Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pengantar Bisnis
Syariah
Dosen Pengampu : Dr. Endah Meiria, SE,M.Si
Oleh :
Kelompok 9
Hirzi Muhammad Hafiz 11230850000030
Dzakwan Panca Sakti Prakoso 11230850000085
Dainiera Muhjatul Qolbi 11230850000086
Anisa Fitri 11230850000092
KATA PENGANTAR
Segala puji dan Syukur ke hadirat Allah SWT. yang telah memberikan kita
nikmat berupa kesehatan, waktu, dan kesempatan, sehingga kami dapat menyelesaikan
sebuah makalah yang berjudul “Perbankan Syariah” sesuai waktu yang telah disepakati
bersama untuk memenuhi tugas yang diberikanoleh Ibu Dr. Endah Meiria, SE,M.Si.
Shalawat serta salam marilah kita curahkan kepada Nabi kita Muhhammad
SAW. yang telah menyampaikan sabda dari Allah SWT., serta memberikan bimbingan
dalam bentuk perkataan, perbuatan bahkan diam yang menunjukan persetujuan, dan
pada saat ini kedua hal tersebut menjadi sumber hukum dan pegangan bagi seluruh
umat muslim di dunia, unutk membawa seluruh manusia melangkah pada peradaban
yang maju, baik akhlak maupun adab.
Ucapan terimakasih kami sampaikan bagi seluruh pihak yang telah
berpartisipasi dan memberikan sumbangsih pemikiran, arahan, dan evaluasi dalam
penulisan makalah ini, terkhusus Ibu Dr. Endah Meiria, SE,M.Si. selaku dosen
pengampu mata kuliah, “Pengantar Bisnis Syariah” pada periode ini. Kami sadar
makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga kritik dan saran yang membangun
dari segala pihak, diperlukan untuk menciptakan karya tulis yang lebih baik lagi
dikemudian hari.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perbankan sangatlah penting pada kehidupan manusia di dunia ini, masyarakat
dapat dengan tenang menyimpan harta mereka dibawah pengawasan bank yang
mereka pilih. Selain itu, bank juga memiliki fungsi untuk berinvestasi dan juga
menawarkan kredit jika nasabahnya menginginkan. Dalam sistem tersebut lah
biasanya terdapat perbedaan cukup jelas antara bank konvensional dan bank
syariah, jika bank konvensional menggunakan sistem bunga maka bank syariah
dengan sistem bagi hasilnya.
Pada bank konvensional saat ini, seringkali dijalankan praktek dimana bank
akan mengeksploitasi nasabahnya untuk mendapatkan untung lebih, seperti halnya
dengan iming-iming bunga kecil untuk menarik minat nasabah dan supaya terus
menggunakan jasa bank tersebut. Bank konvensional juga selalu melihat kepada
keuntungan yang akan mereka dapat, mereka mengutamakan keuntungan untuk
perusahaan mereka dengan berbagai cara kepada nasabah
Sistem bagi hasil pada bank syariah saat ini mulai menarik minat nasabah untuk
ikut kedalam bagiannya, ini dikarenakan sistem tersebut tidak mementingkan
keuntungan sendiri tetapi apa yang didapat bank juga akan dirasakan oleh nasabah
sesuai kesepakatan diawal. Namun tidaklah mudah untuk bank dengan konsep
syariah menyaingi bank konvensional yang sudah melekat pada hati masyarakat.
Karena itulah perlu bagi kita memahami apa itu perbankan syariah dan juga
bagaimana bank tersebut beroperasi, tidak hanya dalam sistem bagi hasilnya saja
tetapi juga hal yang lebih spesifik dari bank syariah.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang tercantum diatas, maka dapat ditarik rumusan masalah
sebagai berikut:
2
BAB II
PEMBAHASAN
lain, kemudian bank membagi hasilnya kepada pihak penitip sebagai bonus
dari pihak bank.
c. Investasi
Investasi yaitu kegiatan yang mana investor akan memberikan dananya
kepada bank dan kemudian dana tersebut akan digunakan bank atau
diberikan kepada para pengusaha untuk kemudian akan dibagi hasilnya
antara pengusaha dan bank, dan juga antara bank dengan investor. Investasi
ini dibagi menjadi dua prinsip, yaitu mudharabah muthlaqah yang
membebaskan pengelola dana untuk menggunakan dana tersebut untuk
kegiatan seperti apapun, dan juga mudharabah muqayyadah dimana para
investor memberikan batasan untuk apa dana yang diberikan saat
digunakan.
