Anda di halaman 1dari 19

TUGAS BESAR 2

PERBANKAN SYARIAH
“ MENGAPA BANK SYARIAH
DI INDONESIA KURANG DIMINATI? ”

DOSEN : Sudjono, Dr., M.Acc

Disusun Oleh:
Siti Novi Nur Cahyani
43119010408

PROGRAM STUDI MANAJEMEN S1


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MERCU BUANA
JAKARTA
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Mengapa bank syariah di indonesia
kurang diminati?” ini pada tepat waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi Tugas Besar 2 bapak
Sudjono, Dr., M.Acc pada mata kuliah Perbankan Syariah. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang “Mengapa bank syariah di indonesia kurang
diminati? ” bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada bapak Sudjono, Dr., M.Acc selaku dosen mata kuliah
Perbankan Syariah yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan
dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
dengan penuh kerendahan hati saya berharap kepada para pembaca untuk memberikan kritik
dan saran demi lebih memperbaiki makalah ini.

Jakarta, 10 November 2022


DAFTAR ISI

COVER
DAFTAR ISI
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
1.1. Latar Belakang.............................................................................................................1
1.2. Batasan Masalah..........................................................................................................3
1.3. Rumusan Masalah.......................................................................................................3
1.4. Tujuan..........................................................................................................................3
1.5. Manfaat........................................................................................................................3
BAB II........................................................................................................................................4
LANDASAN TEORI.................................................................................................................4
2.1. Definisi Operasional................................................................................................4
2.1.1 Bankan Syariah....................................................................................................4
2.1.2 Problematika Bank Syariah..................................................................................5
2.2 Penelitian Terdahulu................................................................................................7
2.3 Hipotesis..................................................................................................................7
BAB III.......................................................................................................................................8
PEMBAHASAN........................................................................................................................8
3.1 Perbankan Syariah................................................................................................8
3.1.1 Pencapaian Bank Syari’ah................................................................................8
3.1.2 Solusi Mengatasi Problematika Perbankan Syari’ah........................................9
3.1.3 Keunggulan dan Kelemahan Bank Syariah....................................................10
3.1.4 Persamaan dan Perbedaan Bank Syari’ah dan Bank Konvensional...............12
BAB IV....................................................................................................................................14
PENUTUP................................................................................................................................14
4.1 Kesimpulan........................................................................................................14
4.2 Saran...................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Perbankan syariah merupakan sistem perbankan yang menjunjung tinggi dengan
nilai-nilai ketuhanan dalam setiap transaksinya dan mengedepankan unsur maslahat.
Keberadaan bank syariah dilegalisasi oleh Undang-undang Nomor 07 Tahun 1992
sebagai jenis bank yang boleh beroperasi di Indonesia, pemerintah kemudian
menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 1992 sebagai petunjuk operasional
atau menjelaskan prinsip bagi hasil yang ada dalam Undang-undang Nomor 07 Tahun
1992.
Legalisasi bank syariah juga didukung oleh lembaga Majelis Ulama Indonesia,
Sjahdaini (2009) penelitiannya menyebutkan bahwa Fatwa MUI No. 27 tahun 1990
secara jelas menyatakan bahwa bunga bank adalah haram. Sebagai bank dengan prinsip
syariah yang beroperasi dinegara yang mayoritas penduduknya adalah beragama Islam,
bank syariah seharusnya bisa berkembang lebih pesat dan mendominasi pangsa pasar
perbankan nasional.
Kuartal pertama tahun 2021 perbankan syariah hanya mampu meraup sekitar
9,96% dari total keseluruhan nasabah perbankan nasional, selebihnya masih dikuasai
oleh bank konvensional. Faktor keterbatasan kemampuan SDM pengelola bank syariah,
minimnya sosialisasi dan edukasi tentang visi dan praktek perbankan syariah kepada
masyarakat umum yang menjadikan kurangnya pemahaman masyarakat tentang
perbankan syariah dan rendahnya minat untuk melakukan transaksi melalui bank syariah,
serta keterbatasan layanan terhadap nasabah oleh bank-bank syariah menjadi hambatan
bagi bank syariah. Untuk itu diperlukan adanya terobosan-terobosan yang dapat menjadi
solusi dan membantu perkembangan perbankan syariah di era globalisasi sekarang ini.
Perbankan memiliki fungsi intermediasi antara pemilik uang (penyimpan) dan
menyalurkan kepada para pengusaha. Oleh karena itu, perbankan memiliki tiga kegiatan
utama: penghimpunan dana, penyaluran dana, dan jasa. Bank Syariah merupakan
lembaga keuangan yang menjalankan kegiatan usahanya dengan prinsip syariah, yaitu
berlandaskan pada nilainilai keadilan, kemanfaatan, keseimbangan, dan keuniversalan
(rahmatan lil ‘alamin). Keunggulan sistem perbankan syariah terletak pada sistem yang

