanat nasabah untuk mengirimkan sejumlah uang
yang ditujukan kepada pihak lain.
10

b. Kliring (Clearing), merupakan jasa penyelesaian uang piutang antar bank


dengan cara saling menyerahkan warkat-warkat yang akan dikliringkan
dilembaga kliring.
c. Inkaso (Collection), adalah penagihan pembayaran atas surat atau dokumen
berharga kepada pihak ketiga di tempat lain untuk penyelesaian
pembayaran tagihan berupa surat berharga.
d. Safe Deposit Box (Kotak Penyimpanan), merupakan jasa penyewaan kotak
penyimpanan harta atau surat-surat berharga seperti sertifikat deposito,
sertifikat tanah, saham, obligasi, surat perjanjian, dan surat lainnya.
e. Letter Of Credit (L/C)/ Ekspor Impor, bentuk jasa bank yang diberikan
kepada masyarakat untuk mempelancar arus pengadaan (expor-impor) dari
suatu tempat ke tempat lainnya terutama yang bersifat antar pulau di dalam
negeri.

E. Akad-akad dalam Perbankan Syariah


1. Akad Wadi’ah
Akad Wadi’ah adalah transaksi penitipan dana atau barang dari pemilik
kepada penyimpan dana atau barang dengan kewajiban bagi pihak yang
menyimpan untuk mengembalikan dana atau barang titipan sewaktu-waktu.
Dua akad wadiah yang sering digunakan, yaitu:
a. Wadiah yad amanah
Wadiah yad amanah adalah akad dimana pihak yang dititipi tidak
bertanggung jawab atas penggantian atau hal apapun.
b. Wadiah yad dhamamah
Wadiah yad dhamamah adalah akad penitipan uang, dimana pihak yang
dititipi boleh memanfaatkan uang milik pihak penitip.
11

2. Akad Mudharabah
Akad Mudharabah adalah transaksi yang penanaman dana dari pemilik dana
(shahibul mal) kepada pengelola dana (mudharib) untuk melakukan kegiatan
usaha tertentu yang sesuai dengan syariah. Dalam akad ini pembagian hasil
usaha antara kedua belah pihak akan ditentukan berdasarkan nisbah yang telah
telah disepakati sebelumnya. Akad mudharabah terbagi menjadi dua, yaitu:
a. Mudharabah mutlaqah
Mudharabah mutlaqah adalah jenis akad mudharabah yang memberikan
kebebasan penuh kepada mudharib dalam mengelola modal yang diberikan
oleh shahibul mal.
b. Mudharabah muqayyadah
Mudharabah muqayyadah adalah jenis akad mudharabah yang memberikan
syarat tertentu kepada mudharib dalam mengelola modal yang diberikan
oleh shahibul mal.
3. Akad Musyarakah
Akad Musyarakah adalah transaksi penanaman dana dari dua atau lebih
pemilik dana dan/atau barang untuk menjalankan usaha tertentu sesuai syariah
dengan pembagian hasil usaha antara kedua belah pihak berdasarkan nisbah
yang disepakati, sedangkan pembagian keuntungan atau kerugian dari hasil
usaha tersebut ditentukan berdasarkan proporsi modal masing-masing.
4. Akad Murabahah
Akad Murabahah adalah transaksi jual beli suatu barang sebesar harga
perolehan barang ditambah dengan margin yang disepakati oleh para pihak,
dimana penjual menginformasikan terlebih dahulu harga perolehan kepada
pembeli.
5. Akad Salam
Akad Salam adalah transaksi jual beli barang dengan cara pemesanan
dengan syarat syarat tertentu dan pembayaran tunai secara penuh yang
dilakukan terlebih dahulu saat terjadinya akad.
12

6. Akad Istishna’
Akad Istishna’ adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan
barang tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara
pemesan (pembeli/mustashni') dan penjual (pembuat/shani') dan pembayaran
dilakukan sesuai dengan kesepakatan.
7. Akad Ijarah
Akad ijarah adalah transaksi sewa menyewa atas suatu barang dan/atau
jasa antara pemilik objek sewa termasuk kepemilikan hak pakai atas objek sewa
dengan penyewa untuk mendapatkan imbalan atas objek sewa yang disewakan.
8. Ijarah Muntahiya Bittamlik
Ijarah muntahiya bittamlik adalah transaksi sewa menyewa antara pemilik
objek sewa dan penyewa untuk mendapatkan imbalan atas objek sewa yang
disewakannya dengan opsi perpindahan hak milik objek sewa.
9. Akad Qardh
Akad qardh adalah transaksi pinjam meminjam dana tanpa imbalan dengan
kewajiban pihak peminjam mengembalikan pokok pinjaman secara sekaligus
atau cicilan dalam jangka waktu tertentu.
10. Akad Kafalah
Akad kafalah adalah akad penjaminan yang diberikan oleh penanggung
(kafil) kepada pihak ketiga (makful lahu) untuk memenuhi kewajiban pihak
kedua atau yang ditanggung (makful anhu, ashil).
11. Akad Wakalah
Akad wakalah adalah suatu perjanjian yang didalamnya menyepakati
adanya suatu pelimpahan kekuasaan atau mandat dari satu pihak (muwakkil)
kepada pihak lain (wakil) dalam berbagai hal yang diwakilkan, di mana pihak
yang diberi kuasa nantinya hanya akan melaksanakan sesuatu sebatas
wewenang atau kuasa yang diberi oleh pihak muwakkil.
13