2. Sistem Pembiayaan atau Penyaluran Dana Bank Syariah
Pembiayaan adalah pemberian fasilitas penyediaan dana untuk
memenuhi kebutuhan. Pembiayaan kemudian dibagi menjadi dua yaitu
pembiayaan produktif (modal kerja, dan investasi), dan pembiayaan konsumtif
a. Pembiayaan Produktif
Pembiayaan produktif adalah pengeluaran dana yang digunakan untuk
keperluan perusahaan, seperti halnya untuk meningkatkan produksi, dan
untuk investasi. Pembiayaan produktif ini dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
1) Pembiayaan modal kerja, yaitu adalah pembiayaan yang dilakukan
untuk memenuhi kebutuhan, seperti halnya meningkatkan produksi, dan
meningkatkan kualitas suatu barang.
2) Pembiayaan investasi, yaitu pemberian dana untuk memenuhi
kebutuhan barang-barang modal dan barang-barang yang berkaitan.
Pembiayaan investasi diberikan kepada nasabah untuk keperluan
penambahan modal guna mengadakan rehabilitasi, perluasan usaha,
atau pendirian proyek baru.
8
b. Pembiayaan Konsumtif
Pembiayaan konsumtif adalah pembiayaan yang digunakan untuk
memenuhi kebutuhan konsumsi dan akan habis untuk memenuhi kebutuhan
tersebut. Pembiayaan ini dibagi menjadi 2, yaitu pembiayaan konsumtif
primer yang mencakup makanan dan minuman, dan juga pembiayaan
konsumtif sekunder yang biasanya lebih mahal daripada pembiayaan
primer, seperti halnya pariwisata dan hiburan.
2. Akad Mudharabah
Akad Mudharabah adalah transaksi yang penanaman dana dari pemilik dana
(shahibul mal) kepada pengelola dana (mudharib) untuk melakukan kegiatan
usaha tertentu yang sesuai dengan syariah. Dalam akad ini pembagian hasil
usaha antara kedua belah pihak akan ditentukan berdasarkan nisbah yang telah
telah disepakati sebelumnya. Akad mudharabah terbagi menjadi dua, yaitu:
a. Mudharabah mutlaqah
Mudharabah mutlaqah adalah jenis akad mudharabah yang memberikan
kebebasan penuh kepada mudharib dalam mengelola modal yang diberikan
oleh shahibul mal.
b. Mudharabah muqayyadah
Mudharabah muqayyadah adalah jenis akad mudharabah yang memberikan
syarat tertentu kepada mudharib dalam mengelola modal yang diberikan
oleh shahibul mal.
3. Akad Musyarakah
Akad Musyarakah adalah transaksi penanaman dana dari dua atau lebih
pemilik dana dan/atau barang untuk menjalankan usaha tertentu sesuai syariah
dengan pembagian hasil usaha antara kedua belah pihak berdasarkan nisbah
yang disepakati, sedangkan pembagian keuntungan atau kerugian dari hasil
usaha tersebut ditentukan berdasarkan proporsi modal masing-masing.
4. Akad Murabahah
Akad Murabahah adalah transaksi jual beli suatu barang sebesar harga
perolehan barang ditambah dengan margin yang disepakati oleh para pihak,
dimana penjual menginformasikan terlebih dahulu harga perolehan kepada
pembeli.
5. Akad Salam
Akad Salam adalah transaksi jual beli barang dengan cara pemesanan
dengan syarat syarat tertentu dan pembayaran tunai secara penuh yang
dilakukan terlebih dahulu saat terjadinya akad.
12
6. Akad Istishna’
Akad Istishna’ adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan
barang tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara
pemesan (pembeli/mustashni') dan penjual (pembuat/shani') dan pembayaran
dilakukan sesuai dengan kesepakatan.
7. Akad Ijarah
Akad ijarah adalah transaksi sewa menyewa atas suatu barang dan/atau
jasa antara pemilik objek sewa termasuk kepemilikan hak pakai atas objek sewa
dengan penyewa untuk mendapatkan imbalan atas objek sewa yang disewakan.