1
berdasar atas prinsip bagi hasil dan kerugian (profit and lost sharing) dan berbagi resiko
(risk sharing).
Sistem ini dinyakini para ulama sebagai jalan keluar untuk menghindari
penerimaan dan pembayaran bunga (riba). Bank pada hakikatnya adalah lembaga
intermediasi yang menjadi perantara antara para penabung dan investor. Karena
tabungan akan berguna bila diinvestasikan, sedangkan para penabung tidak dapat
diharapkan untuk sanggup melakukan sendiri dengan terampil dan sukses, maka tidak
diragukan lagi bahwa bank dapat melakukan fungsi yang berguna bagi masyarakat.
Menurut Pasal 1 butir (25) UndangUndang No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan
Syariah (Selanjutnya disebut UU Perbankan Syariah) yang dimaksud pembiayaan adalah
penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berupa transaksi bagi hasil
dalam bentuk mudharabah, dan musyarakah, sewa menyewa dalam bentuk ijarah atau
sewa beli dalam bentuk ijarah muntahiya bittamlik, jual beli dalam bentuk piutang
murabahah, salam dan istisna, pinjam meminjam dalambentuk piutang qardh, dan sewa
menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi multijasa.
Prosedur umum yang diterapkan oleh bank kepada calon nasabah debitur untuk
mendapatkan pembiayaan,  kaitannya dalam bank syariah atau lembaga keuangan yang
memberikan pembiayaan maka prinsip penilaian berdasarkan ketentuan Al-Quran dan
Hadits (Syariah) sangat perlu dilakukan untuk proses pemberian pembiayaan dengan cara
permohonan pembiayaan, penyidikan dan analisis pembiayaan, keputusan (penolakan
atau penerimaan) atas permohonan pembiayaan, pencairan fasilitas pembiayaan,
pemantauan dan pelunasan (lancar, kurang lancar, diragukan, macet).
Sangat di harapkan sekali dalam dunia perbankan masalah permbiayaan
bermasalah ini harusnya bisa di atasi. Tapi pada realita dan kenyataannya pembiayaan
bermasalah ini menjadi satu-satunya masalah yang tidak lepas dari setiap perbankan baik
itu perbankan syariah ataupun konvensional. Seperti hal nya judul di atas pembiayaan
bermasalah akan kita kupas sedikit dengan singkat namun bagi para pembaca dapat
dengan mudah memahami dan dapat memberikan saran untuk mencari solusi dalam
menanggulangi masalah tersebut. Adapun pembiayaan bermasalah dapat saya definisikan
sebagai pembiayaan yang diakibatkan oleh nasabah yang tidak menempati jadwal
pembayaran angsuran dan tidak memenuhi persyaratan yang tertuang dalam akad.
Pembiayaan bermasalah merupakan salah satu dari resiko dalam suatu pelaksanaan
pembiayaan. Resiko pembiayaan merupakan resiko yang disebabkan oleh adanya
counterparty dalam memenuhi kewajibannya. Dalam bank syariah, resiko pembiayaan

2
mencakup resiko terkait produk dn resiko terkait dengan pembiayaan korporasi. Dampak
pembiayaan bermasalah yang di timbulkan bagaimanapun tidak akan terlepas dari
dampak negatif baik kecil yang mencakup bank dan nasabah, ataupun secara luas yang
mencakup sistem perbankan dan perekonomian Negara.
Dengan berdasar uraian diatas, maka penulis bermaksud ingin mendalaminya lebih
lanjut dan menuangkannya dalam sebuah makalah yang berjudul Mengapa Bank
Syari’ah di Indonesia Kurang Diminati.

1.2. Batasan Masalah


Pembatasan suatu masalah digunakan untuk menghindari adanya penyimpangan
maupun pelebaran pokok masalah agar penelitian tersebut lebih terarah dan memudahkan
dalam pembahasan sehingga tujuan penelitian akan tercapai. Beberapa batasan masalah
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Luas lingkup hanya meliputi perbankan syari’ah yang kurang diminati
2. .Informasi yang disajikan yaitu : hukum Problrmatika perbankan syariah, kelemahan
bank syariah, perbedaan dan persamaan bank syari’ah.

1.3. Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian tersebut, maka dalam makalah ini yang menjadi rumusannya
adalah “ Mengapa Bank Syari’ah di Indonesia kurang diminati?

1.4. Tujuan
Adapun tujuan makalah adalah untuk mengetahui dan mendapatkan pengetahuan
tentang Mengapa Bank Syari’ah di Indonesia Kurang Diminati ?