F. Dasar-dasar Ekonomi dan Bisnis Syariah


Islam merumuskan suatu sistem ekonomi yang berbeda dari sistem-sistem
lainnya. Hal ini karena ekonomi Islam memiliki akar dari syariah yang menjadi
sumber dan panduan bagi setiap muslim dalam melaksanakan aktivitasnya. Islam
mempunyai tujuan-tujuan syariah (maqosid syariah) serta petunjuk operasional
(strategi) untuk mencapai tujuan tersebut. Selain mengacu pada kepentingan
manusia untuk mencapai kesejahteraan dan kehidupan yang lebih baik, islam juga
memiliki nilai yang sangat penting bagi persaudaraan dan keadilan sosial ekonomi.
Ekonomi Islam yang berlandaskan maqosid syariah dapat dirasakan
implementasinya pada usaha bank syariah yang semakin banyak memiliki potensi
penawaran jasa dibandingkan bank konvensional, hasil penelitian oleh Imaniyati
menunjukkan bahwa implementasi akad syariah pada bank syariah yang diatur
dalam UU No. 21 tahun 2008, tentang bank syariah dan peraturan bank Indonesia
memberikan peluang terhadap bank syariah untuk dapat menawarkan jasa yang
lebih beragam atau lebih banyak dibandingkan dengan bank konvensional.
Dalam menjalankan bisnis bank syariah, islam mempunyai prinsip-prinsip
dasar yang berasal dari Al-quran dan Hadist. Prinsip-prinsip dasar ini harus
diterapkan oleh para pebisnis yang berkecimpung di bisnis bank syariah. Dengan
adanya prinsip-prinsip tersebut diharapkan bisnis yang mereka jalankan dapat
sesuai dengan hukum agama, etika dan tanggung jawab sosial. Berikut adalah
beberapa prinsip-prinsip dasar bisnis islam yang diterapkan oleh bank syariah:
1. Tauhid (Ketuhanan Yang Maha Esa): Bisnis bank syariah harus dilakukan
dengan pemahaman bahwa Allah SWT adalah Tuhan yang mengatur semuanya
dan semua yang dilakukan dalam berbisnis harus dilakukan dengan niat untuk
menaati-Nya.
2. Keadilan dan Kesetaraan: Prinsip keadilan dan kesetaraan harus diterapkan
dalam bisnis bank syariah. Dalam bisnis bank syariah tidak boleh ada
diskriminasi berdasarkan agama, suku dan ras dan semua pihak harus
diperlakukan secara adil dan setara.
14

3. Larangan Maysir, Gharar, dan Riba: Maysir adalah segala bentuk perjudian dan
spekulasi yang ambigu yang dapat merugikan. Gharar adalah transaksi bisnis
yang tidak jelas bagi para pihak, seperti kualitas, kuantitas, fisik barang, bahkan
barang yang menjadi objek transaksinya masih bersifat spekulatif. Riba adalah
suatu ketentuan nilai tambahan dengan melebihkan jumlah uang pinjaman
ketika dilakukan pelunasan.

G. Manajemen Bisnis Syariah


Manajemen adalah sebuah proses yang dilakukan untuk mewujudkan
tujuan organisasi melalui rangkaian kegiatan berupa perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian orang-orang serta sumber daya
organisasi lainnya. Dalam sudut pandang Islam manajemen diistilahkan dengan
menggunakan kata al-tadbir (pengaturan). Kata ini merupakan derivasi dari kata
dabbara (mengatur) yang banyak terdapat dalam Al Qur’an. Kegiatan manajemen
dalam bisnis bank syariah menjadi sangat penting. Karena dalam suatu bisnis,
manajemen merupakan proses yang sangat penting untuk mencapai tujuan akhir
secara maksimal dengan bekerja sama sesuai dengan tugasnya masing-masing.
Dalam bisnis manajamen dapat berfungsi sebagai perencanaan, pengorganisasian,
pengimplementasian, dan pengontrolan. Dalam bisnis bank syariah, para pebisnis
wajib untuk menjalankan manajemen bisnis yang sesuai dengan syariah. Berikut
merupakan beberapa implementasi manajemen dalam bisnis perbankan yang sesuai
dengan syariah:
1. Manajemen keuangan dalam bank syariah memastikan bahwa pengelolaan
keuangan mereka sinkron menggunakan prinsip-prinsip syariah, termasuk
embargo riba & investasi pada usaha yg bertentangan dengan prinsip syariah.
2. Manajemen Pemasaran dalam bank syariah menerapkan aturan syariah,
misalnya menghindari iklan yg mengeksploitasi atau menampilkan hal yg
diharamkan.
15

3. Manajemen sumber daya manusia dalam bank syariah memperhatikan nilai-


nilai etika yang sesuai dengan syariah Islam pada hal rekrutmen, pelatihan, dan
interaksi kerja.
Dapat dikatakan bahwa manajemen dalam bank syariah menghendaki
kegiatan ekonomi yang halal. Selain itu, prinsip manajemen syariah juga harus
dilakukan tanpa paksaan (ridha), adil dan transaksinya berpijak pada kegiatan
produksi dan jasa yang tidak dilarang oleh Islam. Dengan menjalakan manajemen
bisnis yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah, bisnis bank syariah dapat
menjadi bisnis yang maju dan berkembang sehingga bisa menciptakan kebaikan
bagi semua orang yang terlibat dalam bisnis tersebut dan dapat menciptakan
kemaslahatan bagi masyarakat.