8. Ijarah Muntahiya Bittamlik
Ijarah muntahiya bittamlik adalah transaksi sewa menyewa antara pemilik
objek sewa dan penyewa untuk mendapatkan imbalan atas objek sewa yang
disewakannya dengan opsi perpindahan hak milik objek sewa.
9. Akad Qardh
Akad qardh adalah transaksi pinjam meminjam dana tanpa imbalan dengan
kewajiban pihak peminjam mengembalikan pokok pinjaman secara sekaligus
atau cicilan dalam jangka waktu tertentu.
10. Akad Kafalah
Akad kafalah adalah akad penjaminan yang diberikan oleh penanggung
(kafil) kepada pihak ketiga (makful lahu) untuk memenuhi kewajiban pihak
kedua atau yang ditanggung (makful anhu, ashil).
11. Akad Wakalah
Akad wakalah adalah suatu perjanjian yang didalamnya menyepakati
adanya suatu pelimpahan kekuasaan atau mandat dari satu pihak (muwakkil)
kepada pihak lain (wakil) dalam berbagai hal yang diwakilkan, di mana pihak
yang diberi kuasa nantinya hanya akan melaksanakan sesuatu sebatas
wewenang atau kuasa yang diberi oleh pihak muwakkil.
13
3. Larangan Maysir, Gharar, dan Riba: Maysir adalah segala bentuk perjudian dan
spekulasi yang ambigu yang dapat merugikan. Gharar adalah transaksi bisnis
yang tidak jelas bagi para pihak, seperti kualitas, kuantitas, fisik barang, bahkan
barang yang menjadi objek transaksinya masih bersifat spekulatif. Riba adalah
suatu ketentuan nilai tambahan dengan melebihkan jumlah uang pinjaman
ketika dilakukan pelunasan.
harus selalu untung, mau bagaimanapun hasil yang diberikan oleh bank, maka bank
akan selalu diuntungkan dengan menggunakan sistem ini.
membangun musholla di Desa Genggelang Lombok pada tahun 2019, yang mana
ini adalah bentuk penerapan pada bidang peribadatan dan pastinya hal ini akan
membawa kebaikan pada pihak bank dan juga masyarakat.
dewasa dan keikutsertaan dalam berbagai organisasi sosial, politik, budaya, dan
agama.
3. Pengembangan diri sendiri atas dorongan diri sendiri. Memiliki usaha untuk
mendapatkan pengetahuan, ketrampilan, dan kapasitas yang lebih besar melalui
kursus-kursus bacaan atau belajar dari orang lain.
Budaya kerja yang diterapkan dalam instiusi syariah diantaranya adalah
Shiddiq, Istiqamah, Fathanah, Amanah, dan Tablig.
Untuk pengembangan ekonomi keuangan syari’ah dibutuhkan SDI yang
berkualitas dan profesional pula. SDI perbankan syari’ah juga harus bertakwa,
berakhlakul karimah (memiliki sifat-sifat jujur, adil, amanah, dan lainnya), rajin
dan bekerja keras, bersikap haus akan ilmu, serta kreatif dalam mengembangkan
keilmuan.
Ketakwaan dan akhlakul karimah sangat penting dalam membentuk individu
calon praktisi bank syari’ah yang tidak hanya berorientasi pada dunia, namun juga
akhirat, sehingga sikap dan perbuatannya selalu terjaga sesuai dengan nilai-nilai
syari’ah. Selain bertakwa dan berakhlak mulia, sikap rajin, bekerja keras, dan
militan sangat dibutuhkan. Tanpa adanya kerja keras, suatu cita-cita atau tujuan
akan sulit untuk dicapai.
Sumber daya insani memiliki merupakan asset dan berfungsi sebagai modal
(non material/non finansial) di dalam organisasi, yang dapat diwujudkan menjadi
potensi nyata (real) secara fisik dan non fisik dalam mewujudkan eksistensi
organisasi. Sumber daya insani merupakan suatu modal dasar yang paling utama
dalam setiap organisasi. Pengembangan sumber daya insani penting dilakukan
untuk mencukupi kebutuhan SDI dalam institusi perbankan syariah.