1.5. Manfaat
Secara teoritis penulisan tulisan ini diharapkan dapat memperkaya pengetahuan
dalam ilmu ekonomi tentang perbankan syari’ah dan mengetahui permasalahan atau
problematika yang ada pada perbankan syari’ah yang menyebabkan kurang dibinati.

3
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Definisi Operasional

2.1.1 Bankan Syariah


Bank berasal dari kata Itali banco yang artinya bangku. Bangku inilah
yang dipergunakan oleh bankir untuk melayani kegiatan operasionalnya
kepada para nasabah. Istilah bangku secara resmi dan popular menjadi bank.
Pada awal perkembangan perbankan di Indonesia. Perbankan diartikan sebagai
badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan
dan menyalurkannya kepada masyarakt dalam rangka menignkatkan taraf
hidup rakyat banyak.
Menurut UU RI no. 10 Tahun 1998 tanggal 10 1998 tentang
perbankan, yang dimaksud dengan bank adalah “Badan usaha yang
menghimpun dana dari mesarakat dalam bentuk kredit atau bentukbentuk
lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”. Dari
pengertian diatas, dapat dipahami bahwa bank merupakan perusahaan yang
bergerak dibidang keuangan dan segala aktivitasnya selalu berkaitan dengan
keuangan. Adapun dalam menjalankan kegiatan usahanya, bank di Indonesia
dibedakan menjadi dua yaitu bank yang melaksanakan kegiatan usaha
berdarkan prinsip konvensional, dan berdasarkan prinsip syariah.
Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai
peranan penting di dalam perekonomian suatu negara sebagai lembaga
perantara keuangan. Bank dalam Pasal 1 ayat (2) UU No. 10 Tahun 1998
tentang perubahan UU No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan adalah badan

4
usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk
lain dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai
peranan penting di dalam perekonomian suatu negara sebagai lembaga
perantara keuangan. Bank dalam Pasal 1 ayat (2) UU No. 10 Tahun 1998
tentang perubahan UU No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan adalah badan
usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk
lain dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

2.1.2 Problematika Bank Syariah


Problematika adalah suatu masalah menjadi nyata, perwujudan, wujud,
kenyataan masalah yang nyata. Makna di atas menjelaskan bahwa
problematika dari suatu konsep dilakukan untuk mengukur, konsep yang telah
direncanakan akan membuahi keberhasilan (kesuksesan) atau gagal. Begitu
halnya dengan pelaksanaan murabahah pada perbankan syari’ah. Pasar
perbankan adalah masyarakat ekonomi kelas menengah ke bawah. Kehadiran
perbankan syariah diharapkan mampu membantu mengatasi permasalahan
kemiskinan di Indonesia yang mayoritas pendudukanya beragama Islam. Akan
tetapi dalam hal ini perbankan syariah belum mampu berbuat banyak dalam
mengelola pangsa pasar potensial ini. Bank-bank dengan sistem operasi
konvensional mendominasi penguasaan market share dengan tingkat
kesenjangan yang cukup tinggi. Secara umum ada beberapa faktor yang
mempengaruhi perkembangan perbankan syariah di Indonesia, yaitu:
1. Keterbatasan Sumber Daya Manusia. Manan (2012) penelitiannya
menyebutkan sumber daya manusia merupakan faktor utama yang
memiliki peran penting dalam perkembangan bank syariah. Maraknya
pertumbuhan bank syariah tidak di imbangi kualitas SDM yang memadai,
terutama yang khusus mengusai disiplin ilmu perbankan syariah. Bank
syariah memang sudah lama dikenal di Indonesia akan tetapi lembaga atau
perguruan tinggi yang khusus memberikan pendidikan ekonomi atau
perbankan syariah masih terbatas. Hal yang turut mempengaruhi kualitas