H. Bisnis Ala Rasulullah


Rasulullah dikenal sebagai entrepreneur sejati, ini dikarenakan beliau yang
sudah memulai usaha sejak umur 12 tahun dan menghabiskan sebagian besar
hidupnya dalam ber-entrepreneur, sehingga para sahabat pun mengikuti cara
Rasulullah dalam berbisnis dan menjadikannya teladan. Adapun dalam ber-
enterpreneur, Rasulullah selalu mementingkan 4 sifatnya yaitu shidiq dimana selalu
jujur kepada siapapun, amanah yaitu menjalankan bisnis sesuai ketentuan Islam
sehingga dapat menjadi pihak yang dipercaya, tabligh yang mana selalu
menyampaikan amanah sesuai apa yang diterima, dan fathanah yaitu menjadi
entrepreneur yang cerdas dan kreatif.
Rasulullah juga memiliki strategi dalam mengembangkan bisnisnya, yaitu
diferensiasi, bersilaturahmi, murah hati, jujur, dan ikhlas. Adapun pengertian dari
kelima strategi tersebut yaitu:
1. Diferensiasi, yaitu Rasulullah menjalankan bisnisnya dengan cara yang berbeda
dengan pebisnis lain, sehingga karena hal inilah bisnis yang dijalankan
Rasulullah berkembang.
16

2. Silaturahmi, yaitu Rasulullah selalu menunjukkan itikad baik kepada pembeli


sehingga bisa membuat para pembeli betah untuk berbelanja dengan
Rasulullah.
3. Murah hati, yaitu Rasulullah tidak hanya memikirkan tentang keuntungan saja
tapi juga dengan kebermanfaatan yang akan didapat pembeli. Rasulullah tidak
mengeksploitasi pembeli untuk keuntungan lebih, tetapi lebih kepada hubungan
jangka panjang dimana kedua belah pihak sama-sama diuntungkan.
4. Jujur, yaitu Rasulullah tidak pernah menipu pembeli dengan iming-iming kalua
barang yang akan dibeli memiliki manfaat yang luar biasa, sebaliknya
Rasulullah selalu menjelaskan kekurangan dan kelebihan suatu barang dengan
apa adanya.
5. Ikhlas, yaitu Rasulullah selalu menerima apapun hasil yang didapat setelah
berusaha, karena memang lebih sulit untuk menerapkan konsep Islam dalam
berbisnis daripada berbisnis dengan cara yang umum dilakukan.
Kelima strategi bisnis tersebut lah yang digunakan Rasulullah dalam
menjalankan bisnisnya sejak awal hingga mencapai kesuksesan dan dapat menikah
dengan sesama pebisnis sukses dengan memberi mahar yang sangat banyak. Lalu
perbankan syariah pun ikut menerapkan prinsip-prinsip berbisnis Rasulullah
tersebut, seperti diferensiasi bank syariah dengan bank konvensional.
Perbankan syariah menggunakan konsep yang berbeda dengan bank
konvensional, hal ini dapat dilihat dari perbedaan sistem bagi hasil dan sistem
bunga yang diterapkan kedua bank. Bagi hasil dalam bank syariah menggunakan
konsep dimana nasabah berperan sebagai pemilik modal dan bank sebagai
pengelola dana yang diberikan nasabah, disini bank syariah akan menggunakan
dana tersebut untuk digunakan dalam kegiatan usaha lain yang dapat menghasilkan,
sehingga hasil dari kegiatan tersebut nantinya akan dibagi dengan nasabah sesuai
dengan apa yang didapatkan. Sedangkan untuk sistem bunga dalam bank
konvensional adalah suatu hal yang dimana bank akan memungut biaya dari
nasabah atas apa yang mereka kerjakan dan pemungutan ini didasarkan atas prinsip
17

harus selalu untung, mau bagaimanapun hasil yang diberikan oleh bank, maka bank
akan selalu diuntungkan dengan menggunakan sistem ini.

I. Tanggung Jawab Sosial dan Etika Bisnis Syariah


Tanggung jawab sosial, dalam perusahaan hal ini adalah bentuk tanggung
jawab atas dampak yang ditimbulkan perusahaan kepada lingkungan sekitar dan
juga internal perusahaan. Tidak hanya itu, perusahaan juga harus memperhatikan
tanggung jawabnya kepada pemerintahan, yaitu dalam bentuk membayar pajak.
Lalu ada etika bisnis syariah yang disandingkan dengan tanggung jawab sosial,
etika bisnis syariah adalah bentuk penerapan kita dalam melayani nasabah dengan
sifat-sifat yang sesuai syariah Islam.
Tanggung jawab sosial dalam etika bisnis syariah disini adalah bentuk dari
pengamalan prinsip ihsan yang berarti suatu hal yang mendatangkan kebaikan.
Perusahaan melakukan tanggung jawab sosial dengan tujuan untuk memberikan
manfaat kepada orang lain, sehingga hal tersebut bisa mendatangkan kebaikan
untuk diri sendiri dan sekitar. Selain itu, penerapan prinsip ihsan ini juga
merupakan bentuk kesadaran perusahaan dalam membersihkan hartanya dari
kesewenang-wenangan saat digunakan, Allah swt memerintahkan kepada umat
Islam untuk membagi sebagian hartanya kepada yang membutuhkan untuk
menjauhi dirinya dari sifat kikir dan boros.
Allah swt adalah pemilik mutlak dari segala hal, dan manusia hanyalah pemilik
sementara yang dipercayakan oleh Allah swt untuk mengelola suatu hal, sehingga
karena itulah manusia didorong untuk selalu melakukan ihsan (kebaikan) dan
dilarang membuat kerusakan (Ahmad,2001). Karena hal inilah manusia diwajibkan
untuk memiliki kesadaran bahwa harta yang mereka dapatkan adalah tidak
sepenuhnya milik mereka, namun terdapat hak orang lain didalamnya.
Penerapan tanggung jawab sosial pada bank syariah ini sendiri dapat dilihat dari
beberapa contoh, seperti pada Bank BRI Syariah yang memberikan bantuan untuk
18

membangun musholla di Desa Genggelang Lombok pada tahun 2019, yang mana
ini adalah bentuk penerapan pada bidang peribadatan dan pastinya hal ini akan
membawa kebaikan pada pihak bank dan juga masyarakat.