Etos kerja islami dan budaya kerja islami sangat penting untuk ditanamkan pada
insani yang bekerja di dalam lembaga keuangan syariah. Sehingga memiliki sifat
Shiddiq, Istiqamah, Fathanah, Amanah, dan Tablig. Seseorang yang mempunyai
dan menghayati etos kerja Islam, akan tampak dalam sikap dan tingkah laku dalam
dirinya bahwa bekerja itu merupakan bentuk ibadah, suatu panggilan dan perintah
20
Allah yang akan memuliakan dan memanusiakan dirinya sebagai bagian dari
manusia pilihan.
Sumber daya insani yang berkualitas di bidang perbankan syariah memiliki
peran penting untuk pengembangan ekonomi keuangan syari’ah. Sehingga
ketersediaan SDI yang berkualitas dan profesional, juga harus bertakwa,
berakhlakul karimah (memiliki sifat-sifat jujur, adil, amanah, dan lainnya), rajin
dan bekerja keras, bersikap haus akan ilmu, serta kreatif, inovatif, dalam
mengembangkan keilmuan. Menjadi landasan penting yang tidak bisa diabaikan
sebagai ciri khas pada institusi syarai’ah itu sendiri.
K. Pemasaran Syariah
Etika pemasaran syari’ah beda secara subtansial dari pemasaran konvensional.
Pemasaran syari’ah mengandung dua dimensi yaitu dimensi duniawi (materiil) dan
dimensi ukhrawi (spirituil), sedangkan etika pemasaran konvensional hanya
mengandung dimensi duniawi (materiil).
1. Lemah lembut dan sopan
Pemasaran dapat dikatakan beretika ketika memenuhi dua unsur utama
yaitu bersikap lemah lembut dan sopan santun. Pertama, promosi harus
menggunakan kata-kata yang lembut. Seorang pelaku bisnis harus bersikap
ramah dalam melakukan promosi. Seorang marketer yang baik harus memiliki
kemampuan bertutur sapa dengan lemah lembut.
Dalam dunia perbankan memberikan layanan terbaik kepada nasabah
dapat dilakukan dengan cara say greeting (tegur sapa yang sopan dan santun),
say thank’s you (terima kasih), dan smilling (senyum ramah), jangan risih
dengan mengucapkan i am sorry (minta maaf jika salah). Dan jangan pernah
mengajak nasabah berdebat walaupun anda benar.
Seorang marketer yang memiliki sikap ramah dan lemah lembut akan
menimbulkan rasa simpati dan kepercayaan dari para konsumen. Selain itu,
21
akan muncul kepuasan pada diri konsumen bukan hanya karena kualitas produk
yang bagus tetapi juga disebabkan oleh kenyamanan mereka ketika bertransaksi
dengan marketer. Kedua, pemasaran dilaksanakan secara sopan santun. Orang
yang beriman diperintahkan untuk bermurah hati, sopan dan bersahabat saat
melakukan praktik bisnis dengan sesama manusia.
2. Profesional dalam Promosi Pemasaran
Pemasaran yang professional dalam al-Qur’an harus memenuhi
beberapa unsur di antaranya adalah sikap adil dalam berpromosi dan adil
terhadap orang lain. Perilaku curang, adanya unsur gharar atau kebohongan,
manipulasi, dan mencampuradukkan kebenaran dengan kebathilan, baik dalam
menerangkan spesifikasi barang dagangan memberitahukan harga atau
banyaknya pemesanan sering kali merusah citra bisnis di berbagai wilayah.
Realitas ini bertolak belakang dengan etika pemasaran Islam yang
mengutamakan prinsip kejujuran.
Ringkasnya adalah bahwa marketer harus berbuat adil dalam
berpromosi sehingga dia tidak akan mengecewakan nasabah kelak di kemudian
hari. Dalam berpromosi ia tidak hanya menawarkan produk yang bersifat
transaksional semata tetapi hendaknya memberikan kepuasan kepada nasabah
dengan kemurahan hati dan jauh dari transaksi yang merugikan.
3. Transparan dalam Pemasaran
Dalam teori pemasaran perspektif al-Q-ur’an, pemasaran dikatakan
transparan jika tidak menggunakan cara bathil, realistis, dan bertanggungjawab.
Pertama, suatu bisnis dilarang oleh syariat Islam jika di dalamnya mengandung
unsur tidak halal, atau melanggar dan merampas hak dan kekayaan orang lain.
Ketidak adilan berakar pada semua tindakan dan perilaku bisnis yang tidak
dikehendaki.