5
SDM adalah adanya transisi dari pegawai bank konvensional menjadi
pegawai bank syariah, ini biasanya terjadi ketika bank konvensional
mendirikan unit usaha syariah (UUS) akan tetapi tidak merekrut pegawai
baru yang berlatar belakang disiplin ilmu ekonomi syariah melainkan
hanya mengalih fungsikan pegawai dari bank konvensional yang sudah
ada ke unit usaha syariah tersebut. Berdasarkan data dari Badan Akreditasi
Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) tahun 2018, dari baru 10 prodi
ekonomi syariah yang terakreditasi A, yang terakreditasi B berjumlah 99
prodi dan yang mendapatkan akreditasi C sebanyak 10 prodi. Dari
pemaparan data statistik perbankan syariah, diketahui bahwa 38%
pegawai bank syariah merupakan sarjana ekonomi konvensional, hanya
9,1% berasal yang memiliki latar belakang ekonomi syariah.
2. Minimnya sosialiasi dan edukasi tentang perbankan syariah Sosialiasi
adalah suatu proses untuk mengkomunikasikan kebudayaan baru kepada
masyarakat. Sosialisasi ini merupakan elemen yang sangat penting dalam
memperkenalkan sesuatu hal kepada publik atau calon kosumen.
Pembuatan iklan dan reklame merupakan salah bentuk sosialisasi kepada
masyarakat selain sosialisasi yang dilakukan secara langsung dalam
bentuk seminar, kajian dan pertemuan tatap muka lainnya. Sosialiasi dan
edukasi ini tidak bisa hanya ditumpukan kepada bankir syariah akan tetapi
ini juga patut menjadi perhatian bagi semua pihak (stakeholder) yang
terkait secara langsung dan tidak langsung dengan perbankan syariah,
seperti pemerintah, institusi pendidikan, maupun lembaga dan komunitas
Islam (MUI, MES, Komunitas Masyarakat Anti Riba, dan lain-lain).
Hidayatinaa (2018) dalam penelitiannya menulis bahwa signifikansi
pengaruh sosialisasi terhadap minat menabung masyarakat (studi kasus
pada Bank Syariah Aceh) adalah sebesar 45,1%, sisanya berasal dari
faktor lain yakni kualitas pelayanan, lokasi dan promosi. Ramdan (2010)
dalam penelitian tesisnya menyatakan bahwa minimnya sosialisasi
menjadi penyebab kurangnya pemahaman masyarakat terhadap keuangan
dan perbankan syariah, hal ini terlihat dari belum banyaknya masyarakat
yang mengakses layanan perbankan syariah.
3. Faktor layanan bank syariah yang belum optimal. Faktor layanan
merupakan faktor internal perbankan syariah. Bank merupakan lembaga

6
keuangan yang bergerak dibidang jasa pelayanan, sehingga pelayanan ini
menjadi faktor krusial untuk menarik minat calon pelanggan. Junaidi et al,
(2012) penelitiannya menyatakan persepsi kepuasan nasabah terhadap
pelayanan bank syariah dibentuk atas 3 hal, yakni ; a. tersedianya jaringan
ATM, b. tersedianya fasilitas phone banking dan mobile banking, c.
adanya call center yang renponsif untuk menampung keluhan nasabah.
Contoh lain yang menjadi kekurangan dalam hal pelayanan adalah
keterbatasan jaringan kerjasama bank syariah untuk pemanfaatan fasilitas
kartu debit atau kredit, dikarenakan bank syariah ini masih tergolong
sebagai pendatang baru sehingga jaringan vendor (toko) dan merchant
yang dimiliki pun belum sebanyak bank-bank konvensional. Kondisi ini
sedikit banyak menyulitkan nasabah-nasabah yang memerlukan layanan
bank syariah, sehingga ada nasabah yang mengeluh ketika kartu debit atau
kredit bank syariah yang dimilikinya tidak bisa digunakan di kotakota
besar diluar negeri seperti yang ditawarkan oleh bank-bank konvensional.

2.2 Penelitian Terdahulu


Penelitian terdahulu yang menjadi acuan dalam pembuatan makalah ini
adalah yaitu penelitian dari Zufadli Nugraha (2022) yang berjudul
Problematika dan Dinamik Perbankan Syariah di Era Globalisasi yang mana
hasil penelitian yaitu Faktor keterbatasan kemampuan SDM, minimnya
sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat, kurangnya pemahaman dan
animo umat serta keterbatasan layanan terhadap pelanggan menjadi
penghambat bagi bank syariah. Agar tetap eksis dan berkembang, bank
syariah harus mampu menerobos dominasi bank konvensional dengan
kekuatan korelasi antara pemerintah, institusi pendidikan serta inovasi dari
pihak bank syariah itu sendiri. Bank syariah juga dituntut untuk lebih adaptif
dan inovatif terhadap kebutuhan pangsa pasar.

2.3 Hipotesis
Dari penjelasan dan pemaparan kajian teori diatas hipotesis pada
makalah ini adalah: probematika pada perbankan syari’ah menyebabkan
bank syari’ah di Indonesia kurang diminati

7
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Perbankan Syariah

3.1.1 Pencapaian Bank Syari’ah


Perbankan di Indonesia kini semakin diramaikan adanya Bank Syariah yang
menawarkan produk keuangan dan investasi dengan cara yang berbeda dibanding
Bank Konvensioal yang sudah lama ada. Meskipun masih dianggap pendatang
baru, Perbankan Syariah berkembang cukup pesat. Hal itu dapat dimaklumi
dengan status Indonesi sebagai negara muslim terbesar di dunia sehingga
perbankan yang menggunakan hukum dan asas Islam akan lebih diminati. Seolah
tidak mau kehilangan momentum, saat ini bank-bank konvensional di Indonesia
ikut mendirikan institusi syariah ataau unit usaha syariah sendiri. Hal ini
dilakukan untuk menggaet lebih banyak nasabah yang tertarik dengan keunggulan
Bank Syariah. Mayoritas masyarakat Indonesia adalah muslim, maka hadirnya
bank syariah telah menjadi kebutuhan masyarakat bahkan sebelum Indonesia
merdeka. Sejarah mencatat K.H Mas mansyur, ketua pengurus besar
Muhammadiyah periode 1937-1944 pernah menyatakan bahwa umat islam di
Indonesia terpaksa menggunakan jasa bank konvensional karena belum memiliki
lembaga yang bebas riba saat itu.
Tahun 1983 pemerintah Indonesia pernah berencana menerapkan “sistem bagi
hasil” dalam perkreditan yang merupakan konsep dari perbankan syariah. Kondisi