J. Sumber Daya Insani


Sumber daya insani merupakan suatu modal dasar yang paling utama dalam
setiap organisasi. Tanpa adanya SDI, dapat dipastikan roda orgnaisasi tidak dapat
bergerak. Apapun bentuk serta tujuannya, lembaga keuangan tersebut dibuat
berdasarkan berbagai visi untuk kepentingan manusia dan dalam pelaksanaan
misinya dikelola dan diurus oleh manusia. Jadi, manusia merupakan faktor strategis
dalam semua kegiatan lembaga tersebut. Sumber daya insani yang ada dalam
lembaga tersebut harus dikelola dengan baik. Hal ini menunjukkan bahwa
pentingnya peran manusia di dalam organisasi maupun lembaga keuangan. Sumber
daya insani merupakan poros suatu organisasi.
Hingga saat ini aset industri perbankan syariah masih memiliki pangsa pasar di
bawah 4% dibandingkan dengan keseluruhan perbankan nasional. Perkembangan
bisnis perbankan syariah masih belum bisa berkembang pesat di Indonesia. Hal itu
disebabkan masih ada persoalan yang menghambat bisnis perbankan syariah
tersebut. Diantaranya adalah sumber daya insani. Masalah yang terjadi adalah
pihak perbankan kesulitan untuk mencari SDI perbankan syariah yang
berkompeten dan mumpuni. Mereka justru banyak mengambil SDI perbankan
syariah dari perbankan konvensional dan SDI yang potensial.
Sebagai upaya optimalisasi sumber daya insani di perbankan syariah maka
menjadi urgen, perlu pengembangan sumber daya insani yang dapat dilakukan
dengan berbagai cara, di antaranya sebagai berikut:
1. Pendidikan formal
2. Lingkungan kerja, dalam bentuk pelatihan sistimatik maupun latihan formal
oleh perusahaan yang mempekerjakannya. Program pendidikan bagi orang
19

dewasa dan keikutsertaan dalam berbagai organisasi sosial, politik, budaya, dan
agama.
3. Pengembangan diri sendiri atas dorongan diri sendiri. Memiliki usaha untuk
mendapatkan pengetahuan, ketrampilan, dan kapasitas yang lebih besar melalui
kursus-kursus bacaan atau belajar dari orang lain.
Budaya kerja yang diterapkan dalam instiusi syariah diantaranya adalah
Shiddiq, Istiqamah, Fathanah, Amanah, dan Tablig.
Untuk pengembangan ekonomi keuangan syari’ah dibutuhkan SDI yang
berkualitas dan profesional pula. SDI perbankan syari’ah juga harus bertakwa,
berakhlakul karimah (memiliki sifat-sifat jujur, adil, amanah, dan lainnya), rajin
dan bekerja keras, bersikap haus akan ilmu, serta kreatif dalam mengembangkan
keilmuan.
Ketakwaan dan akhlakul karimah sangat penting dalam membentuk individu
calon praktisi bank syari’ah yang tidak hanya berorientasi pada dunia, namun juga
akhirat, sehingga sikap dan perbuatannya selalu terjaga sesuai dengan nilai-nilai
syari’ah. Selain bertakwa dan berakhlak mulia, sikap rajin, bekerja keras, dan
militan sangat dibutuhkan. Tanpa adanya kerja keras, suatu cita-cita atau tujuan
akan sulit untuk dicapai.
Sumber daya insani memiliki merupakan asset dan berfungsi sebagai modal
(non material/non finansial) di dalam organisasi, yang dapat diwujudkan menjadi
potensi nyata (real) secara fisik dan non fisik dalam mewujudkan eksistensi
organisasi. Sumber daya insani merupakan suatu modal dasar yang paling utama
dalam setiap organisasi. Pengembangan sumber daya insani penting dilakukan
untuk mencukupi kebutuhan SDI dalam institusi perbankan syariah.
Etos kerja islami dan budaya kerja islami sangat penting untuk ditanamkan pada
insani yang bekerja di dalam lembaga keuangan syariah. Sehingga memiliki sifat
Shiddiq, Istiqamah, Fathanah, Amanah, dan Tablig. Seseorang yang mempunyai
dan menghayati etos kerja Islam, akan tampak dalam sikap dan tingkah laku dalam
dirinya bahwa bekerja itu merupakan bentuk ibadah, suatu panggilan dan perintah
20

Allah yang akan memuliakan dan memanusiakan dirinya sebagai bagian dari
manusia pilihan.
Sumber daya insani yang berkualitas di bidang perbankan syariah memiliki
peran penting untuk pengembangan ekonomi keuangan syari’ah. Sehingga
ketersediaan SDI yang berkualitas dan profesional, juga harus bertakwa,
berakhlakul karimah (memiliki sifat-sifat jujur, adil, amanah, dan lainnya), rajin
dan bekerja keras, bersikap haus akan ilmu, serta kreatif, inovatif, dalam
mengembangkan keilmuan. Menjadi landasan penting yang tidak bisa diabaikan
sebagai ciri khas pada institusi syarai’ah itu sendiri.