Relevansi pemasaran syari’ah dengan perbankan syari’ah dapat dijelaskan
dalam elemen mega marketing yang sudah diperkenalkan oleh Rasulullah SAW
sejak 15 abad yang lalu. Konsep dasar ini dapat digunakan dalam berbagai jenis
22
perlu lagi mencari perbandingan mengenai kelebihan dan kekurangan produk, dan
persaingan dalam bisnis sudah menjadi hal yang wajar untuk mencari manfaat dari
setiap produk.
E. Jerome McCarthy memperkenalkan Strategi Baruan Pemasaran 4P yang
merupakan konsep fundamental dalam bidang pemasaran yang menekankan pada
empat elemen kunci. Berikut adalah Stearegi Baruan Pemasaran 4P dan
implementasinya terhadap Perbankan Syariah:
1. Product (Produk)
Produk, berkaitan dengan apa yang dijual perusahaan, termasuk
kualitas, desain, fitur, branding, dan variasi produk atau layanan. Pada bank
syariah pasar masih terbuka lebar dan adanya keuntungan dari pricing bank
konvensional merupakan peluang bagi bank syariah untuk semakin kreatif dan
inovatif dalam membuat produk-produk baru. Produk keuangan tersebut tidak
harus sekedar mengikuti produk-produk yang dimiliki Lembaga konvensional,
tetapi produk tersebut mencerminkan karakteristik unik Lembaga keuangan
syariah yang mampu menarik konsumen.
2. Price (harga)
Harga, mencakup strategi penetapan harga untuk produk atau jasa. Ini
tidak hanya berkaitan dengan biaya, tetapi juga bagaimana harga tersebut
diterima oleh konsumen, serta bagaimana harga tersebut dibandingkan dengan
pesaing. Dari segi harga, kontraprestasi yang diambil oleh bank syariah adalah
nisbah bagi hasil, margin, dan sebagainya yang masih tergolong tinggi daripada
yang diambil oleh bank konvensional.
3. Promotion (Promosi)
Promosi merupakan kegiatan untuk meningkatkan kesadaran dan minat
pada produk atau jasa. Promosi bank syariah dilakukakn dengan memanfaatkan
potensi daerah yang ada secara efektif dengan meliputi unsur alim ualama,
penguasa negara/pemerintah, dan lain-lain yang memilikikemampuan besar
dalam penyebarluasan informasi terhadap Masyarakat. Hasil survey BI yang
24
layanannya, terlepas dari apakah bank tersebut syariah atau tidak dan jumlah
nasabah realistis lebih besar dibandingkan jumlah nasabah loyalis. Mereka juga
merupakan nasabah aktif bank konvensional. Maka salah satu cara untuk
memenangkan persaingan di dunia perbankan, dengan kata lain menjadikan
nasabah bank konvensional sebagai nasabah bank syariah, adalah dengan bank
syariah mempunyai produk yang dapat memenuhi kebutuhan kelompok nasabah
tersebut, yaitu produk layanan perbankan yang kompetitif.
N. Studi Kasus
Sumber: finance.detik.com
Gambar 1.1 Maybank Indonesia Hadirkan Layanan Pengelolaan Kekayaan
Berbasis Syariah
Jakarta - Maybank Indonesia melalui Unit Usaha Syariah (UUS) meluncurkan
layanan Maybank Shariah Wealth Management yang menyeluruh. Layanan ini
menjadi solusi pengelolaan kekayaan bagi nasabah Privilege dan Premier yang
peduli dengan keseimbangan keuangan dan keberkahan spiritual serta memberikan
manfaat yang optimal berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Dalam peluncuran
Maybank Shariah Wealth Management Senin (25/9), Presiden Direktur Maybank
26
syariah. Akad yang sering digunakan dalam produk uus maybank adalah akad
mudharabah mutlaqah. Contohnya adalah pada produk My Plan ib dan maksi ib,
uus maybank menggunakan akad mudharabah mutlaqah dengan nisbah bagi hasil
10% (nasabah) : 90% (bank) untuk produk My Plan iB dan 7,25% (nasabah) :
92,25% (bank) untuk produk Maksi iB. Selain menyediakan produk dengan akad
mudharabah mutlaqah, uus maybank juga menyediakan banyak produk yang sesuai
dengan akad-akad syariah seperti tabungan yang berdasarkan akad wadiah dan
produk kredit motor syariah yang berdasarkan akad murabahah.