8
perbankan Indonesia saat itu sedang tidak stabil karena Bank Indonesia tidak bisa
mengendalikan tingkat suku bunga di bankbank yang membungbung tinggi.
Sehingga pemerintah mengeluarkan deregulasi tanggal 1 juni 1993 yang
menimbulkan kemungkinan bank mengambil untuk dari bagi hasil sistem kredit.
Lima tahun kemudian, pemerintah menganggap bisnis perbankan harus dibuka
seluas-luasnya untuk menunjang pembangunan. Akhirnya pada tanggal 27
oktober 1988, pemerintah pun mengeluarkan paket Kebijaksanaan Pemerintah
Bukan Oktober (PAKTO) untuk meliberalisasi perbankan. Meskipun lebih
banyak bank konvensional yang berdiri, beberapa bank daerah yang berasaskan
syariah juga mulai bermunculan. Tahun 1990, MUI membentuk kelompok kerja
untuk mendirikan Bank Islam di Indonesia. Ini meruakam cikal bakal lahirnya
perbankan syariah di Indonesia. Pada tahun 1992, bank syariah pertama di
Indonesia yaitu Bank Muamalat pun lahir. Berdasarkan data statistika perbankan
syariah yang dipublikasikan oleh bank Indonesia, pada tahun 1998 terdapat satu
bank umum syariah dan 76 bank perkreditan rakyat syariah. Menurut Hadad
Dalam Yanita (2015:1). “Per maret 2015, industri perbankan syariah terdiri dari
12 Bank Umum Syariah, 22 unit usaha syariah yang dimiliki bank umum
konvensional, dan 163 Bank Perkreditan Rakyat Syariah(BPRS) dengan total aset
sebesar Rp 264,81 trilius dengan pangsa pasar (market share) 4,88%. Sementara
itu, jumlah pelaku industry keuangan non-bank (IKNB) syariah 98 lembaga di
luar LKM, yang terdiri atas usaha jasa takaful atau asuransi syariah yang
mengelola aset senilai Rp 23,80 trilliun, usaha pembiayaan syariah yang
mengelola aset senilai Rp 19, 63 trilliun, dan lembaga keuangan syariah lainnya
dengan aset senilai Rp 12,86 triliun”. Namun, terlepas dari pencapaian tersebut,
Bank Syariah masih belim mampu mencapai target market share yang pernah
ditargetkan mampu dicapai pada tahun 2008 yaitu sebebar 5%.

3.1.2 Solusi Mengatasi Problematika Perbankan Syari’ah


Penggunaan nama “syariah” tidak dapat dipungkiri merupakan senjata yang
cukup ampuh untuk meraih minat calon nasabah khususnya dari kalangan umat
Islam. Produk dan layanan juga dikemas sedemikian rupa dengan nama-nama
berbau Islam. Akan tetapi penggunaan embel-embel syariah itu saja tidak cukup.
Agar sistem perbankan syariah ini berkembang di Indonesia secara signifikan dan