K. Pemasaran Syariah
Etika pemasaran syari’ah beda secara subtansial dari pemasaran konvensional.
Pemasaran syari’ah mengandung dua dimensi yaitu dimensi duniawi (materiil) dan
dimensi ukhrawi (spirituil), sedangkan etika pemasaran konvensional hanya
mengandung dimensi duniawi (materiil).
1. Lemah lembut dan sopan
Pemasaran dapat dikatakan beretika ketika memenuhi dua unsur utama
yaitu bersikap lemah lembut dan sopan santun. Pertama, promosi harus
menggunakan kata-kata yang lembut. Seorang pelaku bisnis harus bersikap
ramah dalam melakukan promosi. Seorang marketer yang baik harus memiliki
kemampuan bertutur sapa dengan lemah lembut.
Dalam dunia perbankan memberikan layanan terbaik kepada nasabah
dapat dilakukan dengan cara say greeting (tegur sapa yang sopan dan santun),
say thank’s you (terima kasih), dan smilling (senyum ramah), jangan risih
dengan mengucapkan i am sorry (minta maaf jika salah). Dan jangan pernah
mengajak nasabah berdebat walaupun anda benar.
Seorang marketer yang memiliki sikap ramah dan lemah lembut akan
menimbulkan rasa simpati dan kepercayaan dari para konsumen. Selain itu,
21

akan muncul kepuasan pada diri konsumen bukan hanya karena kualitas produk
yang bagus tetapi juga disebabkan oleh kenyamanan mereka ketika bertransaksi
dengan marketer. Kedua, pemasaran dilaksanakan secara sopan santun. Orang
yang beriman diperintahkan untuk bermurah hati, sopan dan bersahabat saat
melakukan praktik bisnis dengan sesama manusia.
2. Profesional dalam Promosi Pemasaran
Pemasaran yang professional dalam al-Qur’an harus memenuhi
beberapa unsur di antaranya adalah sikap adil dalam berpromosi dan adil
terhadap orang lain. Perilaku curang, adanya unsur gharar atau kebohongan,
manipulasi, dan mencampuradukkan kebenaran dengan kebathilan, baik dalam
menerangkan spesifikasi barang dagangan memberitahukan harga atau
banyaknya pemesanan sering kali merusah citra bisnis di berbagai wilayah.
Realitas ini bertolak belakang dengan etika pemasaran Islam yang
mengutamakan prinsip kejujuran.
Ringkasnya adalah bahwa marketer harus berbuat adil dalam
berpromosi sehingga dia tidak akan mengecewakan nasabah kelak di kemudian
hari. Dalam berpromosi ia tidak hanya menawarkan produk yang bersifat
transaksional semata tetapi hendaknya memberikan kepuasan kepada nasabah
dengan kemurahan hati dan jauh dari transaksi yang merugikan.
3. Transparan dalam Pemasaran
Dalam teori pemasaran perspektif al-Q-ur’an, pemasaran dikatakan
transparan jika tidak menggunakan cara bathil, realistis, dan bertanggungjawab.
Pertama, suatu bisnis dilarang oleh syariat Islam jika di dalamnya mengandung
unsur tidak halal, atau melanggar dan merampas hak dan kekayaan orang lain.
Ketidak adilan berakar pada semua tindakan dan perilaku bisnis yang tidak
dikehendaki.
Relevansi pemasaran syari’ah dengan perbankan syari’ah dapat dijelaskan
dalam elemen mega marketing yang sudah diperkenalkan oleh Rasulullah SAW
sejak 15 abad yang lalu. Konsep dasar ini dapat digunakan dalam berbagai jenis
22

bisnis (termasuk perbankan Islam). Sejumlah elemen tersebut setidaknya terdiri


dari:
a. membangun visi bisnis spiritual,
b. membangun jaringan pemasaran silaturrahmi,
c. membangun customer partnership,
d. membangun kepercayaan,
e. membangun dan memperkuat empati,
f. membahagiakan pelanggan,
g. menjual produk berkualitas,
h. marketing with love,
i. berpromosi yang simpatik,
j. membangun profesionalisme, dan
k. menjadi pemberi pinjaman yang terhormat.
Dari paparan di atas maka dapat disimpulkan etika pemasaran syari’ah meliputi
tiga unsur, yaitu pemasaran beretika, pemasaran profesional, pemasaran transparan.
Dari ketiga unsur tersebut harus memenuhi beberapa komponen sebagai berikut:
a. Pemasaran beretika jika memenuhi dua komponen; lemah lembut/ramah dan
sopan santun.
b. Pemasaran profesional jika memenuhi dua komponen; adil dalam promosi dan
adil terhadap orang lain.
c. Pemasaran transparan jika memenuhi tiga komponen; tidak menggunakan cara
bathil, realistis, dan bertanggung jawab. Relevansi pemasaran al-Qur’an dengan
Perbankan Syariah adalah bahwa keberadaan pemasaran syari’ah sangat
dibutuhkan dalam dunia perbankan syari’ah saat ini.