30
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bank Syariah pertama di Indonesia adalah Bank Muamalat yang didirikan
pada tahun 1991 dan resmi beroperasi pada tahun 1992. Setelah adanya Bank
Muamalat, mulailah berdiri bank syariah lainnya. Perkembangan perbankan
syariah pada tahun 2017 yang sangat signifikat, banyaknya tumbuh bank umum
syariah, unit usaha syariah dan juga Bank Pembiyaan Rakyat Syariah. Keuntungan
yang didapat nasabah dalam menanam uangnya di bank syariah menggunakan
system bagi hasil. Sedangkan operasional bank syariah memiliki system
Penghimpunan Dana Bank Syariah dan Sistem Pembiayaan atau Penyaluran Dana
Bank Syariah. Ada berbagai cara pada system penghimpunan dana bank syariah
tersebut, yaitu modal, titipan dan investasi. Sedangkan pada system Pembiayaan
Dana Bank syariah terdapat dua jenis, yaitu pembiayaan Produktif dan pembiayaan
konsumtif.
Bank Syariah memiliki produk dan pelayaan, seperti Produk penghimpunan
dana dari Masyarakat, produk penyaluran dana kepada Masyarakat, dan produk
dibidang jasa. Produk-produk pada bank syariah tersebut dijalankan sesuai dengan
prinsip islam. Adapun akad-akadnya terdiri dari Akad Wadi’ah, Akad Mudharabah,
Akad Musyarakah, Akad Murabahah, Akad Salam, Akad Istishna, Akad Ijarah, dan
lainnya.
B. Saran
Penulis berharap makalah ini bisa menambah wawasan pembaca tentang
perbankan syariah dari mulai sejarah dan perkembangan bank syariah sampai
dengan sistem operasional dan akad-akad yang digunakan dalam bank syariah.
Selain itu, dalam penulisan makalah ini penulis juga berharap makalah ini dapat
bermanfaat dan bisa dipahami secara menyeluruh bagi pembaca dalam memahami
perbankan syariah.
v
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Muhamad. 2019. Pengantar Bisnis Syariah. Yogyakarta:UPP STIM YKPN.
Karim, Adiwarman. 2004. Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan. Jakarta: PT
RAJAGRAFINDO PERSADA
Antonio, Muhammad Syafi’i. Bank Syariah: Dari Teori Ke Praktik. Jakarta:Gema
Insani
Perwataatmadja, Karmaen A., & Tanjung, Hendri. 2007. Bank Syariah (Teori,
Praktik, dan Peranannya). Jakarta: Celestial Publishing.
Soemitra, Andri. 2009. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta: Prenamedia
Group.
Anshori, A. G. 2007. Perbankan Syariah di Indonesia. Yogyakarta: GADJAH
MADA UNIVERSITY PRESS.
Yuswohadi. 2014. Marketing To The Middle Class Muslim. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.
Mashuri. 2005. Teori Ekonomi dalam Islam. Yogyakarta: Kreasi Wacana
Muhammad. 2005. Manajemen Bank Syariah. Yogyakarta: UPP-AMP YKPN.
Sadono, Sukirno. 2000. Manajemen Bank Syariah Modern Perkembangan Pemikiran
dari Klasik hingga Keynesian Baru. Jakarta: PT. Y89 Persada.
Jurnal
Susila, Ahdiyat Agus. 2016. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan dalam Islam.
Jurnal Iqtishadiyah, 4-5.
Hendar, Jejen, Nurul Chotidjah, & Abdul Rohman. 2021. Implementasi Tanggung
Jawab Sosial Perusahaan pada Perbankan Syariah Ditinjau dari Maqashid
Syariah. Anterior Jurnal 76- 77.
Juneda. (2019). Strategi Pemasaran Produk Pembiayaan PT. BNI Syariah KC.
Parepare. Jurnal Balanca, 218-220.
vi
Harmoko, I. (n.d.). Strategi Pemasaran Produk Bank Syariah dalam Persaingan Bisnis
Perbankan Nasional. 35-37.
Web
https://www.megasyariah.co.id/id/artikel/edukasi-tips/pembiayaan/macam-macam-
akad
https://www.maybank.co.id/syariah