9
mampu bersaing dengan sistem dengan perbankan konvensional maka harus
memperhatikan beberapa hal, diantaranya:
1. Korelasi institusi pendidikan Untuk mencetak SDM yang handal dan memilki
kompetensi dalam bidang perbankan syariah diperlukan adanya peranan atau
campur tangan dari institusi pendidikan. Mengingat sektor perbankan syariah
adalah salah satu sektor usaha yang sangat potensial dan saat ini sedang
berkembang, kedepannya akan membutuhkan banyak tenaga kerja profesional.
Maka institusi pendidikan perlu mempersiapkan SDM berkualitas yang siap
terjun ke dalam bisnis perbankan syariah. Peran institusi pendidikan ini dimulai
dari membangun jurusan atau program pendidikan yang khusus mempelajari
ekonomi syariah. Institusi pendidikan juga diharapkan dapat menambah literasi
yang membahas tentang perbankan syariah, disamping untuk mengedukasi
masyarakat juga sebagai referensi bank syariah dalam menentukan arah
kebijakan produk dan layanan.
2. Optimalisasi peran pemerintah Pemerintah merupakan leading sector dalam
upaya pengembangan perbankan syariah, peran pemerintah terlihat dalam
pembuatan regulasi yang menjadi payung hukum bagi bank syariah dalam
menancapkan eksistensinya. Disamping sebagai regulator, pemerintah juga
diharapkan banyak melakukan edukasi tentang perbankan syariah kepada
masyarakat agar mereka lebih memahami dan mengenal dunia perbankan
syariah. Edukasi ini bisa berupa kegiatan sosialisasi yang dilakukan secara
langsung kepada masyarakat, ataupun dengan penyebaran iklan layanan
masyarakat tentang perbankan syariah melalui pemanfaatan media. Kegiatan
edukasi ini bisa dilaksanakan secara langsung oleh pemerintah atau dilakukan
dengan menggandeng institusi pendidikan, organisasi keagamaan dan bahkan
dengan pihak perbankan syariah itu sendiri. Pemerintah juga perlu memberi
pemahaman terhadap kelompok yang anti dengan penerapan ekonomi syariah
karena dianggap berafiliasi dengan ajaran agama tertentu, ada semacam
kekhawatiran oleh kelompok ini bahwa sistem yang berasal dari agama Islam
lambat laun akan menggantikan dasar negara Indonesia. Perlu dijelaskan bahwa
sistem ekonomi Islam lebih bersahabat daripada sistem ekonomi kapitalis
maupun sosialis, karena sistem ekonomi Islam itu sendiri lebih mengedepankan
unsur maslaha dan manfaat daripada pengerukan keuntungan.

10
3. Peningkatan layanan oleh perbankan syariah Kualitas pelayanan merupakan
kunci utama dalam menarik minat calon nasabah, bank syariah harus lebih peka
terhadap kebutuhan nasabahnya. Layanan ini bisa dalam bentuk fasilitas produk,
jaringan kantor dan ATM serta merchant tempat penggunaan fasilitas dari bank
syariah. Pemanfaatan teknologi untuk keperluan bertransaksi juga perlu
diperhatikan, sebab sekarang adalah saat dimana manual banking system tidak
lagi menjadi opsi utama untuk melakukan transaksi. Mobilitas yang tinggi, gaya
hidup dan faktor kebutuhan membuat transaksi perbankan dapat dilakukan
dimana saja, otomatis bank harus bisa menyesuaikan diri dengan ritme tersebut.
Dalam hal peningkatan layanan ini bank syariah harus bersifat adaptif terhadap
kebutuhan nasabah serta lebih inovatif dalam membuat terobosan-terobosan baru
untuk memanjakan nasabah.

3.1.3 Keunggulan dan Kelemahan Bank Syariah


a. Keunggulan dan Kelebihan Bank Syariah
Menurut Antonio (2008) menjelaskan tentang: 1) Kelebihan Bank Syariah
terutama pada kuatnya ikatan emosional keagamaan antara pemegang saham,
pengelola bank, dan nasabahnya. Dari ikatan emosional inilah dapat
dikembangkan kebersamaan dalam menghadapi risiko usaha dan membagi
keuntungan secara jujur dan adil. (2) Dengan adanya keterikatan secara religi,
maka semua pihak yang terlibat dalam Bank Islam adalah berusaha sebaik-
baiknya dengan pengalaman ajaran agamanya sehingga berapa pun hasil yang
diperoleh diyakini membawa berkah. (3) Adanya Fasilitas pembiayaan (Al-
Mudharabah dan Al-Musyarakah) yang tidak membebani nasabah sejak awal
dengan kewajiban membayar biaya secara tetap. Hai ini adalah memberikan
kelonggaran psikologis yang diperlukan nasabah untuk dapat berusaha secara
tenang dan sungguh-sungguh. (4) Dengan adanya sistem bagi hasil untuk
penyimpan dana setelah tersedia peringatan dini tentang keadaan bank yang
bisa diketahui sewaktu-waktu dari naik turunnya jumlah bagi hasil yang
diterima. (5) Penerapan sistem bagi hasil dan ditinggalkannya sistem bunga
menjadikan Bank Islam lebih mandiri dari pengaruh gejolak moneter baik dari
dalam maupun dari luar negeri.
b. Kelemahan Bank Syariah