L. Strategi Bisnis dan Strategi Bersaing secara Syariah


Perusahaan harus mempersiapkan berbagai strategi dalam pemasaran
produknya untuk menarik perhatian konsumen, sehingga calon konsumen tidak
23

perlu lagi mencari perbandingan mengenai kelebihan dan kekurangan produk, dan
persaingan dalam bisnis sudah menjadi hal yang wajar untuk mencari manfaat dari
setiap produk.
E. Jerome McCarthy memperkenalkan Strategi Baruan Pemasaran 4P yang
merupakan konsep fundamental dalam bidang pemasaran yang menekankan pada
empat elemen kunci. Berikut adalah Stearegi Baruan Pemasaran 4P dan
implementasinya terhadap Perbankan Syariah:
1. Product (Produk)
Produk, berkaitan dengan apa yang dijual perusahaan, termasuk
kualitas, desain, fitur, branding, dan variasi produk atau layanan. Pada bank
syariah pasar masih terbuka lebar dan adanya keuntungan dari pricing bank
konvensional merupakan peluang bagi bank syariah untuk semakin kreatif dan
inovatif dalam membuat produk-produk baru. Produk keuangan tersebut tidak
harus sekedar mengikuti produk-produk yang dimiliki Lembaga konvensional,
tetapi produk tersebut mencerminkan karakteristik unik Lembaga keuangan
syariah yang mampu menarik konsumen.
2. Price (harga)
Harga, mencakup strategi penetapan harga untuk produk atau jasa. Ini
tidak hanya berkaitan dengan biaya, tetapi juga bagaimana harga tersebut
diterima oleh konsumen, serta bagaimana harga tersebut dibandingkan dengan
pesaing. Dari segi harga, kontraprestasi yang diambil oleh bank syariah adalah
nisbah bagi hasil, margin, dan sebagainya yang masih tergolong tinggi daripada
yang diambil oleh bank konvensional.
3. Promotion (Promosi)
Promosi merupakan kegiatan untuk meningkatkan kesadaran dan minat
pada produk atau jasa. Promosi bank syariah dilakukakn dengan memanfaatkan
potensi daerah yang ada secara efektif dengan meliputi unsur alim ualama,
penguasa negara/pemerintah, dan lain-lain yang memilikikemampuan besar
dalam penyebarluasan informasi terhadap Masyarakat. Hasil survey BI yang
24

dilakukan di Jawa Barat, memberikan penjelasan tentang produk/jasa bank


syariah kepada Masyarakat yang belum menjadi nasabah bank syariah.
4. Place (tempat)
Tempat merupakan kegiatan yang menangani bagaimana produk atau
jasa sampai ke tangan konsumen. Ini melibatkan saluran distribusi, lokasi
penjualan, dan strategi logistik. Tempat pada perbankan syariah masih ada yang
harus diperhatikan lagi perihal akses Masyarakat ke Lembaga keuangan
syariah. Sebagaimana diketahui bahwa keberadaan bank syariah masih belum
sebanyak bank konvensional.

M. Perilaku dan Perlindungan Konsumen dalam Perspektif Islam


Perilaku konsumen merupakan aktivitas seseorang yang terlibat langsung
dalam perolehan dan penggunaan barang dan jasa ekonomi, termasuk proses
pengambilan keputusan yang mendahului dan menentukan aktivitas tersebut.
Yuswohadi memetakan profil konsumen kelas menengah muslim Indonesia dan
membaginya ke dalam empat ciri perilaku kelas menengah yaitu Apathist,
Conformist, Rationalist, dan Universalist.
Tipikal bank syariah dibedakan menjadi dua macam, ada golongan nasabah
dengan tipe syariah mindset atau loyalis atau Universalist dan ada golongan dengan
tipe Relistis atau Radionalist. Nasabah dengan golongan loyalis atau Universalist
tidak banyak berpengaruh pada besarnya imbalan yang ditawarkan oleh bank
syariah. Kelompok nasabah ini memiliki pendapat bahwa menggunakan jasa
perbankan syariah merupakan suatu kewajiban dan bagian dari perintah agama,
atau setidaknya mengikuti konsep bunga perbankan adalah riba. Tetapi, pelanggan
jenis ini tidak banyak, yakni banyak yang berasal dari komunitas yang menganut
keyakinan atau aliran Islam.
Kedua, kelompok nasabah yang realistis, yaitu kelompok nasabah yang
memilih bank berdasarkan manfaatnya, termasuk kompensasi yang murah atas
25

layanannya, terlepas dari apakah bank tersebut syariah atau tidak dan jumlah
nasabah realistis lebih besar dibandingkan jumlah nasabah loyalis. Mereka juga
merupakan nasabah aktif bank konvensional. Maka salah satu cara untuk
memenangkan persaingan di dunia perbankan, dengan kata lain menjadikan
nasabah bank konvensional sebagai nasabah bank syariah, adalah dengan bank
syariah mempunyai produk yang dapat memenuhi kebutuhan kelompok nasabah
tersebut, yaitu produk layanan perbankan yang kompetitif.

N. Studi Kasus

Sumber: finance.detik.com
Gambar 1.1 Maybank Indonesia Hadirkan Layanan Pengelolaan Kekayaan
Berbasis Syariah
Jakarta - Maybank Indonesia melalui Unit Usaha Syariah (UUS) meluncurkan
layanan Maybank Shariah Wealth Management yang menyeluruh. Layanan ini
menjadi solusi pengelolaan kekayaan bagi nasabah Privilege dan Premier yang
peduli dengan keseimbangan keuangan dan keberkahan spiritual serta memberikan
manfaat yang optimal berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Dalam peluncuran
Maybank Shariah Wealth Management Senin (25/9), Presiden Direktur Maybank
26

Indonesia Taswin Zakaria menjelaskan layanan menyeluruh ini sejalan dengan


strategi Grup Maybank yakni M25+, untuk menjadi institusi keuangan Global yang
terdepan di industri perbankan Syariah.
"Layanan ini juga merupakan bentuk dukungan Maybank Indonesia dalam
mendukung Roadmap Pengembangan Perbankan Syariah Indonesia 2022-2025
oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), untuk membentuk perbankan syariah yang
resilient, berdaya saing tinggi dan berkontribusi signifikan terhadap perekonomian
dan pembangunan nasional," jelas Taswin dalam keterangan tertulis, Selasa
(26/9/2023).
"Sebagai salah satu penyedia layanan keuangan terkemuka di Indonesia dan
dunia yang mengedepankan prinsip-prinsip Syariah, Maybank Indonesia akan terus
berkomitmen memberikan layanan dan produk yang tepat serta komprehensif untuk
mengakomodasi berbagai kebutuhan nasabah," lanjut Taswin.
Sementara itu, Head Shariah Banking Maybank Indonesia Romy Buchari
menuturkan Maybank Shariah Wealth Management menawarkan solusi keuangan
menyeluruh dengan prinsip-prinsip Syariah yang dapat disesuaikan dengan
kebutuhan serta tahapan hidup nasabah.
"Pengelolaan kekayaan berbasis Syariah ini merupakan alternatif solusi
keuangan untuk berinvestasi dengan pendekatan yang dirancang dalam
mendampingi tahapan hidup nasabah, khususnya berkaitan dengan pengelolaan
kekayaan yang menyeluruh sehingga dapat membantu nasabah mencapai tujuan
keuangannya baik jangka pendek maupun jangka panjang, dan di saat yang sama,
tetap memberikan rasa tenang sesuai prinsip Syariah," kata Romy.
Dia menjelaskan dalam pengelolaan kekayaan, Maybank Shariah Wealth
Management mengusung 5 pilar, yakni wealth creation, wealth accumulation,
wealth preservation, wealth purification, dan wealth distribution. Melalui dua pilar
terakhir, yakni wealth purification dan wealth distribution, Maybank Indonesia
memfasilitasi nasabah dalam zakat, sedekah, wakaf dan wasiat.
27

Wealth creation menawarkan solusi atas kebutuhan keuangan keluarga, serta


wealth accumulation untuk mengoptimalkan investasi berdasarkan prinsip syariah.
Selain itu ada pilar wealth preservation dengan produk yang dapat melindungi
nasabah dari risiko serta sebagai perlindungan aset nasabah, wealth purification
untuk membersihkan harta dan berbagi terhadap sesama, hingga wealth distribution
yang dapat membantu mempersiapkan waris.
"Dari kelima pilar Maybank Shariah Wealth Management, UUS Maybank
Indonesia menawarkan berbagai macam produk untuk setiap pilarnya yang sesuai
dengan tahapan hidup nasabah. Pada tahap wealth creation, UUS Maybank
Indonesia menyediakan produk current account and saving account (CASA) seperti
My Plan iB, Maksi iB, Pro iB, My Arafah, TD iB, dan Mortgage iB. Untuk tahap
wealth accumulation tersedia beragam produk Shariah Mutual fund, Sukuk, Indois,
rekening RDN iB," paparnya.
Pada tahap berikutnya, wealth preservation mencakup produk Bancassurance
iB - Value Proteksi Keluarga. Adapun, untuk tahap wealth purification, UUS
Maybank Indonesia menyediakan produk Solusi Zakat, Infak Sedekah dan Proteksi
dengan fitur wakaf. Terakhir, pada tahap wealth distribution, tersedia layanan untuk
memfasilitasi persiapan Wasiat untuk ahli-waris dan juga penerima lainnya.
Romy melanjutkan pada setiap pilar Maybank Shariah Wealth Management,
pengelolaan kekayaan berbasis syariah ini merupakan alternatif solusi keuangan
untuk berinvestasi dengan pendekatan yang dirancang dalam mendampingi tahapan
hidup nasabah.
"Kami berharap Maybank Shariah Wealth Management dapat menjadi solusi
atau jawaban atas kebutuhan keuangan dan kedamaian spiritual dari nasabah, serta
memberikan warisan yang terbaik bagi generasi penerus dan lingkungan di sekitar
kita," tutup Romy.
28

O. Analisis Studi Kasus


Melalui artikel diatas, diketahui bahwa Maybank Indonesia saat ini mulai
menawarkan solusi pengelolaan keuangan yang lebih ‘menguntungkan’ bagi
nasabah, hal ini dapat dilihat pada paragraf satu yaitu pada kalimat “Layanan ini
menjadi solusi pengelolaan kekayaan bagi nasabah Privilege dan Premier yang
peduli dengan keseimbangan keuangan dan keberkahan spiritual serta memberikan
manfaat yang optimal berdasarkan prinsip-prinsip syariah.” Dimana kalimat
“manfaat yang optimal berdasarkan prinsip-prinsip syariah” ini merujuk kepada
keuntungan yang akan didapat oleh nasabah jika menyimpan dan mengizinkan
hartanya dikelola oleh bank dengan konsep pengelolaan syariah.
Adapun pada artikel tertulis bahwa Maybank Indonesia ini juga menerapkan
sistem menghimpun dana secara syariah melalui metode investasi. Hal ini
tercantum pada paragraf lima pada artikel, dimana ketua Maybank Syariah
Indonesia menjelaskan bahwa layanan Wealth Management adalah solusi untuk
berinvestasi dan membantu nasabah mengelola dananya tanpa perlu khawatir untuk
apa dana yang disimpan akan digunakan, karena Maybank Indonesia sudah
mengusung konsep dan praktek syariah didalamnya. Hal lain dalam menghimpun
dana dalam artikel diatas pun terlihat pada produk Current Account and Saving
Account (CASA) pada paragraf 8, dimana ini adalah strategi untuk menghimpun
dana dari pihak ketiga, contohnya adalah masyarakat.
Paragraf 8 dan 9 dimana isinya adalah menyebutkan tentang produk dan
layanan UUS Maybank Syariah Indonesia, dimana Maybank disini sudah
menyiapkan berbagai produk untuk menunjang prinsip syariah mereka. Sesuai
dengan materi, Current Account and Saving Account (CASA) adalah produk giro
dan tabungan pada bank syariah untuk menghimpun dana.
Pada artikel di atas maybank indonesia melalui UUS Maybank
menyediakan produk Current Account and Saving Sccount (CASA) yang
berlandaskan syariah seperti My Plan iB, Maksi iB dan Pro iB. Dalam produk-
produknya uus maybank menggunakan akad-akad yang sesuai dengan ketentuan
29