11
John L. Eposito mengkritisi Ekonomi Islam dalam Farida (2011:54-55)
bahwa: Secara keseluruhan, Ekonomi Islam lebih berhasil menjelaskan apa
yang bukan Ekonomi Islam, daripada menentukan apa yang membuat
Ekonomi Islam juga lebih banyak mengungkap kelemahan system lain dari
pada menunjukan (bahwa Ekonomi Islamsecara substansial memang lebih
baik. Menurut Adiwarman dalam Sulistiyawan (2015:1), menyatakan bahwa
ada enam kelemahan Bank Syariah yang menyebabkan masih sedikitnya
masyarakat menjadi nasabah Bank Syariah. Adapun kelemahan itu meliputi
(1) Promosi bank syariah kurang menyeluruh ke berbagai msyarakat, (2)
Kantor yang dimiliki sedikit, (3) Ketidaktahuan masyarakat, (4) Fasilitas
anjungan tunai mandiri (ATM) jumlahnya sedikit, (5) Produkproduknya tidak
diketahui masyarakat tidak diketahui masyarakat, (6) Kurangnya fasilitas.
Selain itu, kelemahan bank syariah adalah sebagai berikut: a. Jaringan kantor
Bank Syariah belum luas. b. SDM Bank Syariah masih sedikit. c. Pemahaman
masyarakat tentang Bank Syariah masih kurang. d. Kekeliruan penilaian
proyek berakibat lebih besar daripada Bank Konvesional

3.1.4 Persamaan dan Perbedaan Bank Syari’ah dan Bank Konvensional


Bank konvensional dan Bank syariah memiliki beberapa persamaan, terutama
dalam sisi teknis penerimaan uang, mekanisme transfer, teknologi komputer yang
digunakan, syarat-syarat umum memperoleh pembiayaan seperti KTP, NPWP,
proposal, laporan keuangan, dan sebagainya.
Perbedaan mendasar diantara keduanya yaitu menyangkut aspek legal, stuktur
organisasi, usaha yang dibiayai dan lingkungan kerja. Hal mendasar yang
membedakan antara lembaga keuangan konvensional dengan syariah terletak
pada pengembalian dan pembagian keuntungan yang diberikan oleh nasabah
kepada lembaga keuangan atau yang diberikan oleh lembaga keuangan kepada
nasabah. Kegiatan operasional Bank syariah menggunakan prinsip bagi hasil
(Mudharabah).

Bank syariah tidak menggunakan bunga sebagai alat untuk memperoleh


keuntungan maupun membebankan bunga atas pinjaman karena bunga
merupakan riba yang diharamkan. Pola bagi hasil ini memungkinkan nasabah
untuk mengawasi langsung kinerja Bank syariah dengan memantau jumlah bagi

12
hasil yang diperoleh. Jika jumlah keuntungan bank semakin besar maka semakin
besar pula bagi hasil yang diterima nasabah, demikian juga sebaliknya. Jumlah
bagi hasil yang kecil atau mengecil dalam waktu cukup lama menjadi patokan
bahwa pengelolaan bank merosot. Keadaan itu merupakan peringatan dini yang
transparan dan mudah bagi nasabah.
Berbeda dari perbankan konvensional, nasabah tidak dapat menilai kinerja
hanya berpatokan pada bunga yang diperoleh. Perbedaan tujuan dari bank
konvensional dengan bank syariah; Bank konvensional didirikan untuk
mendapatkan keuntungan material sebesar-besarnya, sedangkan bank syariah
didirikan untuk memberikan kesejahteraan material dan spiritual. Kesejahteraan
material dan spiritual tersebut didapat melalui usaha pengumpulan dan
penyaluran dana yang halal. Artinya, bank syariah tidak akan menyalurkan dana
untuk usaha pabrik minuman keras atau usaha lain yang tidak bisa dijamin bahwa
hasilnya berasal dari kegiatan yang halal.
Karena itu dapat dikatakan bahwa konsep keuntungan pada bank konvensional
lebih cenderung, berfokus pada sudut keuntungan materi, sedangkan konsep
keuntungan pada bank syariah harus memperhatikan keuntungan dari sudut
duniawi dan ukhrawi(akhirat). Jika memang tujuan nasabah sesuai dengan tujuan
bank syariah, maka secara prinsip tidak ada kekurangan dari menabung di bank
syariah karena adanya keseimbangan antara duniawi dan ukhrawi. Namun apabila
tujuan nasabah lebih ke aspek-aspek material, maka bisa jadi keuntungan yang
diperoleh akan kurang sesuai dengan harapan.
Bank Syariah memiliki misi dan metodologi yang ekslusif, misi yang bukan
sekedar ada pada jumlah nominal investasi tapi juga mencakup pada jenis, objek
dan tujuannya itu sendiri. Adapun metodologinya adalah kerangka syariat dan
kaidah-kaidahnya yang bersumber dari etika dan nilai-nilai syariat Islam yang
universal. Berdasarkan hal tersebut, Bank syariah berfungsi sebagai sarana untuk
mengumpulkan tabungan masyarakat dan mengembangkannya. Intinya bahwa
Bank syariah adalah lembaga yang berfungsi untuk menginvestasikan dana
masyarakat sesuai dengan anjuran Islam dengan efektif, produktif dan untuk
kepentingan umat Islam. Tujuan utama dari Bank Syariah, yaitu menyatukan
umat Islam, mengembalikan kekuatan, peran, dan kedudukan Islam di muka bumi
ini bisa tercapai.