syariah. Akad yang sering digunakan dalam produk uus maybank adalah akad
mudharabah mutlaqah. Contohnya adalah pada produk My Plan ib dan maksi ib,
uus maybank menggunakan akad mudharabah mutlaqah dengan nisbah bagi hasil
10% (nasabah) : 90% (bank) untuk produk My Plan iB dan 7,25% (nasabah) :
92,25% (bank) untuk produk Maksi iB. Selain menyediakan produk dengan akad
mudharabah mutlaqah, uus maybank juga menyediakan banyak produk yang sesuai
dengan akad-akad syariah seperti tabungan yang berdasarkan akad wadiah dan
produk kredit motor syariah yang berdasarkan akad murabahah.
30

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Bank Syariah pertama di Indonesia adalah Bank Muamalat yang didirikan
pada tahun 1991 dan resmi beroperasi pada tahun 1992. Setelah adanya Bank
Muamalat, mulailah berdiri bank syariah lainnya. Perkembangan perbankan
syariah pada tahun 2017 yang sangat signifikat, banyaknya tumbuh bank umum
syariah, unit usaha syariah dan juga Bank Pembiyaan Rakyat Syariah. Keuntungan
yang didapat nasabah dalam menanam uangnya di bank syariah menggunakan
system bagi hasil. Sedangkan operasional bank syariah memiliki system
Penghimpunan Dana Bank Syariah dan Sistem Pembiayaan atau Penyaluran Dana
Bank Syariah. Ada berbagai cara pada system penghimpunan dana bank syariah
tersebut, yaitu modal, titipan dan investasi. Sedangkan pada system Pembiayaan
Dana Bank syariah terdapat dua jenis, yaitu pembiayaan Produktif dan pembiayaan
konsumtif.
Bank Syariah memiliki produk dan pelayaan, seperti Produk penghimpunan
dana dari Masyarakat, produk penyaluran dana kepada Masyarakat, dan produk
dibidang jasa. Produk-produk pada bank syariah tersebut dijalankan sesuai dengan
prinsip islam. Adapun akad-akadnya terdiri dari Akad Wadi’ah, Akad Mudharabah,
Akad Musyarakah, Akad Murabahah, Akad Salam, Akad Istishna, Akad Ijarah, dan
lainnya.
B. Saran
Penulis berharap makalah ini bisa menambah wawasan pembaca tentang
perbankan syariah dari mulai sejarah dan perkembangan bank syariah sampai
dengan sistem operasional dan akad-akad yang digunakan dalam bank syariah.
Selain itu, dalam penulisan makalah ini penulis juga berharap makalah ini dapat
bermanfaat dan bisa dipahami secara menyeluruh bagi pembaca dalam memahami
perbankan syariah.
v

DAFTAR PUSTAKA

Buku
Muhamad. 2019. Pengantar Bisnis Syariah. Yogyakarta:UPP STIM YKPN.
Karim, Adiwarman. 2004. Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan. Jakarta: PT
RAJAGRAFINDO PERSADA
Antonio, Muhammad Syafi’i. Bank Syariah: Dari Teori Ke Praktik. Jakarta:Gema
Insani
Perwataatmadja, Karmaen A., & Tanjung, Hendri. 2007. Bank Syariah (Teori,
Praktik, dan Peranannya). Jakarta: Celestial Publishing.
Soemitra, Andri. 2009. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta: Prenamedia
Group.
Anshori, A. G. 2007. Perbankan Syariah di Indonesia. Yogyakarta: GADJAH
MADA UNIVERSITY PRESS.
Yuswohadi. 2014. Marketing To The Middle Class Muslim. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.
Mashuri. 2005. Teori Ekonomi dalam Islam. Yogyakarta: Kreasi Wacana
Muhammad. 2005. Manajemen Bank Syariah. Yogyakarta: UPP-AMP YKPN.
Sadono, Sukirno. 2000. Manajemen Bank Syariah Modern Perkembangan Pemikiran
dari Klasik hingga Keynesian Baru. Jakarta: PT. Y89 Persada.

Jurnal
Susila, Ahdiyat Agus. 2016. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan dalam Islam.
Jurnal Iqtishadiyah, 4-5.
Hendar, Jejen, Nurul Chotidjah, & Abdul Rohman. 2021. Implementasi Tanggung
Jawab Sosial Perusahaan pada Perbankan Syariah Ditinjau dari Maqashid
Syariah. Anterior Jurnal 76- 77.
Juneda. (2019). Strategi Pemasaran Produk Pembiayaan PT. BNI Syariah KC.
Parepare. Jurnal Balanca, 218-220.
vi

Harmoko, I. (n.d.). Strategi Pemasaran Produk Bank Syariah dalam Persaingan Bisnis
Perbankan Nasional. 35-37.

Web
https://www.megasyariah.co.id/id/artikel/edukasi-tips/pembiayaan/macam-macam-
akad
https://www.maybank.co.id/syariah

Anda mungkin juga menyukai