13
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Perbankan Syariah sering disebut juga Perbankan Islam, yaitu perbankan yang
pelaksanaannya berdasarkan hukum Islam atau syariat. Karena berdasarkan hukum Islam,
maka perbankan syariah tidak mengenal adanya “bunga pinjaman” alias interest rate.
Bunga pinjaman dianggap riba dan berdosa.
Problematika adalah suatu masalah menjadi nyata, perwujudan, wujud, kenyataan
masalah yang nyata. Makna di atas menjelaskan bahwa problematika dari suatu konsep
dilakukan untuk mengukur, konsep yang telah direncanakan akan membuahi keberhasilan
(kesuksesan) atau gagal. Begitu halnya dengan pelaksanaan murabahah pada perbankan
syari’ah. Pasar perbankan adalah masyarakat ekonomi kelas menengah ke bawah.
Kehadiran perbankan syariah diharapkan mampu membantu mengatasi permasalahan
kemiskinan di Indonesia yang mayoritas pendudukanya beragama Islam.

14
Bank Syariah pada dasarnya memiliki potensi dan peluang yang luar biasa besar.
Pertumbuhan dari segi aset pun sudah membuktikan bahwa Bank Syariah merupakan
model bank yang sangat ideal untuk mendorong kemajuan perekonomian Negara. Namun
dari segi kualitas pelayanan Bank Syariah harus mengejar ketinggalannya dari Bank
Konvensional yang telah lebih awal berdiri. Selain itu, untuk menghasilkan persaingan
yang produktif antara Bank Syariah dan Bank Konvensional diperlukan peraturan
perbankan khusus untuk Perbankan Syariah sehingga mampu menjalankan tugasnya
tanpa harus mengekor kepada sistem konvensional.

4.2 Saran
Untuk bertahan dan berkembang di era globalisasi bank syariah harus mampu
menjawab tantangan pasar, bank syariah harus bisa mengimplementasikan nilai-nilai
keislaman secara utuh dan bukan hanya menjadi bank konvensional yang berbaju syariah,
serta bersikap adaptif dan inovatif terhadap perkembangan yang terjadi pada pasar
perbankan syariah. Upaya kongkrit yang perlu dilakukan untuk membantu perkembangan
bank syariah antara lain;
a. Penguatan Sumber Daya Manusia (SDM) perbankan syariah.
b. Peningkatan peran pemerintah dalam rangka penguatan kelembagaan bank
syariah.
c. Optimalisasi edukasi masyarakat tentang perbankan syariah.
d. Pengembangan (ekstensifikasi/ intensifikasi) produk dan pelayanan bank syariah.
DAFTAR PUSTAKA

Jaidil, Kamal. 2022. Problematika Pada Prtbankan Syariah (Kontrak Pembiayaan


Murabaah). Jurnal An-Nahl. Vol. 9, No. 1, Juni 2022, 18 – 27
Zulfadly, Nugraha. 2022. Problematika dan Dinamika Perbankan Syariah Di Era
Globalisasi). Jurnal Tabarru. Vol. 5, No. 1, Mei 2022, 34 – 40
Ali, Zainuddin. 2008. Hukum Perbankan Syariah. Sinar Grafika. Jakarta.
Basri, Hasan. 2014. Using Qualitative Research In Accounting And Management Studies,
Not A New Agenda. Journal of US-China Public Administration, 11(10), p. 831-838.
Muhammad, Nouman. 2018. Why Islamic Banks Tend to Avoid Participatory Financing? A
Deman, Regulation, and Uncertainty Framework. Business & Economic. Review:
Vol. 10, No.1

15
Nurhasanah, Neneng., & Adam, Panji. 2017. Hukum Perbankan Syariah: Konsep dan
Regulasi. Sinar Grafika. Jakarta.
Hidayatinaa, 2018. Pengaruh Sosialisasi Perbankan Syariah terhadap Minat Menabung
Nasabah (Studi Kasus Pada PT. Bank Aceh Syariah cabang Lhokseumawe). Laporan
Penelitian. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Lhokseumawe.
Prasetyo, Yoyok. 2018. Ekonomi Syariah. Aria Mandiri Group. Bandung.
Ramdan, Edi. 2010. Pengaruh Minimnya Sosialisasi Terhadap Minat Masyarakat Memilih
Bank Syariah. Tesis.
https://lippo.co.id/mengapa-bank-syariah-kurang-diminati-masyarakat/
https://www.kompasiana.com/afrabahitafridajaya/629ef54f860ddb06ad346c22/bank-syariah-
kurang-diminati-masyarakat

16

Anda mungkin juga menyukai